Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vierry Amalrasuli Prasetyo
"Gas Metal Arc Welding (GMAW) is an arc welding process that joins metals together by heating them with an electric arc established between a wire and the workpiece. It is also known as Metal Inert Gas (MIG) welding. The industries that use welding have been the modern economy's driving force, and dissimilar welding has arisen from the complex of modern industrial applications. Other methods have been explored but involving expensive equipment and complex welding procedures. This research proposes GMAW to be used because it is established, versatile, and cost-effective. GMAW/MIG is used to weld AA5052 and AA6061 using ER-4043 welding wire. The process used two different heat inputs, 0.624 kJ/mm and 0.409 kJ/mm, to understand the microstructure and mechanical properties. The test on each sample was carried out using an optical microscope, micro-Vickers hardness test, tensile test, and SEM. The test results show that the higher the heat input increases the grain size due to the duration of the heat input. While sample with higher heat input has better tensile strength than lower heat input. The hardness values on both samples are not significantly different. Both samples have a dimple structure, while the lower heat input sample also has a porous structure.

Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan busur yang menyatukan logam dengan memanaskannya dengan busur listrik yang dibuat antara kawat dan benda kerja. Metode ini juga dikenal sebagai pengelasan Metal Inert Gas (MIG). Industri yang menggunakan pengelasan telah menjadi kekuatan pendorong ekonomi modern, pengelasan yang berbeda telah muncul dari kompleks aplikasi industri modern. Metode lain telah dieksplorasi tetapi melibatkan peralatan mahal dan prosedur pengelasan yang rumit. Penelitian ini mengusulkan penggunaan GMAW karena bersifat mapan, serbaguna, dan hemat biaya. GMAW/MIG digunakan untuk mengelas AA5052 dan AA6061 menggunakan kawat las ER-4043. Proses ini menggunakan dua masukan panas yang berbeda, 0,624 kJ/mm dan 0,409 kJ/mm, untuk menganalisa struktur mikro dan sifat mekanik sambungan dissimilar. Pengujian pada masing-masing sampel dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik, uji kekerasan mikro Vickers, uji tarik, dan SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi masukan panas semakin besar ukuran butir karena lamanya masukan panas. Sedangkan sampel dengan masukan panas yang lebih tinggi memiliki kekuatan tarik yang lebih baik daripada masukan panas yang lebih rendah. Nilai kekerasan pada kedua sampel tidak berbeda nyata. Kedua sampel memiliki struktur dimple sedangkan sampel input panas yang lebih rendah juga memiliki struktur berpori."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Milyardi
"Pada penelitian ini dilakukan pengelasan Tungsten Inert Gas TIG tanpa logam pengisi autogenous pada aplikasi sambungan tumpul aluminium paduan AA 1100. Dimensi dari material uji adalah 12 mm panjang, 5 mm lebar dan 3 mm tebal. Pengelasan dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus dan kecepatan pengelasan terhadap lebar manik las, porositas, sifat mekanik serta mikrostruktur pada sambungannya. Parameter arus pengelasan yang dilakukan adalah 160; 165; dan 170 A, sedangkan parameter kecepatan pengelasan adalah 1; 1,1; 1,2 mm/detik.
Dari hasil penelitian didapatkan lebar manik las berbanding lurus dengan peningkatan arus dan berbanding terbalik dengan peningkatan kecepatan. Kemudian untuk pengujian porositas menggunakan X-Ray radiografi, tidak didapati adanya porositas berukuran besar pada semua variable pengelasan. Untuk kekuatan mekanik didapatkan penurunan kekuatan tarik sebesar 40 - 45 dibandingkan dengan logam dasar. Untuk uji kekerasan mikro dengan metode vickers, penurunan kekerasan pada daerah Heat Affected Zone HAZ adalah 26 dan penurunan kekerasan pada daerah pengelasan adalah 18.
Tahap terakhir pada pengujian dipenelitian ini adalah pengamatan struktur mikro. Pada arus 160 -170A didapati adanya porositas berukuran mikro pada daerah pengelasan yang dapat mengurangi kekuatan dari material.

In this research, Tungsten Inert Gas TIG welding without metal filler autogenous in the butt joint application of aluminum alloy AA 1100 was performed. The dimensions of the test material were 12 mm long, 5 mm wide and 3 mm in thickness. The welding was conducted to determine the effect of current and welding speed to the weld bead width, porosity, mechanical properties and microstructure on the joint. The welding current parameters were 160 165 and 170 A, while the welding speed parameters were 1 1,1 1.2 mm sec.
From the research results obtained the weld bead width was directly proportional to the increase in current and inversely proportional to the increase in speed. Subsequently for porosity testing using X Ray radiography, there was no large porosity in all welding variables. For mechanical properties, the tensile strength reduced by 40 45 and the hardness decrease in the Heat Affected Zone HAZ area was 26 and the hardness decrease in the welding area was 18.
The final stage of this research was observed of microstructure. In the current 160 165 and 170A, micro porosity was found in the welding area which reduced the strength of the material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasudungan, Eric Mamby
"Karakterisasi hasil proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Welding dan Plasma Arc Welding pada baja lembaran berlapis seng dibandingkan untuk mengetahui pengaruh seng terhadap hasil lasannya. Perbedaan besar butir yang sangat jauh antara daerah fusion zone, yaitu 32 μm, dan daerah HAZ, yaitu 90 μm, pada proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding menyebabkan penggetasan dan perpatahan di fusion line pada pengujian tarik dan pengujian tekuk. Hasil pengelasan dengan metode Plasma Arc Welding memiliki sifat fisik yang paling optimum di antara kedua metode lainnya, dengan kekuatan tarik sebesar 352 N/mm² dan struktur butir mikro yang relatif halus. Terdapat pelarutan seng ke daerah fusion zone, dengan kandungan paling besar pada metode pengelasan Plasma Arc Welding.

The characterization of weldments produced by Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Welding and Plasma Arc Welding methods in joining zinc coated steel sheet is compared to know the effect of Zinc on the properties of weldments. The grain size difference between the fusion zone, which is 32 μm, and HAZ area, which is 90 μm, on Gas Metal Arc Welding method is causing the brittleness and cracking at the fusion line while testing with tensile and bending test. Weldments produced by Plasma Arc Welding have the optimum physical property among the two other welding process, with tensile strength 352 N/mm² and relatively fine microstructure. There is some zinc dilution in fusion zone, with the biggest concentration occurs in Plasma Arc Welding process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25122
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Setyoningrum
"Aluminum adalah salah satu logam dengan pengunaan paling banyak di berbagai bidang. Tidak terkecuali, salah satu serinya, yakni seri 6061. Agar dapat digunakan, AA 6061 perlu mengalami beberapa tahapan manufaktur dasar, seperti pengelasan. Walaupun paduan ini memiliki kemampulasan yang baik, tidak menutup kemungkinan bahwa akan terbentuk cacat las setelah dilakukan pengelasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter masukan panas yang paling sesuai untuk meminimalisir terjadinya cacat las dan menghasilkan hasil lasan yang baik. Metode yang digunakan adalah pengelasan autogenous Tungsten Inert Gas, dengan sampel AA 6061 berdimensi 120 x 50 x 6 mm, hasil lasan berbentuk bead on plate, menggunakan gas argon sebagai gas pelindung, & memvariasikan parameter kecepatan dan arus pengelasan. Setelah pengelasan, dilakukan pengujian visual, radiografi, metalografi, dan Microvickers. Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa masukan panas yang terlalu rendah tidak menghasilkan penetrasi pengelasan yang baik dan masukan panas yang terlalu tinggi membuat manik bertekstur kasar dan melebar. Ditinjau dari rasio w/d untuk mencegah terjadinya retak pembekuan (rasio 1 sampai 2), sampel dengan masukan panas 0,45 kJ/mm terkategori sebagai parameter optimal (220 A; 3,8 mm/s). Penggunaan masukan panas yang semakin tinggi menyebabkan penurunan kekerasan di HAZ karena membuat daerah sekitar pengelasan yang terpengaruh panas menjadi lebih luas, sehingga butir tumbuh lebih besar. Oleh karena itu, pengelasan sebaiknya dilakukan dengan masukan panas yang tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi. Masukan panas yang terlalu rendah menyebabkan penetrasi dangkal dan masukan panas yang teralu tinggi menyebabkan penurunan kekerasan di HAZ yang signifikan.

Aluminium, being widely utilized in various industries, encompasses numerous alloys, including the widely employed AA 6061. To enable its usage, AA 6061 undergoes essential manufacturing processes, such as welding. Despite its commend able workability, the occurrence of weld defects post-welding remains a possibility. Thus, this research aims to determine the optimal heat input parameters to minimize weld defects and ensure favorable welding outcomes. Autogenous Tungsten Inert Gas (TIG) welding technique was employed, utilizing AA 6061 samples with dimensions of 120 x 50 x 6 mm, resulting in bead-on-plate welds. Argon gas was implemented as the shielding gas, while the welding speed and current parameters were systematically varied. Subsequently, visual, radiographic, metallographic, and Microvickers testing were conducted to evaluate the welds comprehensively. The findings revealed that excessively low heat input resulted in inadequate weld penetration, whereas excessively high heat input caused the formation of coarse and expanded bead textures. Optimal weld performance was achieved by maintaining a width-to-depth ratio of 1:2, crucial for preventing hot cracking, with a heat input parameter of 0.45 kJ/mm (220 A; 3.8 mm/s). Notably, higher heat input levels were observed to induce a reduction in hardness within the Heat Affected Zone (HAZ) due to the enlargement of the heat-affected area, promoting enhanced grain growth. Consequently, welding operations necessitate the careful selection of heat input parameters to ensure both satisfactory penetration and desirable hardness within the HAZ, avoiding extremes of too low or too high heat input. Inadequate heat input leads to superficial penetration, while excessive heat input results in a substantial decline in hardness within the HAZ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumbiak, Dominggus B.
"Peningkatan penggunaan pengelasan dengan dua material yang berbeda selalu di gunakan pada dunia industri, pengelasan dengan dua material yang berbeda terus meningkat penggunaannya. Tujuannya untuk mendapatkan spesifikasi yang baik namun tetap menekan biaya yang digunakan. Material yang sering digunakan dalam dissimilar welding adalah stainless steel 304 dan structure steel 400. Kedua material ini memiliki kelebihan masing-masing. Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pada pengelasan. Distorsi merupakan sebuah proses perubahan bentuk pada material akibat pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap kekuatan material pada dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW). Kecepatan yang di gunakan bervariasi antara lain 3, hingga 3,25 mm/s. Hasil pengelasan yang telah di dapatkan dari variasi kecepatan dan variasi ampere kemudian dilakukan pengujian microstructur. Dari hasil yang di dapatkan, bahwa terjadi perubahan dari masing-masing microhardness di masing-masing daerah pengelasan.

In industrial world, research and develompent of welding with two different materials is always improving. The purpose of this research is to get an ideal specification without increasing the industrial cost. Materials that is often used in dissimilar welding is stainless steel 304 dan structure steel. These two materials have advantages each. To get a good result in welding, chosing the right parameters is a must, in order to avoid trouble like distortsion in the welding process. Distorsion is an effect caused by welding that changes the material form.
This research purposes is to observe the effect of strong current in electricity and the welding speed to the strenth of materials in dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW) process. The speed that was used in this research varies from 3 mm/s to 3.25 mm/s. The welding results from speed and current parameters was tested to see the material microstructure. From those results, we got a conclusion, that a microhardness deformation occured in each welded areas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Falino Reginaldy
"Wire Arc Additive Manufacturing (WAAM) semakin populer karena kemampuannya yang dapat menghasilkan produk dengan bentuk yang kompleks dengan efisien serta menghasilkan material sisa yang lebih sedikit. Namun, WAAM memiliki kelemahan yang tidak dapat dihindari yaitu memerlukan proses permesinan untuk mencapai dimensi produk yang dinginkan. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi geometri manik las dan pemanfaatan area yang difabrikasi menggunakan WAAM dengan memvariasikan arus pengelasan. Variasi arus pengelasan yang digunakan adalah 160A, 175A, 190A, dan 205A. Spesimen struktur dinding tunggal dibuat menggunakan Gas Metal Arc Welding (GMAW) dengan bantuan mesin CNC router 3 axis. Elektroda yang digunakan adalah Stainless Steel ER309LSi dengan substrat baja karbon rendah ASTM A36. Proses deposisi material yang dilakukan adalah bolak-balik (bidirectional deposition). Pengukuran geometri manik las menggunakan vernier caliper danprofile projector serta penampang melintang diamati menggunakan mikroskop digital. Dari penelitian ini diketahui bahwa peningkatan rata-rata tinggi dan rata-rata lebar manik las berbanding lurus dengan peningkatan arus pengelasan. Hasil pengelasan terbaik adalah variasi 205A dengan lebar manik las yang konsisten, rasio pemanfaatan yang tinggi serta minim dari porositas.

Wire Arc Additive Manufacturing (WAAM) is gaining popularity due to it’s ability to produce products with complex shapes efficiently while producing less material waste. However, WAAM has an unavoidable weakness, namely that it requires a machining process to achieve the desired product dimensions. Therefore, this research aims to evaluate the weld bead geometry and utilization area fabricated using WAAM by varying the welding current. The variations welding current used are 160A, 175A, 190A and 205A. Single wall structure specimens were made using Gas Metal Arc Welding (GMAW) with the help of 3 axis CNC router machine. The electrode used is Stainless Steel ER309LSi with ASTM A36 low carbon steel as substrate. The material deposition process carried out back and forth (bidirectional deposition). Weld bead geometry was measured using vernier caliper and profile projector and the cross-section was observed using a digital microscope. From this research it is known that the increase in the average height and average width of the weld bead is directly proportional to the increase in welding current. The best welding results are the 205A variation with consistent weld bead width, high utilization ratio and minimal porosity. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafdi Hidayat
"Pengelasan pada industri kapal di Indonesia cenderung masih banyak menggunakan metode las SMAW. Dengan menggunakan metode pengelasan GMAW yang memiliki deposition rate dan efisiensi yang tinggi, proses pengelasan dapat dilakukan lebih cepat. Dengan meningkatnya kecepatan dan kuat arus las, rentan terjadinya kemungkinan distorsi pada pengelasan. Salah satu penyebab terjadinya distorsi adalah heat input yang tidak merata pada material las, sehingga muncul perbedaan suhu antara area las dan area yang telah dilas dan mengakibatkan tegangan pada area yang telah mendingin dan regangan pada area yang dilas. Dengan demikian, diperlukan heat input yang tepat agar hal tersebut tidak terjadi, distorsi sudut menyebabkan munculnya pekerjaan tambahan yang memerlukan waktu tak sedikit seperti seperti fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input seperti kuat arus dengan kecepatan pengelasan terhadap distorsi sudut yang muncul setelah pengelasan akibat adanya tegangan sisa. Selain dari munculnya distorsi sudut, pada bagian HAZ Heat Affected zone terdapat perbedaan kekuatan yang mengakibatkan rentannya patahan terjadi disana, dengan menggunakan kekerasan, dan rumus empiris didapatkan HAZ las yang mewakili kekuatan sambungan. Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kuat arus memiliki pengaruh terhadap distorsi transversal yang hampir sama dengan kecepatan pengelasan dan makin tinggi heat input yang diberikan maka makin besar residual atau distorsi yang dihasilkan.dan pengaruh kuat arus lebih tinggi terhadap distorsi longitudinal dibanding kecepatan pengelasan. Proses pengelasan mempengaruhi kekuatan sambungan.

Welding in the ship industry in Indonesia tends to still use the SMAW welding method, by using GMAW welding method that has a high deposition rate and high efficiency, welding process can be done more quickly. With the increasing speed of welding and electricity current, it is prone to possible distortion in welding. One of the causes of distortion is the uneven heat input of the welding material, resulting in a temperature difference between the weld area and the welded area and causing the tension in the area to cool and strain on the welded area. Thus, proper heat input is required so that it does not occur, angular distortion leads to the emergence of additional jobs that require less time such as fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Therefore, this study aims to determine the effect of heat input such as the current strength with welding speed to the angular distortion that emerges after welding due to residual stresses. Apart from the emergence of angular distortion, in the Heat Affected zone HAZ section there is a difference in strength that causes the fracture susceptibility to occur there, using hardness, and empirical formula obtained HAZ welding representing the strength of the connection. In this study it can be concluded that the current strength has an effect on the transversal distortion which is almost equal to the welding speed and the higher the heat input given the greater the residual or distortion generated. And the effect of higher current strength on longitudinal distortion than welding speed The welding process affect the strength of the connection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Punta Singga Parasdya
"Pada penelitian ini, dilakukan pengelasan aluminium paduan AA1100 dengan menggunakan pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) otomatis. Digunakan beberapa variasi kenaikan kecepatan pengelasan yang digunakan untuk mencari pengaruhnya terhadap temperature, dan lebar manik atas. Dimensi spesimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panjang 14 cm, lebar 7 cm serta ketebalan 3,8 mm. Pengelasan dilakukan dengan arus yang tetap, yaitu 120A. Penelitian dilakukan dengan 2 metode pengumpanan logam pengisi (filler) ER5356 dan juga metode autogenous. Pada metode menggunakan filler digunakan kecepatan pengumpanan, waktu pengumpanan, dan delay pengumpanan yang konstan, yaitu 10 mm/s, 0,75 s, dan 0,75 s. Terdapat 3 variasi kenaikan kecepatan pengelasan yang digunakan. Dari hasil penelitian didapatkan, pemberian kenaikan kecepatan tidak berpengaruh banyak terhadap temperature daerah pengelasannya. Sebaliknya, pada geometri lebar manik atas daerah pengelasan terdapat perbedaan yang dapat dilihat dari tiga varian kenaikan kecepatan yang diujikan, baik yang menggunakan filler atau autogenous. Terdapat faktor kecepatan penyebaran panas yang dapat memengaruhi hal tersebut.

In this research, Aluminium alloys AA1100 were welded by using Tungsten Inert Gas (TIG). Several variations of the step increase in welding speed are used to determine the effect on temperature, and the width of the top weld bead. The dimensions of the specimens used in this study were 14 cm long, 7 cm wide and 3.8 mm thick. Welding is done with a constant current, which is 120A. The research was conducted using the intermittent filler feed method using Aluminium ER5356, and also the autogenous method. In the intermittent filler feed method, the filler feed speed, filler time, and delay time are constant, namely 10 mm/s, 0.75 s, and 0.75 s. There are 3 variations of the increase in welding speed used. Based on the result, it was found that increasing the speed did not have much effect on the temperature of the welding area. On the other hand, in the geometry of the top bead width in the welding area, there are differences that can be seen from the three variants of speed increase tested, in both method using filler or autogenous."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwanto
"Pengelasan adalah salah satu cara yang paling mudah dan sederhana dalam menggabungkan rangkaian pipa dalam suatu instalasi. Dibandingkan dengan penyambungan dengan sistem penguliran, pengelasan mampu mengurangi hambatan aliran fluida. dan secara umum mampu mengurangi biaya dalam proses instalasi pipa. Namun proses pengelasan pipa tidak mudah. Dengan bermacam posisi pengelasan 2G, 5G atau 6G, tentunya menambah tingkat kesulitan proses. Penerapan sistem otomatis dalam proses pengelasan mampu menanggulangi masalah posisi pengelasan. Hal tersebut akan meningkatkan efisiensi proses, qualitas hasil manik las dan waktu pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu peralatan yang dapat membantu dalam proses pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding) pada instalasi pipa baja yang mempunyai dimensi minimal 2 inchi. Untuk keperluan tersebut maka dibuatlah sebuah perangkat sebagai peralatan yang dapat digunakan pada semua mesin las GMAW, untuk membantu proses pengelasan secara orbital mengelilingi pipa. Mekanisasi dan otomasi ini dilakukan untuk memperoleh produktivitas yang tinggi pada proses pengelasan pipa dibandingkan dengan manual, manik las yang dihasilkan lebih baik.
Penelitian ini menggunakan material pipa baja lunak, dengan posisi tetap, menggunakan proses las GMAW arus DC, kecepatan kawat pengisi konstan, dalam prosesnya dibantu oleh perangkat yang bergerak orbital secara konstan. Penelitian ini juga menggunakan sistem monitor menggunakan kamera CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) untuk memonitor gambar daerah kolam las pada posisi depan atas. Metoda jaringan syaraf tiruan digunakan dalam proses optimasi lebar manik las. Hasil dari pengamatan yang didapat adalah berupa lebar manik las. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menunjukan keefektifan sistem pengelasan dengan indikator berupa lebar manik las yang bagus dan seragam.

Welding is one of the easiest and simplest methods to join a pipeline installation. Compared with the threading process, weld joint were able to reduce the fluid flow resistance, and generally able to reduce costs in the process of pipeline installation. However, the pipe welding process is not easy. With a variety of welding positions 2G, 5G or 6G, certainly increase the level of difficulty of the process. The application of automated systems in the welding process can resolve the problem of position of welding. This will improve the process efficiency, quality of weld bead and welding time.
This research aims to develop equipment which can assist the process of welding GMAW (Gas Metal Arc Welding) on the installation of steel pipe which has a dimension of at least 2 inches. For this purpose, a device as equipment that can be used on all GMAW welding machine was constructed, to assist in orbital welding process around the pipe. Mechanization and automation was conducted to obtain high productivity in the process compared with a manual pipe welding, and better weld beads.
The research uses mild steel pipe material, in fixed position. By using DC current GMAW welding process, filler wire speed is constant, and the device moves around the pipe constantly. This study also uses a monitoring system using CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) camera to monitor the weld pool area image from the front top position. An artificial neural network method used in the optimization process of welding bead width. A result obtained from observation is a weld bead width. The result of this study shows the effectiveness of the welding system with indicators of a good weld bead width and uniform.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29776
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Idram Namo
"Seiring berjalannya waktu, pengelasan dengan dua material yang berbeda terus meningkat penggunaannya. Tujuannya untuk mendapatkan spesifikasi yang baik namun tetap menekan biaya yang digunakan. Material yang sering digunakan dalam dissimilar welding adalah stainless steel 304 dan structure steel 400. Kedua material ini memiliki kelebihan masing-masing. Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pada pengelasan. Distorsi merupakan sebuah proses perubahan bentuk pada material akibat pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap kekuatan tarik dan distorsi angular pada dissimilar Gas Metal Arc Welding GMAW. Kuat arus yang digunakan antara lain 125, 130 dan 135 A sedangkan kecepatan pengelasan yang digunakan 3, 3,25 dan 3,5 mm/s.Hasil pengelasan yang telah mendingin secara alami kemudian dilakukan pengukuran distorsi menggunakan CMM Coordinate Measuring Machine.
Dari hasil penelitian didapatkan, bahwa semakin besar kuat arus pengelasan yang digunakan, maka semakin besar juga distorsi angular yang terbentuk. Sedangkan jika kecepatan pengelasan meningkat, maka distorsi angular yang terjadi semakin kecil. Selain itu, material juga diuji kekuatan tariknya, hasilnya kekuatan tarik paling optimal berada ketika kuat arus yang digunakan sebesar 130 A. Pada hubungan UTS dengan kecepatan pengelasan menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan pengelasan berbanding terbalik dengan nilai kekuatan tarik material.

Dissimilar welding has recently drawn a wide interest for its cost efficiency and ability to match various specifications. This method is generally used in welding of Stainless Steel 304 and Structure Steel 400, each with its own unique advantages to utilize. However, welding defects such as distortion to be found in dissimilar welding of the corresponding materials due to its high susceptibility to actual welding parameters.
In particular, this research investigated the influence of input current and welding welding speed to the tensile strength and occurrence of angular distortion defect on dissimilar welding of stainless steel 304 and structural steel 400 using Gas Metal Arc Welding GMAW. Welding current inputs were varied as 125, 130, and 135 A, while experimental travel speeds were set to 3, 3.25, and 3.50 mm s. Welded joints were air cooled and characterized by Coordinate Measuring Machine CMM for identification of distortion occurrence.
Results showing that increasing weld current input contributed to a larger angular distortion on weld joints. Contrarily, higher travel speed decreased the risk of angular distortion. Optimal tensile strength of the welded joints was observed at sample with 130 A current input. Additionally, it was found that faster welding speed decreased the tensile strength of both parent metal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>