Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33413 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Situmeang, John B.
"Artikel ini berbincang tentang gagasan perusahaan masakan Nasi Padang yang berpotensi untuk menginovasikan diri menawarkan makanan cepat saji ala fast-food McDonald. Perusahaan makanan McDonald didirikan di San Bernardino, Californiapada tahun 1940 sebagai suatu usaha restoran barbeku kecil. Kemudian pada tahun 1948 merubah dirinya menjadi suatu usaha makanan hamburger, lalu selanjutnya membuat inovasi dengan menawarkan masakan cepat saji unik, berbeda dari cara makan Amerika yang biasa. Inovasi ini mendapatkan sambutan yang tidak terduga-duga hangatnya dari dunia konsumen dan kemudian sukses besar terjadi menjadikan dirinya the world largest fastfood company. Pengalaman ini semestinya menjadi pembangkit semangat bagi industri makanan Indonesia, khususnya nasi Padang yang menghadapi market yang begitu besar karena penduduk Indonesia yang jumlahnya sangat besar 280 juta."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2025
330 ASCSM 68 (2025)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Ramadhania
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta membahas makna metafora dalam iklan produk McDonald’s Jepang dengan menggunakan teori metafora Knowles & Moon. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah iklan yang diunggah pada akun twitter resmi McDonald’s Jepang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 10 data iklan yang mengandung 12 metafora. Ditemukan 8 metafora kreatif dan 4 metafora konvensional. Penggunaan metafora kreatif mampu mengemas pengalaman dalam mengkonsumsi produk dengan cara yang unik, sementara penggunaan metafora konvensional mempermudah pemahaman calon konsumen terhadap produk yang ditawarkan, dengan ungkapan metaforis yang telah digunakan secara umum.

This study aims to identify and discuss the meaning of metaphors in Japanese McDonald's product advertisements using Knowles & Moon's metaphor theory. The data source used in this research is advertisements uploaded on the official McDonald's Japan twitter account. The results of this study show that there are 10 advertisement data containing 12 metaphors. Eight creative metaphors and four conventional metaphors were found. The use of creative metaphors is able to express the experience of consuming products in a unique way, while the use of conventional metaphors makes it easier for potential consumers to understand the products offered, with metaphorical expressions that have been commonly used."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sabyna Maharani
"Peningkatan penggunaan layanan mandiri telah menjadi tren di berbagai industri untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan pelanggan. Salah satu yang kerap dijumpai adalah penggunaan Self-Ordering Kiosk (SOK) di restoran cepat saji. SOK menawarkan berbagai jenis pembayaran nontunai, seperti kartu debit, kartu kredit, dan QRIS yang dapat menggantikan pembayaran secara tunai di kasir. Analisis dilakukan terhadap perubahan perilaku pembeli dari pembayaran tunai di kasir ke pembayaran nontunai di SOK pada restoran cepat saji McDonald’s Indonesia dengan memanfaatkan teori Push- Pull-Mooring (PPM). Peralihan pembayaran ini perlu dianalisis karena belum banyak diteliti dan memiliki potensi penting di era digital ks pembayaran tunai dan meningkatnya pembayaran nontunai. Selain itu, belum ada penelitian yang secara khusus mengeksplorasi faktor penggunaan SOK di Indonesia. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong (push factor), menarik (pull factor), dan menghambat (mooring factor) perubahan tersebut. Analisis dilakukan secara kuantitatif menggunakan CB-SEM dengan data survei 744 responden dan dilanjutkan dengan analisis kualitatif menggunakan content analysis terhadap 31 narasumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa traditional payment habit memengaruhi inertia. Selain itu, inertia, transaction inconvenience, perceived usefulness, trust, perceived ease of use, dan mandatory interaction terbukti memengaruhi switching intention, serta switching intention memengaruhi switching behavior. Namun, facility constraints, employee service, dan control tidak memengaruhi switching intention. Pada faktor moderasi, inertia terbukti memoderasi seluruh hubungan faktor push dan pull terhadap switching intention, sedangkan facility constraints juga memoderasi hubungan faktor push dan pull terhadap switching intention, kecuali pada hubungan employee service dan control terhadap switching intention. Penelitian ini memberikan kontribusi berupa eksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi perpindahan dari pembayaran tunai ke pembayaran nontunai di SOK McDonald’s Indonesia, memperkuat dan memberikan temuan baru terkait variabel untuk memahami faktor adopsi teknologi, serta memberikan justifikasi baru terkait variabel yang tidak berpengaruh terhadap perpindahan pengguna. Penelitian ini juga memberikan implikasi praktis bagi McDonald’s Indonesia untuk mengoptimalkan perangkat SOK, menawarkan pilihan pembayaran nontunai di SOK yang beragam dan terbaru, serta menginformasikan cara pembayaran nontunai yang lebih lengkap.

The increasing use of self-service has become a trend across various industries with the aim of improving efficiency and customer convenience. One commonly seen application is the use of Self-Ordering Kiosks (SOK) in fast food restaurants. SOK offers various types of cashless payments, such as debit cards, credit cards, and QRIS, which can replace conventional cash payments at the cashier. The analysis was conducted on the shift in buyer behavior from conventional cashier payments to cashless payments at SOK in McDonald's Indonesia using the Push-Pull-Mooring (PPM) theory. The transition from cash to SOK payments needs to be analyzed in research because this change has not been widely studied and has significant potential in the digital era, characterized by a decline in cash usage and an increase in cashless payments. Moreover, no studies have specifically explored the factors of SOK usage in Indonesia. The main objective of this study is to identify the push, pull, and mooring factors of the change. The analysis was conducted quantitatively using CB-SEM with survey data of 744 respondents, followed by qualitative analysis using content analysis of 31 interviewees. The results showed that traditional payment habits affect inertia. In addition, inertia, transaction inconvenience, perceived usefulness, trust, perceived ease of use, and mandatory interaction are proven to affect switching intention, and switching intention affects switching behavior. However, facility constraints, employee service, and control do not influence switching intention. For moderating factors, the inertia factor is proven to moderate the entire relationship of push and pull factors to switching intention, while facility constraints also moderates the relationship between push and pull factors and switching intention except for the relationship between employee service and control and switching intention. This research contributes by exploring the factors influencing the shift from cash to cashless payments at SOK in McDonald's Indonesia, strengthening and providing new findings related to the variables used to understand technology adoption factors, and providing new justification related to variables that do not affect user transition. This research also provides practical implications for McDonald’s Indonesia to ensure optimization of SOK software and hardware, offer diverse and latest non-cash payment options at SOK, and provide comprehensive information on non-cash payment methods."
Depok: 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Eka Putri Maharani
"Peningkatan penggunaan layanan mandiri telah menjadi tren di berbagai industri untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan pelanggan. Salah satu yang kerap dijumpai adalah penggunaan Self-Ordering Kiosk (SOK) di restoran cepat saji. SOK menawarkan berbagai jenis pembayaran nontunai, seperti kartu debit, kartu kredit, dan QRIS yang dapat menggantikan pembayaran secara tunai di kasir. Analisis dilakukan terhadap perubahan perilaku pembeli dari pembayaran tunai di kasir ke pembayaran nontunai di SOK pada restoran cepat saji McDonald’s Indonesia dengan memanfaatkan teori Push- Pull-Mooring (PPM). Peralihan pembayaran ini perlu dianalisis karena belum banyak diteliti dan memiliki potensi penting di era digital ks pembayaran tunai dan meningkatnya pembayaran nontunai. Selain itu, belum ada penelitian yang secara khusus mengeksplorasi faktor penggunaan SOK di Indonesia. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong (push factor), menarik (pull factor), dan menghambat (mooring factor) perubahan tersebut. Analisis dilakukan secara kuantitatif menggunakan CB-SEM dengan data survei 744 responden dan dilanjutkan dengan analisis kualitatif menggunakan content analysis terhadap 31 narasumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa traditional payment habit memengaruhi inertia. Selain itu, inertia, transaction inconvenience, perceived usefulness, trust, perceived ease of use, dan mandatory interaction terbukti memengaruhi switching intention, serta switching intention memengaruhi switching behavior. Namun, facility constraints, employee service, dan control tidak memengaruhi switching intention. Pada faktor moderasi, inertia terbukti memoderasi seluruh hubungan faktor push dan pull terhadap switching intention, sedangkan facility constraints juga memoderasi hubungan faktor push dan pull terhadap switching intention, kecuali pada hubungan employee service dan control terhadap switching intention. Penelitian ini memberikan kontribusi berupa eksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi perpindahan dari pembayaran tunai ke pembayaran nontunai di SOK McDonald’s Indonesia, memperkuat dan memberikan temuan baru terkait variabel untuk memahami faktor adopsi teknologi, serta memberikan justifikasi baru terkait variabel yang tidak berpengaruh terhadap perpindahan pengguna. Penelitian ini juga memberikan implikasi praktis bagi McDonald’s Indonesia untuk mengoptimalkan perangkat SOK, menawarkan pilihan pembayaran nontunai di SOK yang beragam dan terbaru, serta menginformasikan cara pembayaran nontunai yang lebih lengkap.

The increasing use of self-service has become a trend across various industries with the aim of improving efficiency and customer convenience. One commonly seen application is the use of Self-Ordering Kiosks (SOK) in fast food restaurants. SOK offers various types of cashless payments, such as debit cards, credit cards, and QRIS, which can replace conventional cash payments at the cashier. The analysis was conducted on the shift in buyer behavior from conventional cashier payments to cashless payments at SOK in McDonald's Indonesia using the Push-Pull-Mooring (PPM) theory. The transition from cash to SOK payments needs to be analyzed in research because this change has not been widely studied and has significant potential in the digital era, characterized by a decline in cash usage and an increase in cashless payments. Moreover, no studies have specifically explored the factors of SOK usage in Indonesia. The main objective of this study is to identify the push, pull, and mooring factors of the change. The analysis was conducted quantitatively using CB-SEM with survey data of 744 respondents, followed by qualitative analysis using content analysis of 31 interviewees. The results showed that traditional payment habits affect inertia. In addition, inertia, transaction inconvenience, perceived usefulness, trust, perceived ease of use, and mandatory interaction are proven to affect switching intention, and switching intention affects switching behavior. However, facility constraints, employee service, and control do not influence switching intention. For moderating factors, the inertia factor is proven to moderate the entire relationship of push and pull factors to switching intention, while facility constraints also moderates the relationship between push and pull factors and switching intention except for the relationship between employee service and control and switching intention. This research contributes by exploring the factors influencing the shift from cash to cashless payments at SOK in McDonald's Indonesia, strengthening and providing new findings related to the variables used to understand technology adoption factors, and providing new justification related to variables that do not affect user transition. This research also provides practical implications for McDonald’s Indonesia to ensure optimization of SOK software and hardware, offer diverse and latest non-cash payment options at SOK, and provide comprehensive information on non-cash payment methods."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanka Devi
"Peningkatan penggunaan layanan mandiri telah menjadi tren di berbagai industri untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan pelanggan. Salah satu yang kerap dijumpai adalah penggunaan Self-Ordering Kiosk (SOK) di restoran cepat saji. SOK menawarkan berbagai jenis pembayaran nontunai, seperti kartu debit, kartu kredit, dan QRIS yang dapat menggantikan pembayaran secara tunai di kasir. Analisis dilakukan terhadap perubahan perilaku pembeli dari pembayaran tunai di kasir ke pembayaran nontunai di SOK pada restoran cepat saji McDonald’s Indonesia dengan memanfaatkan teori Push- Pull-Mooring (PPM). Peralihan pembayaran ini perlu dianalisis karena belum banyak diteliti dan memiliki potensi penting di era digital ks pembayaran tunai dan meningkatnya pembayaran nontunai. Selain itu, belum ada penelitian yang secara khusus mengeksplorasi faktor penggunaan SOK di Indonesia. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong (push factor), menarik (pull factor), dan menghambat (mooring factor) perubahan tersebut. Analisis dilakukan secara kuantitatif menggunakan CB-SEM dengan data survei 744 responden dan dilanjutkan dengan analisis kualitatif menggunakan content analysis terhadap 31 narasumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa traditional payment habit memengaruhi inertia. Selain itu, inertia, transaction inconvenience, perceived usefulness, trust, perceived ease of use, dan mandatory interaction terbukti memengaruhi switching intention, serta switching intention memengaruhi switching behavior. Namun, facility constraints, employee service, dan control tidak memengaruhi switching intention. Pada faktor moderasi, inertia terbukti memoderasi seluruh hubungan faktor push dan pull terhadap switching intention, sedangkan facility constraints juga memoderasi hubungan faktor push dan pull terhadap switching intention, kecuali pada hubungan employee service dan control terhadap switching intention. Penelitian ini memberikan kontribusi berupa eksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi perpindahan dari pembayaran tunai ke pembayaran nontunai di SOK McDonald’s Indonesia, memperkuat dan memberikan temuan baru terkait variabel untuk memahami faktor adopsi teknologi, serta memberikan justifikasi baru terkait variabel yang tidak berpengaruh terhadap perpindahan pengguna. Penelitian ini juga memberikan implikasi praktis bagi McDonald’s Indonesia untuk mengoptimalkan perangkat SOK, menawarkan pilihan pembayaran nontunai di SOK yang beragam dan terbaru, serta menginformasikan cara pembayaran nontunai yang lebih lengkap.

The increasing use of self-service has become a trend across various industries with the aim of improving efficiency and customer convenience. One commonly seen application is the use of Self-Ordering Kiosks (SOK) in fast food restaurants. SOK offers various types of cashless payments, such as debit cards, credit cards, and QRIS, which can replace conventional cash payments at the cashier. The analysis was conducted on the shift in buyer behavior from conventional cashier payments to cashless payments at SOK in McDonald's Indonesia using the Push-Pull-Mooring (PPM) theory. The transition from cash to SOK payments needs to be analyzed in research because this change has not been widely studied and has significant potential in the digital era, characterized by a decline in cash usage and an increase in cashless payments. Moreover, no studies have specifically explored the factors of SOK usage in Indonesia. The main objective of this study is to identify the push, pull, and mooring factors of the change. The analysis was conducted quantitatively using CB-SEM with survey data of 744 respondents, followed by qualitative analysis using content analysis of 31 interviewees. The results showed that traditional payment habits affect inertia. In addition, inertia, transaction inconvenience, perceived usefulness, trust, perceived ease of use, and mandatory interaction are proven to affect switching intention, and switching intention affects switching behavior. However, facility constraints, employee service, and control do not influence switching intention. For moderating factors, the inertia factor is proven to moderate the entire relationship of push and pull factors to switching intention, while facility constraints also moderates the relationship between push and pull factors and switching intention except for the relationship between employee service and control and switching intention. This research contributes by exploring the factors influencing the shift from cash to cashless payments at SOK in McDonald's Indonesia, strengthening and providing new findings related to the variables used to understand technology adoption factors, and providing new justification related to variables that do not affect user transition. This research also provides practical implications for McDonald’s Indonesia to ensure optimization of SOK software and hardware, offer diverse and latest non-cash payment options at SOK, and provide comprehensive information on non-cash payment methods."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Is Karyono Kosasih
"Kentucky Fried Chicken adalah nama restoran cepat saji yang menyediakan hidangan ayam goreng, kentang goreng, burger dan lain-lain yang kemudian disingkat menjadi KFC. Pada mulanya KFC adalah makanan lokal di Corbin, Kentucky yang kurang disukai oleh masyarakat Amerika dan mereka menganggap bahwa makanan itu adalah salah satu jenis makanan yang berbahaya bagi kesehatan serta konsumennya sangat sedikit dan terbatas.
Melalui teknologi pengelolaan dan ditunjang oleh teknologi informasi modem antara lain televisi, radio, surat kabar dan lain-lain maka KFC menjadi popular dan digemari oleh masyarakat luas. Persepsi masyarakat Amerika tentang KFC sebagai makanan yang berbahaya bagi kesehatan, semakin lama semakin berkurang dan akhirnya hilang akibat simulasi dunia periklanan sehingga KFC berubah persepsi menjadi makanan sehat, cepat saji, praktis dan modern.
Nilai-nilai budaya Amerika antara lain demokrasi, individualisme, kapitalisme dan hak azasi manusia telah berinteraksi atau saling mempengaruhi dengan produk-produk KFC dan telah terjadi transformasi nilai atau perubahan bentuk sehingga KFC berubah makna dan fungsinya dari makanan lokal menjadi makanan popular yang digemari oleh masyarakat Amerika secara luas serta memenuhi syarat-syarat kepopuleran. Pada dasarnya kepopuleran memiliki dinamika sendiri bukanlah sebuah realitas melainkan transformasi realitas yang menjadi representasi yang seolah-olah kemudian menjeima sebagai realitas itu sendiri. Penyimpangan citra dari apa yang diwakilinya melahirkan suatu persepsi sebagai suatu wacana yang mandiri maksudnya persepsi yang dibentuk oleh pencitraan tadi bisa menyimpang dari realitas yang hendak diwakilinya yang kemudian melahirkan sebuah dunia tersendiri yaitu suatu dunia hiper realitas. Mereka adalah representasi dari dunia maya dan fantasi yang memiliki dinamika dan hukumnya sandhi. Mereka menciptakan produk-produk KFC sekaligus sebuah strategi fantasi yaitu strategi makan lewat produk kebudayaan popular Amerika yang dipengaruhi oleh sistem produksi kapitalis melalui produksi massal dengan perusahaan multinasional sebagai agennya yang dibantu oleh jaringan informasi modem, menjadikan KFC sebagai komoditas kapitalisme dengan ditransformasikannya nilai-nilai budaya Amerika yang masuk dan menyatu di dalam produk KFC sehingga terjadi proses retifikasi yaitu proses bagaimana suatu produk KFC menemukan ukuran objektif dalam kesepakatan nilai tukar atau yang lebih nyata adalah terjadinya pembentukan harga melalui mekanisme kekuatan pasar (market demand vs market supply). Kekuatan pasar inilah yang dapat meningkatkan kreativitas produk KFC dengan seluruh orientasi nilainya yaitu demokrasi, individualisme, kapitalisme, dan hak azasi manusia yang merupakan nilai-nilai budaya Amerika yang diekspresikan, digandakan dalam arti diproduksi serta dijual ke dalam masyarakat. Amerika dengan tujuan untuk mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Melalui motto, ?we give you what you want and we give you what you need?. Artinya, mereka telah menyediakan apa yang kita butuhkan dan inginkan. Melalui ikon Colonel Harland Sanders, KFC telah berubah citra menjadi makanan sehat, praktis, modern, kuat, dinamis, maju, up to dare dan cepat saji yang merupakan image masyarakat Amerika. Dengan berinteraksinya nilai-nilai budaya Amerika ke dalam produk-produk KFC ditambah image Amerika yang telah menjadi citra KFC, sehingga KFC berubah makna dan nilainya menjadi produk kebudayaan populer Amerika.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T3508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meuthia Alifia Kadi
"Penelitian ini memiliki tujuan guna menganalisis pengaruh perceived social media marketing activities, beserta mediasi brand consciousness, dan value consciousness terhadap brand loyalty pada konsumen di McDonald’s Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data penelitian dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner secara online dan tatap muka kepada 100 responden yang merupakan konsumen berusia 18 hingga 34 tahun di McDonald’s Kota Depok yang mengunjungi McDonald’s di Kota Depok minimal dua kali dalam setahun terakhir dan menjadi followers dari akun media sosial McDonald’s Indonesia. Teknik analisis yang digunakan untuk analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial berupa regresi linear dan analisis linear berganda dengan menggunakan SPSS versi 25.0 untuk Windows. Pengujian terhadap hubungan mediasi menggunakan uji sobel yang diperoleh dari kalkulator untuk uji sobel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived social media marketing activities memiliki pengaruh terhadap brand loyalty. Brand consciousness sebagai variabel mediasi pertama menunjukkan valid untuk digunakan sebagai variabel mediasi untuk efek tidak langsung dari perceived social media marketing activities terhadap brand loyalty. Akan tetapi, sesuai dengan hasil yang diperoleh didapati bahwa variabel mediasi kedua yaitu value consciousness tidak memediasi efek tidak langsung dari perceived social media marketing activities terhadap brand loyalty yang diberikan oleh Brand Restoran Cepat Saji McDonald’s di Kota Depok. Hasil penelitian ini memberikan saran secara akademik agar pada penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian yang lebih dalam mengenai pengelolaan pemasaran media sosial untuk meningkatkan kesadaran dan loyalitas pada suatu merek khususnya pada bidang merek restoran cepat saji
.This study aims to analyze the effect of Perceived Social Media Marketing Activities towards Brand Loyalty and mediation effect of Brand and Value Consciousness of McDonald’s Consumer in Depok. This study uses quantitative approached research which collected through distributing questionnaires online and face-to-face to 100 respondents representing 18 to 34 year-old customers in McDonald's, Depok City whom visited McDonald's, Depok City at least twice in one year and became followers of the McDonald's Indonesia social media accounts.The analysis technique used for both descriptive and inferential statistical analysis were linear and multiple regression and also sobel test, using SPSS 25.0 version for Window, also testing of mediations variable relationships uses the sobel test obtained from a calculator for the sobel test. This research results showed that perceived social media marketing activities has a direct effect towards brand loyalty brand consciousness as the first mediating variable shows valid to be used as a mediating variable for the indirect effect of perceived social media marketing activities on brand loyalty. However, in accordance with the results obtained, it was found that the second mediating variable, namely value consciousness, did not mediate the indirect effect of perceived social media marketing activities on brand loyalty which provided by McDonald’s, Fast Food Restaurant Brand in Depok City. The recommendation of this study suggest that future research can conduct deeper research on the management of social media marketing activities to increase consciousness and loyalty in a brand, especially in the field of fast food restaurant brands"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Putrama
"Restoran cepat saji (fast food restaurant) merupakan sejenis restoran yang memiliki karakterislik makanannya biasanya telah tersedia sehingga setelah dipesan dapat langsung dibawa untuk dikonsumsi ditempat atau dibawa pulang. Budaya masyarakat perkolaan yang senang untuk mengunjungi restoran cepat saji sepertinya telah menjadi gaya hidup-Hal ini menyebabkan persaingan bisnis restoran cepat saji semakin ketat dengan semakin banyaknya restoran cepat saji lokal maupun internasional.
Sama seperti halnya sebuah produk, restoran cepat saji juga memiliki merek (brand) yang melekat pada dirinya. Merek merupakan identitas yang melekat pada sebuah sebuah produk sehingga dapat dibedakan dengan produk lainnya. Mcrek akan semakin memberikan arti apabila produk tersebut ditawarkan ke konsumen. Untuk itu perlu dibangun ekuitas merek yang kuat sehingga merek yang ada akan mcmperoleh banyak keuntungan seperti dapat dilakukannya brand extension.
Ekuitas merek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah CBBE (Customer Based Brand Equity) yang mempunyai dasar dari pemikiran bahwa kckuatan mock tcrlctak pada apa yang telah dipelajari, dirasakan, dilihat, dan didengar pelanggan tentang merek untuk jangka waktu tertentu. Dalam kasus penelitian ini, konsumen restoran cepat saji harus mengaiami langsung (based on experienced) dengan mengkonsumsi makanan yang ada direstoran cepat saji tersebut sehingga pengusaha restoran cepat saji harus lebih cerdik dalam mensiasati apa-apa saja hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ekuitas merek misalnya me]alui program komunikasi yang tepat.
Ada 7 (tujuh) merek (brand) restoran cepat saji yang diukur ekuitasnya didalam penelitian ini yang menurut penulis cukup pantas untuk diteliti yaitu McDonalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried Chicken (CFC), Texas Fried Chicken (TFC), Wendy's, dan Hoka Hoka Bento. Pengukuran Ekuilas merek (Brand Equity) dalam penelitian ini dibangun dari 4 (empat) dimensi yaitu brand awareness, brand loyally, perceived quality dan brand image. Masing-masing variabel laten ini diturunkan menjadi variabel-variabel operasional yang diharapkan dapat menjelaskan variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk 1) Mengetahui nilai brand equity dari ketujuh resloran cepat saji yang diteliti. 2) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara brand equity secara keseluruhan dengan kinerja (berdasarkan persepsi) restoran cepat saji. 3) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel pembentuk brand equity dengan kinerja restoran cepat saji. 4) Dapat membandingkan resloran yang dipersepsikan berkinerja tinggi dengan yang berkinerja rendah untuk variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi kinerja restoran cepat saji. Perlu diketahui kinerja yang dimaksud peneliti adalah pertumbuhan yang dilihat dari tahun berdiri (tahun masuknya restoran cepat saji ini ke Indonesia) dan jumlah gerai yang ada di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertempat di Universitas Trisakti Jakarta dengan jumlah responden 280 orang untuk ketujuh restoran ccpat saji yang diteliti. Sehingga profil umum responden yang terbentuk usia berada dikisaran 16-25 tahun, lajang, dan mahasiswa.
Dari penelitian yang dilakukan, dengan menjumlahkan rerata variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut diperoleh basil score brand equity tertinggi ditempati oleh restoran cepat saji McDonalds, kemudian disusul secara berurutan oleh KFC, Hoka-Hoka Bento, CFC, TFC, Popeye's, dan Wendy's.
Ternyata brand equity secara keseluruhan memang mempengaruhi kinerja restoran eepat saji yang berdasarkan persepsi (diperoleh dengan me-regresikan brand equity dengan kinerja). Brand equity yang diperoleh penulis merupakan basil faktor analisis dari ketiga variabel pembentuknya yaitu brand loyalty, perceived quality dan brand Image, karena brand awareness dikeluarkan dari pembentuk brand equity karena tidak dapat diproses lebih lanjut_ Penjelasan yang secara statistik dapat kita lihat dari angka KMO pada output SPSSI3. Untuk itu secara tidak langsung memang ada hubungan antara brand loyally, perceived quality dan brand image dengan kinerja restoran cepat saji.
Penemuan yang tidak diduga ofeh penulis temyata yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap kinerja jika meregresikan variabel-variabel pembentuk brand equity (brand awareness, brand loyally, perceived quality, dan brand image) adalah brand loyalty saja. Memang hal ini diukung oleh teori yang mengatakan bahwa inti dari brand equity adalah brand loyalty, karena loayalitas identik dengan pembelian kembali yang menguntungkan pengusaha restoran cepat saji dimasa yang akan datang.
Pembahasan yang berikutnya adalah melihat perbedaan restoran berkinerja tinggi dengan restoran yang berkinerja rendah pada variabel brand loyalty (karena hanya ini yang secara langsung signifikan memberikan pengaruh terhadap kinerja restoran cepat saji yang juga dilandaskan persepsi). Perbedaan dilihat dengan mem-breakdown masing-masing variabel operasional untuk brand loyally. Dari 6 (enam) variabel operasional yang ada memang semuanya signifikan, akan tetapi ada 2 (dua) yang bisa dikatakan cukup rendah yaitu kemungkinan untuk pindah ke restoran lain dan kemungkinan tidak berkunjung secara reguler. Hal inilah yang membuat Penulis menyatakan konsumen restoran cepat saji berada pada satisfied buyer with switching cost. Sedangkan keempat varibel opersional lainnya untuk brand loyalty seperti cukup puas jika berkunjung ke restoran ini, merekomendasikan restoran ini pada orang lain, ingin berkunjung kembali dan memilih restoran ini sebagai pilihan pertama sudah dirasakan cukup tinggi. Akan tetapi menurut penulis perlu ditingkatkan lagi, jika pengusaha restoran cepat saji ingin meningkatkan loyalitas ketingkat selanjutnya yaitu likes the brands (menganggap merek sebagai temannya).
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan, diambilnya respondcn cepat saji di mall sehingga seluruh segmentasi usia dapat tersentuh yang memang benar-benar dapat merepresentasikan konsumen restoran cepat saji."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelya Fina Kuswardani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada Mahasiswa FKM UI angkatan 2021. Pada penelitian ini, variabel dependennya adalah frekuensi konsumsi fast food modern dan variabel independennya adalah tingkat stres, jenis kelamin, pengetahuan gizi, kontrol diri, uang saku, pengaruh peer group dan pengaruh media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2022 kepada 145 mahasiswa FKM UI angkatan 2021 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat yang menggunakan chi-square. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 66,2% responden memiliki tingkat konsumsi fast food modern dengan frekuensi sering, yaitu mengonsumsi fast food modern >3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa tingkat stres, pengetahuan gizi, kontrol diri, uang saku, dan pengaruh media sosial berhubungan dengan konsumsi fast food modern pada remaja.

This study aims to determine the factors associated with the frequency of consumption of modern fast food in FKM UI students batch 2021. In this study, the dependent variable is the frequency of consumption of modern fast food and the independent variables are stress levels, gender, knowledge of nutrition and fast food, self control, amount of money they have, also peer group and social media influence. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. Data collection was carried out in June 2022 to 145 FKM UI students, batch 2021, according to the inclusion criteria and exclusion criteria. Data was collected through filling out online questionnaires (online). The data obtained were analyzed by univariate and bivariate method using chi-square design. The results show that as many as 66.2% of respondents have a high level of consumption of modern fast food, based on the frequency of consuming modern fast food > 3 times per week. The results also show that stress levels, knowledge of nutrition and fast food, self-control, money, and the influence of social media are related to the consumption of modern fast food in adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Saraswati
"PT XYZ adalah salah satu pemain di industri restoran fast-food yang memasuki pasar Indonesia sejak awal tahun 2012 dan menawarkan produk yang unik yaitu makanan Korea yang dibungkus dalam konsep cepat saji. Meskipun memiliki
produk yang unik, laporan penjualan PT XYZ tidak menunjukkan keunggulan dari
produk unik tersebut, bahkan PT XYZ mencatatkan kerugian selama 5 tahun
berturut-turut sejak 2014 sampai sekarang. Dengan produk yang unik dan kondisi
pasar yang mendukung, seharusnya PT XYZ tidak mengalami masalah
profitabilitas, sehingga perlu diteliti lebih dalam lagi apa yang menyebabkan PT
XYZ mengalami masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
management control system yang diaplikasikan oleh PT XYZ dengan menggunakan
pendekatan four levers of control, yaitu belief system, boundary system, diagnostic
system dan interactive control system. Penelitian dilakukan dengan metode studi
kasus dan menggunakan wawancara serta kuisioner untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT XYZ
sudah memiliki management control system namun penerapannya masih sangat
tidak efektif dalam analisis menggunakan metode four levers of control. Penerapan
yang tidak efektif inilah yang membuat PT XYZ kesulitan mengatasi masalah
profitabilitas mereka, sehingga terjadi secara menahun.

PT XYZ is one of the pioneers in Korean fast-food restaurant which entered the
Indonesian market since the beginning of 2012 that offers a unique taste of Korean
wrapped in the concept of fast food, which is an advantage for the Company. Yet,
PT XYZ financial report recorded loss for five consecutive years since 2014. With
its unique products and supportive market conditions, PT XYZ should not
experience profitability issues. This study aims to analyze the management control
system applied by PT XYZ using the four levers of control approach, namely belief
systems, boundary systems, diagnostic systems, and interactive control systems.
The study was conducted using the case study method and using interviews, focus
group discussions, and questionnaires to obtain the data and information needed.
The results of this study indicate the problems that occur to PT XYZ are mainly
caused by the inadequacy of the management control system's application in
analysis using the four levers of control approach. The Company nearly does not
apply interactive control systems and has a very weak diagnostic system. These two
problems make it hard to compare and measure the actual performance of the firm,
which will impact the strategy determination and target settlement.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>