Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marwa Aliifah Muthmainnah
"Mahasiswa merupakan kelompok yang berada dalam fase perkembangan emerging adulthood, yaitu masa transisi yang sarat dinamika dan tekanan psikososial. Dalam konteks ini, resiliensi menjadi kemampuan penting yang diperlukan untuk bertahan dan berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana self-compassion dan kesejahteraan spiritual memprediksi resiliensi pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain non-eksperimental dan metode analisis regresi berganda. Partisipan penelitian berjumlah 127 mahasiswa berusia 18–25 tahun (M = 20,7, SD = 1,33) dengan komposisi 34,6% laki-laki dan 65,4% perempuan. Instrumen yang digunakan adalah Self-Compassion Scale (SCS), Spiritual Well-Being Scale (SWBS), dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Hasil analisis menunjukkan bahwa self-compassion berperan secara signifikan dalam memprediksi resiliensi (β = 0,3119; p = 0,002), sementara kesejahteraan spiritual tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (β = 0,0781; p = 0,427). Model regresi berganda menghasilkan nilai R2 sebesar 0,129, yang berarti self-compassion dan kesejahteraan spiritual secara simultan memberikan kontribusi sebesar 12,9% terhadap variasi resiliensi. Temuan ini mengindikasikan bahwa self-compassion merupakan faktor protektif internal yang penting dalam pengembangan resiliensi mahasiswa, sedangkan kesejahteraan spiritual tidak memberikan kontribusi yang signifikan dalam model ini. Hasil ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan intervensi psikologis yang berfokus pada penguatan self-compassion untuk meningkatkan ketahanan mental mahasiswa.

University students, as part of the emerging adulthood population, navigate a developmental stage marked by identity exploration, instability, and various psychosocial stressors. In this context, resilience—the capacity to adapt and thrive despite adversity—plays a critical role in supporting their mental well-being. This study investigates the extent to which self-compassion and spiritual well-being predict resilience among university students. Utilizing a quantitative, non-experimental design, data were collected from 127 students aged 18–25 through purposive sampling. Participants completed the Self-Compassion Scale (SCS), the Spiritual Well-Being Scale (SWBS), and the Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Multiple regression analysis revealed that self-compassion significantly predicted resilience (β = 0.3119, p = 0.002), whereas spiritual well-being did not demonstrate a significant effect (β = 0.0781, p = 0.427). The overall model accounted for 12.9% of the variance in resilience. These findings highlight self-compassion as a salient internal protective factor in fostering resilience among university students. In contrast, spiritual well-being did not emerge as a significant predictor in this model. The study underscores the value of psychological interventions focused on enhancing self-compassion to support students’ resilience and overall mental health."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Abigail Jemima
"Mahasiswa yang sedang berada di masa transisi dari usia remaja menuju dewasa muda mengalami perubahan pola hubungan dan tekanan akademis yang dapat menyebabkan munculnya ide bunuh diri. Mahasiswa perlu memiliki keterhubungan yang dapat memberikan alasan bagi mereka untuk mempertahankan hidupnya terlepas dari masalah yang dihadapi. Kesejahteraan spiritual menggambarkan keterhubungan mahasiswa dengan Tuhan dan kehidupannya sendiri. Oleh karena itu, penelitian non-eksperimental ini ingin mengetahui peran kesejahteraan spiritual terhadap ide bunuh diri menggunakan alat ukur Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS) dan Spiritual Well-Being Scale (SWBS). Dengan 730 responden yang diolah datanya menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana, ditemukan bahwa kesejahteraan spiritual secara signifikan berperan terhadap menurunnya tingkat ide bunuh diri (R2 = 0,288, p < 0,01). Dapat disimpulkan, kesejahteraan spiritual berperan terhadap menurunnya tingkat ide bunuh diri pada mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya literatur terkait kesejahteraan spiritual dan ide bunuh diri.

College students who are in transition from adolescence to young adulthood experienced some changes in their relationship and academic stress that can lead to suicidal ideation. College students need to have a connectedness with certain things that can provide reasons for them to survive regardless of their problems. Spiritual well-being describes the student's connectedness with God and his own life. Therefore, this non-experimental study was conducted to determine the role of spiritual well-being on suicidal ideation using the Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS) and Spiritual WellBeing Scale (SWBS). Based on 730 participants whose data was processed using a simple linear regression analysis technique, it was found that spiritual well-being significantly contributed to the decrease in the level of suicidal ideation in college students (R2 = 0,288, p < 0,01). It can be concluded, spiritual well-being had a role in decreasing the level of suicidal ideation in college students. The results of this study can be used to enrich the literature on spiritual well-being and suicidal ideation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Arviandy
"Dalam kehidupan perkuliahan di universitas, stres akademik senantiasa menjadi faktor penghalang bagi mahasiswa untuk mencapai subjective well being yang tinggi. Self compassion diperkenalkan sebagai salah satu variabel yang berpotensi dapat melindungi mahasiwa dari stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana efek self compassion dalam memoderasi hubungan antara stres akademik dan subjective well being. Partisipan penelitian ini adalah 251 mahasiswa dengan rentang usia berkisar antara 18-23 tahun (M=21,18, SD=1.33). Hasil analisis korelasi Pearson menunjukan bahwa stres akademik secara signfikan berkorelasi negatif dengan subjective well being. Hasil analisis moderasi menggunakan PROCESS Macro Hayes menunjukan bahwa self compassion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap hubungan antara stres akademik dan subjective well being. Hasil penelitian, implikasi, limitasi, serta saran untuk penelitian kedepannya didiskusikan.

In university life, academic stress is always become a major obstacle for students to achieve high subjective well-being. Self-compassion is introduced as a variable that has the potential to protect students from academic stress. This study aims to see how the effect of self- compassion in moderating the relationship between academic stress and subjective well-being. The participants of this study were 251 students with an age range ranging from 18-23 years (M=21.18, SD=1.33). The results of Pearson correlation analysis shows that academic stress is significantly negatively correlated with subjective well being. The results of the moderating analysis using PROCESS Macro Hayes show that self-compassion does not contribute significantly to the relationship between academic stress and subjective well-being. The research results, implications, limitations, and suggestions for future research are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Nurul Hidayah
"Resiliensi akademik adalah kemampuan untuk bertahan pada kondisi yang sulit, beradaptasi secara positif, serta kemampuan menghadapi hambatan dan tantangan dalam konteks akademik. Perbedaan karakteristik yang terdiri atas usia, jenis kelamin, masa studi, dan prestasi akademik, serta kesejahteraan spiritual mampu menjadi prediksi terbentuknya resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik dan kesejahteraan spiritual dengan resiliensi akademik mahasiswa santri di pondok pesantren. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif-korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 111 mahasiswa santri tingkat satu dan dua pondok pesantren di Depok diambil sebagai sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Berdasarkan hasil analisis hubungan, ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik usia (p=0,908), jenis kelamin (p=0,361), dan masa studi (p=0,519) dengan resiliensi akademik. Hasil analisis korelasi Pearson, peneliti menemukan bahwa terdapat hubungan bermakna positif antara karakteristik prestasi dengan resiliensi akademik (p=0,048) dan kesejahteraan spiritual dengan resiliensi akademik (p=0,001). Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam bidang pengembangan pendidikan dan penelitian keperawatan.

Academic resilience is the ability to survive in difficult conditions, adapt positively, and deal with obstacles as well as challenges in academic contexts. The difference in characteristics, including age, gender, study year, academic achievement, and spiritual well-being, can predict resilience. This study aims to identify the relationship between characteristics and spiritual well-being with the academic resilience of Islamic boarding school students. This study used descriptive-correlation with a cross-sectional approach. A total of 111 first- and second-year undergraduate students of Islamic boarding school in Depok were taken as samples using a stratified random sampling technique. The result showed that there was no significant relationship between characteristics of age (p=0.908), gender (p=0.361), and study year (p=0.519) with academic resilience. Pearson correlation test found that there was a significant positive relationship between the characteristic of academic achievement and academic resilience (p=0.048) also spiritual well-being and academic resilience (p=0.001). The results of this study can be used for nursing education and research development."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarwati
"Mahasiswa tingkat pertama seringkali mengalami permasalahan saat menjalani kehidupan perkuliahan yang berpotensi menyebabkan gangguan mental emosional dan mempengaruhi ketangguhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gangguan mental emosional dan kesejahteraan spiritual dengan ketangguhan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 94 mahasiswa dengan teknik stratified random sampling. Mahasiswa tingkat pertama sebagian besar mengalami gangguan mental emosional (73,4%), kesejahteraan spiritual sedang (84%), dan ketangguhan sedang (78,7%). Gangguan mental emosional tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketangguhan, kesejahteraan spiritual memiliki hubungan yang bermakna dengan ketangguhan, dan kesejahteraan spiritual memiliki hubungan yang bermakna dengan gangguan mental emosional. Penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan peran institusi pendidikan dalam menciptakan program konseling kesehatan bagi mahasiswa.

First grade students often experience problems while living college life which has the potential to cause mental emotional disturbances and affect their toughness. This study aims to determine the relationship between mental emotional disorders and spiritual well-being with resilience. This study used a correlative descriptive design with a cross sectional approach involving 94 students using a stratified random sampling technique. Most first year students experience mental emotional disorders (73.4%), moderate spiritual well-being (84%), and moderate toughness (78.7%). Mental emotional disorders have no significant relationship with resilience, spiritual well-being has a significant relationship with toughness, and spiritual well-being has a significant relationship with mental-emotional disorders. This research is expected to optimize the role of educational institutions in creating health counseling programs for students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidy Hanifah
"Kecerdasan emosional dinilai sebagai salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan spiritual seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kecerdasan emosioanl dengan kesejahteraan spiritual pada mahasiswa. Desain penelitian ini menggunakan cross-sectional pada 212 responden mahasiswa keperawatan di Indonesia dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Trait Emotional Intelligence Questionnaire – Short Form (TEIQue-SF) untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional dan Spiritual Well-Being Questionnaire (SWBQ) untuk mengukur kesejahteraan spiritual. Hasil uji statistika t test didapatkan nilai p value sebesar 0.000 < 0.05 sehingga disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kecerdasan emosional dengan kesejahteraan spiritual pada mahasiswa keperawatan. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat diteliti lebih lanjut mengenai karakteristik lain yang dapat memengaruhi kesejahteraan spiritual mahasiswa keperawatan serta menggunakan metode penelitian yang berbeda seperti metode kualitatif.

Emotional intelligence is considered as an indicator to determine the level of one's spiritual well-being. This study aims to identify the relationship between emotional intelligence and spiritual well-being in college students. The design of this research used a cross-sectional study on 212 respondents from Indonesian nursing college students using a purposive sampling technique. The research instruments used were the Trait Emotional Intelligence Questionnaire – Short Form (TEIQue-SF) to measure the level of emotional intelligence and the Spiritual Well-Being Questionnaire (SWBQ) to measure spiritual well-being. The results of the t test statistical test obtained a p value of 0.000 <0.05 so that indiate there was a significant relationship between emotional intelligence and spiritual well-being in nursing students. Regarding further research, we suggest to examine other variables that can affect spiritual well-being of nursing students and use different research methods such as qualitative methods."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Atika Pratiwi
"Guru di sekolah dasar inklusif menanggung banyak tugas dan peran yang harus dikerjakan secara bersamaan dalam satu waktu. Banyaknya tantangan serta masalah yang dihadapi guru ketika menjalankan berbagai tugas di sekolah membuat guru lelah dan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan kesejahteraan subjektif pada guru di sekolah inklusif. Penelitian ini dilakukan pada 111 guru dengan kriteria aktif bekerja di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah inklusif, pernah atau sedang mengajar minimal satu siswa ABK, dan berdomisili di Indonesia. Resiliensi diukur dengan menggunakan CD-RISC yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Listiyandini dan Akmal (2015). Sedangkan kesejahteraan subjektif pada guru diukur dengan menggunakan TSWQ yang juga sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Saleh, Safitri, Kurniawati, dan Salim (n.d). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dan kesejahteraan subjektif pada guru di sekolah dasar inklusif (r = 0,667, p < 0,01). Dapat disimpulkan bahwa resiliensi berhubungan secara positif dengan kesejahteraan subjektif pada guru di sekolah dasar inklusif.

Teachers in inclusive primary schools carry out many tasks and roles that must be carried out simultaneously at one time. The many challenges and problems faced by teachers when carrying out various tasks at school make teachers tired and stressed. This study aims to determine the relationship between resilience and the teachers subjective well-being in inclusive schools. This research was conducted on 111 teachers with the criteria of being actively working in inclusive elementary schools and Islamic elementary schools, having teaching experience of at least one student with special needs, and domiciled in Indonesia. Resilience was measured using CD-RISC which was adapted into Indonesian by Listiyandini and Akmal (2015). Meanwhile, the teachers subjective well-being is measured using the TSWQ which has also been adapted into Indonesian by Saleh, Safitri, Kurniawati, and Salim (n.d). The results showed that there was a significant positive relationship between resilience and the subjective well-being of teachers in inclusive primary schools (r = 0.667, p < 0.01). It can be concluded that resilience is positively related to teachers subjective well-being in inclusive primary schools."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila
"Penelitian ini membahas tentang pemenuhan kesejahteraan spiritual pada lansia pengguna teknologi informasi dan komunikasi di masa pandemi Covid-19 dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi lansia yang perlu memenuhi kesejahteraan spiritualnya melalui kegiatan keagamaan ketika masa pandemi Covid-19 berlangsung. Aspek spiritualitas pada lansia adalah bagian penting dari kehidupan seseorang dan cara untuk memenuhi kesejahteraan spiritual tersebut dapat melalui pelaksanaan ritual agama dan ikut serta dalam kegiatan keagamaan. Kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan kegiatan keagamaan tidak dapat dilakukan secara langsung. Pentingnya pemenuhan kesejahteraan spiritual pada masa pandemi ditunjukkan dengan adanya inisiatif para lansia peserta kegiatan keagamaan untuk menjalankan kegiatan tersebut secara daring. Penelitian ini mendeskripsikan aspek spiritualitas pada lansia peserta kegiatan keagamaan serta upaya pemenuhan dan dampaknya bagi kesejahteraan spiritualitas lansia di masa pandemi Covid-19 ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara semi terstruktur dengan sepuluh informan. Penelitian berlangsung dari Oktober 2021 sampai Mei 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi penuaan memiliki keterkaitan dengan aspek spiritualitasnya. Lansia memiliki keinginan untuk memenuhi tujuan di masa tua melalui kegiatan keagamaan. Keikutsertaan lansia pada kegiatan keagamaan dilatarbelakang oleh faktor kondisi sosial di masa tuanya, keinginan untuk mempersiapkan kematian, serta adanya filosofi hidup baru pada lansia. Melalui kegiatan keagamaan tersebut, lansia mendapatkan manfaat yang beragam. Setelah pandemi berlangsung, lansia tetap mengikuti kegiatan keagamaan secara daring. Terdapat faktor pendukung yang membuat lansia tetap mengikuti kegiatan keagamaan secara daring, yaitu semangat kuat dari diri sendiri, dukungan keluarga, serta dukungan teman kelompok dan pengajar. Namun, perubahan kegiatan menjadi daring memberikan kontribusi pada munculnya perasaan kurang puas dalam menjalankan ritual keagmaan serta munculnya rasa tidak nyaman ketika mengikuti kegiatan secara daring. Hal ini disebabkan karena hambatan instrumental dan intrapersonal lansia dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Jadi, dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kegiatan keagamaan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di masa pandemi Covid-19 dapat memenuhi kesejahteraan spiritual para lansia namun belum maksimal.

This study discusses the fulfilment of spiritual well-being in the elderly using information and communication technology during the Covid-19 pandemic from Social Welfare discipline. This research is motivated by the condition of the elderly who need to fulfil their spiritual well-being through religious activities during the pandemic Covid-19 pandemic. Spirituality in elderly are an important part of one‘s life and the way to fulfil this spiritual well-being can be through the implementation of religious rituals and participating in religious activities. The Covid-19 pandemic has prevented religious activities from being carried out directly. The importance of fulfilling spiritual well-being during the pandemic shown by the initiative of the elderly to carry these activities online. This study describes the spiritual aspect of the elderly who participates in religious activities and the effort to fulfil and its impact on the spiritual well-being of the elderly during this Covid-19 pandemic. The study uses a qualitative approach with data collection techniques through semi-structured interviews with ten informants. The research time span is form October 2021 to May 2022. The results of the study showed that the condition of ageing has relationship with aspects of spirituality. The elderly have a desire to fulfil their goals in old age, as spiritual well-being through religious activities. The elderly‘s participation in religious activities is motivated by social conditions in their old age, the desire to prepare for death, and the existence of a new philosophy of life in the elderly. Through these religious activities, the elderly get various benefits. After the pandemic, the elderly continued to participate in online religious activities. There are supporting factors that make the elderly continue to participate in online religious activities, namely a strong spirit from themselves, family support, and support from group friends and teachers. However, the change in activities to online contributes to the emergence of feelings of dissatisfaction in carrying out religious rituals and the emergence of discomfort when participating online activities. This is due to the instrumental and intrapersonal barriers of the elderly in using information and communication technology. So, from this research, it can be seen that religious activities using information and communication technology during the Covid-19 pandemic can fulfil the spiritual well-being of the elderly but not optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Alifania
"Penurunan kesejahteraan subjektif pada ibu bekerja semakin menjadi perhatian, seiring dengan meningkatnya jumlah ibu bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-compassion dan perceived social support sebagai prediktor subjective well-being pada ibu bekerja. Terdapat 118 ibu bekerja dengan rentang usia 23 – 56 tahun yang menjadi partisipan penelitian ini. Hasil analisis hierarchical multiple regression mengindikasikan bahwa self-compassion dan perceived social support berperan secara simultan dalam menjelaskan subjective well-being ibu bekerja dan self-compassion (β = 0,563, p < 0,01) merupakan prediktor yang lebih dapat menjelaskan subjective well-being pada ibu bekerja dibandingkan perceived social support (β = 0,520, p < 0,01).

The decline in subjective well-being among working mothers has become an increasing concern, in line with the rising number of women participating in the workforce. This study aims to examine the role of self-compassion and perceived social support as predictors of subjective well-being among working mothers. A total of 118 working mothers, aged between 23 and 56 years, participated in this study. The results of a hierarchical multiple regression analysis indicated that self-compassion and perceived social support simultaneously predicted subjective well-being in working mothers. Furthermore, self-compassion (β = 0.563, p < 0.01) emerged as a stronger predictor of subjective well-being compared to perceived social support (β = 0.520, p < 0.01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza D Boediman
"ABSTRAK
Ada banyak cara untuk dapat meraih kesejahteraan spiritual (Spritual Well-being) salah satunya dengan menjalani hidup bertasawuf khususnya tarekat. Melalui metode tarekat dan peran mursyid tarekat Naqsyabandiyah Nazimiyah dapat mengantarkan murid atau salik wanita pengikut tarekat ini menjadi sedekat mungkin dengan Allah dan meraih akhlak mulia melalui transformasi jiwa serta menemukan kembali makna hidup dan spiritualitasnya. Tujuan penelitian ini selain untuk mendapatkan gambaran spiritual well-being wanita pengamal tarekat Naqsyabandiyah Nazimiyah di Jakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Obyek penelitian adalah anggota Tarekat sufi Naqsyabandiyah Nazimiyah. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan terlibat (participant observation) dengan wawancara mendalam (in-depth interview) kepada 5 subyek wanita sebagai informan utama untuk mengeksplorasi kedalaman data. Metode triangulasi juga dipakai untuk mengecek kebenaran data yang telah didapat dari informan utama.
Dari analisis data, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode-metode tarekat dan peran mursyid terbukti dapat membantu para wanita pengamal tarekat ini mencapai kesejahteraan spiritual mereka; mereka mampu membangun hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan lingkungan dimana ekspresi energi spiritual antara lain: merasakan cinta dan kepedulian Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, penuh harapan, hubungan yang baik dengan orang lain, ikhlas, memaafkan, tidak menghakimi, bahagia, berpikir positif, melayani orang dan toleransi.

ABSTRACT
There are many ways to achieve spiritual welfare (Spiritual Well-being) one of them by practicing tasawuf; particularly congregation. Through methods of congregation and roles of the mursyid of Naqsyabandiyah Nazimiyah order could assist their women followers to be as close as possible to God and achieve noble character through a transformation of the soul and rediscover the meaning of their life and spirituality. The purpose of this study is to get an overview of spiritual well-being on women practitioner of Naqsyabandiyah Nazimiyah order in Jakarta.
This study used a qualitative approach of phenomenology. The research object is a member of the Sufi orders Naqsyabandiyah Nazimiyah. Data was collected through participant observation with in-depth interviews to 5 subjects of women as key informants to explore the depths of the data. Triangulation method is also used to check the correctness of data that has been obtained from key informants.
From the data analysis, the result of this study indicates that the methods and the role of a mursyid proven could help women practitioner of this order reach their spiritual well-being; they are able to build a meaningful and satisfying relationship with God, self, others and environment in which the expression of this spiritual energy, among others are feel the love and care of God in everyday life, full of hope, a good relationship with others, sincere, forgive, nonjudgmental, happy, positive thinking, serving people and tolerance."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>