Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199892 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ellena Vianne
"Latar Belakang: Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2018, permasalahan kesehatan gigi dan mulut menunjukkan angka yang cukup tinggi dengan prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal sebesar 88.8% dan 74,1%. Sayangnya, tidak semua individu dapat sepenuhnya menggunakan indera penglihatan mereka akibat keterbatasan fisik, dan tidak dapat sepenuhnya menjaga kesehatan diri. Tunanetra otomatis tergolong sebagai kelompok masyarakat berisiko tinggi karies gigi. Salah satu rencana strategis untuk menurunkan prevalensi serta beban penyakit karies gigi dan periodontitis adalah dengan melakukan upaya promosi kesehatan gigi dan mulut melalui peningkatan pengetahuan, sikap, praktik, serta persepsi diri kesehatan gigi dan mulut sejak umur dini. Program kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan sedini mungkin dengan mengupayakan tingkat kemandirian seoptimal mungkin sesuai potensi yang dimiliki oleh disabilitas tunanetra. Berdasarkan tipologi pembelajaran Visual, Audio, and Kinesthetic (VAK), masyarakat tunanetra akan memiliki paling banyak kemampuan belajar melalui media non-visual, yaitu audio atau kinestetik, atau keduanya. Dengan tujuan dan prinsip di atas, perangkat SEMATA (Sarana Edukasi Mulut Media Audio Taktil) dikembangkan. SEMATA menyatukan model edukasi gigi dan mulut dengan sistem taktil meraba kondisi gigi, dengan penggunaan braille untuk bantuan fungsionalitas, serta komputer yang memungkinkan pengajaran interaktif berbasis audio dari memory chip. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas perangkat SEMATA (Sarana Edukasi Mulut Media Audio Taktil) dalam meningkatkan pengetahuan dan persepsi diri anak tunanetra usia sekolah (6-18 tahun) di SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta sebelum dan sesudah penggunaan SEMATA. Metode penelitian: Perangkat SEMATA dan kuesioner evaluasi dikembangkan dan dievaluasi melalui pilot study. Penelitian dimulai dengan fase 1 untuk observasi kondisi klinis (DMFT & OHI-S) & oral health behaviour (WHO oral health questionnaire for children). Fase 2 dilakukan pre-test, intervensi dengan perangkat SEMATA, dan post-test untuk mengevaluasi pengetahuan dan persepsi murid terhadap kesehatan gigi dan mulut sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan SEMATA. Hasil: Dari segi sosiodemografi, mayoritas peserta penelitian adalah remaja (86,0%), dengan komposisi jenis kelamin hampir seimbang. Sebagian besar murid mengalami kehilangan penglihatan total (69,8%). Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan prevalensi karies yang tinggi (81,4%), dengan nilai median DMFT sebesar 2,00. Indeks kebersihan mulut (OHI-S) juga menunjukkan tingkat kebersihan yang lebih rendah dibandingkan anak dengan visi normal, dengan nilai median 1,33. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara kondisi kesehatan gigi dengan faktor sosiodemografi, namun ditemukan perbedaan signifikan dalam nilai OHI-S berdasarkan tingkat pendidikan ibu dan dalam nilai DMFT berdasarkan kepuasan terhadap tampilan gigi. Intervensi SEMATA terbukti meningkatkan pengetahuan dan persepsi tunanetra terhadap kesehatan gigi dan mulut, dengan peningkatan signifikan dalam skor post-test dibandingkan pre-test. Selain itu, terjadi peningkatan pemahaman terhadap aspek-aspek tertentu seperti frekuensi berkumur, fungsi fluorida, dan identifikasi berbagai kondisi gigi. Kesimpulan: Metode edukasi berbasis media audio taktil yang digunakan dalam SEMATA efektif dalam membantu murid tunanetra memahami kesehatan gigi mereka melalui pengingkatan pengetahuan dan persepsi diri mereka terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Introduction: Based on the 2018 Indonesian Basic Health Research results, dental and oral health issues remain significantly high, with a prevalence of dental caries and periodontal disease at 88.8% and 74.1%, respectively. Unfortunately, not all individuals can fully utilize their sense of sight due to physical limitations, making it difficult for them to maintain proper self-care. Blind individuals are automatically categorized as a high-risk group for dental caries. One strategic plan to reduce the prevalence and burden of dental caries and periodontitis is through oral health promotion efforts, focusing on improving knowledge, attitudes, practices, and self-perception of oral health from an early age. Oral health programs should be implemented as early as possible, striving for an optimal level of independence based on the potential possessed by individuals with visual impairments. According to the Visual, Auditory, and Kinesthetic (VAK) learning typology, blind individuals primarily learn through non-visual media, such as audio, kinesthetic methods, or a combination of both. Based on these goals and principles, the SEMATA device (Audio Tactile Medium for Oral Health Education) was developed. SEMATA integrates oral health education with a tactile system that allows users to feel dental conditions, incorporating Braille for functional assistance and a computer-based interactive audio teaching system supported by a memory chip. Objectives: To evaluate the effectiveness SEMATA in improving the knowledge and self-perception of school-age blind children (6–18 years old) at SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta before and after using SEMATA. Methods: The SEMATA device and evaluation questionnaire were developed and assessed through a pilot study. The study began with Phase 1, which involved observing clinical conditions (DMFT & OHI-S) and oral health behavior using the WHO Oral Health Questionnaire for Children. In Phase 2, a pre-test was conducted, followed by an intervention using the SEMATA device, and a post-test to evaluate the students' knowledge and perception of oral health before and after the learning session with SEMATA. Result: In terms of sociodemographics, the majority of study participants were adolescents (86.0%), with an almost equal gender distribution. Most students had total vision loss (69.8%). Clinical examination results indicated a high prevalence of dental caries (81.4%), with a median DMFT score of 2.00. The oral hygiene index (OHI-S) also showed lower oral cleanliness levels compared to children with normal vision, with a median score of 1.33. No significant relationship was found between dental health conditions and sociodemographic factors. However, a significant difference was observed in OHI-S scores based on maternal education levels and in DMFT scores based on satisfaction with dental appearance. The SEMATA intervention was proven to enhance blind students' knowledge and perception of oral health, showing a significant increase in post-test scores compared to pre-test scores. Additionally, there was an improvement in understanding specific aspects such as mouth rinsing frequency, fluoride function, and the identification of various dental conditions. Conclusion: The audio-tactile-based educational method used in SEMATA is effective in helping blind students understand their oral health by improving their knowledge and self-perception of dental and oral health."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amandita Parameswari
"Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan pada dengan keterbatasan pendengaran. Untuk meningkatkan kemandirian dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, diperlukan sebuah metode edukasi kesehatan gigi yang efektif. Penelitian bertujuan untuk menguji metode edukasi penayangan video bahasa isyarat dan permainan kartu interaktif terhadap pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan gigi dan mulut anak disabilitas rungu.
Metode: 40 anak disabilitas rungu pada sebuah sekolah khusus tunarungu dibagi secara acak ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 mendapatkan intervensi edukasi penayangan video bahasa isyarat dan kelompok 2 mendapatkan intervensi edukasi permainan kartu interaktif. Pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan gigi dan mulut anak disabilitas rungu dinilai dengan kuesioner, dan status kebersihan gigi dan mulut dinilai dengan indeks Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) sebelum dan sesudah intervensi dilakukan.
Hasil: Terdapat hasil signifikan pada peningkatan sikap dan praktik pada kelompok penayangan video, dan hasil signifikan pada peningkatan pengetahuan, sikap, praktik dan penurunan skor OHI-S pada kelompok permainan kartu dalam interval 1 bulan.
Kesimpulan: Kedua jenis intervensi dapat digunakan sebagai metode edukasi pada anak disabilitas rungu. Edukasi interaktif lebih signifikan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, praktik kesehatan gigi dan mulut serta menurunkan skor OHI-S.

Background: Oral health is one thing that needs to be considered in children with hearing impairments. To increase independence in maintaining oral and dental health, an effective dental health education method is needed. The aim of the study was to test education with video and interactive games method on the increase of oral health knowledge, attitudes and practices of children with hearing disabilities.
Method: 40 children with hearing disabilities in a special school were randomly divided into two groups. Group 1 received a one-way educational intervention by showing video with sign language and group 2 received an interactive educational intervention by playing cards game. Oral health knowledge, attitudes practices of children with hearing disabilities were assessed by a Knowledge-Attitude-Practice questionnaire, and oral hygiene status was assessed by the Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) index before and after the intervention was carried out.
Results: There were significant results in increasing attitudes and practices in the video group, and significant results in increasing knowledge, attitudes, practices and decreasing OHI-S scores in the interactive card game group after 1 month interval.
Conclusion: Both type of interventions can be used as educational methods for children with hearing disabilities. Interactive education is more significant in increasing knowledge, attitudes, dental and oral health practices and decreasing OHI-S scores.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annastasia Dinny S.
"Kecemasan gigi merupakan respon rasa cemas pasien terhadap hal yangberhubungan dengan bidang kedokteran gigi dikarenakan kurangnya edukasitentang kesehatan gigi mulut sehingga dapat menyebabkan masalah saatpemeriksaan gigi mulut. Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untukkondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam inderapenglihatan sehingga mempengaruhi kemampuan mereka dalam memperolehedukasi tentang kesehatan gigi mulut, memiliki kecemasan yang tinggi dan statuskesehatan gigi mulut yang rendah.Tujuan: Memberikan edukasi kesehatan gigi mulut pada anak tunanetramenggunakan leaflet-dental-braille LDB dan audio-dental AD untukmengurangi kecemasan dental Disain penelitian: adalah studi eksperimental klinisVariabel yang dihubungkan adalah tingkat kecemasan dental setelah LDB padaanak tunanetra serta tingkat kecemasan dental setelah AD pada anak tunanetra.Kuisioner untuk mengukur tingkat kecemasan menggunakan Modified Dentalanxiety Scale MDAS yang diubah menjadi huruf brailleHasil:uji T test tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan bermaknatingkat kecemasan dental pada anak tunanetra setelah mendapat edukasi denganmetode AD p0.05 Disimpulkan bahwa menguji keefektifan alatLDB dan AD sebagai metode edukasi non tatap muka tentang kesehatan gigi mulutanak tunanetra dengan indikator tes kecemasan dental.

Dental anxiety is patient rsquo s anxious response to dentistry due to lack of educationabout dental health care therefore causing problems while doing dental check up.Visually impairment is a common term for individual who has disturbance orobstacle of sense of sight which influence the ability to obtain dental healtheducation, Aim this individual also having high anxiety and low dental healthstatus. Leaflet dental braille LDB and audio dental AD are tools to approachvisually impaired child to facilitate dental health education. Method clinicalexperimental study. The variables are dental anxiety level after LDB and AD invisually impaired child. Questionnaire that is used to measure dental anxiety isModified Dental Anxiety Scale MDAS in braille letter. Result Unpaired T teststatistical analysis showed significance difference of dental anxiety in visuallyimpaired children after receiving dental health education using MD method p0.05 . In conclusion, effectiveness test on LDB and AD toolsas a non face to face education method for visually impaired children in receivingdental health education with dental anxiety as indicator."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Diefghina Raflesia
"Latar Belakang: Masalah kesehatan gigi dan mulut seperti karies gigi berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang. Remaja sebagai kelompok yang sedang mengalami perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan kognitif memerlukan metode edukasi kesehatan yang efektif. Video storytelling sebagai media audiovisual memungkinkan penyampaian informasi yang melibatkan lebih banyak indera sehingga lebih mudah dipahami dan diingat. Penggunaan WhatsApp yang efisien dan mudah diakses dapat menjadi sarana yang tepat untuk memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada remaja. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas video storytelling melalui WhatsApp untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik mengenai kesehatan gigi dan mulut remaja. Metode: Randomized Controlled Trials dengan teknik Purposive Sampling. Total sampel adalah 114 siswa dengan 57 kelompok intervensi dan 57 kelompok kontrol. Pengukuran penelitian dengan kuesioner pre-test post-test. Intervensi berupa video storytelling sebanyak 1 kali dalam seminggu selama 4 minggu. Hasil: Analisis dengan Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat peningkatan mean pengetahuan, sikap, dan praktik yang signifikan pada kelompok intervensi dengan p-value = 0,000 (p<0,05). Analisis dengan Uji T tidak berpasangan dan Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan mean pengetahuan, sikap, dan praktik yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p-value = 0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Pemberian intervensi berupa video storytelling melalui WhatsApp efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik remaja mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Background: Dental and oral health problems such as dental caries are related to a person's knowledge, attitudes, and practices. Adolescents as a group who are experiencing intellectual, social, emotional, and cognitive development require effective health education methods. Video storytelling as an audiovisual media allows the delivery of information that involves more senses so that it is easier to understand and remember. The use of efficient and easily accessible WhatsApp can be the right means to provide dental and oral health education to adolescents. Objectives: To evaluate the effectiveness of video storytelling via WhatsApp to improve knowledge, attitudes and practices regarding dental and oral health in adolescents. Methods: Randomized Controlled Trials with Purposive Sampling technique. The total sample was 114 students with 57 intervention groups and 57 control groups. The research measurement was with a pre-test post-test questionnaire. The intervention was in the form of video storytelling once a week for 4 weeks. Results: Analysis with the Wilcoxon Test showed a significant increase in mean knowledge, attitudes, and practices in the intervention group with a p-value = 0.000 (p <0.05). Analysis with the independent T-test and Mann-Whitney showed that there was a significant difference in the mean of knowledge, attitudes, and practices between the intervention group and the control group with a p-value = 0.000 (p <0.05). Conclusion: Intervention in the form of video storytelling via WhatsApp is effective in increasing adolescent knowledge, attitudes and practices regarding dental and oral health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Diefghina Raflesia
"Latar Belakang: Masalah kesehatan gigi dan mulut seperti karies gigi berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang. Remaja sebagai kelompok yang sedang mengalami perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan kognitif memerlukan metode edukasi kesehatan yang efektif. Video storytelling sebagai media audiovisual memungkinkan penyampaian informasi yang melibatkan lebih banyak indera sehingga lebih mudah dipahami dan diingat. Penggunaan WhatsApp yang efisien dan mudah diakses dapat menjadi sarana yang tepat untuk memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada remaja. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas video storytelling melalui WhatsApp untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik mengenai kesehatan gigi dan mulut remaja. Metode: Randomized Controlled Trials dengan teknik Purposive Sampling. Total sampel adalah 114 siswa dengan 57 kelompok intervensi dan 57 kelompok kontrol. Pengukuran penelitian dengan kuesioner pre-test post-test. Intervensi berupa video storytelling sebanyak 1 kali dalam seminggu selama 4 minggu. Hasil: Analisis dengan Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat peningkatan mean pengetahuan, sikap, dan praktik yang signifikan pada kelompok intervensi dengan p-value = 0,000 (p<0,05). Analisis dengan Uji T tidak berpasangan dan Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan mean pengetahuan, sikap, dan praktik yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p-value = 0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Pemberian intervensi berupa video storytelling melalui WhatsApp efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik remaja mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Background: Dental and oral health problems such as dental caries are related to a person's knowledge, attitudes, and practices. Adolescents as a group who are experiencing intellectual, social, emotional, and cognitive development require effective health education methods. Video storytelling as an audiovisual media allows the delivery of information that involves more senses so that it is easier to understand and remember. The use of efficient and easily accessible WhatsApp can be the right means to provide dental and oral health education to adolescents. Objectives: To evaluate the effectiveness of video storytelling via WhatsApp to improve knowledge, attitudes and practices regarding dental and oral health in adolescents. Methods: Randomized Controlled Trials with Purposive Sampling technique. The total sample was 114 students with 57 intervention groups and 57 control groups. The research measurement was with a pre-test post-test questionnaire. The intervention was in the form of video storytelling once a week for 4 weeks. Results: Analysis with the Wilcoxon Test showed a significant increase in mean knowledge, attitudes, and practices in the intervention group with a p-value = 0.000 (p <0.05). Analysis with the independent T-test and Mann-Whitney showed that there was a significant difference in the mean of knowledge, attitudes, and practices between the intervention group and the control group with a p-value = 0.000 (p <0.05). Conclusion: Intervention in the form of video storytelling via WhatsApp is effective in increasing adolescent knowledge, attitudes and practices regarding dental and oral health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marianti Enikawati
"Latar Belakang : Trauma di rongga mulut memiliki prevalensi yang tinggi, terutama pada anak-anak. Avulsi gigi merupakan kasus trauma di rongga mulut yang paling berat dan sering terjadi di sekolah. Sekitar 64,5% kasus avulsi gigi tidak mendapatkan penanganan yang tepat karena kurangnya pengetahuan guru sekolah terhadap pertolongan pertama avulsi gigi. Oleh karena itu, guru sekolah membutuhkan edukasi untuk meningkatkan prognosis perawatan pada anak. Salah satu media edukasi yang dapat digunakan yaitu poster. Penelitian mengenai pengaruh poster edukasi terhadap perubahan tingkat pengetahuan guru sekolah dasar mengenai pertolongan pertama mandiri avulsi gigi belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan guru sekolah dasar sebelum dan sesudah membaca poster edukasi “Pertolongan Pertama Mandiri Gigi Avulsi pada Anak” Metode Penelittian : Penelitian ini dilakukan di 13 sekolah dasar negeri di Jakarta Pusat, dengan total 54 guru yang memenuhi kriteria inklusi. Setelah mengisi informed consent, pengetahuan awal diukur dengan menggunakan kuesioner kemudian guru membaca poster edukasi mengenai pertolongan pertama avulsi gigi. Setelah membaca poster, guru mengisi kembali kuesioner yang berisi pertanyaan yang sama. Perbedaan total skor pengetahuan sebelum dan sesudah membaca poster edukasi diuji secara statistik. Hasil : Nilai median total skor sebelum membaca poster adalah 5 sedangkan nilai median setelah membaca poster adalah 10. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai p=0.000 yang menandakan terdapat perbedaan signifikan antara tingkat pengetahuan guru sekolah dasar sebelum dan sesudah membaca poster edukasi Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan guru sekolah dasar sebelum dan sesudah membaca poster edukasi “Pertolongan Pertama Mandiri Gigi Avulsi pada Anak” yang menandakan poster edukasi merupakan media edukasi yang efektif. 

Background : Oral trauma has a high prevalence, especially in children. Dental avulsion is the most severe type of oral trauma and school is the common place where dental avulsion occurs. Arround 64.5% of dental avulsion cases did not get proper treatment due to inadequate teachers’ knowledge about first aid management of dental avulsion; therefore, teachers need education to improve the prognosis of treatment. One of the educational media that can be used is poster. Research on educational poster’s effect on the knowledge of elementary school teachers regarding first aid management of dental avulsion has never been done in Indonesia. Objective: The purpose of this study is to analyse the difference of level on the knowledge of Elementary School Teachers Before and After Reading Educational Posters “First Aid Management Of Dental Avulsion on Children” Methods : This study was conducted in 13 public primary schools in central Jakarta, with a total of 54 teachers who met the inclusion criteria. After filling out the informed consent, initial knowledge was measured using a questionnaire, then the teacher read an educational poster about the first aid management of dental avulsion. After reading the poster, the teachers answered the questionnaire, which included the same questions as the first questionnaire. The difference between total knowledge scores before and after reading the educational poster was statistically counted. .Results : The median of total score before reading the poster was 5 while the median of total score after reading the educational poster was 10. The Wilcoxon test showed a significant difference (p=0.000) between the level of knowledge of elementary school teachers before and after reading the educational poster. Conclusion : There is a difference in the level of knowledge of elementary school teachers before and after reading the educational poster "Independent First Aid for Children's Avulsion Teeth" which indicates that the educational poster is an effective educational tool. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy Eszwara
"Kesehatan gigi dan mulut merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang merata di Indonesia, memengaruhi individu dari berbagai kelompok usia. Kesehatan gigi yang buruk tidak hanya mengurangi kualitas hidup tetapi juga meningkatkan risiko penyakit sistemik seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes. Tingginya prevalensi masalah gigi seperti karies, kehilangan gigi, dan penyakit gusi menunjukkan perlunya strategi promosi kesehatan yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak berbagai metode edukasi dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dengan menilai efektivitas pendekatan ini, penelitian ini bertujuan memberikan wawasan dalam meningkatkan praktik kebersihan gigi dan kesehatan umum pasien.

Oral health is a pervasive public health issue in Indonesia, affecting individuals across all demographics. Poor oral health not only diminishes quality of life but also exacerbates risks for systemic diseases such as cardiovascular conditions and diabetes. The prevalence of dental problems like cavities, tooth loss, and gum disease underscores the urgent need for effective health promotion strategies. This study focuses on evaluating the impact of various educational methods on enhancing patients' knowledge of dental and oral health at the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia Dental Hospital. By assessing the effectiveness of these approaches, the research aims to contribute insights into improving oral hygiene practices and overall health outcomes among patients."
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrinia Ristia Putri
"Latar belakang: Anak penyandang sindroma Down mengalami keterlambatan perkembangan, terutama kemampuan kognitifnya. Hal ini menyebabkan rendahnya pengetahuan terhadap kesehatan gigi dan mulut. Metodeedutainmentdapat digunakan sebagai pendekatan khusus dalam mengedukasi kesehatan gigi dan mulut anak penyandang sindroma Down, menggunakan alat permainan edukatif busy book. Anak penyandang sindroma Down belajar dengan baik secara visual, oleh karena itu busy bookdapat dibuat sesuai dengan kondisi anak dalam memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut
Metode: Penelitian eksperimental klinis ini terdiri dari 30 anak penyandang sindroma Down dengan rentang usia 8-13 tahun; dengan 15 anak mendapatkan edukasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan busy book, dan 15 anak mendapatkan secara verbal konvensional. Rentang umur subjek dipilih setelah disesuaikan dengan mental anak normal usia prasekolah. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Sekolah Dasar Luar Biasa di DKI Jakarta dan Yayasan POTADS. Delta skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak penyandang sindroma Down pada kelompok busy bookdan kelompok verbal konvensional dianalisis perbedaannya menggunakan independent T-test(nilai p<0.05).
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara delta skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak penyandang sindroma Down melalui edukasi dengan busy bookdan verbal konvensional.
Kesimpulan: Alat permainan edukatif busy bookdapat menjadi media pembelajaran efektif dalam mengedukasi kesehatan gigi dan mulut anak penyandang sindroma Down.

Introduction: Children with Down Syndrome are developmentally delayed particularly in cognitive ability, and it affects their oral health knowledge. An edutainment method can be used as special approach to educate them regarding the oral health knowledge, using the busy book. Down syndrome children has strength in visual memory, therefore the busy book has been customized for Down syndrome children to help them in learning the DHE.
Methods: This experimental clinical study included 30 Down Syndrome children (aged 8-13); 15 children had DHE using busy book (experiment group) and 15 children (control group) had conventional verbal DHE. The study was conducted in 7 special primary schools in Jakarta and POTADS foundation. This age range was chosen after adjustment of mental age of children without Down Syndrome. The scores of the dental health knowledge of children in experiment and control group were analysed and their differences measured using independent T-test (with p value <0.05)
Results: There is a statistically significant difference between delta score of dental health knowledge after DHE using busy book and after conventional verbal DHE (P<.05).
Conclusion: Busy book appears to be an effective learning tool for dental health education in Down Syndrome children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Wahyu Saputri
"Media diperlukan untuk membantu proses pembelajaran. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan aplikasi DHESTA dan flipchart sebagai media edukasi dilihat dari peningkatan dan retensi pengetahuan. Pada 30 siswa SD N Menteng 01 dan 30 siswa SD N Menteng 02 diberi tes pra perlakuan menggunakan kuesioner kemudian tiap kelompok diberi edukasi menggunakan media yang berbeda. Tes paska perlakuan dilakukan 20 menit, 1 hari, 6 hari, dan 14 hari setelah perlakuan.
Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna peningkatan pengetahuan (p = 0,000) dan penurunan retensi pengetahuan (p = 0,05) pada kedua kelompok. Aplikasi DHESTA menghasilkan peningkatan pengetahuan yang lebih rendah namun retensi pengetahuan yang dihasilkan lebih baik daripada flipchart.

Media is needed to assist the learning process. The research aimed to determine the effects of using DHESTA application and flipchart as seen from the increase of knowledge and knowledge retention. 30 student of SD N Menteng 01 and 30 SD N Menteng 02 were given a pre-test questionnaire and then each group was given dental health education using different media. Then post-test given 20 minutes, 1 day, 6 days, and 14 days after learning.
The results showed there were significant differences in the increase of knowledge (p = 0.000) and decrease retention of knowledge (p = 0.05) in both groups. DHESTA application can increase knowledge lower than flipchart however knowledge retention is better.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Almasyhur
"Latar Belakang: Kondisi kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari individu dan mempengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan. Usia 7-9 tahun merupakan masa yang krusial dalam pertumbuhan gigi karena gigi susu mulai rontok satu per satu dan gigi permanen pertama telah tumbuh. Pencegahan melalui pendidikan kesehatan perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya karies gigi.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media buku cerita dan powerpoint dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan menurunkan skor plak pada anak usia 7-9 tahun.
Metode: Penelitian eksperimen semu dengan desain non-equivalent group pretest posttest design menggunakan convenience sampling sebagai metode pengambilan sampel. Subyek penelitian berasal dari 4 SD di Kecamatan Cipinang Besar Utara yang berjumlah 197 anak yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberikan pendidikan kesehatan gigi melalui media buku cerita dan powerpoint, sedangkan kelompok kontrol diberikan pendidikan melalui media powerpoint. media power point. Pendidikan kesehatan gigi diberikan seminggu sekali selama 4 minggu. Subyek diperiksa plakat awal dan akhir, pengisian angket pre-test dan post-test, pengisian angket evaluasi guru dan pengisian angket sosiodemografi oleh orang tua subjek.
Hasil: Terdapat 138 subjek berusia 7-9 tahun yang diteliti dengan kelompok intervensi (n=70) dan kelompok kontrol (n=68). Ada 59 subjek yang dikeluarkan karena tidak memenuhi kriteria usia (n=7), tidak mengumpulkan informed consent (n=11), tidak berpartisipasi dalam semua kegiatan (n=41). Hasil uji wilcoxon pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan gigi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan (p=0,00). Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan pengetahuan setelah pendidikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p>0,05). Hasil uji Wilcoxon pada kelompok intervensi menunjukkan perbedaan yang signifikan pada skor plak akhir (p = 0,02) sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0,994).
Kesimpulan: Edukasi kesehatan gigi dan mulut melalui media buku cerita dan powerpoint serta melalui media powerpoint dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 7-9 tahun di Cipinang Besar Utara. Tidak terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Terjadi penurunan skor plak pada kelompok intervensi.

Background: The condition of dental and oral health is an integral part of the individual and affects overall well-being. The age of 7-9 years is a crucial period in the growth of teeth because the baby teeth begin to fall out one by one and the first permanent teeth have grown. Prevention through health education needs to be done to avoid dental caries.
Objective: To determine the effectiveness of using storybooks and powerpoint media in increasing oral health knowledge and reducing plaque scores in children aged 7-9 years.
Methods: Quasi-experimental research with non-equivalent group pretest posttest design using convenience sampling as the sampling method. The research subjects came from 4 elementary schools in Cipinang Besar Utara District, totaling 197 children who were divided into two groups, namely the intervention group who were given dental health education through storybooks and powerpoint media, while the control group was given education through powerpoint media. powerpoint media. Dental health education is given once a week for 4 weeks. Subjects were checked for initial and final plaques, filling out pre-test and post-test questionnaires, filling out teacher evaluation questionnaires and filling out sociodemographic questionnaires by subject's parents.
Results: There were 138 subjects aged 7-9 years studied with the intervention group (n=70) and the control group (n=68). There were 59 subjects who were excluded because they did not meet the age criteria (n=7), did not collect informed consent (n=11), did not participate in all activities (n=41). Wilcoxon test results in each group before and after dental health education showed an increase in knowledge (p = 0.00). The results of the Mann Whitney test showed that there was no significant difference between the increase in knowledge after education in the intervention group and the control group (p>0.05). The results of the Wilcoxon test in the intervention group showed a significant difference in the final plaque score (p = 0.02) while in the control group there was no significant difference (p = 0.994).
Conclusion: Dental and oral health education through storybooks and powerpoint media as well as through powerpoint media can increase dental and oral health knowledge in children aged 7-9 years in Cipinang Besar Utara. There was no significant difference in the increase in knowledge of oral and dental health between the intervention group and the control group. There was a decrease in plaque scores in the intervention group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>