Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariski Fajarido
"Hipertensi telah diidentifikasi sebagai risiko kesehatan global yang signifikan, yang sering kali mengarah pada kerusakan ginjal dan penyakit ginjal stadium akhir. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis efek Doksisiklin terhadap terjadinya hipertensif nefropati pada tikus hipertensi kronik yang diinduksi DOCA+salt dan uninefrektomi, pada fungsi ginjal dan biomarker ekspresi gen yang diperiksa dengan studi bioinformatika. Metode yang digunakan pada penelitian ini meliputi analisis in-silico dengan penyaringan database, interaksi protein-protein, analisis pengayaan fungsional, penambatan molekuler, dinamika molekuler, desain dan validasi primer, uji ekspresi gen dengan qRT-PCR, dan uji fungsi ginjal (ureum, kreatinin). Dari hasil penyaringan gen dari dua database yaitu Comparative Toxicogenomics Database (CTD) dan GSE37460 didapatkan 47 gen yang terkait dengan hipertensif nefropati. Dari 47 gen dilakukan analisis in-silico didapatkan dua gen yang potensial untuk menjadi biomarker yaitu AGTR1 dan ACE2. Hasil analisis ekspresi gen dengan qRT-PCR didapatkan hasil bahwa ada penurunan ekspresi dari gen AGTR1 dan ACE2 pada kelompok tikus hipertensi yang diinduksi DOCA+salt serta Doksisiklin dosis 15 mg/kg BB dan 30 mg/kg BB. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) dari kadar ureum dari kelompok DOCA+salt dan Doksisiklin dosis 30 mg/kg BB. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) kadar kreatinin pada kelompok tikus dengan perlakuan Doksisiklin 30 mg/kg BB dan irbesartan. Meskipun ada perbedaan yang signifikan namun kadar ureum dan kreatinin masih dalam batas normal. Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan biomarker gen AGTR1 dan ACE2 pada kelompok hipertensi dapat disebabkan karena kondisi ginjal yang masih normal dikarenakan hasil tes fungsi ginjal menunjukkan nilai yang normal sehingga biomarker ekspresi gen tidak meningkat secara signifikan.

Hypertension has been identified as a significant global health risk, often leading to kidney damage and end-stage renal disease. This study aimed to analyze the effects of doxycycline on the occurrence of hypertensive nephropathy in chronic hypertensive rats induced by DOCA+salt and uninephrectomy, focusing on kidney function and gene expression biomarkers examined through bioinformatics studies. The methods used in this research included in-silico analysis with database screening, protein-protein interaction, functional enrichment analysis, molecular docking, molecular dynamics, primer design and validation, gene expression testing with qRT-PCR, and kidney function tests (urea and creatinine). Gene screening from two databases, namely the Comparative Toxicogenomics Database (CTD) and GSE37460, identified 47 genes associated with hypertensive nephropathy. From these 47 genes, in-silico analysis identified two potential biomarker genes, AGTR1 and ACE2. Gene expression analysis using qRT-PCR revealed a decrease in the expression of AGTR1 and ACE2 genes in the hypertensive rat groups induced by DOCA+salt and treated with doxycycline at doses of 15 mg/kg BW and 30 mg/kg BW. Furthermore, a significant difference (p < 0.05) was observed in the urea levels between the DOCA+salt group and the group treated with doxycycline at a dose of 30 mg/kg BW. A significant difference (p < 0.05) in creatinine levels was also observed between the doxycycline 30 mg/kg BW group and the irbesartan group. Despite these significant differences, urea and creatinine levels remained within the normal range. This study concluded that the decreased expression of the AGTR1 and ACE2 biomarkers in the hypertensive groups might be due to normal kidney conditions, as kidney function test results remained within normal limits, preventing a significant increase in gene expression biomarkers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Aji Subakti
"Latar belakang : Intervensi koroner perkutan primer (IKPP) telah berhasil menurunkan mortalitas dan morbiditas pada pasien Infark Miokard Akut Dengan Elevasi Segmen ST (IMA EST), namun masih tingginya kejadian gagal jantung pada pasien yang berhasil bertahan hidup menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Pencegahan remodeling melalui jalur inhibisi metalloproteinase (MMPs) merupakan target terapi dari doksisiklin. Biomarker fibrosis miokard pada proses remodeling adalah Soluble suppression of tumorigenicity-2 (sST2). Efek doksisiklin terhadap kadar ST2 pada pasien IMA EST yang dilakukan IKPP belum diketahui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek doksisiklin terhadap penurunan kadar ST2 sebagai biomarker pasca IKPP.
Metode: Pada pasien IMA-EST sesuai dengan kriteria inklusi yang menjalani IKPP dimasukkan kedalam populasi penelitian dengan metode acak ganda tersamar. Dilakukan pemeriksaan laboratorium ST2 sebelum tindakan IKPP dan 24 jam paska tindakan IKPP.Subyek penelitian akan mengkonsumsi kapsul penelitian A atau B, sebanyak dua kali sehari selama 7 hari. Parameter ekokardiografi diukur pada 24 jam pertama setelah tindakan IKPP dan pada hari kelima atau sebelum pulang dari rumah sakit dan dilakukan pencatatan kejadian kematian, lama rawat, dan gagal jantung selama perawatan.
Hasil: Terdapat 94 subyek yang dianalisa pada studi ini. Pemberian doksisiklin dibanding placebo tidak terbukti bermakna dalam menurunkan ST2 pada jam ke 24. Terdapat perbedaan bermakna yang baik pada insiden gagal jantung kelompok kontrol dengan ST2 > 35 ng/ml dan ST2 < 35 ng/ml dengan nilai p = 0,007. Terdapat peningkatan nilai ejeksi fraksi bermakna dibandingkan kelompok kontrol (4,5±10,4 vs 0,3±10,3 %, p = 0,05) dengan rerata peningkatan sebesar 4,2 (95% IK 0,04-8,46) %.
Kesimpulan : Doksisiklin sebagai agen anti remodeling tidak terbukti menurunkan kadar ST2 secara bermakna pada pasien IMA EST yang dilakukan IKPP

Background : Primary percutaneous coronary intervention (PPCI) has succeeded in reducing mortality and morbidity in patients with Acute Myocardial Infarction With the new ST Segment Elevation (STEMI), but the high incidence of heart failure in patients who have survived causes increased morbidity and mortality. Prevention of remodeling through the metalloproteinase inhibition pathway (MMPs) is the therapeutic target of doxycycline. Biomarker of myocardial fibrosis in the remodeling process are soluble suppression of tumorigenicity-2 (sST2). The effect of doxycycline on ST2 levels in STEMI patients performed by PPCI is unknown.
Objective : To determine the effect of doxycycline on decreasing ST2 levels as a biomarker after PPCI.
Methods: STEMI patients according to the inclusion criteria who underwent PPCI were included by double randomized control trial method. ST2 laboratory is carried out before PPCI and 24 hours after PPCI. The subject will consume capsules A or B,twice a day for 7 days. Echocardiographic parameters were measured in the first 24 hours after PPCI and on the fifth day or before discharge from the hospital. The incidence of death, length of stay, and heart failure during hospitalization were recorded.
Results: There were 94 subjects analyzed in this study. The Doxycycline compared to the placebo was not proven in decreasing ST2 at 24 hours. There was higher incidence of heart failure related to ST2 > 35 ng / ml than ST2 <35 ng / ml with p = 0.007. There wasimprovementejection fraction among control group (4.5 ± 10.4 vs 0.3 ± 10.3%, p = 0.05) with an increase in the mean of 4.2 (95% CI 0.04-8 , 46)%.
Conclusion : Doxycycline as an anti-remodeling agent was not proven to reduce ST2 levels in STEMI patients after PPCI
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Nurul Hidayah
"Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan dunia yang dapat memengaruhi kualitas kesehatan individu dalam keluarga. Faktor risiko yang mendominasi penyebab hipertensi adalah gaya hidup tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan stres. Kombinasi relaksasi napas dalam dan terapi musik binaural beats menjadi salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah. Karya Ilmiah Akhir Ners akhir ini bertujuan untuk menggambarkan efektivitas kombinasi relaksasi napas dalam dan terapi musik binaural beats dalam menurunkan tekanan darah pada keluarga Bapak P. Metode yang digunakan adalah asuhan keperawatan keluarga dan analisis kasus mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi. Hasil intervensi menunjukkan terjadi penurunan tekanan sistolik sebanyak 6,25 poin (5 – 10 mmHg) dan tekanan darah diastolik sebesar 3,75 poin (0 – 5 mmHg), serta rerata penurunan frekuensi nadi sejumlah 4,63 poin (4 – 6 kali). Kombinasi relaksasi napas dalam dan terapi musik binaural beats diberikan dalam rentang 10 menit selama 8 kali kunjungan. Penelitian ini merekomendasikan penerapan kombinasi relaksasi napas dalam dan terapi musik binaural beats pada klien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.

Hypertension is still a health problem in Indonesia and the world that can affect the quality of health of individuals in the family. The risk factors that dominate the cause of hypertension are an unhealthy lifestyle, lack of physical activity, and stress. The combination of deep breathing relaxation and binaural beats music therapy is one way to reduce high blood pressure. This final scientific paper aims to describe the effectiveness of the combination of deep breathing relaxation and binaural beats music therapy in reducing blood pressure in Mr. P's family. The method used is family nursing care and case analysis from the assessment stage to the evaluation stage. The results of the intervention showed a decrease in systolic pressure of 6.25 points (5-10 mmHg) and diastolic blood pressure of 3.75 points (0-5 mmHg), and an average decrease in pulse rate of 4.63 points (4-6 times). The combination of deep breathing relaxation and binaural beats music therapy was given in a span of 10 minutes for 8 visits. This study recommends the application of a combination of deep breathing relaxation and binaural beats music therapy in hypertensive clients to lower blood pressure."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Affiati Noviarini
"Allopurinol sebagai purin analog dari hipoksantin dan merupakan inhibitor dari xanthine oksidase (XO) yang dapat menjadi salah satu obat hipertensi dengan menurunkan tekanan darah sistolik, diastolik, dan tekanan arteri rata-rata. Allopurinol pada tikus hipertensi yang diinduksi diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus yang dikelompokkan menjadi 6 kelompok. Lima kelompok tikus jantan Sprague-Dawley memberi makan makanan tinggi lemak selama enam minggu dan satu kelompok diberi pakan standar. Obat yang diberikan selama tujuh hari, satu kelompok hanya diberi diet tinggi lemak dan CMC 0,5% secara oral, satu kelompok diberi lemak tinggi dan ISDN 3,6 mg/200 g BB per oral, satu kelompok diberi diet tinggi lemak dan dosis Allopurinol 9 mg/200 g BB per oral, satu kelompok diberi diet tinggi lemak dan dosis Allopurinol 18 mg/200 g BB per oral, dan satu kelompok diberi diet tinggi lemak dan dosis Allopurinol 36 mg/200 g BB per oral. Diet tinggi lemak diberikan melalui pakan dengan komposisi terdiri dari pakan standar: kuning telur puyuh: HFCS: mentega (5: 3: 1: 1). Allopurinol mengurangi signifikansi darah pada tiga kelompok dosis (p <0,05). Semua dosis Allopurinol dan ISDN memberikan hasil yang relevan pada parameter tekanan darah dan kadar glukosa yang diperlukan pada hari terakhir pemberian obat. Berdasarkan hasil ini, Allopurinol memiliki efek potensial sebagai agen antihipertensi.

Allopurinol as a purine analogous to hypoxanthine and is an inhibitor of xanthine oxidase (XO) which can be one of the drugs for hypertension by lowering systolic, diastolic, and mean arterial blood pressure. Allopurinol in hypertensive rats induced by a high-fat diet. This study used 30 rats which were grouped into 6 groups. Five groups of Sprague-Dawley male rats fed high-fat foods for six weeks and one group was given standard feed. Drugs given for seven days, one group was only given a high-fat diet and 0.5% CMC orally, one group was given high fat and ISDN 3.6 mg/200 g BW orally, one group was given a high-fat diet and a dose of Allopurinol 9 mg/200 g BW orally, one group was given a high-fat diet and a dose of Allopurinol 18 mg/200 g BW orally, and one group was given a high-fat diet and Allopurinol dose 36 mg/200 g BW orally. A high-fat diet is provided through feeds with a composition consisting of standard feed: quail egg yolk: HFCS: butter (5: 3: 1: 1). Allopurinol reduced blood significance in three dose groups (p <0.05). All doses of Allopurinol and ISDN give relevant results on blood pressure parameters and glucose levels needed on the last day of drug administration. Based on these results, Allopurinol has a potential effect as an antihypertensive agent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Putu Dian Yunita Sari
"Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang paling banyak dialami oleh lansia di Indonesia. Pijat kaki dengan minyak pijat lavender dan musik tradisional rindik bermanfaat dalam memodifikasi patofisiologi hipertensi sehingga mampu memengaruhi tekanan darah lansia. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan pre-posttest design pada 64 orang responden, yang dibagi menjadi 32 orang responden sebagai kelompok intervensi dan 32 orang responden sebagai kelompok non intervensi. Kelompok intervensi diberikan pijat kaki dengan minyak pijat lavender dan musik tradisional rindik selama 12 sesi dalam enam minggu selama 33 menit tiap sesinya. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pijat kaki dengan minyak pijat lavender dan musik tradisional rindik terhadap tekanan darah sistolik (p value < 0,001) dan diastolik (p value < 0,001) pada lansia dengan hipertensi di Kabupaten Tabanan, Bali. Intervensi ini dapat dijadikan salah satu pilihan terapi komplementer dalam asuhan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi lanjutan akibat tekanan darah tinggi.

Hypertension is the most numerous non communicable disease in Indonesian older person. Foot massage with lavender massage oil and traditional music of rindik useful in modifying hypertensions pathophysiology of older person that can affect blood pressure. This study design was quasi experiment with pre-posttest design approach in 64 respondents, that is divided into 32 respondents as a intervention group and 32 respondents as a non intervention group. The intervention group recieved foot massage with lavender massage oil and traditional music of rindik for 12 sessions during six weeks for 33 minutes in each session. The statistical result showed there is the significantly effect of foot massage with lavender massage oil and traditional music of rindik on sistolic blood pressure (p value < 0,001) and diastolic blood pressure (p value < 0,001) among older person with hypertension in Tabanan Regency, Bali. This intervention can be used as one of complementary therapy in community health nursing care plan option for controlling older person with hypertension and decreasing risk of incremental complications as a result of high blood pressure."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
"Hipertensi merupakan penyakit serius yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kardiovaskular, otak, ginjal, serta dapat mempengaruhi organ lainnya (WHO, 2021). Sebagian besar pasien melakukan terapi hipertensi dalam jangka waktu yang panjang untuk mencapai target tekanan darah yang lebih rendah dan mencegah risiko dari gagal jantung, stroke, atau infark miokard (WHO, 2021). Adapun serangkaian pelayanan kesehatan diperlukan untuk mengoptimalkan manfaat terapi dan mencegah permasalahan dari terapi hipertensi pada pasien, salah satunya adalah dengan menerapkan Medication Therapy Management (MTM) (Burns, 2008). Medication Therapy Management (MTM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengatasi atau mencegah permasalahan dari polifarmasi, efek samping obat, kepatuhan dalam meminum obat, serta penggunaan obat yang tidak tepat (Viswanathan et al., 2015). Puskesmas sebagai pusat pelayanan tingkat pertama fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan perlu untuk menerapkan pelayanan Medication Therapy Management (MTM) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan bagi pasien (Kemenkes RI, 2019). Pada tugas khusus ini, dilakukan implementasi Medication Therapy Management terhadap seorang pasien dengan riwayat penyakit hipertensi yang disertai dengan gagal jantung dan diabetes melitus tipe dua yang menjalani kontrol rutin di Puskesmas Kecamatan Cakung. Pada pelaksanaan implementasi MTM ini, didapatkan kesimpulan bahwa implementasi pelayanan MTM yang telah dilakukan terhadap salah satu pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Cakung dan telah terlaksana dan terdokumentasi dengan baik.

Hypertension is a serious disease that can increase the risk of cardiovascular disorders, brain, kidneys, and can affect other organs (WHO, 2021). Most patients undergo long-term hypertension therapy to achieve lower blood pressure targets and prevent the risk of heart failure, stroke, or myocardial infarction (WHO, 2021). A series of health services are needed to optimize the benefits of therapy and prevent problems from hypertension therapy in patients, one of which is by implementing Medication Therapy Management (MTM) (Burns, 2008). Medication Therapy Management (MTM) is a form of health service that aims to overcome or prevent problems from polypharmacy, drug side effects, adherence to taking drugs, and improper use of drugs (Viswanathan et al., 2015). Puskesmas as a first-level service center for health service facilities that carry out health efforts needs to implement Medication Therapy Management (MTM) services in order to improve service quality and safety for patients (Kemenkes RI, 2019). In this special task, the implementation of Medication Therapy Management was carried out on a patient with a history of hypertension accompanied by heart failure and type two diabetes mellitus who underwent routine control at the Cakung District Health Center. In the implementation of this MTM implementation, it was concluded that the implementation of MTM services that had been carried out for one of the hypertensive patients at the Cakung District Health Center and had been carried out and well documented."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian diseluruh dunia dan dapat diderita oleh kelompok usia mana saja, salah satunya lansia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi hipertensi usia 55-64 tahun sebanyak 55,2%; usia 65-74 tahun sebanyak 63,2%; dan usia ≥ 75 tahun sebanyak 69,5%. Hipertensi dapat terus meningkat pada tahun 2050 karena jumlah lansia diperkirakan mencapai 2 milyar jiwa. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menjabarkan asuhan keperawatan dengan foot massage sebagai upaya menurunkan tekanan darah pada keluarga yang memiliki agregat lansia dengan hipertensi. Intervensi foot massage diberikan dengan tujuan memberikan rasa rileks, menurunkan rasa nyeri, meningkatkan kenyamanan, dan memperlancar aliran darah sehingga tekanan darah menurun. Intervensi foot massage dilakukan 6 hari berturut-turut selama 15 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan 5-10 menit sebelum dan sesudah diberikannya intervensi foot massage untuk melihat stabilisasi tekanan darah sesuai dengan target yang ingin dicapai. Hasil evaluasi mendapatkan adanya penurunan darah, yaitu sebelum terapi foot massage menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik 145,16 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik 69,67 mmHg, namun setelah dilakukan terapi foot massage rata-rata tekanan darah sistolik 134 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik 68,83 mmHg. Pembatasan garam harian, mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin, melakukan aktivitas fisik, dan mengelola stres perlu dilakukan keluarga dalam mengontrol tekanan darah. Tindakan foot massage tidak memberatkan perekonomian keluarga dan gerakannya dapat diikuti masyarakat luas.

Hypertension is one of the causes of death worldwide and can be suffered by any age group, one of which is the elderly. Based on Riskesdas data for 2018, the prevalence of hypertension aged 55-64 years was 55.2%; aged 65-74 years as much as 63.2%; and age ≥ 75 years as much as 69.5%. Hypertension can continue to increase in 2050 because the number of elderly people is estimated to reach 2 billion people. This scientific work aims to describe nursing care with foot massage as an effort to reduce blood pressure in families that have an aggregate of elderly people with hypertension. Foot massage interventions are given with the aim of providing a sense of relaxation, reducing pain, increasing comfort, and facilitating blood flow so that blood pressure decreases. The foot massage intervention was carried out 6 days in a row for 15 minutes. Blood pressure measurements were carried out 5-10 minutes before and after the foot massage intervention was given to see blood pressure stabilization according to the target to be achieved. The evaluation results found a decrease in blood pressure, namely before foot massage therapy showed an average systolic blood pressure of 145.16 mm Hg and an average diastolic blood pressure of 69.67 mm Hg, but after foot massage therapy the average systolic blood pressure was 134 mm Hg and the average diastolic blood pressure was 68.83 mm Hg. Restricting daily salt, taking antihypertensive drugs regularly, doing physical activity, and managing stress needs to be done by the family in controlling blood pressure. The act of foot massage does not burden the family's economy and the movement can be followed by the wider community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Junaeni
"Hipertensi masih menjadi masalah utama di masyarakat Indonesia. Faktor risiko yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah adalah gaya hidup tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan stres. Upaya pengendalian tekanan darah dapat dilakukan secara non-farmakologis dengan menerapkan teknik relaksasi terapi musik. Metode yang digunakan adalah asuhan keperawatan keluarga dan analisis kasus mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi. Evaluasi tindakan dilihat dari pemenuhan lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, di dalam teori keperawatan keluarga. Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga Ibu E, didapat masalah kesehatan terjadi pada Ibu E yang memiliki penyakit hipertensi sejak 2021 dan tidak rutin minum obat. Kebiasaan makan pada Ibu E masih suka makan makanan yang berlemak, bersantan, dan asin-asin. Masalah keperawatan utama yang muncul adalah manajemen kesehatan diri tidak efektif. Sebelum dilakukan intervensi, tekanan darah Ibu E 150/100 mmHg dan setelah dilakukan intervensi dengan penerapan terapi musik selama 6 kali, tekanan darah Ibu E mengalami penurunan dengan dibuktikan dari hasil pengukuran tekanan darah pada hari keenam pemberian intervensi tekanan darah menjadi 114/76 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9.50 mmHg dan diastolik sebesar 6.67 mmHg. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tekanan darah setelah penerapan intervensi terapi musik. Teknik relaksasi terapi musik juga memba

Hypertension is still a major problem in Indonesian society. The risk factors that influence an increase in blood pressure are an unhealthy lifestyle, lack of physical activity, and stress. Efforts to control blood pressure can be done non-pharmacologically by applying the relaxation music therapy. The method used is family nursing care and case analysis from the assessment stage to the evaluation stage. Evaluation of actions is seen from the fulfillment of the five family health tasks accordingto Friedman, in family nursing theory. Based on the results of the assessment in Mrs. E’sfamily, it was found that health problems occurred in Mrs. E who had hypertension since 2021 and not taking medication regularly. Eating habits in Mrs. E’s family still like to eat fatty, coconut milk, and salty foods. The main nursing problem that arises is ineffective self-health management. Before the intervention, Mrs. E’s blood pressure was 150/100 mmHg and after the intervention with the application of music therapy for 6 times, Mrs. E’s blood pressure decreased as evidenced by the results of blood pressure measurements on the sixth times of giving blood pressure interventions to 114/76 mmHg and an average decrease in systolic blood pressure by 9.50 mmHg and diastolic by 6.67 mmHg. The research results indicate a decrease in blood pressure after intervention music therapy. The relaxation techniques music therapy also help reduce stress. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Setianingsih
"Hipertensi di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 34,11% berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018. Diperkirakan hanya 1/3 kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, sisanya belum terdiagnosis. Persentase tersebut membuat Indonesia masuk ke peringkat 5 dengan kasus hipertensi terbanyak di dunia. Jawa Barat menjadi provinsi dengan prevalensi tertinggi ke-2 di Indonesia yaitu sebesar 39,6% dan menjadi penyumbang angka kedua terbesar di Indonesia. Hipertensi juga menjadi peringkat pertama pada sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan Puskesmas Kota Depok. Hipertensi juga masih menjadi penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan semua golongan umur di Puskesmas Jatijajar dan menjadi salah satu penyebab kematian pada ibu. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan Memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dengan melakukan intervensi diet hipertensi mentimun pada keluarga Ibu W di Kelurahan Jatijajar di RW 07, Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah case study. Intervensi dilakukan selama 12 hari kunjungan dengan pemberian intervensi diet DASH pro mentimun selama 7 hari yang diberikan kepada 3 klien dengan masalah hipertensi. Mentimun diberikan dengan dilalap pada pagi hari sebanyak 150 gr dengan kulitnya. Hasil menunjukkan terjadi penurunan dari pertama kali pertemuan dibandingkan dengan akhir setelah diberikan intervensi didapatkan rata-rata penurunan untuk tekanan sistolik sebesar 15,6% dan tekanan sistolik sebesar 15,2 %. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa terapi diet hipertensi pro mentimun dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Hypertension in Indonesia has a prevalence of 34.11% based on the 2018 Basic Health Research. It is estimated that only 1/3 of hypertension cases in Indonesia are diagnosed, the rest are undiagnosed. This percentage makes Indonesia ranked 5th with the most hypertension cases in the world. West Java is the province with the 2nd highest prevalence in Indonesia at 39.6% and is the second largest contributor in Indonesia. Hypertension is also ranked first in the top ten most common diseases in outpatients of the Depok City Health Center. Hypertension is also still the most common disease in outpatients of all age groups at Jatijajar Health Center and is one of the causes of maternal death. The writing of this scientific paper aims to provide an overview of family nursing care with hypertension by intervening with a cucumber hypertension diet in the family of Mrs. W in Jatijajar Village in RW 07, Jatijajar Village, Tapos District, Depok City, West Java. The research method used is a case study. The intervention was carried out for 12 days of visits with the provision of DASH pro cucumber diet intervention for 7 days given to 3 clients with hypertension problems. Cucumber is given by being burned in the morning as much as 150 gr with the skin. The results showed a decrease from the first meeting compared to the end after the intervention was given, the average decrease for systolic pressure was 15.6% and systolic pressure was 15.2%. Therefore, it can be concluded that pro-cucumber hypertension diet therapy can reduce blood pressure in hypertensive patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Wijayanti
"Hipertensi adalah penyakit dengan prevalensi tinggi di Indonesia dengan persentase 34,11% pada populasi lebih dari 18 tahun. Penelitian terdahulu di Indonesia menyatakan bahwa Amlodipin lebih cost-effective apabila dibandingkan dengan kaptopril. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya yang lebih baik antara terapi Amlodipin dan Kaptopril pada pasien Hipertensi rawat jalan di RSUD Ciracas. Pada penelitian ini digunakan desain penelitian Cross Sectional dengan menggunakan data rekam medis pasien, yaitu nilai tekanan darah, jenis kelamin, usia, dan komorbiditas. Selain itu, digunakan data billing pasien dilihat dari perspektif rumah sakit yang terdiri atas biaya obat, biaya obat lain, biaya laboratorium, biaya administrasi, dan total biaya pengobatan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 60 sampel, yang terdiri atas 40 sampel kelompok amlodipin dan 20 sampel kelompok kaptopril. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai inkremental efektivitas antara kedua terapi sebesar 20%. Kemudian didapatkan nilai inkremental biaya antara kedua terapi sebesar Rp84.079. Sementara itu, berdasarkan perhitungan didapatkan Rasio Efektivitas Biaya (REB) untuk amlodipin adalah sebesar Rp394.124 dan untuk terapi kaptopril adalah sebesar Rp384.572. Berdasarkan tabel efektivitas biaya, hasil analisis menunjukkan bahwa terapi amlodipin dan kaptopril memiliki efektivitas dan biaya yang setara.

Hypertension is a disease with high prevalence in Indonesia with a percentage of 34,11% in the population over 18 years. Previous research in Indonesia stated that amlodipine is more cost-effective when compared to kaptopril. This study aims to analyze the better cost-effectiveness of amlodipine and captopril therapy in hypertension outpatients at the Ciracas Regional General Hospital in the period 2020-2021. This study used a cross sectional research design which using patient medical record data, consist of blood pressure value, gender, age, and commorbidities. In addition, this study used patient billing data from a hospital perspective, consist of drug costs, other drug costs, laboratory costs, administration, and the total cost of treatment. The samples used in this study were 60 samples, consisting of 40 samples from the amlodipine group and 20 samples from the captopril group. Based on the results of the study, the incremental value of effectiveness between the two therapies was 20%. Then the incremental cost value between the two therapies was Rp84,079. Meanwhile, based on the calculation of the Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) for amlodipine group was Rp394,124 and for captopril group was Rp384,572. Based on the cost-effectiveness table, the results of the analysis show that amlodipine and captopril therapy have the same effectiveness and cost."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>