Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218120 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budiman Atmaja
"Latar Belakang: Bunuh diri merupakan perilaku disengaja untuk mengakhiri hidup, dengan satu kasus terlaksana setiap 20 percobaan. Sebanyak 90%-nya memiliki gangguan psikiatri, salah satunya skizofrenia. Tingkat bunuh diri pada orang dengan skizofrenia (ODS) dilaporkan 4–13%. Faktor risiko bunuh diri melibatkan distres subjektif, gangguan kognitif, dan distorsi sosial, yang dipengaruhi oleh masalah struktur dan fungsi otak. Gangguan kognitif pada ODS, seperti memori kerja dan pengambilan keputusan, berpotensi meningkatkan risiko bunuh diri. Penelitian ini bermaksud mencari hubungan fungsi kognitif, pengambilan keputusan, faktor obat, serta faktor yang memengaruhi lainnya dengan gagasan bunuh diri pada ODS yang belum banyak diteliti.
Metode: Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dalam rentang waktu Oktober 2023 hingga April 2024. Sampel penelitian adalah orang dengan diagnosis skizofrenia atau skizoafektif dalam fase remisi yang ada di Poliklinik Jiwa dan bangsal rawat inap RSUPN Cipto Mangunkusumo, kantor pusat Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), dan bangsal rawat inap RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Besar sampel dari penelitian ini ada 49 dengan gagasan bunuh diri dan 49 tanpa gagasan bunuh diri. Penilaian kemampuan pengambilan keputusan menggunakan instrumen IOWA Gambling Task (IGT). Instrumen yang digunakan untuk menilai kecepatan pemrosesan, memori kerja, dan fungsi eksekutif adalah symbol coding, digit sequencing task, dan Tower of London. Perceived stress scale (PSS) digunakan untuk menilai distres subjektif. Data lain dinilai dengan kuesioner demografik. Analisis bivariat dan multivariat dengan regresi logistik digunakan untuk menilai faktor risiko dari gagasan bunuh diri pada ODS.
Hasil: Dari 98 subjek, didapatkan adanya hubungan antara umur dengan gagasan bunuh diri pada ODS (p=0,008). Didapatkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan gagasan bunuh diri (p=0,008; OR=3,24; IK95% 1,42 – 7,41). Didapatkan ada hubungan antara memori kerja dengan gagasan bunuh diri (p=<0,001). Hasil fungsi eksekutif A dan B ditemukan berhubungan dengan gagasan bunuh diri (p=0,028 dan p=0,047). Didapatkan ada hubungan antara distres subjektif dengan gagasan bunuh diri (p=<0,001). Pada analisis multivariat dengan regresi logistik, didapatkan ada hubungan yang bermakna antara umur (B=-1,44; p=0,020; aOR=0,24; IK95%=0,07 – 0,80), status pernikahan (B=-1,37; p=0,03; aOR=0,26; IK95%=0,07 – 0,90), memori kerja (B=2,33; p=0,043; aOR=10,23; IK95%=1,07 – 97,61), dan distres subjektif (B=2,41; p=<0,001; aOR=11,17; IK95%=3,46 – 36,06) dengan gagasan bunuh diri.
Simpulan: Terdapat hubungan antara umur, status pernikahan, memori kerja, dan distres subjektif terhadap gagasan bunuh diri pada ODS. Dengan mengetahui faktor risiko ini, intervensi dengan faktor terkait dapat dilakukan.

Background: Suicide is a deliberate act to end one’s life, with one completed case occurring for every 20 attempts. Approximately 90% of suicide survivors have psychiatric disorders, one of them is schizophrenia. Suicide rates among people with schizophrenia (PwS) are reported to range from 4% to 13%. Suicide risk factors include subjective distress, cognitive impairments, and social distortions, influenced by structural and functional brain issues. Cognitive impairments in PwS, such as working memory and decision-making, may increase suicide risk. This study aims to examine the relationship between cognitive function, decision-making, medications, and other influencing factors on suicidal ideation in PwS, which has not been widely studied.
Methods: This case-control study was conducted from October 2023 to April 2024. The sample consisted of individuals diagnosed with schizophrenia or schizoaffective disorder in remission condition, recruited from the Psychiatry Outpatient Clinic and inpatient wards of RSUPN Cipto Mangunkusumo, the central office of the Indonesian Schizophrenia Care Community (KPSI), and the inpatient wards of RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. The sample included 49 individuals with suicidal ideation and 49 without. Decision-making ability was assessed using the Iowa Gambling Task (IGT). Cognitive functions such as processing speed, working memory, and executive function were evaluated using Symbol Coding, Digit Sequencing Task, and Tower of London tests, respectively. Subjective distress was measured using the Perceived Stress Scale (PSS). Additional data were collected using demographic questionnaires. Bivariate and multivariate analyses using logistic regression were performed to assess the risk factors for suicidal ideation in PwS.
Results: Among 98 subjects, age was significantly associated with suicidal ideation in PwS (p=0.008). Gender was also associated (p=0.008; OR=3.24; 95% CI=1.42–7.41). Working memory showed a significant relationship with suicidal ideation (p<0.001). Executive function tasks A and B were associated with suicidal ideation (p=0.028 and p=0.047, respectively). Subjective distress was significantly linked to suicidal ideation (p<0.001). Multivariate logistic regression analysis revealed significant associations between age (B=-1.44; p=0.020; aOR=0.24; 95% CI=0.07–0.80), marital status (B=-1.37; p=0.03; aOR=0.26; 95% CI=0.07–0.90), working memory (B=2.33; p=0.043; aOR=10.23; 95% CI=1.07–97.61), and subjective distress (B=2.41; p<0.001; aOR=11.17; 95% CI=3.46–36.06) with suicidal ideation.
Conclusion: Age, marital status, working memory, and subjective distress are associated with suicidal ideation in PwS. Understanding these risk factors may facilitate targeted interventions to mitigate suicide risk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Ranti Sukma
"Mahasiswa sebagai individu mengalami masa peralihan dari remaja menuju dewasa awal dikenal dengan tahapan emerging adulthood ditandai dengan lebih banyak bereksperimen dan bereksplorasi. Masa peralihan ini dapat menyebabkan stres dan tekanan pada mahasiswa yang bersumber dari faktor internal dan eksternal sehingga menyebabkan mahasiswa kesulitan. Berbagai kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dapat mempengaruhi kesejahteraan dirinya termasuk menjadi pemicu munculnya ide bunuh diri. Maka dari itu, pentingnya memiliki dasar emosional yang baik yang dapat dibentuk oleh kelekatan dengan orang tua. Meskipun mahasiswa cenderung banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan memiliki interaksi dengan teman sebaya serta media sosial semakin dominan, namun kelekatan orang tua merupakan dasar utama yang dapat memberikan rasa aman pada seseorang. Seseorang dengan kelekatan aman dengan orang tua cenderung memiliki mekanisme koping dan mampu beradaptasi dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini membahas mengenai hubungan kelekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan pada 306 mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023 dengan menggunakan accidental sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui tingkat ide bunuh diri pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023; (2) mengetahui tingkat kelekatan orang tua pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023; dan (3) mengetahui hubungan antara kedua variabel yaitu kelekatan orang tua dan ide bunuh diri. Penelitian ini menggunakan instrumen IPPA (Inventory Parent and Peer Attachment) pada variabel kelekatan orang tua dan DSI-SS (Depressive Symptom Index-Suicidality Scale) pada variabel ide bunuh diri. Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel, digunakan uji korelasi menggunakan Kendall’s tau-b. Setelah melakukan analisis data, ide bunuh diri pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023 berada pada kategori ide bunuh diri rendah sebesar 80,4% (n=246). Sedangkan, pada variabel kelekatan orang tua, responden memiliki tingkat kelekatan orang tua sebagian besar berada pada kelekatan orang tua pada kategori sedang sebesar 69% (n=211). Berdasarkan uji bivariat yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima artinya bahwa terdapat hubungan antara kelekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023. Kedua variabel menunjukkan korelasi cukup dengan arah korelasi negatif (-0,328) artinya bahwa semakin meningkatnya kelekatan orang tua maka risiko ide bunuh diri pada mahasiswa akan menurun, begitupun sebaliknya ketika kelekatan orang tua menurun maka risiko ide bunuh diri akan meningkat.

College students as individuals experience a transition period from adolescence to early adulthood, known as the emerging adulthood stage, characterized by more experimentation and exploration. This transition period can cause stress and pressure on college students which originates from internal and external factors, causing college students to have difficulties. Various difficulties faced by college students can affect their well-being, including triggering suicidal ideation. Therefore, it is important to have a good emotional foundation that can be formed by attachment to parents. Even though college students tend to spend a lot of time outside the home and have increasingly dominant interactions with peers and social media, parental attachment is the main basis that can provide a person with a sense of security. Someone with a secure attachment to their parents tends to have coping mechanisms and can adapt well. Based on this, this research discusses the relationship between parental attachment and suicidal ideation in students. This quantitative research was conducted on 306 FISIP students at the University of Indonesia class 2020–2023 using accidental sampling. The aims of this research are (1) to determine the level of suicidal ideation among FISIP University of Indonesia students class 2020–2023; (2) to determine the level of parental attachment to the University of Indonesia FISIP students, class 2020–2023; and (3) knowing the relationship between the two variables, namely parental attachment and suicidal ideation. This study used the IPPA (Parent and Peer Attachment Inventory) instrument on the parental attachment variable and the DSI-SS (Depressive Symptom Index-Suicidality Scale) on the suicidal ideation variable. To determine the relationship between the two variables, a correlation test using Kendall's tau-b was used. After analyzing the data, suicidal ideation among FISIP University of Indonesia students in the class of 2020–2023 was in the low suicidal ideation category at 80.4% (n=246). Meanwhile, in the parental attachment variable, respondents whose level of parental attachment was mostly in the medium category were 69% (n=211). Based on the bivariate test carried out in this study, it can be concluded that H0 is rejected and Ha is accepted, meaning that there is a relationship between parental attachment and suicidal ideation among FISIP University of Indonesia students class of 2020–2023. The two variables show a sufficient correlation with a negative correlation direction (-0.328), meaning that as parental attachment increases, the risk of suicidal ideation in college students will decrease, and vice versa, when parental attachment decreases, the risk of suicidal ideation will increase."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Kurniawan
"Latar Belakang: Perilaku non-suicidal self injury NSSI adalah tindakan menyakiti diri yang tidak bertujuan untuk mengakhiri hidup. Beberapa studi menemukan bahwa angka NSSI cukup tinggi pada remaja SMA, dilakukan oleh 1 dari 4 remaja usia 16-17 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mencari angka perilaku menyakiti diri pada siswa SMA di Jakarta, mencari motivasi dan faktor risiko perilaku tersebut. Metode: Peneliti menghubungi tiga sekolah yang bersedia menjadi lokasi penelitian. Dilakukan pengacakan untuk menentukan masing-masing satu kelas IPA dan IPS dari tiap sekolah yang akan menjadi subyek penelitian. Peneliti menggunakan Self Harm Behavior Questionnaire versi bahasa Indonesia untuk menilai perilaku menyakiti diri, SCL-90 versi bahasa Indonesia untuk menilai psikopatologi, dan mengadaptasi Child and Adolescent Self-Harm in Europe untuk menilai motivasi dan stresor sosial. Uji ?2 dan Pearson dilakukan untuk menilai hubungan faktor risiko dan perilaku menyakiti diri. Hasil: Sebanyak 34,3 subyek penelitian pernah melakukan tindakan menyakiti diri dalam masa remaja mereka dan tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Laki-laki lebih banyak melakukan perilaku menyakiti diri dengan memukul tembok atau lemari 44,4 sedangkan perempuan lebih banyak melakukan cutting 41,5 . Motivasi terbanyak dalam melakukan tindakan menyakiti diri adalah keinginan untuk melegakan pikiran yang tidak menyenangkan. Terdapat beberapa faktor risiko sosial yang berhubungan dengan perilaku menyakiti diri yaitu kesulitan berteman RR 1,985 , riwayat teman dengan perilaku menyakiti diri RR 1,648 , dan mengalami perundungan RR 1,593 . Psikopatologi yang memerlukan perhatian khusus adalah depresi RR 1,618 , ansietas RR 1,673 , somatisasi RR 1,816 , dan psikositisme RR 1,703 . Simpulan: Angka perilaku menyakiti diri pada remaja SMA cukup tinggi. Hal ini berhubungan dengan faktor risiko stresor sosial yang berhubungan dengan relasi remaja dengan sebayanya. Pada setiap perilaku menyakiti diri, perlu dicari kemungkinan adanya gangguan mental emosional yang mendasarinya.

Background Non suicidal self injury NSSI is an act with non fatal intention. Several studies discovered high number of NSSI in adolescents, which is found in 1 every 4 adolescent aged 16 17 years old. This research aims to find the number of NSSI in high school student in Jakarta, finding the overlying motivation, and the risk factor of such acts. Methods Three schools are willing to participate in the study. A randomization is performed to determine one of the social science class and one fo the math and physics science class from each school to be the research subject. The questionnaires used are Self Harm Behavior Questionnaire to evaluate self harm act, SCL 90 to evaluate psychopathology, and Child and Adolescent Self Harm in Europe to evaluate motivation and social stressor. Pearson and 2 test is performed to find the relationship between risk factors and self harm acts. Result Among the respondents, 34.3 has performed self harm behavior during their adolescent period. There is no significant difference between the number of male and female subjects. Male subjects report high number of aggressive acts such as hitting wall or cupboard 44.4 while female subjects report high number of self cutting 41.5 . The main motive for self harm was to lsquo get relief from a terrible state of mind rdquo . Several risk factors are associated with self harm acts, such as difficulties with peer relationships RR 1,985 , self harm behaviour in close friend RR 1.618 , and bullying RR 1.593 . Notable psychopathologies are depression RR 1.618 , anxiety RR 1.673 , somatization RR 1.816 , and psychoticism RR 1.703 . Conclusion The number of self harm acts in high school student is quite high. This condition is related to social stressor risk factor, which is related to adolescent relationship with peer group. In every self harm act, it is important to find the possibility of underlying mental emotional disorder. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renata Felichiko Nurandhita
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran keberfungsian keluarga terhadap hubungan antara stres akademis dengan gagasan bunuh diri pada mahasiswa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keberfungsian keluarga adalah Family Assessment Device FAD versi 3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur stres akademis adalah Educational Stress Scale for Adolescent ESSA . Kemudian, instrumen yang digunakan untuk mengukur gagasan bunuh diri adalah Suicide Ideation Scale SIS . Responden penelitian ini ada sebanyak 303 mahasiswa Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun.
Hasil penelitian menggunakan metode regresi Hayes, dan hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel stres akademis terhadap gagasan bunuh diri t 303 = 5.0403, p < 0.01 . Namun hasil perhitungan regresi yang dilakukan tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara efek interaksi keberfungsian keluarga dan stres akademis terhadap gagasan bunuh diri t 303 = 1.2612, p > 0.05.

This study is conducted to search for the role of family functioning towards the relationship between academic stress and suicide ideation on University students. The instrument used to measure family functioning is Family Assessment Device FAD version 3. The instrument used to measure academic stress is the Educational Stress Scale for Adolescent ESSA. And the instrument used to measure suicide ideation is Suicide Ideation Scale SIS. The sample used for this study are students of the University of Indonesia. There are as much as 303 participants with the age ranging from 18 25 years old.
The results of this study was obtained by using Hayes regression method. The results are that there is a significant correlation between academic stress and suicide ideation t 303 5.0403, p 0.01. But the result also shows that there is no significant correlation between the interaction effect of family functioning and academic stress towards suicide ideation t 303 1.2612, p 0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S70156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindi Fantika
"Pemilihan dan manajemen pemasok menjadi salah satu aspek kritis dalam proses pembuatan obat agar dapat memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dalam CPOB di mana industri farmasi dapat menjamin keamaan pasien, memberikan produk yang bermutu dan efektif, serta dapat memenuhi permintaan persediaan obat oleh konsumen. Setiap permintaan akan material atau layanan dari pemasok perlu dilakukan proses seleksi dan kualifikasi terhadap pemasok. Dalam melakukan proses seleksi kualifikasi pemasok perlu juga dilakukan proses penilaian risiko (risk assessment). Risk assessment menyeluruh diperlukan untuk memastikan pengendalian risiko yang efektif. Laporan tugas khusus ini memaparkan proses pengimplementasian supplier risk assessment terhadap vendor-vendor yang telah disetujui di PT. Takeda Indonesia berdasarkan pedoman pada SOP (Standard Operating Procedure) yang masih efektif di PT. Takeda Indonesia Bekasi tentang manajemen kualitas untuk pemasok yag berperan dalam proses CPOB dan CDOB. Dari total 106 vendor yang ada di Approved Vendor List dan Approved Vendor List for Non Raw Material-related vendor diperoleh sebanyak 6 vendor termasuk ke dalam kategori risiko 1, 30 vendor merupakan kategori risiko 2, 44 vendor tergolong kategori risiko 3, dan sejumlah 26 vendor adalah kategori risiko 4.

Supplier selection and management is one of the critical aspects in the drug manufacturing process so that it can meet the quality standards set in GMP where the pharmaceutical industry can guarantee patient safety, provide quality and effective products, and be able to meet consumer demand for drug supplies. Every request for materials or services from a supplier requires a selection and qualification process for the supplier. In carrying out the supplier qualification selection process, it is also necessary to carry out a risk assessment process. A thorough risk assessment is required to ensure effective risk control. This report described the supplier risk assessment implementation process for approved vendors at PT. Takeda Indonesia based on the guidelines on SOP (Standard Operating Procedure) which was effective at PT. Takeda Indonesia Bekasi regarding quality management for suppliers in GMP and GDP processes. From a total of 106 vendors on the Approved Vendor List and Approved Vendor List for Non Raw Material-related vendors, 6 vendors were included in risk category 1, 30 vendors were in risk category 2, 44 vendors were in risk category 3, and a total of 26 vendors is risk category 4."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kyana Salapani Sangadi
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat antara hubungan health information scanning melalui media sosial dan perilaku sehat dengan efek moderasi perceived susceptibility terhadap penyakit kardiovaskular. Penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa universitas di Depok yang berada dalam fase emerging adulthood (usia 18-25 tahun) dan memiliki keluarga dengan riwayat penyakit kardiovaskular. Total partisipan dari penelitian ini adalah 205 mahasiswa yang memenuhi kriteria. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat Ukur Perilaku Sehat, Persepsi Kerentanan terhadap Penyakit Kardiovaskular, dan Alat Ukur Health Information Scanning. Semua data dalam penelitian diambil secara daring. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa health information scanning memiliki dampak yang positif dan tidak signifikan terhadap perilaku sehat (r = 0,082, p > 0,05). Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa efek moderasi perceived susceptibility terhadap hubungan antara health information scanning melalui media sosial dan perilaku sehat berarah positif dan tidak signifikan (b = 0,1003, t = 1,0927, p > 0,05).

The purpose of this research is to study the relationship between health information scanning through social media and health behavior, as well as the moderation effects of perceived susceptibility towards cardiovascular disease. This research is aimed towards
students enrolled in a university in Depok who are in the emerging adulthood phase (18-25 years old) and have a family history of cardiovascular disease. The total number of participants for this study was 205 university students who met the required criteria. All of the data in this study were collected online. The results of this study indicate that health information scanning has a positive and insignificant impact on healthy behavior (r = 0.082, p> 0.05). Aside from that, this study also found that the moderating effect of perceived susceptibility on the relationship between health information scanning through
social media and healthy behavior was positive and not significant (b = 0.1003, t = 1.0927, p> 0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Zhafirah Rahmita
"Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sudah resisten terhadap obat lini pertama. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia karena penularannya sangat cepat dan morbiditasnya cukup tinggi. Banyaknya obat yang digunakan dalam pengobatan TB RO menyebabkan kemungkinan munculnya reaksi obat tidak diinginkan (ROTD). ROTD dapat menjadi salah satu faktor penyebab ketidakpatuhan pasien dan pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan TB RO. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan data dari rekam medis pasien di RS UI periode 1 April 2022–28 Februari 2023. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Dari 65 pasien ditemukan pasien yang mengalami ROTD sebanyak 62 pasien yang didominasi oleh pasien laki-laki, usia produktif, tidak memiliki penyakit penyerta, serta pasien yang menggunakan paduan pengobatan jangka panjang. Hasil Uji Chi Square untuk ROTD dengan kepatuhan menunjukkan nilai p=0.373 (p>0.05) dan untuk ROTD dengan hasil pengobatan didapatkan nilai p=0.120 (p>0.05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan pasien tuberkulosis resisten obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia.

Drug Resistant Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis which is resistant to the first-line drugs. This disease is still a health problem worldwide because of its fast transmission and high morbidity rate. The large number of drugs used to treat Drug Resistant Tuberculosis causes the possibility of Adverse Drug Reactions (ADRs). ADRs can be one of the factors causing patient non-compliance and can ultimately affect treatment outcomes. This study aimed to analyze the relationship between ADRs with adherence and treatment results of Drug Resistant Tuberculosis. The research design used was cross sectional with medical record data of Drug Resistant Tuberculosis patients at University Indonesia Hospital from April 1, 2022, until February 28, 2023. Data analysis used the Chi Square test. From 65 patients, 62 patients with ADRs were found, dominated by male patients, adult patients with no comorbidities, and patients who used long-term combination medication. The results of the Chi Square Test ADRs with adherence showed a value of p=0.373 (p>0.05) and for ROTD with treatment results obtained p=0.120 (p>0.05). From this study, it can be concluded that there is no relationship between ADRs with Adherence and Treatment Result of Drug Resistant Tuberculosis Patients at University of Indonesia Hospital."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsudin
Jakarta: UI-Press, 2011
615.7045 SYA i (1);615.704 5 SYA i (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Murniati
"Latar Belakang:Tuberkulosis resisten obat (TB-RO) merupakan ancaman bagi seluruh dunia termasuk Indonesia, karena memerlukan waktu lama dan biaya yang besar dalam mengobati penyakit tersebut meskipun telah ditangani dengan baik. Data penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa terdapat kekambuhan TB-RO, tapi datanya sangat terbatas. Di Indonesia belum ada data tentang angka kekambuhan TB-RO.
Tujuan: Mengevaluasi pasien TB resisten obat (TB-RO) pasca pengobatan yang datang kontrol pada bulan ke 6, 12, 18, dan 24 di RSUP Persabatan Jakarta.
Metode: Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang terhadap pasien TB-RO yang telah dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap yang datang kontrol di poli MDR RSUP Persahatan Jakarta mulai bulan April 2017 sampai Desember 2017. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan foto toraks dan biakan sputum. Mencatat data pengobatan dan hasil-hasil pemeriksaan terkait data yang diperlukan dalam dalam rekam medis pasien.
Hasil: Didapatkan 60 subjek penelitian dengan rerata usia 42,3 + 12,5 tahun, berjenis kelamin laki-laki 31 (51,7%) dan perempuan 29 (48,3%), dengan rerata IMT 21,75+ 4,34. Dari hasil foto toraks didapatkan gambaran dominan lesi luas dan hasil kultur sputum semua pasien yang diteliti tidak ditemukan pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis.
Kesimpulan: Tidak ditemukan kekambuhan pada pasien TB resisten obat yang yang telah dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap yang datang kontrol pasca pengobatan di RSUP Persahabatan Jakarta.

Objective: This study aimed to evaluate DR-TB patients which was biannually performed for two-years (e.g. at the 6th, 12th, 18th, and 24th mos) after treatment completion.
Methods: This cross-sectional study involved DR-TB patients completing their treatment at Persahabatan General Hospital Jakarta, Indonesia, between April and December 2017. The post-treatment evaluation during the 6th, 12th, 18th, and 24th mos included clinical, chest x-ray (CXR) and sputum culture examination.
Results: Sixty patients were observed in this study, 31 (51.7%) were males and 29 (48.3%) were females. The mean age was 42.3+12.5 yo and the mean body mass index was 21.75+4.34. Fourty nine (81.7%) patients showed extensive lesions per CXR and none of the patient showed Mycobacterium tuberculosis growth per sputum culture.
Conclusion: There was no recurrence of DR-TB from patients completing their treatment at Persahabatan General Hospital Jakarta, Indonesia during two-years post-treatment evaluation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silmi Fauziyah
"Penggunaan obat-obatan pada sebagian besar pasien dengan komplikasi penyakit, seringkali ditemukan pemberian obat dalam jenis dan jumlah yang banyak untuk sekali konsumsi. Hal ini menjadi salah satu tantangan terbesar dunia kesehatan secara global dengan meningkatnya jumlah pasien yang menerima lima macam obat atau lebih (polifarmasi). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap potensi efek samping yang mungkin terjadi pada pasien dengan resep polifarmasi. Penelitian ini menggunakan desain retrospektif. Hasil penelitian menyatakan resep dengan polifarmasi menimbulkan berbagai potensi efek samping yang mungkin terjadi. Selain itu, potensi interaksi antar obat pun semakin meningkat karena jumlah obat yang diresepkan banyak. Maka dari itu, penting bagi apoteker untuk mempunyai pengetahuan terkait efek samping dan interaksi obat untuk meningkatkan keselamatan dan efektivitas pengobatan pasien.                            

The use of drugs in many patients with complication of disease, it is often found that the administration of drugs should be in large quantities and types for one time consumption. It has become one of the biggest challenges globally with an increasing number of patients receiving five or more drugs (polypharmacy). This study aims to analyze the potential side effect that may occur in patients with polypharmacy prescirptions. This study using retrospective design. The result of study stated that prescriptions with polypharmacy caused various potential side effect that may occur. In addition, the potential drug for drug interaction being increased due to large number of drugs being prescribed. Therefore, it is important for pharmacist to have knowledge regarding side effects, drug interaction and educational capabilities to improve safety and effectiveness therapy. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>