Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109423 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahna Amalia Putri
"Indonesia menempati peringkat kedua kasus tuberkulosis tertinggi di dunia. Di Kota Bekasi, kasus tuberkulosis meningkat dari 43.020 pada 2022 menjadi 52.856 pada 2023. UPTD Puskesmas Pengasinan mencatat lonjakan dari 106 kasus pada 2020 menjadi 300 kasus pada 2024. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang memengaruhi perilaku pencegahan penularan tuberkulosis di wilayah UPTD Puskesmas Pengasinan. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif cross-sectional dan teknik quota sampling pada 95 responden usia 18–65 tahun. Data dikumpulkan melalui kuesioner Google Form secara luring. Rata-rata skor perilaku pencegahan TB sebesar 64,6/100. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara perilaku pencegahan dengan pengetahuan (χ²=10,1; p=0,001), persepsi hambatan (χ²=15,3; p=<0,001), efikasi diri (χ²=7,6; p=0,006), dan sikap (χ²=8,8; p=0,003). Sebaliknya, persepsi kerentanan (χ²=0,26; p=0,610), keparahan (χ²=0,514; p=0,473), manfaat (χ²=0,514; p=0,473), dan isyarat bertindak (χ²=1,2; p=0,261) tidak berhubungan signifikan. Dibutuhkan edukasi interpersonal, skrining tuberkulosis terintegrasi, peningkatan efikasi diri, dan pembentukan sikap positif melalui keterlibatan komunitas.

Indonesia ranks second in the world for the highest number of tuberculosis cases. In Bekasi City, TB cases increased from 43,020 in 2022 to 52,856 in 2023. UPTD Pengasinan Health Center recorded a surge from 106 cases in 2020 to 300 cases in 2024. This study aimed to identify factors influencing TB transmission prevention behaviors in the UPTD Pengasinan Health Center area. A quantitative cross-sectional design with quota sampling was applied to 95 respondents aged 18–65 years. Data were collected through offline-distributed Google Form questionnaires. The average TB prevention behavior score was 64.6 out of 100. Bivariate analysis using the Chi-square test showed significant associations between prevention behavior and knowledge (χ²=10.1; p=0.001), perceived barriers (χ²=15.3; p<0.001), self-efficacy (χ²=7.6; p=0.006), and attitude (χ²=8.8; p=0.003). Conversely, perceived susceptibility (χ²=0.26; p=0.610), severity (χ²=0.514; p=0.473), benefits (χ²=0.514; p=0.473), and cues to action (χ²=1.2; p=0.261) were not significantly associated. Strengthening interpersonal education, integrating TB screening into routine services, enhancing self-efficacy, and fostering positive attitudes through community engagement are needed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Marwah
"Penyakit DBD telah menjadi global burden bagi negara-negara di sekitar Asia Tenggara dan Kawasan Pasifik Barat. Indonesia menyumbang 57% dari total kasus DBD di dunia (WHO, 2010). Kasus DBD terbanyak terjadi di DKI Jakarta disusul oleh Jawa Barat pada posisi kedua. Angka kejadian DBD Kota Bekasi tahun 2010 turun menjadi 2.445 kasus namun kasus kematian akibat DBD meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,CFR tahun 2010 sebesar 0,94% dari 0,65%. (Profil Kesehatan Kota Bekasi, 2010). Kelurahan Pengasinan adalah satu diantara empat kelurahan di kecamatan Rawalumbu yang melaporkan kasus DBD terbanyak. Di Kelurahan Pengasinan terjadi 2 kematian akibat DBD pada dua tahun terakhir.
Penelitian crossectional ini bertujuan untuk mengetahui faktor?faktor yang berhubungan dengan praktek masyarakat dalam pencegahan penyakit DBD di Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi tahun 2012, sampel yang diambil adalah kepala keluarga sebanyak 105 responden dipilih dengan multi stage random sampling. Hasil penelitian ini menemukan bahwa partisipasi masyarakat pada pencegahan DBD rendah. Hanya 40,0% responden yang melakukan praktek pencegahan penyakit DBD. Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pencegahan penyakit DBD adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, sarana, informasi, dan dukungan tokoh masyarakat, peergroup dan tetangga.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya partisipasi masyarakat dalam praktek pencegahan DBD karena rendahnya pengetahuan, sikap dan keyakinan responden terhadap PSN, rendahnya akses terhadap informasi serta rendahnya dukungan tokoh masyarakat, peergroup dan tetangga. Sehingga perlu adanya perhatian yang lebih pada upaya peningkatan pengetahuan sikap dan praktek masyarakat, salah satunya melalui penyediaan dan penyebarluasan media informasi mengenai DBD, serta meningkatkan kerjasama lintas sektor untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD.

Dengue has become a global disease burden for countries around Southeast Asia and Western Pacific Region. Indonesia accounted for 57% of the total dengue cases in the world (WHO, 2010). Tha Highest incidence of dengue cases is Jakarta and followed by West Java in the second position. The incidence of DHF in Bekasi by the year of 2010 dropped to 2445 cases. But dengue fever deaths rise over the previous year, the CFR in 2010 amounted to 0.94% from 0.65% previously. (Bekasi Health Profile, 2010). Pengasinan Village is one of four villages in the districts that most reported cases of dengue. 2 deaths due to dengue fever occurred in the last two years in Pengasinan.
This Crossectional study aims to determine the factors associated with the practice in the prevention of dengue fever in Pengasinan Rawalumbu districts Bekasi 2012, samples taken was the head of the family as much as 105 respondents selected by multi stage random sampling. The results of this study found that community participation in dengue prevention is low. Only 40.0% of respondents who practice dengue disease prevention. Factors associated with dengue disease prevention practice is education, knowledge, attitudes, beliefs, values, fasilities, information, and support of others.
So it can be concluded that the low participation in dengue prevention practices because lack of knowledge, attitudes and beliefs of respondents to the PSN, low access to information and the low support community leaders and neighbors peergroup. Thus the need for more attention on efforts to increase knowledge, attitude and practice of community, through health promotion and dissemination of information about dengue fever in order to improve parsipasi community in efforts to prevent dengue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Mahmudah
"Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tiga permasalahan utama terkait gizi, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, serta kekurangan mikronutrien. Anemia masih menjadi salah satu isu kesehatan yang perlu mendapat perhatian. Remaja putri, khususnya siswi sekolah, merupakan kelompok yang rentan mengalami anemia defisiensi besi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti menstruasi yang berlangsung setiap bulan dan pola diet yang kurang tepat. Oleh karena itu, perilaku pencegahan anemia harus mulai diterapkan sejak dini agar tidak menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan yang memengaruhi perilaku pencegahan anemia pada siswi SMKN 37 Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan metode cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 110 orang yang dipilih menggunakan teknik cluster sampling. Analisis data dilakukan dengan uji chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel dengan perilaku pencegahan anemia di SMKN 37 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,5% responden memiliki perilaku pencegahan anemia yang baik. Pengetahuan (p = 1,00), sikap (p = 0,001), norma subyektif (p = 0,47), dan persepsi perilaku terkontrol (p = 0,001) diuji dalam penelitian ini. Sikap dan persepsi perilaku terkontrol terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pencegahan anemia. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk meningkatkan promosi pencegahan anemia guna menumbuhkan kesadaran dan perilaku pencegahan anemia di kalangan remaja putri.

Currently, Indonesia is facing three major nutritional challenges: undernutrition, overnutrition, and micronutrient deficiencies. Anemia remains a significant public health issue that requires attention. Female adolescents, especially school-aged girls, are particularly susceptible to iron deficiency anemia. This vulnerability is due to several factors, including monthly menstruation and improper dietary habits. Therefore, it is important to instill preventive behaviors against anemia from an early age to avoid long-term health consequences. This study aims to analyze the determinants influencing anemia prevention behaviors among female students at SMKN 37 Jakarta. The research employed a quantitative approach with a cross-sectional design. A total of 110 participants were selected using cluster sampling. Data analysis was conducted using the chi-square test to examine the relationship between various factors and anemia prevention behaviors at SMKN 37 Jakarta. The results showed that 54.5% of respondents demonstrated good anemia prevention behaviors. The study assessed knowledge (p = 1.00), attitude (p = 0.001), subjective norms (p = 0.47), and perceived behavioral control (p = 0.001). Attitude and perceived behavioral control were found to have a significant relationship with anemia prevention behaviors. Therefore, support from various stakeholders is needed to promote anemia prevention and raise awareness among female adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marella
"ABSTRAK
Nama : MarellaProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Hubungan dukungan Keluarga dengan Perilaku MenyusuiEksklusif pada Ibu di Posyandu Wilayah Kerja PuskesmasPengasinan Kota Bekasi tahun 2018Pembimbing : Dr. dr. Helda, M.KesProf Dr. dr. Soedarto Ronoatmodjo, SKM., MScKeberhasilan dan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif salah satunyadipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga. Dukungan keluarga dapat berupadukungan fisik, emosional maupun mental. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuihubungan faktor dukungan keluarga terhadap perilaku menyusui eksklusif pada ibudi Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pengasinan Kota Bekasi tahun 2018.Penelitian dengan desain cross sectional ini dilakukan terhadap 194 ibu bayiyang terdaftar di posyandu yang diwawancara menggunakan kuesioner terstruktur.Didapatkan hasil bahwa ibu yang mendapatkan dukungan keluarga dengan baikmempunyai peluang 4,1 kali untuk menyusui ekslusif dibandingkan dengankelompok ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari keluarga setelah dikontrololeh variabel confounding yaitu usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas,pengetahuan ibu, sikap ibu, metode persalinan, dukungan tenaga kesehatan danpenolong persalinan. Dengan memperhatikan nilai presentase tiap distribusi bentukdukungan yang diberikan oleh keluarga kepada ibu didapatkan bahwa dukungan yangpaling tinggi diberikan kepada ibu adalah dalam bentuk dorongan kepada ibu agarsesegera mungkin menyusui bayinya. Diharapkan agar pemberi pelayanan kesehatandapat mendorong keluarga agar memberikan dukungan kepada ibu sehinggadiharapkan cakupan pemberian ASI eksklusif dapat meningkatKata kunci:Cross Sectional, Dukungan Keluarga, ASI Eksklusif

ABSTRACT
Name MarellaStudy Program Ilmu Kesehatan MasyarakatTitle The association between Family Support with ExclusiveBreast feeding Behavior among Mother in Posyandu atCommunity Health Center of Pengasinan areas,Bekasi City, 2018Counsellor Dr. dr. Helda, M.KesProf Dr. dr. Soedarto Ronoatmodjo, SKM., MScOne of many things that influence the success and the failure in exclusivebreastfeeding were family support. Family support could be physical, emotional ormental support. The objectives of this study were to find out the relationship betweenthe family support factor to exclusive breastfeeding behavior among mothers inPosyandu, Health Center Pengasinan, Bekasi City 2018.This research was conducted by using quantitative method and data analysiswas based on cross sectional design with sample of 194 babies that were selected bysimple random sampling. The results shows that mothers who have good familysupport are 4,1 times more likely to give exclusive breastfeeding compared tomothers that have low family support after controlled by confounding variable suchas mother rsquo s age, mother rsquo s education, mother rsquo s occupation, parity, mother rsquo sknowledge, mother rsquo s attitude, mode of delivery, health workers support, birthattendant, . Considering the percentage of each support type distribution thatprovided by the family to the mother is that the highest support given to the mothersis the encouragement to the mother for breastfeeding her baby immediately. It ishoped that health providers can encourage the familiy to provide support to themothers so that scope of exclusive breastfeeding could increase.Key Words Cross Sectional, Family Support, Exclusive Breastfeeding"
2018
T50557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Tomiko
"Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya penting dalam menurunkan angka stunting dan meningkatkan kesehatan bayi. Namun, cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tugu tahun 2023 hanya sebesar 65%, mengalami penurunan dibandingkan dua tahun sebelumnya dan masih di bawah target nasional (80%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku pemberian ASI eksklusif berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) di wilayah kerja Puskesmas Tugu tahun 2025. Terdapat 96 responden yang merupakan ibu dari anak berusia 6-24 bulan dan dipilih melalui metode consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2025 dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner dan data dianalisis menggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76% responden memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol perilaku dengan perilaku pemberian ASI eksklusif (p-value = 0,001). Sementara itu, variabel usia ibu, inisiasi menyusu dini, status pekerjaan, pengetahuan, sikap, dan norma subjektif tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p-value > 0,05). Upaya yang dapat dilakukan adalah edukasi yang berfokus pada peningkatan efikasi diri ibu serta melibatkan dukungan suami dan keluarga dalam ASI eksklusif.

Exclusive breastfeeding is one of the key strategies in reducing stunting rates and improving infant health. However, the exclusive breastfeeding coverage in the Puskesmas Tugu work area in 2023 was only 65%, a decrease compared to two years prior and still below the national target (80%). This study aims to establish the determinants of exclusive breastfeeding behavior based on the Theory of Planned Behavior (TPB) in the work area of Puskesmas Tugu in 2025. There were 96 respondents, who were mothers of children aged 6–24 months, selected through a consecutive sampling method. Data collection was conducted in June 2025 through direct interviews with respondents using a questionnaire, and the data were analyzed using the Chi-Square Test. The results show that 76% of respondents practiced exclusive breastfeeding. The study also revealed a significant relationship between perceived behavioral control and exclusive breastfeeding behavior (p-value = 0.001). However, other variables such as mother’s age, early breastfeeding initiation, employment status, knowledge, attitude, and subjective norms are not significantly associated (p-value > 0.05). The findings highlight the need for education via social media to increase mothers’ self-efficacy and emphasize the importance of husband and family support in promoting exclusive breastfeeding practices. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mega Achmad Agus
"Sifat remaja yang suka mencoba-coba dan berani mengambil risiko dengan berperilaku menyimpang, menjadikan remaja rentan terhadap risiko penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku berisiko dan faktor yang berhubungan terkait HIV/AIDS pada remaja, mempergunakan metode potong lintang dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang diberikan pada siswa kelas X dan XI di SMA/SMK di wilayah kerja Puskesmas Pengasinan di Kota Bekasi yang berjumlah 216 orang.
Hasil Penelitian menunjukkan sebagian besar remaja mempunyai pengetahuan rendah (57,4%) dan sikap yang tidak baik terkait HIV/AIDS (51,9%), 82,9 persen telah berpacaran dengan gaya berpacaran dari hanya mengobrol (80,1%) sampai berhubungan sex (3,2%). Perilaku remaja menyimpang lainnya terkait HIV/AIDS yaitu merokok (33,3%), minum minuman keras (12,5%), membuat tato (8,3%), menggunakan narkoba selain suntik (1,9%), memakai narkoba suntik (3,7%), oral sex (6,9%) dan menonton film porno (37,0%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara distribusi perilaku berisiko dengan tingkat pengetahuan (PR:7,419; CI 95% 2,336-23,567, sikap (PR: 62,257 CI 95%), persepsi peran orang tua (PR: 2,500; CI 95% 1,181- 5,290) dan persepsi peran teman sebaya (PR: 3,214; CI 95% 1,385-7,462) dengan nilai p value < 0,005. Disarankan untuk meningkakan program promosi kesehatan pada tatanan sekolah, meningkatkan pengetahuan siswa secara komprehensif melalui pemberian informasi terkait HIV/AIDS dari guru, orang tua dan tenaga kesehatan dan menggali motivasi remaja untuk mengetahui HIV/AIDS melalui pemberian tugas-tugas atau lomba-lomba seperti pembuatan makalah berkaitan dengan kesehatan remaja terkait HIV/AIDS.

Teenagers have high propensity to experiment and take risks by inappropriate behavior as their nature, which resulting the susceptibility to the risk of HIV / AIDS transmissions.This study aims to describe risk behaviors and associated factors related with HIV / AIDS in the scope of teenagers, using the cross-sectional questionnaire method as a research instrument that was given for 10th and 11th grade of High School and Vocational High School in the region of Puskesmas Pengasinan (Pengasinan Health Center) Bekasi, involving 216 students as research respondent.The Research shows that most teenagers have a low level of knowledge (57.4%) and have bad habits related to HIV / AIDS (51.9%), 82.9 percent had been dating from just as proper relationship such a chatting (80.1%) to sex habits (3.2%). Other deviant adolescent behavior related to HIV / AIDS which were smoking (33.3%), drinking alcohol (12.5%), making tattoos (8.3%), using not injecting drugs (1.9%), using injecting drugs (3.7%), oral sex (6.9%), and watching porn (37.0%).
The results of the analysis showed that there was a significant relationship between the distribution of risky behavior with the level of knowledge (PR: 7.419; 95% CI 2.336 to 23.567, attitude (PR: 62.257 CI 95%), the perception of the parental role (PR: 2,500; 95% CI 1.181 - 5.290) and the perception of the role of peers (PR: 3.214; 95% CI 1.385 to 7.462) with a p value <0.005. It is recommended to improve health promotion programs within the scope of schools, increase student's knowledge in a comprehensive manner through the provision of information related to HIV / AIDS guided by teachers, parents and health workers and develop the teenagers motivation to learn more about the HIV / AIDS through assignments or competitions such as paper-making competitions relating to adolescent health related to HIV / AIDS.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Trisdiana Fitri
"ABSTRAK
Pengetahuan keluarga terhadap kondisi lansia akan mempengaruhi perlakuan
keluarga pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran
pengetahuan keluarga tentang pengabaian lansia. Penelitian ini bersifat crosssectional
dengan 102 responden yang dipilih secara purposive. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang pengabaian lansia
memiliki rerata skor pengetahuan 18,26 dari maksimal 30 (95% CI 17,52;19,00)
dan ada hubungan signifikan dengan tingkat pendidikan (p<0,05;=0,05). Hasil
lainnya menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan
usia, jenis kelamin, sosioekonomi, hubungan kekerabatan, dan jumlah keluarga
(p>0,05;=0,05). Edukasi dan sosialisasi tentang pengabaian lansia perlu
dilakukan untuk mencegah sekaligus mendeteksi kejadian pengabaian lansia
dalam keluarga.

ABSTRACT
Family’s knowledge about elderly neglect can influence the behavior of family
members to older people. The purpose of this research was to identify family’s
knowledge about elderly neglect. This was a cross-sectional study with 102
respondent selected by purposive sampling. Result showed that mean of the
family’s knowledge score were 18,26 from maximum 30 (95% CI 17,52;19,00)
and there were significant relationship with educational level (p<0,05;=0,05).
Other result showed there were not significant relationship with age, gender,
socioeconomic, kinship, and number of family (p>0,05;=0,05). Education and
socialization about elderly neglect are needed to prevent and detect elderly neglect
cases in family."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Alanza Salsabila
"Perkantoran merupakan salah satu tempat yang berisiko terjadinya penularan COVID-19. Beberapa kasus COVID-19 di DKI Jakarta didominasi dari klaster perkantoran. Untuk mengatasi hal tersebut, penerapan perilaku pencegahan yang baik menjadi kunci utama dalam memutus rantai penyebaran virus. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor determinan perilaku pencegahan penularan COVID-19 pada pekerja perkantoran di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara daring menggunakan kuesioner. Sebanyak 152 pekerja perkantoran di Jakarta berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencegahan responden terhadap COVID-19 sudah cukup baik. Sebesar 61,2% Responden berperilaku baik, dan 38,8% berperilaku kurang baik. Uji statistik menunjukkan bahwa persepsi risiko (p= 0.013), persepsi hambatan (p= 0.001), sarana prasarana (0.002), dan dukungan manajemen (p= 0.001) berhubungan dengan perilaku pencegahan COVID-19. Maka dari itu diperlukan edukasi efektif, penyediaan sarana prasarana yang memadai, serta dukungan manajemen yang mendukung untuk meningkatkan perilaku pekerja dalam mencegah COVID-19.

Office is one of the places at risk of transmission of COVID-19. Several cases of COVID-19 in DKI Jakarta are dominated by office clusters. To overcome this, the implementation of good preventive behavior is the main key in breaking the chain of virus spread. The study aims to analyze the determinants of behavior to prevent transmission of COVID-19 in office workers in DKI Jakarta. This research is a quantitative research with a cross sectional design. Data was collected online using questionnaire. A total of 152 office workers in Jakarta participated in this study. The results showed that the respondent's preventive behavior against COVID-19 is quite good. 61.2% of respondents had good behavior, and 38.8% had poor behavior. Statistical tests showed that perceived risk (p= 0.013), perceived barriers (p= 0.001), availability of facilities (0.002), and management support (p= 0.001) were associated with COVID-19 prevention behavior. Therefore, effective education is needed, the provision of adequate infrastructure, and supportive management support to improve worker behavior in preventing COVID-19."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Istita
"Tuberkulosis ditetapkan sebagai penyebab kematian akibat agen infeksi tunggal terbesar kedua di dunia pada tahun 2022. Indonesia menempati peringkat kedua kasus tuberkulosis tertinggi di dunia, dengan kasus mencapai 724.309. Pada tahun 2021-2022, terdapat peningkatan 79,61% kasus tuberkulosis di Kecamatan Cilodong, Kota Depok. Kenaikan kasus tersebut mengakibatkan tingginya risiko penularan, sehingga diperlukan perilaku kesehatan untuk mencegah penularan tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilodong tahun 2024. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Data dikumpulkan dari lembar kuesioner 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata perilaku masyarakat terhadap pencegahan penularan tuberkulosis dalam skala 100 adalah 80,3. Variabel yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru meliputi jenis kelamin, pendapatan keluarga, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, isyarat untuk bertindak, dan efikasi diri, dengan nilai-p < 0,05. Usia tidak memiliki hubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian informasi mengenai tuberkulosis paru kepada masyarakat dengan cakupan lebih luas agar dapat menekan angka kasus tuberkulosis.

Tuberculosis was the second leading cause of death from a single infectious agent globally in 2022. Indonesia ranked second worldwide for the highest number of tuberculosis cases, with 724,309 cases. In 2021-2022, there was a 79.61% increase in tuberculosis cases in Cilodong District, Depok City. This rise led to a high risk of transmission, necessitating health behaviors to prevent tuberculosis transmission. This study aims to analyze factors related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behaviors in the working area of the UPTD Puskesmas Cilodong in 2024. The study used a quantitative method with a cross-sectional design. Data were collected from questionnaires distributed to 100 respondents. The average score for community behavior towards preventing tuberculosis transmission was 80.3 out of 100. Variables related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behavior included gender, family income, knowledge, perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, and self-efficacy, with a p-value < 0.05. Age did not relate to prevention behavior. Therefore, providing broader information about pulmonary tuberculosis to the society is necessary to help reduce tuberculosis cases. Public awareness and education efforts are crucial to mitigating the spread of this disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Bestari
"Resiko penularan HIV dari Ibu ke bayi dinegara berkembang meningkat cepatdisebabkan oleh minimnya akses intervensi. Di Indonesia sendiri kasus HIV semakinmeningkat ditiap tahunnya dan kasus HIV banyak terjadi di usia produktif dimana padausia ini banyak terdapat ibu hamil yang sangat rentan untuk dapat menularkan HIVkepada bayinya. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang sangat dekatdengan negara tetangga Singapura dan Malaysia , sehingga merupakan daerah yangsangat rentan untuk terjadinya penularan HIV/AIDS. Oleh sebab itu, perlu dilakukanupaya untuk pencegahan penyebaran penularan HIV/AIDS lebih luas terutama pada ibuhamil melalui program Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak PPIA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu hamil dalam pencegahanpenularan HIV dari Ibu ke Anak PPIA di Kota Tanjungpinang. Desain penelitianadalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel merupakan ibu hamilyang datang ke puskesmas berjumlah 130 responden. Variable yang diteliti yaitu umur,tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukunganpetugas kesehatan, dukungan suami dan keterpaparan informasi. Variabel tersebutdiukur dengan menggunakan kuisioner yang diolah hingga multivariat denganmenggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis univariat didapatkan bahwa ratarataibu yang berkunjung ke puskesmas mempunyai perilaku buruk sebesar 56,2.
Hasil uji chi-square didapatkan hasil bahwa yang berhubungan dengan perilaku ibuhamil dalam pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak PPIA yaitu sikap ibu,keterpaparan informasi kesehatan dan dukungan petugas kesehatan. Variabel yangpaling dominan mempengaruhi perilaku ibu adalah dukungan dari tenaga kesehatandengan nilai OR= 6,420 yang artinya Ibu yang mendapat dukungan dari petugaskesehatan akan berperilaku baik 6,240 kali lebih besar dibandingkan Ibu hamil yangtidak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan, setelah dikontrol oleh variablependidikan, sikap dan keterpaparan informasi. Direkomendasikan kepada DinasKesehatan dan Puskesmas agar dapat meningkatkan upaya promosi kesehatan tentangHIV/AIDS dan meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi KIE serta konselingtentang HIV/AIDS kepada ibu hamil agar ibu hamil mau melakukan pemeriksaan HIVselama kehamilan.

The risk of HIV transmission from mother to baby in developing countries is increasingrapidly due to lack of access to intervention. In Indonesia, HIV cases are increasingevery year and HIV cases occur in productive age which many pregnant women rsquo s veryvulnerable to be able transmitting HIV to their babies. Riau Islands province is aprovince that very close to neighboring countries Singapore and Malaysia , so it is avery vulnerable area for the occurrence of HIV AIDS transmission. Therefore, effortsshould be made to prevent HIV AIDS spread more widely, especially for pregnantwomen through the program Prevention of HIV AIDS from the mother to child PPIA.
This study aims to determine the behaviour of pregnant women in prevention ofHIV transmission from mother to child PPIA in Tanjungpinang City. This studydesign is cross sectional with quantitative approach. Samples are pregnant women whocame to the health centers amounted to 130 respondents. The variables studied wereage, education level, marital status, occupation, knowledge, attitude, health officersupport, husband support and information exposure. The variables were measured usinga multivariate treated questionnaire using multiple logistic regression tests. The result ofunivariate analysis showed 56,2 average of mothers who visited Primary HealthCentre had bad behaviour.
The result of chi square test showed that related to pregnantwoman rsquo s behaviour in prevention of HIV AIDS from the mother to child PPIA ismother attitude, health information exposure and health officer support. The mostdominant variable that influence mother behaviour is support from health manpowerwith OR 6,420 which means that mother who get support from health officer willbehave better 6,240 times bigger than mother who do not get support from healthworker, after controlled by education variable, attitude and information exposure. It isrecommended for Health Department and Primary Health Centre to improve healthpromotion efforts on HIV AIDS and improve communication, information, andeducation IEC and HIV AIDS counseling to pregnant women so then that pregnantwomen are willing to perform HIV test during pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>