Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Hasna Arini
"Kecurangan akademik pada peserta didik SMA terus meningkat dalam 70 tahun terakhir, yang semula berada pada angka 20% saat ini mencapai 75-98%. Fenomena ini menjadi salah satu masalah dalam dunia pendidikan. Berbagai faktor dari segi individual maupun kontekstual sering dihubungkan dengan kecurangan akademik. Penelitian ini fokus pada faktor kontekstual, yang bertujuan untuk melihat pengaruh struktur tujuan kelas terhadap kecurangan akademik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen between-subject (mastery vs performance). Pengambilan data dilakukan secara daring kepada 293 peserta didik SMA (berusia 15-18 tahun) yang sedang melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Peneliti melakukan randomisasi pada manipulasi skenario bacaan struktur tujuan kelas, kemudian memberikan kuesioner kecurangan akademik. Manipulation check juga diberikan untuk melihat efektivitas bacaan. Skenario bacaan (vignette) struktur tujuan kelas diperoleh dari penelitian Day et al. (2011) dan kecurangan akademik diukur menggunakan alat ukur dari Septiana (2016), keduanya disesuaikan dengan konteks SMA di Indonesia dan PJJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik dengan struktur tujuan kelas performance (M = 52.49, SD = 21.293) memiliki kecenderungan melakukan kecurangan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik pada struktur tujuan kelas mastery (M = 39.21, SD = 13.092), t(265.7) = -6.527, p < 0.05. Hasil dari penelitian ini menyarankan para pengajar untuk menerapkan struktur tujuan kelas mastery kepada peserta didik di kelas.

Academic cheating among high school students has continued to increase in the last 70 years, from 20% to 75-98% today. This phenomenon is one of the problems in the education field. Various factors, both individual and contextual, are often associated with academic cheating. This study focuses on contextual factors, which aims to see the effect of classroom goal structure on academic cheating. This research is a quantitative study with a between-subject experimental design (mastery vs performance). Data was collected online to 293 high school students (aged 15-18 years) who were implementing distance learning. The researcher randomized the manipulation of the reading scenario of the classroom goal structure, then gave an academic cheating questionnaire. Manipulation check is also given to see the effectiveness of the readings. The reading scenario (vignette) of the classroom goal structure was obtained from the research of Day et al. (2011) and academic cheating were measured using a measuring tool from Septiana (2016), both adapted to the context of high school in Indonesia and distance learning. The results showed that students with the performance goal structure (M = 52.49, SD = 21.293) had a higher tendency to commit academic cheating than students in the mastery goal structure (M = 39.21, SD = 13.092), t(265.7) = -6.527, p < 0.05. The results of this study suggest the teachers to apply the mastery goal structure to the students in the classroom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradaniasari Dewi Safitri
"Kecurangan akademik merupakan fenomena yang masih terjadi dalam dunia pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan achievement goal dan identitas moral dengan kecurangan akademik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan pada peserta didik SMA dengan rentang usia 15-18 tahun yang melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Indonesia (N = 296). Penelitian dilaksanakan secara daring menggunakan alat ukur Patterns of Learning Adaptive Survey (PALS) dari Midgley et. al. (2000), Moral Identity Questionnaire (MIQ) dari Black dan Reynolds (2016), dan Kuesioner Kecurangan Akademik dari Septiana (2016). Hasil penelitian menunjukan bahwa achievement goal dimensi mastery goal memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecurangan akademik (r = -0,12, p<0,05), dimensi performance-approach goal tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecurangan akademik (r = 0,04, p>0,05) dan dimensi performance-avoidance goal juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecurangan akademik (r = 0,09, p>0,05). Untuk identitas moral memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecurangan akademik (r = -0,37, p<0,01). Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi mastery-goal pada peserta didik SMA, semakin rendah kecenderungan untuk melakukan kecurangan akademik dan semakin tinggi identitas moral yang dimiliki, semakin rendah kecenderungan melakukan kecurangan akademik. Pembahasan dan saran untuk penelitian selanjutnya dijabarkan.

Academic cheating is a phenomenon where it still happened in today’s education. This research aims to determine the relationship between achievement goal and moral identity with academic cheating. This research is quantitative research conducted on high school students aged 15-18 years who carry out distance learning (PJJ) in Indonesia (N = 296). The research was conducted online using the Patterns of Learning Adaptive Survey (PALS) by Midgley et. al. (2000), Moral Identity Questionnaire (MIQ) by Black and Reynolds (2016), and Academic Cheating Questionnaire by Septiana (2016). The results show there is significant negative relationship between mastery goal dimension of achievement goals and academic cheating (r = -0,12, p<0,05), the performance-approach goal dimension does not have a significant relationship with academic cheating (r = 0,04, p>0,05) and the performance-avoidance goal dimension also did not have a significant relationship with academic cheating (r = 0,09, p>0,05). Moral identity has a negative and significant relationship with academic cheating (r = - 0.37, p<0,01). The research results show the higher the mastery-goal of high school students, the lower the tendency to commit academic cheating and the higher the moral identity they have, the lower the tendency to commit academic cheating. Discussion and suggestion for future research are explained."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Nadya Kerenhappuch Priscilla
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran efikasi diri akademik terhadap agentic engagement. Penelitian ini dianggap penting karena mengacu pada penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa efikasi diri akademik dapat memengaruhi agentic engagement peserta didik dalam pembelajarannya di sekolah (Sokmen, 2021). Dalam penelitian ini ingin diketahui kontribusi efikasi diri akademik terhadap agentic engagement peserta didik, khususnya dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Agentic engagement adalah peran peserta didik untuk ikut terlibat serta proaktif dan berinisiatif di dalam kelas guna meningkatkan prestasi akademiknya (Reeve & Tseng, 2011). Efikasi diri akademik merupakan persepsi peserta didik terhadap keyakinan dirinya bahwa mereka dapat melakukan kontrol atas penguasaan pembelajaran mereka sendiri dalam mencapai kesuksesan dalam meningkatkan akademis mereka (Bandura, 1996). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan AES (Reeve & Tseng, 2011) untuk mengukur agentic engagement dan PALS (Midgley dkk., 2002) untuk mengukur efikasi diri akademik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik statistika regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri akademik memiliki peran yang signifikan dan positif terhadap agentic engagement pada peserta didik kelas XII SMA Negeri Jabodetabek, dimana kontribusi yang diberikan oleh efikasi diri akademik sebesar 22% (R = .46, p<0.05).

This study aims to examine the role of academic self-efficacy on the agentic engagement. This research is considered important because it refers to previous research which conclude that academic self-efficacy can affect the student’s agentic engagement in their learning at school (Sokmen, 2021). This study will further deepen how much contribution is made by academic self-efficacy to the student’s agentic engagement. Academic self- efficacy is define as perception of students who believe the control of their learning mastery to achieve success in improving their academic performance (Bandura, 1996). The agentic engagement is defined as the role of students to be proactive and take initiative in the classroom to improve academic achievement (Reeve & Tseng, 2011). The measuring instrument used in this study was AES (Reeve & Tseng, 2011) to measure agentic engagement and PALS (Midgley et al., 2002) to measure academic self-efficacy. This study analysis was using a simple linear regression statistical technique. The results showed that academic self-efficacy has a significant and positive role in agentic engagement in class of 12th-grade public high school in Jabodetabek during online learning, which the contribution given by academic efficacy was 22% (R = .46, p<0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Azhimi Putri
"Pada masa pandemi Covid-19, peserta didik diharapkan dapat terlibat dan tetap termotivasi di dalam Pembelajaran Jarak Jauh melalui aplikasi daring yang rentan akan munculnya masalah teknis, dan suasana pembelajaran yang dapat menyebabkan proses pembelajaran tidak berlangsung dengan baik. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara school climate dan agentic engagement peserta didik kelas 12 SMA dalam PJJ di wilayah Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan adalah Agentic Engagement Scale (AES) untuk mengukur agentic engagement dan Delaware School Climate Survey (DSCS-S) untuk mengukur school climate. Melalui teknik convenience sampling, diperoleh partisipan dengan rentang usia 16 – 20 tahun (M = 17.69, SD = 0.84, N = 202). Analisis hasil menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan (r = 0.65, p < 0.01) antara school climate dan agentic engagement. Hasil mengindikasikan bahwa semakin baik school climate yang dipersepsikan peserta didik, maka semakin baik pula kontribusi aktif dan proaktif yang dilakukan oleh peserta didik kelas 12 SMA. Implikasi dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi pihak sekolah untuk menciptakan school climate yang baik agar agentic engagement peserta didik dalam proses pembelajaran dapat terfasilitasi lebih optimal.

During the Covid-19 pandemic, students are expected to be involved and stay motivated in Distance Learning through online applications that are prone to technical problems, and a learning atmosphere that can cause the learning process to not go well. This study aims to examine the relationship between school climate and agentic engagement of 12th grade high school students in PJJ in Jabodetabek area. The measuring instruments used are Agentic Engagement Scale (AES) to measure agentic engagement and Delaware School Climate Survey-Student (DSCS-S) to measure school climate. Through convenience sampling technique, participants were obtained with an age range of 16 – 20 years (M = 17.69, SD = 0.84, N = 202). Analysis of the results showed a significant correlation (r = 0.65, p < 0.01) between school climate and agentic engagement. The results indicate that the better the perceived school climate, the better the active and proactive contributions made by grade 12 high school students. The implication of this research is that this research can be used by the school community to encourage a good school climate in order to create a more optimal agentic engagement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Maharani
"Beberapa penelitian telah menemukan adanya penurunan keterlibatan belajar peserta didik pada kondisi pandemi Covid-19. Padahal, keterlibatan belajar peserta didik merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi prestasi akademik peserta didik. Salah satu komponen dari keterlibatan belajar adalah agentic engagement, yang menunjukkan kontribusi konstruktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa keterlibatan belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya oleh self-regulated learning. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara self-regulated learning dan agentic engagement selama pembelajaran jarak jauh. Partisipan penelitian merupakan peserta didik kelas 12 SMA yang bersekolah di wilayah Jabodetabek. Self-regulated learning diukur dengan menggunakan Motivated Strategies for Learning Questionnaire, sedangkan agentic engagement diukur dengan menggunakan Agentic Engagement Scale. Penelitian dilakukan terhadap 202 partisipan berusia 16-20 tahun (M = 17.69, SD = .84). Berdasarkan uji korelasi Pearson, ditemukan bahwa self-regulated learning berkorelasi secara positif dan signifikan dengan agentic engagement (r = .62, p < .05). Artinya, semakin tinggi kemampuan self-regulated learning peserta didik, maka agentic engagement peserta didik juga akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Lebih lanjut, nilai effect size menunjukkan bahwa terdapat 38% variasi dari agentic engagement yang dapat dijelaskan oleh self-regulated learning.

Several studies have found a decrease in student engagement during the Covid-19 pandemic. Though, student engagement is one of the important factors that can affect student academic achievement. One component of engagement is agentic engagement, which shows the constructive contribution of learners in the learning process. Several previous studies have found that student engagement can be influenced by various factors, one of which is self-regulated learning. Therefore, this study was conducted to find out the relationship between self-regulated learning and agentic engagement during the distance learning condition. Research participants are 12th grade high school students who study in the Jabodetabek area. Self-regulated learning was measured using the Motivated Strategies for Learning Questionnaire, while agentic engagement was measured using the Agentic Engagement Scale. The study was conducted on 202 participants aged 16-20 years (M = 17.69, SD = .84). Based on the Pearson correlation test, it was found that self-regulated learning was positively and significantly correlated with agentic engagement r = .62, p < .05). It means that the higher the self-regulated learning ability of students, the higher the agentic engagement of students, and vice versa. Furthermore, the effect size value shows that there is a 38% variation in agentic engagement which can be explained by self-regulated learning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regia Lidwina Ginandra
"Perubahan kegiatan belajar menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) membawa berbagai perubahan yang dapat menyebabkan menurunnya semangat dan keterlibatan, yang disebabkan karena menurunnya motivasi akademik pada siswa SMA. Motivasi akademik dapat ditingkatkan dengan faktor internal, yaitu persepsi terhadap dukungan sosial dan grit. Penelitian ini ingin melihat kontribusi dari persepsi terhadap dukungan sosial dan grit secara bersama-sama pada motivasi akademik. Pengukuran motivasi akademik pada penelitian ini menggunakan Academic Motivation Scale (AMS), persepsi terhadap dukungan sosial diukur dengan menggunakan Social Provisions Scale (SPS) dan grit diukur dengan Grit Short Scale (GRIT-S). Data dalam penelitian ini didapatkan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara daring. Sebanyak 222 siswa SMA yang sedang menjalani PJJ dilibatkan dalam penelitian ini, dan berdasarkan analisis multiple linear regression, didapatkan hasil bahwa persepsi terhadap dukungan sosial dan grit secara bersama-sama memiliki kontribusi yang signifikan senilai 8.7% terhadap motivasi akademik (F = 10.3, R = 0.087, Adjusted R = 0.078, p<0.05). Oleh karena itu, penting bagi pihak-pihak terkait untuk menjaga dan mengembangkan dukungan sosial dan juga grit pada siswa agar motivasi akademik dapat tetap baik walaupun dihadapkan pada kondisi PJJ.

The change in learning activities from face-to-face classes to distance learning brings various changes that can cause a decrease of student’s enthusiasm and involvement. This changes is caused by a decrease in academic motivation in high school students. Academic motivation can be increased by internal factors, namely perceived social support and grit. This study wants to see the contribution of perceived social support and grit on academic motivation. This study use Academic Motivation Scale (AMS) for measuring academic motivation, Social Provisions Scale (SPS) for measuring perceived social support, and Grit Short Scale (GRIT-S) for measuring grit. The data in this study were obtained using a questionnaire distributed through online platform. A total of 222 high school students who were undergoing PJJ were involved in this study. Based on multiple linear regression analysis, it was found that the perceived social support and grit had a significant contribution of 8.7% to academic motivation (F = 10.3, R = 0.087, Adjusted R = 0.078, p = 0.05). Therefore, related parties need to maintain and develop social support and grit for students so that academic motivation can remain high even when faced with distance learning conditions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Theofilla
"Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), para siswa mengalami berbagai tantangan yang dapat menurunkan semangat untuk belajar. Situasi pembelajaran yang baru dan terbatasnya interaksi fisik dengan orang lain menyebabkan siswa perlu beradaptasi untuk menjaga performanya di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi dari persepsi dukungan sosial dan efikasi diri akademik secara bersamaan terhadap motivasi akademik, serta variabel yang berkontribusi lebih besar pada motivasi akademik siswa SMA selama PJJ. Motivasi akademik mengacu pada self-determination theory dan diukur menggunakan Academic Motivation Scale (AMS), persepsi dukungan sosial diukur menggunakan Social Provisions Scale (SPS), dan efikasi diri akademik diukur menggunakan Self-Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C). Partisipan penelitian adalah 223 siswa SMA berusia 15-18 tahun yang sedang menjalani PJJ (N laki-laki = 23, N perempuan = 200). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi dukungan sosial dan efikasi diri akademik berpengaruh signifikan secara bersamaan, serta berkontribusi sebesar 20,1% terhadap motivasi akademik siswa SMA. Selain itu, penelitian ini menunjukan bahwa kontribusi varians efikasi diri akademik lebih besar dibandingkan persepsi dukungan sosial terhadap motivasi akademik. Berdasarkan hasil tersebut, motivasi akademik siswa SMA dapat lebih meningkat ketika memiliki efikasi diri akademik dan mampu mempersepsikan dukungan yang didapatkannya.

During distance learning, students experience various challenges that can reduce their enthusiasm for learning. With this new learning situation and the limited physical interaction with other people, students need to make adaptations to keep their performance at school. This study aims to investigate the contribution of perceived social support and academic self-efficacy simultaneously to academic motivation, as well as variables that contribute more among senior high school students' academic motivation during distance learning. Academic motivation refers to the self-determination theory and was measured with the Academic Motivation Scale (AMS), perceived social support was measured with the Social Provisions Scale (SPS), and academic self-efficacy was measured with the Self-Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C). The participants of this study were 223 high school students aged 15-18 years who are currently going distance learning (N male = 23, N female = 200). Results of this study shows that students’ perceptions of social support and their academic self-efficacy simultaneously affect academic motivation. The two variables contributed to 20,1% of academic motivation among senior high school students. In addition, this study also found that academic self-efficacy has more contribution to academic motivation than perceived social support. Based on these results, high school students show better academic motivation when they have academic self-efficacy and can perceive the support they get."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kandida Dita Kusumadewi
"Agentic Engagement (Keterlibatan agentik) merupakan salah satu aspek dari keterlibatan peserta didik atau dikenal dengan istilah student engagement. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran motivasi terhadap keterlibatan agentik pada peserta didik SMA dalam masa pembelajaran jarak jauh. Penelitian ini dilakukan pada 375 peserta didik kelas XII yang bersekolah di SMA Negeri Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Agentic Engagement Scale (AES) (Reeve, 2013) dan Questionnaire of Motivation Dimensions (QMD) (Maulana & Bosker, 2011). Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis regresi berganda, dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik pada peserta didik cenderung rendah. Sementara motivasi introjected, identified dan intrinsik pada peserta didik bahwa motivasi intrinsik lebih tinggi. Dan motivasi intrinsik dan introjected juga lebih baik memengaruhi secara positif kontribusi konstruktif peserta didik.

Agentic Engagement is one of an aspect from student engagement. The purpose of this research is to see the role of motivation on keterlibatan agentik or involvement in school, especially during distance learning. This research was conducted on 375 12th grade students who attend SMA Negeri Jabodetabek. The measuring tools used in this study are the Keterlibatan agentik Scale (AES) (Reeve, 2013) and the Questionnaire of Motivation Dimensions (QMD) (Maulana & Bosker, 2011). The method used in this study is a simple regression analysis, with the results that the extrinsic motivation of students tends to be low. While introjected, identified and intrinsic motivation to students that intrinsic motivation is higher. And intrinsic and introjected motivation are also better at positively influencing the constructive contribution of students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allyn Ng
"Kecurangan akademik yang terjadi dalam dunia pendidikan semakin marak dan mengkhawatirkan. Masalah tersebut dapat berdampak negatif secara jangka pendek maupun panjang pada peserta didik dan institusi pendidikan. Terdapat berbagai faktor individual maupun kontekstual yang terkait dengan kecurangan akademik, salah satunya adalah dukungan guru. Tingginya tingkat kecurangan akademik pada peserta didik tingkat SMA patut menjadi perhatian penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah tingkat dukungan guru yang lebih tinggi berpengaruh secara signifikan pada kecurangan akademik yang lebih rendah. Penelitian ini menggunakan Academic Dishonesty Scale milik Bashir dan Bala (2018) untuk mengukur kecurangan akademik dan Teacher Subscale dari Child and Adolescent Social Support Scale milik Malecki, Demaray, dan Elliot (2000) untuk mengukur dukungan guru. Penelitian melibatkan peserta didik SMA sebagai partisipan dengan jumlah 140 partisipan. Hasil analisis statistik menggunakan uji regresi sederhana menunjukkan bahwa dukungan guru yang lebih tinggi berpengaruh secara signifikan pada kecurangan akademik yang lebih rendah (B = -0.168, p < 0,01). Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi pendidikan, seperti guru, psikolog sekolah, ataupun lembaga pendidikan dalam merancang intervensi yang efektif dalam meminimalisir tingkat kecurangan akademik.

Academic dishonesty that occurs in the world of education is increasingly widespread and alarming. This problem can have a short and long term negative impact on students and educational institutions. There are various individual and contextual factors related to academic dishonesty, one of which is teacher support. The high level of academic dishonesty in high school level deserves research attention. This study aims to examine whether higher levels of teacher support will significantly affect on lower academic cheating. This study uses Academic Dishonesty Scale (Bashir & Bala, 2018) to measure academic dishonesty and the Teacher Subscale from Child and Adolescent Social Support Scale (Malecki, Demaray, & Elliott, 2000) to measure teacher support. This study involved high school students as participants with a total of 140 participants. The results of statistical analysis using a simple regression test showed that higher teacher support had a significant effect on lower academic cheating (B = -0.168, p <0.01). The results of this study can be beneficial for educational practitioners, such as teachers, school psychologists, or educational institutions in designing effective interventions to minimize the level of academic dishonesty."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghifary Fawwazila Yusra
"Perubahan sistem belajar menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menyebabkan kondisi motivasi akademik siswa tidak optimal. Kondisi motivasi akademik siswa penting untuk diperhatikan agar performa dan hasil belajar siswa dapat terjaga. Pada penelitian dengan konteks sekolah tatap muka, ditemukan bahwa persepsi siswa terhadap perilaku mengajar guru dan resiliensi akademik menjadi faktor yang berperan pada kondisi motivasi akademik siswa. Perilaku mengajar guru berperan pada motivasi akademik dengan memenuhi kebutuhan dasar psikologis siswa melalui autonomy support, involvement, dan structure. Resiliensi akademik berperan menjaga motivasi akademik jika siswa memiliki kegigihan, memahami diri sendiri, dan memiliki kestabilan emosi. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran persepsi perilaku mengajar guru dan resiliensi akademik secara bersamaan terhadap motivasi akademik pada konteks PJJ. Motivasi akademik diukur dengan Academic Motivation Scale (AMS), persepsi perilaku mengajar guru diukur dengan Teacher as Social Context Questionnaire (TASCQ), dan resiliensi akademik diukur dengan School Resilience Scale (SRS). Partisipan penelitian ini adalah 223 siswa SMA yang sedang menjalani PJJ yang didapat melalui kuesioner daring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi perilaku mengajar guru dan resiliensi akademik secara bersamaan signifikan berperan pada motivasi akademik dengan kontribusi sebesar 29%. Dapat disimpulkan bahwa motivasi akademik dapat meningkat ketika persepsi siswa terhadap perilaku guru dan kapasitas resiliensi akademik siswa semakin baik. Oleh karena itu, perilaku mengajar guru dan kapasitas resiliensi akademik siswa perlu diperhatikan agar kondisi motivasi akademik siswa dapat terjaga.

The change in the learning system to distance learning causes students to lack academic motivation. Students' academic motivation is essential to maintain student performance and learning outcomes. Studies with a face-to-face school context found that students' perceived teaching behavior and academic resilience predicted students' academic motivation. Teaching behavior predicts academic motivation by accomplishing students' basic psychological needs through autonomy support, involvement, and structure. Academic resilience predicts academic motivation if students have perseverance, reflecting adaptive help-seeking, and emotional stability. This study examines the role of perceived teaching behavior and academic resilience on academic motivation in the distance learning context. Academic motivation was measured by the Academic Motivation Scale (AMS), perceived teaching behavior was measured by the Teacher as Social Context Questionnaire (TASCQ), and academic resilience was measured by the School Resilience Scale (SRS). The participants of this study were 223 high school students who were undergoing distance learning acquired through an online questionnaire. This study shows that the perceived teaching behavior and academic resilience significantly influence academic motivation, with 29% contribution. Therefore, addressing teaching behavior and students' academic resilience capacity is needed to maintain students' academic motivation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>