Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Azza Ulin Nuha
"Keamanan siber merupakan aspek penting dalam penyelenggaraan Infrastruktur Informasi Vital (IIV). IIV merupakan sekumpulan infrastruktur strategis dan memiliki dampak yang besar apabila terjadi gangguan. National Security Operation Center (NSOC) merupakan pusat operasi keamanan siber lingkup nasional yang memiliki fungsi untuk memberikan layanan keamanan siber bagi IIV. Di Indonesia, IIV memiliki tingkat kerentanan dan ancaman siber yang tinggi, sementara langkah perbaikan mengenai kerentanan dan ancaman tersebut belum dilaksanakan dengan baik. Selain itu, belum terdapat kerangka kerja terkait pelaksanaan siklus pengelolaan kerentanan di NSOC untuk melindungi IIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan National Security Operation Center-Vulnerability Management (NSOC-VM) sebagai kerangka kerja yang dapat diterapkan oleh NSOC untuk melakukan manajemen kerentanan. Kerangka kerja disusun berdasarkan siklus manajemen kerentanan dan diberikan rekomendasi penerapan menggunakan beberapa standar. Validasi kerangka kerja dilakukan menggunakan metode Expert Judgement dan dilakukan oleh pakar di bidang pelindungan IIV, pelaksanaan NSOC, dan manajemen kerentanan. Berdasarkan hasil penelitian, kerangka kerja NSOC-VM memiliki 5 tahapan, 10 aktivitas, dan 35 rekomendasi penerapan. Penilaian kuantitatif menggunakan Free-Marginal Multirater Kappa menunjukkan nilai Kappa sebesar 0.954 yang berarti usulan rekomendasi implementasi kerangka kerja mendapatkan kesepakatan para Expert Judgement pada level almost perfect agreement. Kerangka kerja ini diharapkan dapat diterapkan di NSOC untuk memberikan pelindungan pada IIV di Indonesia.

Cyber security is an essential aspect of Critical Information Infrastructure (CII). CII is a collection of strategic infrastructure and has a significant impact if disruptions occur. The National Security Operation Center (NSOC) is a national cyber Security Operation Center in Indonesia that provides CII with cyber security services. In Indonesia, CII has a high level of vulnerability and cyber threats. At the same time, remedial measures regarding these vulnerabilities and threats have not been appropriately implemented. In addition, there is also no framework for carrying out a vulnerability management cycle for NSOC to protect CII. This research proposes the National Security Operation Center-Vulnerability Management (NSOC-VM) Framework that NSOC can apply to manage vulnerability. The framework is designed based on the vulnerability management cycle and recommendations for implementation are given using several standards. The Framework validation was conducted using Expert Judgement in CII protection, SOC best practices, and vulnerability management implementation. Based on the result, the NSOC-VM Framework consists of 5 phases, 10 activities, and 35 practical recommendations. Quantitative research using Free-Marginal Multirater Kappa shows a kappa value of 0.954, which means that the proposed recommendations for implementing the Framework received agreement from expert judgment at almost perfect agreement level. It is hoped that this framework can be implemented in NSOC to provide CII protection in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azza Ulin Nuha
"Keamanan siber merupakan aspek penting dalam penyelenggaraan Infrastruktur Informasi Vital (IIV). IIV merupakan sekumpulan infrastruktur strategis dan memiliki dampak yang besar apabila terjadi gangguan. National Security Operation Center (NSOC) merupakan pusat operasi keamanan siber lingkup nasional yang memiliki fungsi untuk memberikan layanan keamanan siber bagi IIV. Di Indonesia, IIV memiliki tingkat kerentanan dan ancaman siber yang tinggi, sementara langkah perbaikan mengenai kerentanan dan ancaman tersebut belum dilaksanakan dengan baik. Selain itu, belum terdapat kerangka kerja terkait pelaksanaan siklus pengelolaan kerentanan di NSOC untuk melindungi IIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan National Security Operation Center-Vulnerability Management (NSOC-VM) sebagai kerangka kerja yang dapat diterapkan oleh NSOC untuk melakukan manajemen kerentanan. Kerangka kerja disusun berdasarkan siklus manajemen kerentanan dan diberikan rekomendasi penerapan menggunakan beberapa standar. Validasi kerangka kerja dilakukan menggunakan metode Expert Judgement dan dilakukan oleh pakar di bidang pelindungan IIV, pelaksanaan NSOC, dan manajemen kerentanan. Berdasarkan hasil penelitian, kerangka kerja NSOC-VM memiliki 5 tahapan, 10 aktivitas, dan 35 rekomendasi penerapan. Penilaian kuantitatif menggunakan Free-Marginal Multirater Kappa menunjukkan nilai Kappa sebesar 0.954 yang berarti usulan rekomendasi implementasi kerangka kerja mendapatkan kesepakatan para Expert Judgement pada level almost perfect agreement. Kerangka kerja ini diharapkan dapat diterapkan di NSOC untuk memberikan pelindungan pada IIV di Indonesia.

Cyber security is an essential aspect of Critical Information Infrastructure (CII). CII is a collection of strategic infrastructure and has a significant impact if disruptions occur. The National Security Operation Center (NSOC) is a national cyber Security Operation Center in Indonesia that provides CII with cyber security services. In Indonesia, CII has a high level of vulnerability and cyber threats. At the same time, remedial measures regarding these vulnerabilities and threats have not been appropriately implemented. In addition, there is also no framework for carrying out a vulnerability management cycle for NSOC to protect CII. This research proposes the National Security Operation Center-Vulnerability Management (NSOC-VM) Framework that NSOC can apply to manage vulnerability. The framework is designed based on the vulnerability management cycle and recommendations for implementation are given using several standards. The Framework validation was conducted using Expert Judgement in CII protection, SOC best practices, and vulnerability management implementation. Based on the result, the NSOC-VM Framework consists of 5 phases, 10 activities, and 35 practical recommendations. Quantitative research using Free-Marginal Multirater Kappa shows a kappa value of 0.954, which means that the proposed recommendations for implementing the Framework received agreement from expert judgment at almost perfect agreement level. It is hoped that this framework can be implemented in NSOC to provide CII protection in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Rio Arianto
"The establishment of the “Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII)” is a tactical step by the Indonesian Ministry of Information and Communication to ensure the stability of national information regarding cyber protection and all forms of threats. This study explores the urgency of ID-SIRTII to prevent global cyber threats. The study found that cyber threats in Indonesia are very complex, seeing the variations of actors, motives, and targets (civil or military purpose). This complexity can be explained through the following four aspects, namely : (1) by understanding of Geometripolitic studies in cyber, there are at least two domains that can be reached, namely “the using of cyber for high-politics purposes (military)”by formulating and activating of Cyberpower to face the Global Cyber War(PSG), Wold Geometri War (PGA), and the forming of “Siber State or Siber Government”; and “the use of cyber for low-politics purposes (civil)”by the protection of civil activities in cyberspace; (2) in order to prevent the spread of national cyber crime, the implementation of the ID-SIRTII policy is integrated with the national cyber institutions; (3) in order to prevent the Global Cyber Threat, the implementation of ID-SIRTII policies needs to be strengthened and well-integrated with the regional and global cyber institutions; and (4) considering of the two “functionalism of cyber” also to form a structuralism of Indonesian National Defense and Security system in the cyber sector, nowdays Indonesia needs to build a CyberForce as a complement to the Army, Navy, and Air Force."
Bogor: Indonesia Defense University, 2019
355 JDSD 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cyril Nugrahutama Kurnaman
"Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk dan pengguna internet terbesar keempat di dunia membuat kemungkinan serangan siber semakin besar. Oleh karena itu, dalam mempertimbangkan banyak potensi serangan siber yang dapat terjadi, perusahaan harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang kualitas keamanan infrastruktur teknologi informasi (TI) yang dimilikinya. Penelitian ini mengevaluasi kualitas keamanan infrastruktur TI yang dimiliki PT XYZ saat ini dan membandingkannya dengan kualitas keamanan infrastruktur TI yang diharapkan PT XYZ menggunakan perluasan model kematangan keamanan siber yaitu Cybersecurity Capability Maturity Model (C2M2). Peneliti mengadopsi 10 (sepuluh) domain C2M2 dan 2 (dua) domain lain yang bersumber dari Center for Internet Security (CIS) Controls sehingga jumlah domain yang diuji pada model konseptual adalah 12 domain. Perluasan model ini menyesuaikan dengan kondisi dalam masa pandemi COVID-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah in-depth interview dan kuesioner self-evaluation assessment. Data kemudian diolah dan dianalisis menggunakan gap analysis dan importance-performance analysis. Berdasarkan hasil penelitian, 10 domain C2M2 dan 2 domain CIS yang diujikan terhadap PT XYZ memiliki gaps pada Maturity Indicator Level (MIL) di masing-masing domain. Hampir seluruh domain yang diujikan berada di kuadran A pada matriks importance-performance analysis dimana tingkat kinerja rendah namun tingkat kepentingan tinggi. Skala prioritas dibuat agar PT XYZ dapat fokus memperbaiki domain yang memiliki selisih gaps besar dan tingkat kepentingan tinggi. Prioritas I atau prioritas utama domain yang harus segera dibenahi oleh PT XYZ adalah asset, change, and configuration management (ACM); identity and access management (IAM); dan event and incident response, continuity of operations (IR). Kemudian, prioritas II yaitu domain threat and vulnerability management (TVM). Lalu, prioritas III yaitu domain risk management (RM) dan situational awareness (SA). Kemudian, prioritas IV yaitu domain workforce management (WM) dan data protection (PR). Lalu, prioritas V yaitu domain information sharing and communications (ISC) dan cybersecurity program management (CPM). Terakhir, prioritas VI yaitu domain supply chain and dependencies management (EDM). Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kualitas keamanan infrastruktur TI di PT XYZ belum mampu mengatasi risiko keamanan yang ada sehingga membutuhkan banyak perbaikan dan perlu dievaluasi secara menyeluruh.

Indonesia is a country with the fourth largest population and internet users in the world, making the possibility of cyberattacks even greater. Therefore, in considering the many potential cyberattacks that can occur, companies must have a deep understanding of the security quality of their information technology (IT) infrastructure. This research evaluates the security quality of PT XYZ's current IT infrastructure and compares it with the quality of IT infrastructure security expected by PT XYZ using a framework’s expansion of Cybersecurity Capability Maturity Model (C2M2). The researcher adopted 10 (ten) C2M2 domains and 2 (two) other domains sourced from the Center for Internet Security (CIS) Controls so that the number of domains tested in the conceptual model is 12 domains. The expansion of this model adapts to conditions during the COVID-19 pandemic. The methods used in this research are in-depth interviews and self-evaluation assessment questionnaires. The data is then processed and analyzed using gap analysis and importance-performance analysis. Based on the research results, 10 C2M2 domains and 2 CIS domains tested against PT XYZ have gaps in the Maturity Indicator Level (MIL) in each domain. Almost all of the tested domains are in quadrant A in the importance-performance analysis matrix where the level of performance is low but the level of importance is high. The priority scale is made so that PT XYZ can focus on improving domains that have large gaps and high levels of importance. Priority I or the main priority domains that must be addressed by PT XYZ are asset, change, and configuration management (ACM); identity and access management (IAM); and event and incident response, continuity of operations (IR). Then, priority II is the threat and vulnerability management (TVM) domain. Then, priority III is the domain of risk management (RM) and situational awareness (SA). Then, priority IV is the domain of workforce management (WM) and data protection (PR). Then, priority V is the domain of information sharing and communications (ISC) and cybersecurity program management (CPM). Finally, priority VI is the supply chain and dependencies management (EDM) domain. This shows that the overall security quality of PT XYZ’s IT infrastructure has not been able to overcome the existing security risks so that it requires a lot of improvements and needs to be evaluated thoroughly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetyo Adi Wibowo Putro
"Secara umum, kebijakan pengamanan infrastruktur informasi vital (IIV) di Indonesia mengacu pada undang-undang informasi dan transaksi elektronik, undang-undang keterbukaan informasi publik, undang-undang Pelindungan data pribadi dan peraturan Pelindungan IIV. Berdasarkan peraturan Pelindungan IIV, program pengamanan IIV setidaknya membutuhkan kerangka kerja pengamanan layanan IIV dan metode identifikasi layanan vital sesuai model pengamanan IIV. Dalam rangka memberikan panduan praktis serta memenuhi kebutuhan strategis, diusulkan rancangan kerangka kerja pengamanan IIV sesuai kebutuhan di Indonesia. Memperhatikan keterbatasan waktu penelitian, rancangan kerangka kerja dibangun mengacu kepada kebutuhan sektor administrasi pemerintahan sebagai sektor yang banyak terhubung dengan sektor strategis lain.
Penelitian kerangka kerja pengamanan IIV sektor administrasi pemerintahan dilakukan dengan pendekatan sosioteknikal mengacu metode predicting malfunctions in socio-technical systems (PreMiSTS). pada akhir penelitian dibuat sistem pendukung keputusan sebagai implementasi dari kerangka kerja yang dihasilkan. Keseluruhan tahapan penelitian didesain sebagai penelitian mixed method dengan kombinasi metode analisis data tematik, fuzzy delhphi method (FDM), partial least squares structural equation model (PLS SEM), teori desain visual, focus group discussion (FGD), dan content validity indeks (CVI).
Kerangka kerja yang dihasilkan memiliki 6 elemen penentu pengamanan IIV dengan total 20 sub elemen dan 36 indikator. Berdasarkan hasil FDM dan PLS SEM, semua elemen dan sub elemen berpengaruh, namun ada 5 indikator yang harus dihilangkan karena tidak berpengaruh. Berdasarkan nilai CVI, desain kerangka kerja dinyatakan oleh 7 narasumber memenuhi 7 kriteria kerangka kerja, yaitu simplicity, coverage, compliance, dynamics, capabilities, usefulness, dan trustworthiness. Implementasi kerangka kerja dalam bentuk sistem pendukung keputusan memberikan rekomendasi kendali pengamanan untuk setiap fungsi. Kebermanfaatan ini dapat diterima dengan Baik oleh responden
Penelitian ini memberikan kerangka kerja praktis untuk melindungi IIV di sektor pemerintahan Indonesia. Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi dalam identifikasi elemen keamanan dengan pendekatan sosioteknikal, serta metode validasi dan evaluasi kerangka kerja di bidang keamanan siber.

In general, the policy for securing critical information infrastructure (CII) in Indonesia refers to the information and electronic transactions law, the public information disclosure law, the personal data protection law and the CII protection regulations. Based on the CII Protection regulations, the CII security program requires at least an CII service security framework and vital service identification methods according to the CII security model. In order to provide practical guidance and meet strategic needs, a draft CII security framework is proposed according to needs in Indonesia. Taking into account the limited research time, the framework design was built referring to the needs of the government administration sector as a sector that is widely connected with other strategic sectors.
Research on the CII protection framework for the government administration sector was carried out using a sociotechnical approach referring to the predicting malfunctions in socio-technical systems (PreMiSTS) method. At the end of the research a decision support system was created as an implementation of the resulting framework. The entire research stage was designed as mixed method research with a combination of thematic data analysis methods, fuzzy Delphi method (FDM), partial least squares structural equation model (PLS SEM), visual design theory, focus group discussion (FGD), and content validity index (CVI).
The resulting framework has 6 elements determining IIV security with a total of 20 sub-elements and 36 indicators. Based on the results of FDM and PLS SEM, all elements and sub-elements have an influence, but there are 5 indicators that must be removed because they have no effect. Based on the CVI scores, the framework design was stated by 7 sources as meeting 7 framework criteria, namely simplicity, coverage, compliance, dynamics, capabilities, usefulness and trustworthiness. Implementation of the framework in the form of a decision support system provides security control recommendations for each function. This usefulness was well received by respondents
This research provides a practical framework for protecting CII in the Indonesian government sector. Theoretically, this research contributes to the identification of security elements using a sociotechnical approach, as well as validation and evaluation methods for frameworks in the field of cyber security.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mabda Haerunnisa Fajrilla Sidiq
"Laporan UN GGE tahun 2015 menjadi laporan monumental yang memberikan rekomendasi mengenai pengaturan ruang siber internasional, termasuk norma mengenai sikap negara yang bertanggung jawab. Merespons laporan tersebut, ASEAN menyatakan komitmennya untuk mengikuti dan menyusun langkah implementasi untuk seluruh norma tersebut pada tahun 2018. Menanggapi fenomena tersebut, skripsi ini mempertanyakan mengapa ASEAN memutuskan untuk mengikuti norma siber UN GGE. Skripsi ini menggunakan teori difusi norma sebagai kerangka analisis dan metode causal-process tracing. Penelitian ini menemukan bahwa keputusan untuk mengikuti seluruh norma siber UN GGE sesuai dengan kepentingan negara-negara anggota ASEAN dan basis kognitif ASEAN. ASEAN menunjukkan kesesuaian tersebut dengan mengedepankan karakter komprehensif dari pembahasan mengenai norma siber dengan memanfaatkan bingkai ekonomi dan keamanan. Sementara itu, ASEAN pun menunjukkan respons mimicry terhadap norma UN GGE. Respons tersebut mengimplikasikan bahwa ASEAN cenderung mempertahankan basis kognitif dalam menyambut kehadiran norma eksternal, mengingat kesesuaian norma eksternal dengan nilai-nilai mendasar di ASEAN dan kepentingan negara-negara anggota ASEAN.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Madiyaningsih
"PT Z merupakan pengelola dan pengembang IT PT ABC (sebuah perusahaan listrik yang dimiliki oleh pemerintah), dituntut untuk dapat memastikan keamanan siber yang tinggi dalam setiap layanan yang diberikan kepada PT ABC untuk mencegah kebocoran data, kerugian finansial yang dapat mencapai Rp. 300 Triliun, serta dampak non-finansial lainnya. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi dan assessment IT Maturity Level untuk memastikan kehandalan manajemen keamanan siber PT Z. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis IT maturity keamanan siber pada PT Z menggunakan kerangka kerja COBIT 5 fokus pada domain proses Align, Plan, and Organize 13 (APO13) dan Deliver, Service, and Support 05 (DSS05). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah in-depth interview dan self evaluation assessment dengan menggunakan kuisioner kepada 33 pegawai STI selaku penanggung jawab IT. Berdasarkan pengolahan data menggunakan gap analysis, maka diperoleh tingkat kapabilitas pencapaian  APO13 PT Z adalah 3,06 (level 3) dengan gap tertinggi pada activity :APO13.2.3 gap 1.27, APO13.1.2 gap 1.06, APO13.2.1 gap 1.06. Sedangkan pencapaian domain DSS05 PT Z adalah 3,21 (level 3) dengan gap tertinggi berada pada DSS05.4.2 gap 1.64, DSS05.2.3 gap 1.15, DSS05.5.1 gap 1.09. Hasil ini menunjukkan bahwa PT. Z perlu membangun security information yang terintegrasi dan membentuk strategi keamanan IT selaras dengan strategi bisnis perusahaan dengan mendefinisikannya kedalam inisiatif keamanan: teknologi, people, dan proses.

PT Z is the IT manager and developer of PT ABC, a government-owned electricity company. They are required to ensure high cybersecurity in every service provided to PT ABC to prevent data breaches, and potential financial losses of up to Rp. 300 Trillion, and other non-financial impacts. Therefore, an evaluation and assessment of IT Maturlevelsevel need to be conducted to ensure the reliability of PT Z's cybersecurity management. This research aims to analyze the IT maturity of cybersecurity in PT Z using the COBIT 5 framework, focusing on the Align, Plan, and Organize 13 (APO13) and Deliver, Service, and Support 05 (DSS05) process domains. The methods used in this research are in-depth interviews and self-evaluation assessments, conducted through questionnaires distributed to 33 STI employees responsible for IT. Based on data processing using gap analysis, the achievement level of APO13 in PT Z is 3.06 (level 3) with the highest gaps identified in the following activities: APO13.2.3 (gap 1.27), APO13.1.2 (gap 1.06), APO13.2.1 (gap 1.06). Meanwhile, the achievement level of the DSS05 domain in PT Z is 3.21 (level 3) with the highest gaps identified in DSS05.4.2 (gap 1.64), DSS05.2.3 (gap 1.15), DSS05.5.1 (gap 1.09). These results indicate that PT Z needs to establish an integrated security information system and develop an IT security strategy that aligns with the company's business strategy by defining security initiatives in terms of technology, people, and processes.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fakhri Mirfananda
"Internet telah menjadi salah satu teknologi yang tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat modern. Penggunaan internet telah masuk ke seluruh lapisan masyarakat. Karena sifatnya yang serbaguna, internet telah menjadi salah satu infrastruktur paling esensial di dunia. Banyaknya pengguna akan menimbulkan pihak yang tidak bertanggung jawab. Mereka merupakan individu yang menyalahgunakan internet sebagai media untuk melakukan serangan siber demi mengeksploitasi pihak lain. Penyerang akan menggunakan berbagai metode untuk melakukan eksploitasi. Salah satu metode yang paling sering digunakan oleh penyerang adalah dengan mengirimkan serangan siber. Oleh karena itu, kita harus melindungi sistem kita dari serangan siber. Langkah pertama dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi serangantersebut berdasarkan karakteristiknya. Namun untuk membedakannya dari traffic normal, dibutuhkan data yang bisa kita dapatkan dari konsep honeypot yang memancing penyerang untuk melakukan serangan dan mengirimkan data serangan. Untuk melakukan identifikasi secara satu per satu merupakan hal yang sulit dilakukan secara manual.dapat. Namun, hal ini dapat dimudahkan dengan menggunakan artificial intelligence untuk identifikasi pada skala besar. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membahas penggunaan artificial intelligence yaitu algoritma random forest untuk identifikasi serangan siber yang dikumpulkan melalui honeypot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa algoritma random forest dapat memberikan hasil prediksi tipe serangan terbaik dengan parameter jumlah pohon 100 dan tanpa batas kedalaman sebesar 99,48% pada data yang dikumpulkan dengan TPOT.

The Internet has become an inseparable technology from modern society. The use of the internet has reached all layers of society. Due to its versatile nature, the internet has become one of the most essential infrastructures in the world. The large number of users also gives rise to irresponsible individuals who misuse the internet as a medium for cyber attacks to exploit others. Attackers employ various methods to carry out their exploitations. One of the most used methods by attackers is launching cyber attacks. Therefore, we need to protect our systems from these cyber attacks. The first step we can take is to identify the attacks based on their characteristics. However, distinguishing them from normal traffic requires data that we can obtain from a honeypot, which lures attackers to launch attacks and collects attack data. Performing manual identification one by one is a difficult task. However, this can be facilitated by using artificial intelligence for large-scale identification. Hence, this research is conducted to discuss the use of artificial intelligence, specifically the random forest algorithm, for identifying cyber attacks collected through a honeypot. The research results show that the random forest algorithm can provide the best prediction results for attack types with a parameter of 100 trees and no depth limit, achieving an accuracy of 99.48% on the data collected using TPOT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Rizky Moranta
"Perkembangan zaman dan teknologi menyebabkan semakin banyak infrastruktur dan layanan vital yang menggunakan teknologi informasi. Sistem elektronik yang menunjang infrastruktur dan layanan vital tersebut dapat termasuk ke dalam infrastruktur informasi vital (IIV). Dengan ancaman yang hadir pada ruang siber, pelindungan terhadap IIV menjadi penting untuk menjamin keamanan dan ketahanan siber di Indonesia. Pelindungan tersebut direalisasikan melalui Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2022 tentang Pelindungan Infrastruktur Informasi Vital. Peraturan ini mencakup aspek-aspek pelindungan IIV termasuk aspek identifikasi IIV yang merupakan langkah dalam pelindungan IIV di Indonesia.  Pelindungan IIV khususnya pada aspek identifikasi IIV harus dilakukan dengan metode dan kriteria yang sesuai untuk memastikan seluruh IIV yang ada dapat dilindungi dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan diapaparkan dalam bentuk deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis pelindungan IIV di Indonesia khususnya pada aspek identifikasi IIV berdasarkan pada framework dari ASEAN CIIP Framework, European Union Agency for Cybersecurity (ENISA), konsep dependensi dan interdependensi serta konsep ketahanan siber unutk melihat bagaimana pelindungan IIV dapat mendukung ketahanan siber di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek-aspek pelindungan IIV di Indonnesia khususnya pada aspek identifikasi IIV telah sesuai dengan framework yang ada serta konsep ketahanan siber yang digunakan dan dapat turut mendukung ketahanan siber di Indonesia.

The development of technology has led to an increasing number of infrastructure and vital services that rely on information technology. The electronic systems that support these infrastructure and vital services can be categorized as critical information infrastructure (CII). With the threats present in cyberspace, protecting CII has become crucial to ensure security and cyber resilience in Indonesia. This protection is realized through The Regulation of The President of The Republic of Indonesia Number 82 of 2022 on Critical Information Infrastructure Protection. This regulation covers various aspects of CII protection, including the identification of CII, which is a crucial step in protecting CII in Indonesia. The CII protection, particularly in the aspect of CII identification, must be carried out using appropriate methods and criteria to ensure that all existing CII can be well protected. This research uses a qualitative method and is presented in a descriptive format. This research aims to explain and analyze the protection of CII in Indonesia, particularly in the aspect of CII identification, based on the frameworks provided by the ASEAN CIIP Framework, the European Union Agency for Cybersecurity (ENISA), the concepts of dependency and interdependency, and the concept of cyber resilience to understand how the CII protection can support cyber resilience in Indonesia. The research findings indicate that the aspects of CII protection in Indonesia, particularly in the aspect of CII identification, are in line with the existing frameworks and the concept of cyber resilience used, and they can contribute in enhancing cyber resilience in Indonesia."
Jakarta: Sekolah Kajian dan Stratejik Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Rio Arianto
"ABSTRACT
Terbentuknya Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) merupakan langkah taktis dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia guna mewujudkan stabilitas informasi, perlindungan siber, dan segala bentuk ancamannya. Studi ini mendalami pentingnya ID-SIRTII dalam mencegah ancaman siber global. Hasil studi menemukan bahwa ancaman siber di Indonesia sangat kompleks, melihat variasi dari aktor, motif, dan targetnya. Kompleksitas ini dapat dijelaskan melalui empat aspek berikut, yaitu: (1) berangkat dari studi Geometripolitika, fungsionalisme siber berada dalam dua domain, yaitu fungsionalisme siber untuk tujuan politik tingkat tinggi (geometrik militer) berupa formulasi dan aktivasi kekuasaan Siber guna menghadapi Perang Siber Global (PSG), Perang Geometri Antarbangsa (PGA), dan kompleksitas terbentuknya Negara Maya atau Pemerintahan Siber; dan fungsionalisme siber untuk tujuan politik tingkat normal (geometrik sipil) berupa perlindungan aktivitas sipil di dunia maya; (2) guna mencegah kejahatan siber, implementasi kebijakan ID-SIRTII terintegrasi dengan peran strategis institusi siber nasional; (3) guna menghadapi Ancaman Siber Global, implementasi kebijakan ID-SIRTII perlu terintegrasi dengan institusi siber regional dan global; dan (4) berangkat dari fungsionalisme siber dan untuk menciptakan suatu strukturalisme Pertahanan dan Keamanan Siber Nasional Indonesia, sudah saatnya Indonesia membentuk Angkatan Siber sebagai pelengkap dari Angkatan Darat, Agkatan Laut, dan Angkatan Udara."
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2019
343.01 JPBN 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>