Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hewer, Richard Langton
"Stroke is one of the most common diseases in Britain today, affecting 100,000 people a year. Most survive, but often with some loss of ability such as paralysis or speech impairment. But given the right help, it is possible to overcome much of the physical damage caused by a stroke. This guide explains not only what causes a stroke and what types exist, but also how to manage successful recovery. It describes how to live safely - but fully - in the aftermath of a stroke. Containing nutritional and exercise guidelines, this text provides helpful reading for all those looking after a stroke patient at home. It explains measures that can be taken to keep further risk at a minimum and get health back into good shape."
London: Vermilion, 1996
616.810 44 HEW s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Utami
"ABSTRAK
Hambatan mobilitas fisik merupakan masalah keperawatan yang sering dikeluhkan pada lansia dengan post stroke. Stroke berdampak pada kemampuan beraktivitas dan mobilisasi lansia. Peningkatan aktivitas berupa latihan aktivitas fisik menjadi salah satu intervensi yang dapat diberikan. Studi kasus ini bertujuan memaparkan hasil proses keperawatan dengan tindakan home based physical activity. Lansia berusia 70 tahun dengan riwayat post stroke sembilan tahun, tinggal di STW KB Ria Pembangunan. Lansia mengalami hemiparase dextra yang berdampak kesulitan beraktivitas dan membutuhkan pengasuh. Diagnosa utama yang diangkat adalah hambatan mobilitas fisik. Intervensi yang diberikan merupakan latihan aktivitas fisik yang telah diberikan dua kali dalam sepekan, dengan durasi 15-20 menit melalui daring. Hasil menunjukan latihan aktivitas fisik mampu meningkatkan keseimbangan dan daya tahan lansia. Perubahan dilihat berdasarkan skor BBT dan kriteria hasil pada rencana keperawatan. Dengan demikian, prosedur home based physical activity dapat diterapkan sebagai rutinitas lansia dengan post stroke disertai atau tidak kelemahan pada sebagian tubuh.

ABSTRACT
Impaired physical mobility is a nursing problem that is often complained by elderly with post stroke. Stroke affects the ability to move and to do physical activity in elderly. Increased activity by physical activity exercises becomes one of the interventions that can be administered. This case study aims to show the results of the nursing process with a home-based physical activity. A 70 years old elderly with a nine-year post-stroke history, staying at STW KB Ria Pembangunan, Cibubur. The history of dextra hemiparase has an impact on difficulty to do some activities so that requires a caregiver. The primary diagnosis is impaired physical mobility. The intervention physical activity exercise has been administered twice a week, with a duration of 15-20 minutes through online. Results showed physical activity exercises improve the balance and durability of the elderly. Changes are seen based on the BBT score and the outcome criteria on the nursing plans. Thus, the procedure of home based physical activity can be applied as an elderly routine with post stroke with or without weakness in the part of the body.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edinburgh : Edinburgh University Press, 2013
616.810 62 EXE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Asniar
"ABSTRAK
Caregiver merupakan kunci kesuksesan perawatan klien stroke paska hospitalisasi di
rumah. Namun menjalankan peran sebagai caregiver merupakan proses yang stressfu!
yang bisa meningkatkan caregiver burden. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman keluarga dalam
merawat anggota keluarga paska stroke di rumah dan bagaimana keluarga memaknai
pengalaman tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan desain fenomenologi deskriptif
dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah caregiver utama dalam
keluarga klien stroke, yang didapatkan dengan cara purposive sampling. Data yang
dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan Iapangan yang dianalisis
dengan menerapkan teknik Collaizi. Penelitian ini mengidentifikasi 10 tema, yaitu: 1)
alasan merawat anggota keluarga paska stroke; 2) tujuan merawat anggota keluarga
paska stroke; 3) sifat perawatan anggota keluarga paska stroke, 4) dukungan dalam
perawatan; 5) sikap dalam merawat anggota keluarga paska stroke; 6) perubahan
peran pada caregiver; 7) karakteristik beban pada caregiver; 8) koping caregiver; 9)
perubahan sikap dan kewajiban sebagai makna pengalaman merawat anggota
keluarga paska stroke; dan 10) pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keterbatasan
keluarga dan klien paska stroke. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengalaman
keluarga dalam merawat klien paska stroke di rumah sangat beragam dan
menimbulkan beban yang multiple bagi keluarga. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan pemahaman bahwa caregiver merupakan recipient of care yang penting
untuk diintervensi dalam keluarga dan masyarakat."
2007
T22871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Daniel Mustopo
"Stroke merupakan salah satu penyebab disabilitas terbanyak di dunia. Stroke dapat mempengaruhi kemandirian penderita, termasuk dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Beberapa skala telah digunakan untuk menilai kemandirian penderita stroke, termasuk Indeks Barthel. Indeks Barthel Modifikasi Shah merupakan modifikasi Indeks Barthel yang lebih sensitif terhadap perubahan kondisi pasien, sehingga ideal digunakan dalam setting rehabilitasi. Thesis ini bertujuan untuk melakukan adaptasi transkultural Indeks Barthel Modifikasi Shah ke Bahasa Indonesia, dan kemudian menilai kesahihan dan keandalannya dalam menilai kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari pada penderita stroke. Proses adaptasi terdiri dari dua tahap, di tahap pertama dilakukan adaptasi transkultural dari Indeks Barthel Modifikasi Shah sesuai metode dari ISPOR. Hasil dari adaptasi transkultural kemudian diuji di tahap kedua pada 30 pasien stroke fase sub-akut hingga kronis, untuk mendapatkan kesahihan konstruksi, keandalan test-retest, dan keandalan interrater. Dari uji kesahihan konstruksi didapatkan korelasi kuat dari masing- masing domain terhadap total skor (0.788-0.949). Dari keandalan test-retest didapatkan Alpha Cronbach 0.988 (0.942-1.000 untuk masing- masing domain), dan dari keandalan interrater didapatkan Alpha Cronbach 0.999 (0.963-1.000). Dapat disimpulkan bahwa Indeks Barthel Modifikasi Shah versi Bahasa Indonesia memiliki kesahihan dan keandalan yang baik, dan dapat digunakan sebagai suatu skala alternatif untuk menilai kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari- hari pada penderita stroke

Stroke is one of the biggest causes of disability worldwide. Stroke might affect patient’s independence, including in Activities of Daily Living. Many scales have been used to measure Activity of Daily Living, including Barthel Index. Shah’s Modified Barthel Index is a modification of Barthel Index that is more sensitive to change in patient’s condition; which may be ideal in rehabilitation setting. The purpose of this paper to do transcultural adaptation of Shah’s Modified Barthel Index to Indonesian language. The adaptation process was divided into two stages; in the first stage, transcultural adaptation was done according to method by ISPOR. In the second stage, the scale was tested in 30 subacute and chronic stroke patients for construct validity, test-retest reliability, and interrater reliability. From construct validity test, strong correlation was made, correlation of each domain to total score ranging from 0.788-0.949. In test-retest reliability, Alpha Cronbach of 0.988 of total score, and for each domain ranging from 0.942-1.000 was found. In interrater reliability, Alpha Cronbach of 0.999 of total score, and 0.963-1.000 for each domain was found. In conclusion, the Indonesian adaptation of Shah’s Modified Barthel Index has good reliability and validity and may be used as an alternative scale in measuring a stroke patient’s independency in doing activities of daily living."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maengkom, Natasya
"Latar Belakang: Depresi merupakan dampak psikologis yang paling umum terjadi pada penderita stroke. Penanganan Depresi Pasca Stroke dapat membantu penderita beradaptasi dengan kondisi saat ini yang mempengaruhi kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis bagi para penderita, khususnya penderita lanjut usia.
Tujuan: Untuk melihat efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam menurunkan depresi pasca stroke pada penderita stroke lanjut usia.
Metode: Satu orang lansia penderita depresi pasca stroke diberikan intervensi REBT sebanyak delapan kali pertemuan. Intervensi ini mencakup psikoedukasi, activity scheduling, restrukturisasi kognitif (disputing), pemecahan masalah, pemberian tugas rumah serta latihan relaksasi. Pengukuran efektivitas dilakukan sebelum dan sesudah intervensi diberikan dengan menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) dan Satisfaction With Life Scale (SWLS).
Hasil: Partisipan mengalami penurunan depresi dan peningkatan kepuasan hidup setelah berpartisipasi dalam intervensi REBT. Kegiatan yang paling berperan dalam intervensi ini adalah latihan relaksasi dan activity scheduling.
Kesimpulan: Intervensi REBT efektif dalam menurunkan depresi pada lansia penderita stroke.

Background: Depression is the most common psychological effect that is found in stroke patients. Treating Post Stroke Depression (PSD) might help the patients to cope with current condition. It also affects the physical health and psyhological well being in patients, especially the elderly ones.
Purpose: To observe the effectiveness of Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) in reducing depression in an elderly stroke patient.
Methods: The REBT intervention was given to an elderly PSD patient. The intervention consists of eight sessions with following activities: psychoeducation, activity scheduling, cognitive restructuring (disputing), problem solving, homework, and relaxation. The effectiveness of the therapy is measured by Geriatric Depression Scale (GDS) dan Satisfaction With Life Scale (SWLS) that was given before and after the intervention.
Results: The participant experienced a decrease in depression and improvement in life satisfaction after participating in this intervention. Relaxation and activity scheduling, among others, are considered to be the most influencing activities in the intervention.
Conclusion: A Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) is effective to reduce depression in an elderly stroke patient.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Lestari
"Disfagia sangat berhubungan dengan peningkatan risiko pneumonia aspirasi yang sering mengakibatkan kematian pada stroke. Oleh karena itu, manajemen yang efektif dan efisien menjadi penting. Terapi perilaku rehabilitasi menelan yang berdasarkan prinsip neuroplastisitas seperti latihan penguatan dan latihan pergerakan orofaring menjadi alternatif yang cukup sering digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perubahan fungsi menelan pada penderita stroke iskemik dengan disfagia neurogenik setelah dilakukan latihan penguatan faring, latihan pergerakan hiolaring dan praktik menelan. Fungsi menelan dinilai dengan menggunakan Penetration Aspiration Scale (PAS) dan Functional Oral Intake Scale (FOIS) berdasarkan pemeriksaan Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES) sebelum dan setelah intervensi. Intervensi diberikan setiap hari dengan durasi 30-45 menit selama 4 minggu. Terdapat 6 subjek yang menyelesaikan penelitian. Nilai PAS sebelum intervensi adalah 6±1.79 dan setelah intervensi adalah 1.67±0.82 (p=0.003). Sementara itu, nilai FOIS sebelum intervensi adalah 3 (1-5) dan setelah intervensi adalah 5±2.10 (p=0.041). Terdapat perbaikan nilai PAS dan FOIS setelah intervensi. Oleh karena itu, intervensi ini bisa disarankan sebagai salah satu tatalaksana dalam meningkatkan fungsi menelan pada penderita stroke iskemik dengan disfagia neurogenik.

Dysphagia is associated with an increased risk of aspiration pneumonia which often results in death in stroke patients. Therefore, effective and efficient management is important. Behavioral therapy for swallowing rehabilitation based on the principles of neuroplasticity such as oropharyngeal strengthening and range of motion exercises are the alternative ones that often be used. This study aimed to assess the changes in swallowing function in ischemic stroke patients with neurogenic dysphagia after pharyngeal strengthening exercise, hyolaryngeal complex range of motion exercise and swallowing practice. Swallowing function was assessed using Penetration Aspiration Scale (PAS) and Functional oral Intake Scale (FOIS) based on Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES) before and after interventions. The interventions were given every day with a duration of 30-45 minutes for 4 weeks. There were 6 subjects who completed the study. The PAS before the interventions was 6±1.79 and after the interventions was 1.67±0.82 (p=0.003). Meanwhile, the FOIS score before the interventions was 3 (1-5) and after the interventions was 5±2.10 (p=0.041). There was an improvement of PAS and FOIS after the interventions. Therefore, the interventions can be suggested to be used as one of the treatments to improve swallowing function in ischemic stroke patients with neurogenic dysphagia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni Hendra
"Pusat Pengembangan Penanggulangan Stroke Nasional (P3SN) RSUP. Bukittinggi terletak di Kota Bukittinggi Sumatera Barat. Sebagai kota tujuan wisata utama di Sumatera Barat Bukittinggi perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, salah satu dan sarana dan prasarana tersebut adalah Rumah Sakit.
Dalam meningkatkan mutu pelayanannya P3SN_ RSUP. Bukittinggi perlu pengelolaan ketenagaan secara efektif dan efisien sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Untuk itu perencanaan ketenagaan menjadi sesuatu yang harus dilakukan dengan baik. Salah satu jenis ketenagaan di Rumah Sakit yang perlu mendapat perhatian adalah tenaga non medis. Penelitian waktu untuk tenaga non medis sangat jarang dilakukan, termasuk juga di P3 SN. RSUP Bukittinggi belum diketahui bagaimana pegawainya memanfaatkan waktu kerjanya. Oleh karena itu penelitian dibidang ketenagaan non medis ini sangat diperlukan yang hasilnya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan kebijakan di masa yang akan datang.
Penelitian menggunakan metode quantitative observational atau lebih dikenal dengan metode Work Sampling dengan rancangan Cross Sectional. Pengumpulan data dilakukan dua tahap dalam waktu yang bersamaan, tahap pengumpulan data primer berupa pengisian kuesioner kemudian melakukan pengamatan terhadap kegiatan tenaga non medis dalam pemanfaatan waktu kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Hasil penelitian didapat waktu rata-rata tenaga non medis melakukan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya adalah 51,61 %, dimana produktifitas waktu kerja tertinggi adalah pada Bagian Keuangan dan kemudian berturut turut Instalasi Gizi, Bagian Sekretariat dan Instalasi Steril dan Binatu. Sedangkan faktor-faktor yang paling berhubungan dengan waktu produktif tenaga non medis di P3SN. RSUP. Bukittinggi adalah faktor umur, pendidikan dan motivasi.
Secara keseluruhan produktivitas waktu kerja tenaga non medis P3SN. RSUP. Bukittinggi masih belum optimal dan belum merata. Hal ini sebaiknya diantisipasi dengan membuka peluang kepada tenaga non medis yang saat ini sebagian besar masih berpendidikan SLTA untuk dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, kemudian dengan meninjau kembali sistim reward dan Punishment. Karena pendidikan dan motivasi yang tinggi dari seorang tenaga akan dapat meningkatkan waktu produktifnya.

Non Medic Energy Productivity Time Analysis Of National Stroke Overcome Development Center In General Hospital Center Bukittinggi In The Year 2004Development Centre of National Stroke Overcome (P3SN) RSUP Bukittinggi is located in Bukittinggi Town, West Sumatra. As the main recreation place in West Sumatra Bukittinggi has to be equipped with medium and pre medium which is suitable, one of the medium and pre medium is Hospital.
In developing its service quality P3SN RSUP Bukittinggi need energy management effectively and efficiently as according to wanted quality. That for energy management becomes something which has to be done well. One kind of energy in Hospital which needs attention is non medic energy. Time research for non medic energy is rarely conducted, include P3SN RSUP Bukitinggi not yet know how the employee exploiting their work time. Thereby the research in this non medic energy is much needed which the result very expected can be an input for policy development in the near future.
This research is using quantitative observational method or known as Work Sampling method with Cross Sectional device. Data gathering is done in two steps in the same time, primary data gathering formed questioner filling then doing an observation against non medic energy activity in exploiting their work time as according to their fundamental duty and function.
Research result got time of non medic energy mean doing activity as according to their fundamental duty and function is 51,61% where highest work time productivity are in Monetary Part and then successively Nutrition Installation, Secretary Part, and Sterile and Laundryman Installation. While factors which are most related to non medic productivity time in P3SN RSUP Bukittinggi are age, education, and motivation.
Non medic work time productivity P3SN RSUP Bukittinggi entirety is not yet optimal and not flat. This matter should be anticipated with opening an opportunity to non medic energy which is at this time mostly just have SLTA education to continue their education to the higher level, then revising reward and punishment system. Because with high education and motivation an employee will improve time productivity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pennsylvania: Springhouse Corporation, 2001
R 362.14 POC
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
A`an Haryono
"Stroke merupakan penyakit neurologi yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan neurologis seperti paralisis, afasia, disfagia, gangguan sensorik. Suwita (2012), mengatakan bahwa 30-50% pasien stroke sering mengalami disfagia. Tingginya kejadian disfagia, membuat penderita stroke memiliki resiko tinggi dalam aspirasi dan terjadinya infeksi pernapasan. Sehingga perawatan mulut (Oral Hygiene) sangat diperlukan bagi pasien stroke. Studi kasus ini merupakan penerapan oral hygiene menggunakan Chlorhexidine 0,2 % dalam menjaga kebersihan mulut dan mencegah infeksi. Metode yang dilakukan dalam melakukan studi ini adalah dengan melakukan pengkajian tentang tingkat kebutuhan perwatan pasien. Kemudian dilakukan dengan pengkajian tingkat kebersihan mulut pasien dengan instrument AOG (oral assessment guide ), dan pasien dilakukan perawatan mulut menggunakan sikat gigi anak dan menggunakan Chlorhexidine 0,2%. Perawatan mulut dilakukan selama 3-5 menit dua kali dalam sehari dan dievaluasi setelah 6 hari. Evaluasi dilakukan menggunakan AOG (oral assessment guide). Setelah dilakukan perawatan mulut selama 6 hari didapatkan nilai AOG menurun yang menandakan terjadi perbaikan dalam tingkat kebersihan mulut

Stroke is a neurological disease that can cause various neurological damage such as paralysis, aphasia, dysphagia, sensory disorders. Suwita (2012), said that 30-50% of stroke patients often experience dysphagia. The high incidence of dysphagia, making stroke patients have a high risk of aspiration and respiratory infections. So that oral care (Oral Hygiene) is very necessary for stroke patients. This case study is the application of oral hygiene using Chlorhexidine 0.2% in maintaining oral hygiene and preventing infection. The method used in conducting this study is to conduct an assessment of the level of patient needs. Then it was carried out by assessing the level of oral hygiene of the patients with the AOG instrument (oral assessment guide), and the patients having oral care using a childs toothbrush and using Chlorhexidine 0.2%. Oral care is carried out for 3-5 minutes twice a day and evaluated after 6 days. Evaluation is done using AOG (oral assessment guide). After 6 days of oral care, the AOG value was decreased which indicated improvement in the level of oral "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>