Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118628 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adiva Nurul Nashita
"Jumlah bisnis dan permintaan pada industri produk dan layanan kecantikan saat ini jumlahnya sangat banyak dan semakin meningkat. Salah satu penyedia layanan ini adalah klinik kecantikan dengan pekerja atau terapis kecantikan yang memberikan berbagai layanan. Layanan ini menggunakan aktivitas yang menggunakan fisik para terapis sehingga banyak yang mengalami Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) dan diperburuk dengan desain stasiun kerja yang tidak ergonomis. Karena kurangnya intervensi khusus untuk masalah ini, diperlukan sebuah rancangan stasiun kerja yang dapat mengurangi risiko WMSDs pada terapis kecantikan. Penelitian ini mengumpulkan data dengan Nordic Body Map (NBM) Questionnaire untuk mengetahui keluhan nyeri otot dan merekam lalu mengevaluasi postur kerja terapis kecantikan dengan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Lower Back Analysis (LBA), dan Ovako Working Posture Analysis (OWAS) untuk mengetahui risiko WMSDs dengan memodelkan postur kerja pada software Jack, serta wawancara dengan terapis kecantikan untuk mendapatkan informasi dan memvalidasi proses penelitian dan perancangan. Keluhan utama adalah tidak nyamannya area punggung dan tubuh bagian bawah setelah memberikan layanan facial sehingga tidak bisa melakukannya kepada beberapa pasien secara berurutan. Postur saat facial menghasilkan nilai tinggi yang menunjukkan risiko tinggi WMSDs setelah dievaluasi. Stasiun kerja facial kemudian dirancang menggunakan Rational Product Design and Development Method yang dikembangkan oleh Nigel Cross yang menghasilkan beberapa alternatif. Alternatif yang dipilih adalah berdasarkan pengurangan nilai pada evaluasi postur ketika kembali dimodelkan pada software Jack untuk meminimalkan risiko WMSDs. Secara umum, dihasilkan stasiun kerja dengan kursi yang adjustable dilengkapi dengan sandaran, handrest, dan footrest dengan dudukan dan bagian lainnya yang bentuk serta ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan dan antropometri terapis kecantikan. Bagian rak penyimpanan alat-alat didesain dapat digantung pada sisi kasur pasien sehingga meminimalisir jarak jangkauan pekerja saat prosedur facial demi postur yang baik.

The number of businesses and demand for beauty products and services is currently very high and continues to grow. One that provide of these services is beauty clinics, where workers, beauty therapists or beauticians give various treatments. These services involve physical activities carried out by therapists, which often results in Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs), further exacerbated by non-ergonomic workstation designs. Due to the lack of specific interventions for this issue, there is a need to design a workstation that can reduce the risk of WMSDs for beauticians. This study collected data using the Nordic Body Map (NBM) Questionnaire to identify muscular pain, complaints, recorded and evaluated the beauticians’ working postures using the Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Lower Back Analysis (LBA), and Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) methods to assess WMSDs risks by modeling working postures with Jack software. Interviews with beauty therapists were also conducted to gather information and validate the research and design process. The main complaint was discomfort in the back and lower body after performing facial treatments, making it difficult to serve multiple clients consecutively. The posture during facial treatments showed high scores impling high WMSDs risk after evaluation. A facial workstation was then designed using the Rational Product Design and Development Method developed by Nigel Cross, resulting in several alternatives. The alternative was selected based on the reduction in posture evaluation scores when re-modeled in Jack software in hopes of minimizing the risk of WMSDs. In general, the final workstation design includes an adjustable chair equipped with a backrest, handrest, and footrest, with the seat and other parts shaped and sized according to the needs and anthropometry of the beauticians. The tool storage rack is designed to be attachable to the patient's bed to minimize the beauticians’ reach distance during facial procedures, thereby promoting better working postures. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Afwan
"Sebuah postur kerja dan area kerja yang ergonomis akan mempengaruhi keselamatan, kesehatan dan produktivitas pada saat bekerja. Pekerjaan dalam budidaya udang terutama pada saat pengecekan anco oleh para pekerja/feeder berkaitan dengan postur kerja yang dilakukan secara berulang dan monoton. Tentunya kondisi tersebut mengakibatkan feeder pada tambak udang berada pada postur kerja yang tidak alamiah dan bersifat statis sehingga beresiko menimbulkan gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini mencoba mempelajari rangkaian kerja dan aspek ergonomi yang mempengaruhi postur area kerja yang ergonomis dalam aktivitas pengecekan anco menggunakan metode simulasi pada virtual environrnment. Penyesuaian dilakukan dengan mendesain kursi dan gawangan yang ergonomis. Penilaian postur kerja dilakukan dengan mengevaluasi Posture Evaluation Index (PEI) yang terdiri dari penilaian LBA, OWAS dan RULA dari pada task analysis toolkit software Tecnomatix Jack 8.2.

An ergonomic work posture and work area will affect safety, health and productivity at work. Work in shrimp farming, especially when checking anco by workers/feeders, is related to repetitive and monotonous work postures. Of course, these conditions cause the feeder in shrimp ponds to be in an unnatural and static working posture so that it is at risk of causing musculoskeletal disorders. This research tries to study the work series and ergonomic aspects that affect the ergonomic work area posture in anco checking activities using a simulation method in a virtual environment. Adjustments are made by designing ergonomic chairs and seats. Assessment of work posture is carried out by evaluating the Posture Evaluation Index (PEI), which consists of LBA, OWAS and RULA assessments from the Tecnomatix Jack 8.2 software task analysis toolkit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Maharani Kusumaningrum
"Skripsi ini membahas terkait kesesuaian desain stasiun kerja, postur kerja dan gambaran keluhan pada sistem otot rangka pada pengguna komputer di kantor pusat PT X Jakarta tahun 2016. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yaitu dilakukan dengan cara mengobservasi kesesuaian desain stasiun kerja (kursi, meja, monitor, keyboard dan mouse, dan telepon) dengan standar yang berlaku (OSHA) menggunakan alat ukur berupa checklist, observasi postur kerja dan menilai tingkat risiko ergonomi pengguna komputer menggunakan metode ROSA (Rapid Office Strain Assessment), melihat gambaran keluhan pada sistem otot rangka dengan melakukan wawancara dan pengisian kuesioner CMDQ (Cornell Musculoskeletal Discomfort Questionnaire). Sehingga dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan tindakan perbaikan dan pengendalian berdasarkan hirarki pengendalian risiko terhadap ketidaksesuaian desain stasiun kerja dan postur kerja serta masalah keluhan pada sistem otot rangka yang dialami oleh karyawan.

This research describes about the workstation design compliance, work posture, and description of musculoskeletal system symptoms among computer users at head office of PT X Jakarta year 2016. The research was carried out by using descriptive method and cross sectional as design study, by observing the workstation design (chair, desk, monitor, keyboard and mouse, and telephone) compliance against the respective standard (OSHA) using observation checklist as measurement tool, the observation of work posture and the level of work posture risk among the computer users were conducted by using ROSA (Rapid Office Strain Assessment) method, to get brief description of musculoskeletal system symptoms was by interviewing the respondent and completing CMDQ (Cornell Musculoskeletal Discomfort Questionnaire). Therefore, from this research, it may be used as reference to determine the corrective action and control measure based on hierarchy of risk control related to nonconformity of work station design, work posture and the issue of musculoskeletal system symptoms."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Adi Pradana
"Pekerjaan pada divisi sewing industri garmen melibatkan pekerjaan yang bersifat repetitif dan dalam jangka waktu yang lama. Sehingga berisiko menimbulkan gangguan muskuloskeletal dan ketidaknyamanan dalam bekerja. Penelitian ini mencoba untuk mempelajari rangkaian kerja dan aspek ergonomi yang mempengaruhi postur pekerja pada divisi sewing tersebut dengan menggunakan metode simulasi pada lingkungan virtual. Penyesuaian dilakukan terhadap ketinggian meja kerja untuk mendapatkan konfigurasi ketinggian yang ideal bagi pekerja.
Penilaian postur kerja dilakukan dengan mengevaluasi Postur Evaluation Index (PEI) untuk masing-masing konfigurasi kerja. PEI tersebut akan mengintegrasikan hasil penilaian RULA, OWAS, dan LBA dari task analysis toolkit yang terdapat pada sofware Jack 6.0 ke dalam suatu skor penilaian yang dapat memberikan gambaran kondisi stasiun kerja yang ada. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mendesain stasiun kerja yang sesuai dengan aspek-aspek ergonomi.

The work characteristics of sewing division in garment industry involve a static posture and repetitive movement, which results to the appearance of work musculoskeletal disorders and discomfort level of work. This research tries to study the ergonomic aspect of work sequence which impact to the posture of workers in sewing division. The methodology is based on the use of human simulation in virtual environment. The goal of this research is to get the ideal configuration of table height which is ideal for the workers.
The evaluation of work posture is conducted by using a tool called Posture Evaluation Index (PEI). PEI integrates the score of RULA, OWAS and LBA from Jack software. The value of PEI gives a brief description of workstation condition. The result of this research can be used as a reference to design an ergonomic workplace.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52319
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Cahyani Gandesrukma
"Penata rambut adalah sekelompok pekerja yang kemampuan kerja dan kondisi kesehatannya dapat dipengaruhi oleh aktivitas pekerjaan tertentu. Para penata rambut yang bekerja di salon berisiko mengalami Work Related Musculoskeletal Disorder (WMSDs) dan kurangnya kebugaran fisik akibat pekerjaan di salon. Tercatat terdapat beberapa masalah yang dialami oleh penata rambut salon yang ada, hal ini salah satunya dikarenakan postur kerja nya yang canggung. Beberapa ketidaknyamanan tubuh yang dirasakan adalah pada lengan, bahu, dan pergelangan tangan. Ketidaknyamanan yang diidentifikasi ini terjadi khususnya pada proses pengeringan rambut, dimana terdapat postur canggung, repetisi yang tinggi dan durasi yang cukup lama bagi seorang penata rambut mengerjakan proses blow dry. Diidentifikasi ketidaknyamanan dengan Nordic Body Map dan proses kritis yang dilakukan dengan menggunakan Hairdresser Questionnaire. Proses tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode RULA dan REBA untuk menilai keamanan postur penata rambut terhadap risiko cerdera. Diperlukan adanya suatu intervensi ergonomis dalam memperbaiki permasalahan ini. Dalam penelitian ini, rekomendasi yang diberikan adalah dengan merancang Hair Dryer Holder bagi penata rambut yang melakukan blow dry. Perancangan produk ini dilakukan dengan kerangka kerja Nigel Cross. Dalam tahapan perancangan produk ini, software Jack digunakan sebagai evaluasi postur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan melakukan Digital Human Modeling. Pada penelitian ini, rekomendasi yang diberikan kepada penata rambut dapat menurunkan nilai RULA sehingga mengindikasikan nilai yang aman, dan dapat menyesuaikan operasi Blow Dry yang dilakukan penata rambut di salon.

Hairdressers are a group of workers whose work abilities and health conditions can be affected by certain work activities. Hairdressers who work in salons are at risk of experiencing Work Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) and impaired physical fitness due to work in salons. It was noted that there were several problems experienced by existing salon hairdressers, this was due to their awkward working posture. Some of the body discomfort that is felt is in the arms, shoulders, and wrists. This identified discomfort occurs especially in the hair drying process, where there are posture doubts, high repetitions and a long enough duration for a hairdresser to do the blow drying process. Identification of discomfort with the Nordic Body Map and critical processes carried out with the addition of a Hairdresser Questionnaire. The process was then analyzed using the RULA and REBA methods to assess the safety of the hairdresser's posture against the risk of injury. Ergonomic intervention is needed to fix this problem. In this study, the recommendation given is to design a Hair Dryer Holder for hairdressers who do blow drying. The design of this product is done with the Nigel Cross framework. In the design stage of this product, Jack's software is used as a posture evaluation before and after the intervention by doing Digital Human Modeling. In this study, the recommendations given to hairdressers show a safe value and can adjust the Blow Dry operation performed by hairdressers in salons."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juan Andrew Vicbrin H
"Penelitian ini membahas tentang keergonomisan sistem kerja yang ada di usaha tempe yang berlokasi di kota depok, penelitian dilakukan dengan menganalisis masing-masing stasiun kerja saat proses pembuatan tempe. Analisis dilakukan dengan mengamati proses kerja, wawancara dengan perajin dan memberikan kuesioner kepada perajin untuk mendapatkan data keluhan perajin yang berisiko terkena musculoskeletal disorders dan data postur tubuh perajin saat menjalankan pekerjaannya pada masing-masing stasiun kerja yang mana akan diperoleh nilai PEI masing-masing stasiun kerja dengan menggunakan analisis Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Ovako Working Posture Analysis (OWAS), Low Back Compression Analysis (LBA) yang tersedia di software jack. Hingga ditemukan stasiun kerja pemindahan kedelai dan stasiun kerja penirisan yang melewati batas aman PEI, setelah itu akan dilakukan perancangan berdasarkan kebutuhan dan tukar pendapat kepada perajin untuk membuat rancangan alat yaitu meja dan penyangga drum air dirancang guna memperbaiki keergonomisan di dua stasiun kerja yang mendapatkan nilai PEI terburuk.

This research discusses the ergonomics of the work system in the tempe business located in the city of Depok. The research was conducted by analyzing each work station during the tempe making process. The analysis is carried out by observing the work process, interviewing workers and giving questionnaires to workers to obtain data on workers' complaints at risk of developing musculoskeletal disorders and data on workers' body postures while carrying out work at each work station which will obtain the PEI value for each work station. by using Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Ovako Working Posture Analysis (OWAS), Low Back Compression Analysis (LBA) that available in jack software. Until finally found a work station for transferring soybeans and a work station for draining which exceeded the PEI safe limit, after that a design will be carried out based on needs and opinion exchange with the craftsmen to make a tool design, namely a table and a water drum support designed to improve ergonomics at the two work stations that get the worst PEI value.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfina Damayanti
"Gangguan muskuloskeletal berada pada peringkat kedua penyakit penyebab disabilitas di dunia menurut WHO. Di Indonesia, pada tahun 2013 prevalensi periode gangguan muskuloskeletal pada kalangan usia 15 tahun ke atas mencapai 24,7%. Berdasarkan penelitian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa pekerjaan dengan prevalensi penderita terkait keluhan muskuloskeletal tertinggi adalah petani. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang dilakukan petani memiliki faktor risiko ergonomi utama yaitu tingginya pengulangan aktivitas pekerjaan, penggunaan tenaga yang kuat, dan postur canggung yang berulang dan berkelanjutan. Untuk mengetahui risiko gangguan muskuloskeletal yang mungkin terjadi pada petani saat menanam bawang merah, penelitian ini akan melakukan perekaman postur dan pembuatan virtual human untuk mengetahui nilai RULA dan REBA yang merupakan salah dua metode untuk mengetahui nilai risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal. Penilaian ini berdasarkan kelima aktivitas yang dilakukan petani pada saat penanaman bawang merah yang dimulai dari pengolahan tanah, penanaman biji, pemberian pupuk, penyemprotan obat, dan panen. Dari perhitungan tersebut ditemukan nilai RULA dan REBA yang tinggi pada aktivitas menanam biji dan untuk memberikan rekomendasi sebagai bentuk pencegahan dalam terdampak gangguan musculoskeletal bagi petani, dilakukan perancangan dengan menggunakan framework Nigel Cross. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini adalah rancangan alat tanam untuk penanaman bawang merah.

Musculoskeletal disorders are ranked second in disability-causing diseases in the world according to WHO. In Indonesia, in 2013 the prevalence of musculoskeletal disorders among the age of 15 years and overreached 24.7%. Based on research by the Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan in 2013 shows that the occupation with the highest prevalence of sufferers related to musculoskeletal complaints is farmers. This is because the work done by farmers has major ergonomic risk factors, namely high repetition of work activities, strong use of force, and repetitive and continuous awkward postures. To determine the risk of musculoskeletal disorders that may occur in farmers when planting shallots, this study will record posture and make virtual humans to determine the score of RULA and REBA which are two methods to determine the risk score of musculoskeletal disorders. This assessment is based on the five activities carried out by farmers at the time of planting shallots starting from tillage, seed planting, fertilizing, drug spraying, and harvesting. From these calculations, it was found that the high value of RULA and REBA is in seed planting activities and to provide recommendations as a form of prevention in the impact of musculoskeletal disorders for farmers, a design was carried out using the Nigel Cross framework. Thus, the result of this study is the design of planting tools for planting shallots."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandyka Yogamaya
"Penelitian ini mencoba untuk mengimplementasikan suatu metodologi untuk mempelajari, dalam lingkungan virtual, aspek ergonomi dari suatu tempat kerja di industri garmen. Variabel tempat kerja yang diteliti dalam penelitian ini adalah ketinggian meja kerja.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan konfigurasi ketinggian meja yang ideal bagi pekerja divisi cutting industri garmen. Tool yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah Posture Evaluation Index yang mengintegrasikan skor Low Back Analysis (LBA), Ovako Working Posture (OWAS), dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA).
Penentuan konfigurasi yang ideal dilakukan dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan dan posisi kerja ketika melakukan pekerjaan tersebut, apakah dalam posisi duduk atau berdiri. Analisis dilakukan dengan menggunakan model manusia digital yang disediakan software Jack pada virtual environment. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam merancang tempat kerja yang lebih baik secara ergonomis.

The research deals with the implementation of a methodology in order to study, in a virtual environment, the ergonomics of a work cell in garment industry. The work cell's variable studied in this research is table height.
The goal of this research is to determine an ideal table height for the workers of cutting division in garment industry. The tool to conduct this research is called Posture Evaluation Index (PEI) which integrates the score of Low Back Analysis (LBA), Ovako Working Posture (OWAS), dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA).
The Determination of table height configuration is based on type of work and work position (standing or sitting). The research uses digital human model form Jack software in a virtual environment. The result from this research can be used as a reference for future work cell design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52324
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Refriani Pebria
"Dalam beberapa tahun terakhir, banyak dokter dan petugas kesehatan lainnya memilih untuk bekerja di industri kecantikan estetika. Berdasarkan data Statista, (2021) pasar kecantikan dan perawatan tubuh di Indonesia pada tahun 2021 akan mencapai 7,46 miliar USD dan diperkirakan akan tumbuh meningkat menjadi 7,25% pada tahun 2023. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi tenaga kesehatan bekerja di klinik kecantikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner menggunakan skala Likert 5 poin. Dengan menggunakan teknik SEM, diperoleh sampel sebanyak 237 tenaga kesehatan yang bekerja di klinik kecantikan. Temuan menunjukkan bahwa praktik manajemen SDM dan working atmosphere secara positif dan signifikan memengaruhi kepuasan kerja dan pada akhirnya meningkatkan niat mereka untuk tetap tinggal. Dengan demikian, kepuasan kerja berperan dalam memediasi pengaruh praktik manajemen sumber daya manusia terhadap niat untuk tetap tinggal. Studi ini menyiratkan bahwa organisasi kesehatan harus lebih memerhatikan praktik manajemen sumber daya manusia dan suasana kerja untuk meningkatkan kepuasan kerja petugas kesehatan sehingga mempengaruhi niat untuk tinggal. Selain itu, praktik manajemen SDM dan lingkungan kerja yang efisien dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan meminimalkan kesalahan pengobatan.

In recent years, many doctors and other healthcare workers choose to work in the aesthetic beauty industry. Based on data from Statista, (2021) the beauty and body care market in Indonesia in 2021 will reach 7.46 billion USD and is expected to grow to increase to 7.25% in 2023. Therefore, it is important to identify the factors that can influence healthcare workers can work in a beauty clinic. This study used a quantitative research method by distributing questionnaires using a 5-point Likert scale. Using the SEM (Structural Equation Modelling) technique, a sample of 237 healthcare workers who worked in beauty clinics was obtained. The findings showed that HR management practices and working atmosphere positively and significantly affect job satisfaction and ultimately increase their intention to stay. Thus, job satisfaction plays a role in mediating the effect of human resource management practices on the intention to stay. This study implies that healthcare organizations should pay more attention to human resource management practices and working atmosphere to increase the job satisfaction of healthcare workers thereby influencing the intention to stay. In addition, HR management practices and an efficient work environment can improve the quality of health services and minimize treatment errors"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Mulyawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana suatu tanggung jawab hukum klinik kecantikan dalam peredaran sediaan kosmetik yang tidak memiliki izin edar lalu perlu diketahui pula mengenai pengawasan dan penegakan hukum yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang mana lembaga ini berperan sebagai pengawas dan penegak hukum dalam hal peredaran sediaan kosmetik. Terlebih lagi dikarenakan adanya kasus yang terjadi di dalam Putusan Nomor 2008 K/Pid.Sus/2018. Penelitian ini berbentuk Yuridis Normatif yang mana dilakukan dengan pendekatan berdasarkan bahan hukum, kepustakaan, serta perundang-undangan yang berlaku terkait topik penelitian ini. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, suatu keadaan, atau gejala lainya dan dalam hal ini adalah mengenai tanggung jawab hukum klinik kecantikan serta pengawasan dan penegakan hukum dalam kasus kosmetik yang tidak memiliki izin edar. Dari penelitian ini menunjukan bahwa tanggung jawab hukum klinik kecantikan berada pada pihak yang mendirikan klinik kecantikan tersebut, pengawasan dan penegakan hukum yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah dengan upaya non pro justitia dan pro justitia. penulis menyarankan kepada Pemerintah Indonesia untuk membuat suatu peraturan yang khusus terkait klinik kecantikan yakni Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klinik Kecantikan agar konsumen yang menggunakan jasa klinik kecantikan ini dapat terlindungi hak-haknya.

ABSTRACT
This research aims to find out about legal responsibilites of a beauty clinic in regards of cosmetic product distribution that do not have a distribution authorization. Furthermore, it rsquo s also necessary to find out about supervision and law enforcement which conducted by Badan Pengawas Obat dan Makan in this matter. Particularly because of the case that happened in Case Decision Number 2008 K Pid.Sus 2018, it is important to know how Mahkamah Agung conducts examinations in such cases where a beauty clinic is involved in the distribution of cosmetic products that do not have a disribution authorization. This research is in the form of yuridis normatif which is done with approach based on legal material, bibliography, and applicable legislation related to this research topic. The type of this research is descriptive research, which aims to provide as much data as possible about humans, a condition, or other symptoms which in this case is about the legal responsibilities of beauty clinics as well as supervision and law enforcement in cases of cosmetics that do not have distribution authorization. From this research, it shows that the legal responsibility of beauty clinic is possesed by the party who establish the beauty clinic itself, supervision and law enforcement by Badan Pengawas Obat dan Makan is done by doing non pro justitia effort and pro justitia effort. Although it can be inferred from some existing legislation, the authors suggest to the Government of Indonesia to make a regulation specifically related to beauty clinics such as Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klinik Kecantikan so that consumers who use the services of this beauty clinic can be more protected. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>