Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177042 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryani Cahya Ningrum
"Ansietas merupakan gangguan mental paling umum di antara remaja usia 10 sampai dengan 17 tahun di Indonesia, yaitu sekitar 3,7%. Prevalensi siswa yang mengalami Stres akademik adalah 67%. Pet attachment yang memiliki fungsi sebagai stres reduksi dianggap dapat menjadi salah satu koping untuk mengatasi stres akademik dan ansietas pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pet attachment dengan tingkat stres akademik dan ansietas pada remaja. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, dengan teknik total sampling dan melibatkan 339 siswa SMA yang didapatkan melalui skrining. Instrument yang digunakan untuk mengukur pet attachment adalah Lexingtong Attachment of Pet Scale, stres akademik diukur menggunakan Education Stress Scale for Adolescents, dan Ansietas diukur menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 21. Analisis data bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square untuk menganalisis hubungan pet attachment dengan stres akademik dan fisher exact untuk menganalisis hubungan pet attachment dengan ansietas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pet attachment dengan tingkat stres akademik dan ansietas pada remaja (p < 0,01) dan didapatkan bahwa pet attachment yang tinggi cenderung menghasilkan stres akademik yang berat dan ansietas yang sedang. Disarankan remaja dapat menemukan strategi koping yang sesuai dengan kepribadian dan keadaannya, agar tidak menjadi stresor baru.

Anxiety is the most common mental disorder among adolescents aged 10 to 17 years in Indonesia, which is around 3.7%. The prevalence of students experiencing academic stress is 67%. Pet attachment which has a function as a stress reducer is considered to be one of the copings to overcome academic stress and anxiety in adolescents. This study aims to analyze the relationship between pet attachment and the level of academic stress and anxiety in adolescents. The method used to analyze data is to use a cross-sectional approach, with total sampling technique involving 339 high school students obtained through screening. The instrument used to measure pet attachment is the Lexingtong Attachment of Pet Scale, academic stress is measured using the Education Stress Scale for Adolescents, and Anxiety is measured using the Depression Anxiety Stress Scale 21. Bivariate data analysis was performed using chi square statistical tests to analyze the relationship between pet attachment and academic stress and fisher exact to analyze the relationship between pet attachment and anxiety. The results of this study indicate that there is a significant relationship between pet attachment and the level of academic stress and anxiety in adolescents (p < 0.01) and it is found that high pet attachment tends to produce severe academic stress and moderate anxiety. It is suggested that adolescents can find coping strategies that suit their personality and circumstances, so as not to become new stressors. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veva Mutiarasari Antriska
"Remaja mengalami berbagai perubahan perkembangan yang pesat. Hal ini membuat remaja rentan mengalami masalah kesehatan akibat berbagai stressor yang dihadapi, salah satunya stres akademik. Kelekatan remaja dengan teman sebaya yang baik dapat mendorong remaja untuk terbuka satu sama lain sehingga dapat mengkomunikasikan permasalahan yang dialami satu sama lain. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan kelekatan teman sebaya dengan stres akademik pada remaja SMA. Penelitian menggunakan desain deskriptif analisis dengan pendekatan cross-sectional pada 208 siswa SMA kelas 12 dipilih dengan teknik convenience sampling. Kelekatan teman sebaya diidentifikasi menggunakan instrumen Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) bagian peer version dan stres akademik menggunakan instrumen Education Stres Scale for Adolescence (ESSA). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan kelekatan teman sebaya dengan stres akademik pada remaja SMA (p < 0.001). Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan dengan faktor lain yang memengaruhi kelekatan teman sebaya dan/atau stres akademik pada remaja.

The developments in adolescence change rapidly. It makes adolescents vulnerable to health problems due to various stressors, one of them is academic stress. The good peer attachment of adolescents can encourage adolescents to be overt with each other so they can communicate their problems experienced to each other. This study is aimed to determine the relationship between peer attachment and academic stress in high school adolescents. This study was using a descriptive analysis with a cross-sectional design with 208 high school students grade 12th selected by convenience sampling technique. Peer attachments were identified using the Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) peer version instrument and academic stress using the Education Stress Scale for Adolescence (ESSA) instrument. The results showed that there was a significant relationship between peer attachment and academic stress in high school adolescents (p <0.001). This study recommends that further research can be linking with other factors that affect peer attachment and/or academic stress in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Maryati
"Penggunaan ponsel pintar berlebihan dapat menyebabkan Phantom Vibration Syndrome sehingga memicu masalah kesehatan jiwa seperti kecemasan dan interaksi sosial pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan Phantom Vibration Syndrome dengan tingkat kecemasan dan interaksi sosial remaja. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi bersifat cross-sectional dengan 64 mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2019 yang dipilih melalui teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan online dengan instrumen penelitian Phantom Vibration Syndrome, Hamilton Anxiety Rating Scale, dan interaksi sosial. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan ada hubungan antara Phantom Vibration Syndrome dengan tingkat kecemasan (p=0,015), sedangkan uji Chi-Square juga menunjukkan ada hubungan antara Phantom Vibration Syndrome dengan interaksi sosial (p=0,026). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Phantom Vibration Syndrome berhubungan dengan tingkat kecemasan dan interaksi sosial. Phantom Vibration Syndrome dapat dicegah dengan membatasi penggunaan ponsel dan jika sudah terjadi kecemasan dapat dilakukan teknik relaksasi dan melakukan belajar secara berkelompok untuk meningkatkan interaksi sosial remaja.

The excessive use of smartphones can cause Phantom Vibration Syndrome that triggers mental health problems such as anxiety and social interaction issue. This study was conducted to identify the relationship between Phantom Vibration Syndrome with anxiety levels and social interaction in adolescents. Descriptive correlative with cross-sectional study used with 64 students of the Faculty of Nursing at the University of Indonesia batch 2019 through Simple Random Sampling. The data were collected online by using three instruments, including Phantom Vibration Syndrome, Hamilton Anxiety Rating Scale, and social interaction. This study was found that Phantom Vibration Syndrome associated with anxiety and social interaction. Spearman correlation test showed a relationship between Phantom Vibration Syndrome and anxiety level (p=0.015). Meanwhile, chi-Square test also found a relationship between Phantom Vibration Syndrome and social interaction (p=0.026). Phantom Vibration Syndrome can be prevented by limiting smartphone usage. If anxiety has occurred, relaxation techniques can be used and group study can be useful to improve adolescent social interaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Niman
"Banjir musiman menjadi stressor yang dialami oleh remaja yang tinggal di daerah rawan bencana banjir. Remaja merasakan ansietas sebagai dampak psikologis akibat banjir. Self efficacy dibutuhkan oleh remaja dalam menghadapi banjir musiman. Disertasi ini membahas pengembangan model koping untuk meningkatkan self efficacy dan mengatasi ansietas yang selanjutnya diimplementasikan pada remaja usia 13 – 18 tahun di daerah rawan bencana banjir Kabupaten Bandung Jawa Barat. Tujuan penelitian menganalisis model koping untuk meningkatkan Self efficacy dan mengatasi ansietas pada remaja di daerah rawan bencana banjir. Metode penelitian exploratory sequential mixed methods dengan dua tahap. Tahap 1 penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi dan pengembangan model. Partisipan pada penelitian kualitatif berjumlah 15 remaja usia 13-18 tahun. Kriteria sampel tinggal di daerah rawan banjir dengan kriteria sedang-tinggi dan pernah mengalami banjir. Tahap 2 penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pre and post test control group design. Sampel penelitian masing – masing kelompok 104 responden yang dipilih secara purposive sampling. Kriteria inklusi usia 13-18 tahun, tinggal di daerah rawan banjir dengan kriteria sedang-tinggi, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR/Pramuka, bersedia mengikuti kegiatan secara lengkap. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dan alat ukur yang digunakan menggunakan instrumen coping self efficacy dan Screen for Children Anxiety Related Emotion Disorder. Analisa data dilakukan menggunakan uji bivariat dan multivariat. Hasil penelitian tahap 1 didapatkan 5 tema utama dan hasil tahap 2 terdapat perubahan self efficacy dan ansietas pada kelompok yang mendapatkan intervensi model koping dukungan remaja.Penelitian menyarankan bahwa model koping dukungan remaja dapat diaplikasikan oleh dinas kesehatan, badan penanggulangan bencana daerah, perawat puskesmas, guru bimbingan konseling, orang tua dan remaja; Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menguji model dukungan remaja pada kondisi bencana alam yang lain.

Seasonal floods are a stressor experienced by adolescents who live in flood-prone areas. Adolescents feel anxiety as a psychological impact due to flooding. Adolescents need self-efficacy in dealing with seasonal floods. This dissertation discusses the development of coping models to increase self-efficacy and overcome anxiety which will then be implemented in adolescents aged 13-18 years in flood-prone areas, Bandung Regency, West Java. The research objective is to analyze coping models to increase self-efficacy and overcome anxiety in adolescents in flood-prone areas. The exploratory sequential mixed methods research method with two stages. Phase 1 qualitative research with phenomenological design and model development. The participants in the qualitative study were 15 adolescents aged 13-18 years. The criteria for the sample live in flood-prone areas with medium-high criteria and have experienced flooding. Phase 2 is a quantitative study with a quasi-experimental design with pre and post-test control group design. The research sample for each group is 104 respondents selected by purposive sampling. Inclusion criteria are 13-18 years old, living in a flood-prone area with medium-high criteria, participating in PMR/Scout extracurricular activities, and being willing to participate in the full activity. The research activity was carried out for one month, and the measurement tools used were coping self-efficacy instruments and the Screen for Children Anxiety Related Emotion Disorder. Data analysis was performed using bivariate and multivariate tests. The results of the first phase of the research found five main themes. The results of the second stage showed changes in self-efficacy and anxiety in the group that received the intervention of the adolescent support coping model. Research suggests that health offices can apply the coping model for youth support, regional disaster management agencies, primary health nurses, guidance and counselling teachers, parents and adolescents; Further research is needed to test the model of youth support in other natural disaster conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmawati
"ABSTRAK
Gagal jantung dan hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadipenyebab 70 kematian di dunia serta menyebabkan ansietas dan gangguan citratubuh. Tindakan keperawatan ners dan ners spesialis Acceptance and commitmenttherapy diberikan pada klien agar dapat meningkatkan penerimaan dan komitmenmerawat penyakit untuk mencapai kesembuhan. Psikoedukasi keluarga dilakukan agarkeluarga mampu membantu merawat klien dalam menghadapi penyakitnya. Metodeyang digunakan berupa laporan kasus dalam bentuk case series pada 3 klien dewasadengan gagal jantung dan hipertensi. Hasil menunjukkan bahwa ketiga klienmengalami penurunan gejala pada aspek kognitif berupa sulit konsentrasi, fokus padadiri sendiri, tidak menerima perubahan tubuh; afektif: khawatir, malu dan putus asa;fisilogis: gangguan tidur dan tidak nafsu makan; perilaku: melamun, penurunanproduktivitas; dan sosial: sulit menikmati kegiatan harian serta terjadi peningkatankemampuan klien dalam menerima penyakit dan komitmen merawat ansietas dangangguan citra tubuh. Pemberian tindakan keperawatan ners dan ners spesialis acceptance and commitment therapy serta psikoedukasi keluarga perlu dibudayakandalam pemberian pelayanan keperawatan di unit umum. Kata kunci: Ansietas, Gangguan Citra Tubuh, Acceptance and commitment therapy,psikoedukasi keluarga

ABSTRACT
ABSTRACT: Heart failure and hypertention are a non communicable diseases that cause 70 of deathsin the world and causes ansietas and impaired body image. Nursing Intervention Therapyas usual and Acceptance and commitment therapy is given to the client in order to increaseacceptance of the disease and commit to caring anxiety and impaired body image. FamilyPsychoeducation is given to improve family ability for caring client. The method used iscase reports in the form of case series in 3 adult with heart failure and hipertention. Theresults showed that the three clients experienced a decrease in symptoms on the cognitiveaspect of difficulty concentrating, focusing on self, decline body changes Affective worry,shame and despair Fisilogis sleep disorders and no appetite Behavior daydreaming,decreased productivity And social it is difficult to enjoy daily activities as well asincreasing the ability of clients in receiving illness and commitment to care for anxiety andimpaired body image. Nursing intervention and acceptance and commitment therapy and family psychoeducation should be realised in the provision of nursing services."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmita Aulia Dewi
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa remaja di DKI Jakarta memiliki tingkat kecemasan yang tergolong tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pola komunikasi keluarga dan kualitas pertemanan dapat bersama-sama menjadi prediktor dari tingkat kecemasan pada remaja SMA di DKI Jakarta. Untuk meneliti hal tersebut, peneliti melakukan pengambilan data kembali terhadap 584 siswa dari 5 SMA di wilayah urban provinsi DKI Jakarta, yang terlibat dalam penelitian serupa di tahun sebelumnya. Peneliti menggunakan data kecemasan tahun 2018 sebagai outcome variable serta data pola komunikasi keluarga dan kualitas pertemanan dari tahun 2017 sebagai variabel prediktor. Pada penelitian ini, pengukuran tingkat kecemasan menggunakan instrumen Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 . Untuk mengukur pola komunikasi keluarga peneliti menggunakan Revised Family Communication Pattern RFCP, dan Friendship Qualities Scale FQS untuk mengukur kualitas pertemanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kecemasan di tahun sebelumnya dan dimensi conversation orientation ayah yang dapat bersama-sama menjadi prediktor dari tingkat kecemasan pada remaja. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa tingkat pendidikan ibu dapat menjadi prediktor dari tingkat kecemasan pada remaja, terutama bagi remaja perempuan. Perbedaan terkait dengan jenis kelamin juga didiskusikan dalam penelitian ini.

Previous research showed that adolescents in DKI Jakarta have a high anxiety level. This study aimed at investigating whether family communication pattern and friendship quality will predict anxiety level among high school students in DKI Jakarta. We conducted a follow up study among 584 students from 5 high schools from five urban areas in DKI Jakarta. Those students had been participating in the same study in the previous year. We used the student rsquo s anxiety level from this year study as the outcome variable. Meanwhile, all the predictors were from 2017 data. We used the Hopkins Symptom Checklist 25 to measure anxiety level, the Revised Family Communication Pattern to measure family communication pattern, and the Friendship Qualities Scale to measure friendship quality. The result shows that the previous anxiety level and father 39 s conversation orientation can predict present anxiety level in adolescents. This study also finds that mother 39 s education level predicts anxiety level in girls, but not boys. The differences related to gender is also discussed in this study. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Nurhidayah
"Mahasiswa tingkat akhir memiliki banyak tugas ketika menjalani masa kuliahnya, salah satunya yaitu tugas akhir atau skripsi. Karena beban yang berat dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi ketika mengerjakan skripsi dapat membuat mahasiswa tingkat akhir merasa tertekan dan mudah gelisah sehingga dapat menyebabkan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara mindfulness dan stres akademik pada mahasiswa tingkat akhir. Penelitian dilakukan pada 122 mahasiswa dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Mindfulness diukur dengan menggunakan Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS) yang sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Sanger dan Lainsamputty (2022). Sedangkan stres akademik diukur dengan menggunakan Perceived Stress Scale (PSS) yang juga sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Yusainy, dkk (2019). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan dan tidak signifikan antara mindfulness dan stres akademik pada mahasiswa tingkat akhir (r=0,013; p=0,891). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara mindfulness dan stres akademik yang dialami mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi.

Final year students have many tasks during their college years, one of which is a final project or thesis. Due to the heavy burden and the high level of difficulty when working on the thesis, it can make final year students feel depressed and easily anxious so that it can cause stress. This study aims to determine the relationship between mindfulness and academic stress in final year students. The study was conducted on 122 students with several predetermined criteria. Mindfulness is measured using the Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS) which has been adapted into Indonesian by Sanger and Lainsamputty (2022). Meanwhile, academic stress was measured using the Perceived Stress Scale (PSS), which has also been adapted into Indonesian by Yusainy, et al (2019). The results showed that there was no and no significant relationship between mindfulness and academic stress in final year college students in (r=0.013; p=0.891). It can be concluded that there is no relationship between mindfulness and academic stress experienced by final year students who are working on their thesis."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Fajriati
"Perkembangan penggunaan internet di Indonesia terus berkembang pesat membawa berbagai dampak bagi kehidupan remaja, baik dampak positif maupun dampak negatif seperti perundungan di dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dari kejadian perundungan maya dan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang terjadi pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan mengambil sampel 296 siswa SMA Negeri 7 Kota Cirebon. Hasilnya 42% responden pernah mengalami kejadian perundungan maya, baik sebagai pengamat, korban, maupun sebagai pelaku dengan 58% responden pernah menjadi pengamat (bystander) dalam kejadian perundungan maya, 31% responden pernah menjadi korban perundungan maya, dan 7% responden lainnya pernah menjadi pelaku kejadian perundungan maya. Selain itu, hasil pengukuran depresi, kecemasan, dan stres didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang normal. Namun, terdapat pula responden berada pada tingkat depresi sangat parah sebanyak 5 orang (1,7%), tingkat kecemasan sangat parah sebanyak 23 orang (7,8%), dan tingkat stres sangat parah sebanyak 4 orang (1,3%). Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk melihat hubungan antara kejadian perundungan maya dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres dan juga dilakukan dalam populasi yang lebih besar.

The development of internet use in Indonesia continues to grow rapidly, bringing various impacts on the lives of adolescents, both positive and negative impacts such as bullying in cyberspace. This study aims to see an overview of the incidence of cyberbullying and the levels of depression, anxiety, and stress that occur in adolescents. This study used a cross-sectional research design by taking a sample of 296 students of SMA Negeri 7 Cirebon. The result is that 42% of respondents have experienced cyberbullying, both as bystander, victims, and as cyber bullies with 58% of respondents having been bystanders in cyberbullying, 31% of respondents have been victims of cyberbullying, and 7% of other respondents have been cyber bullies. In addition, the results of measuring depression, anxiety, and stress showed that most respondents had normal levels of depression, anxiety, and stress. However, there were also 5 respondents (1.7%) with very severe depression, 23 (7.8%) very severe anxiety levels, and 4 (1.3%) very severe stress levels. For the next study, it is recommended to look at the relationship between the incidence of cyberbullying and levels of depression, anxiety, and stress as well as in larger populations"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septia Eka Ilhami
"Dukungan sosial dan regulasi emosi dapat mencegah terjadinya stres pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dan dukungan sosial dengan stres akademik pada kelompok usia remaja. Penelitian dilakukan menggunakan desain korelasi dengan metode kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah remaja sebanyak 441 orang. Instrumen yang digunakan adalah Emotion Regulation Questionnaire-Children and Adolescent (ERQ-CA), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA). Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji chi quare menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara regulasi emosi dengan stres akademik (p value=0,001; α=0,05) dan ada hubungan antara dukungan sosial dengan stres akademik (p value=0,002; α=0,05). Diharapkan remaja dapat meningkatkan regulasi emosi dan memperbaiki hubungan sosialnya dengan orang lain, orang tua diharapkan mampu memberikan perhatian lebih pada remaja, dan penelitian selanjutnya diharapkan meneliti tentang pengaruh teman sebaya terhadap stres akademik remaja.

Social support and emotional regulation can prevent stress in adolescents.This study aims to determine the relationship between emotional regulation and social support and academic stress in the adolescent age group. The research was conducted using a correlation design with quantitative methods. The sample in this study was 441 teenagers. The instruments used were the Emotion Regulation Questionnaire-Children and Adolescent (ERQ-CA), the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and the Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA). The research results analyzed using the chi square test showed that there was a significant relationship between emotional regulation and academic stress (p value=0.001; α=0.05) and there was a relationship between social support and academic stress (p value=0.002; α=0, 05). It is hoped that teenagers can improve emotional regulation and improve their social relationships with other people, parents are expected to be able to pay more attention to teenagers, and future research is expected to examine the influence of peers on teenagers' academic stress."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Elsa Hedia
"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran telah menunjukkan tingkat ansietas yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Hal ini memiliki berbagai implikasi negatif sehingga dibutuhkan usaha untuk menanggulanginya. Penelitian-penelitian sebelumnya telah menilik resiliensi sebagai salah satu faktor protektif terhadap ansietas. Namun, belum ada penelitian yang menguji hubungan antara resiliensi dan ansietas pada mahasiswa kedokteran di Indonesia terkhususnya pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara resiliensi dengan ansietas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tingkat 3 di masa pandemi COVID-19.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada mahasiswa FKUI tingkat 3 dengan menggunakan kuesioner CD-RISC25 untuk menilai tingkat resiliensi dan kuesioner K10 untuk menilai ansietas subjek. Analisis hubungan kedua variabel dilakukan menggunakan uji Mann Whitney.
Hasil: Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data resiliensi dibandingkan dengan faktor ansietas menunjukkan distribusi tidak normal (p<0,05), dengan rerata nilai 69,39 ± 14,11. Berdasarkan uji Mann Whitney, resiliensi dan ansietas menunjukkan hubungan yang signifikan (asymp. sig. (2-tailed) = 0,00) di mana tingkat resiliensi yang lebih rendah berhubungan dengan ansietas.
Kesimpulan: Resiliensi memiliki hubungan signifikan yang berbanding terbalik dengan ansietas pada mahasiswa FKUI tingkat 3.

Introduction: Medical students have shown higher anxiety levels compared to the general population. As this has many negative implications, so efforts are needed to overcome it. Previous studies have looked into resilience as one of the protective factors for anxiety. However, there have been no studies that examine the relationship between resilience and anxiety in medical students in Indonesia, especially during the era of COVID-19 pandemic. This study aims to determine the relationship between resilience and anxiety in third year medical students of the Faculty of Medicine Universitas Indonesia during the COVID-19 pandemic.
Method: This study used a cross-sectional design on third year medical students of the Faculty of Medicine Universitas Indonesia using CD-RISC25 questionnaire to see resilience and K10 questionnaire to see subject’s anxiety. Analysis of the two variables was conducted using the Mann Whitney test.
Result: The result of the Kolmogorov-Smirnov test for resilience data compared to the anxiety factors showed that the data is not normally distributed (p<0.05), with a mean score of 69,39 ± 14,11. According to the Mann Whitney test, resilience and anxiety showed a significant relationship (asymp. sig. (2-tailed) = 0.00) in which lower resilience level is correlated with anxiety.  
Conclusion: Resilience has significant and inverse relationship with anxiety in third year medical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>