Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farhan Eviansyah
"Training merupakan salah satu aspek yang diatur di dalam CPOB yang menjadi hal penting untuk dilakukan dan diberikan oleh industri farmasi kepada setiap personil untuk menyiapkan personil yang terkualifikasi. Adanya keperluan akan dokumentasi terkait daftar training untuk operator produksi yang selama ini belum terdokumentasikan dengan baik di PT. Darya-Varia Laboratoria Plant Gunung Putri, sehingga dilakukannya pengerjaan tugas khusus ini untuk menyusun dan membentuk matriks training plan operator produksi. Metode penyusunan dan pembentukan matriks training plan dilakukan dengan membentuk klasifikasi bagian produksi sesuai penerapannya di PT. Darya Varia Laboratoria Plant Gunung Putri kemudian dilakukan pemilahan dan pengklasifikasian SOP dan batch manufacturing record sebagai dasar pelatian dan langkah terakhir dilakukan pembuatan materi training beserta bahan evaluasi training yang dilengkapi dengan matriks kualifikasi operator sesuai hasil evaluasi training yang dilakukan. Hasil dari penyusunan dan pembentukan matriks training plan untuk bagian general pharmacy didapatkan sebanyak 83 training plan untuk bagian mixing, 73 training plan untuk bagian filling, dan 33 training plan untuk bagian tulle, sedangkan untuk bagian soft capsule didapatka 58 training plan untuk bagian gelatin, 62 training plan untuk bagian mixing dan compounding, 63 training plan untuk bagian enkapsulasi, 49 training plan untuk bagian inspeksi dan drying, 56 training plan untuk bagian sortir dan printing, 52 training plan untuk bagian polishing, dan 59 training plan untuk bagian striping. Bahan evaluasi training yang dihasilkan sebanyak 71 bagian sesuai dengan jumlah SOP bagian produksi dengan masing masing bagian terdiri dari 10 hingga 20 soal dan juga terbentuk kriteria kualifikasi operator berdasarkan nilai evaluasi training.

Training is one of the aspects regulated in GMP which is an important thing to be carried out and given by the pharmaceutical industry to each personnel to prepare qualified personnel. There is a need for documentation related to the training list for production operators which has not been well documented at PT. Darya-Varia Laboratoria Plant Gunung Putri. The method to create a matrix training plan was carried out by form a classification of the production section according to its application at PT. Darya Varia Laboratoria Plant Gunung Putri was then sorted and classified into SOPs and batch manufacturing records as the basis for the training. The last step was the preparation of training materials along with training evaluation form supplemented by an operator qualification matrix according to the results of the training evaluation carry out. The results of the preparation and formation of the matrix training plan for the general pharmacy section obtained 83 training plans for the mixing section, 73 training plans for the filling, and 33 training plans for the tulle production, while for the soft capsule section, 58 training plans for the gelatin section, 62 training plans for mixing and compounding, 63 training plans for encapsulation, 49 training plans for inspection and drying, 56 training plans for sorting and printing, 52 training plans for polishing, and 59 training plans for striping. The resulting training evaluation form are 71 sections with consisting of 10 to 20 questions and operator qualification criteria based on the training evaluation value."
Lengkap +
Depok: 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Eviansyah
"Distributor farmasi dalam melakukan proses pendistribusian produk obat perlu menjaga mutu obat sesuai ketentuan CPOB. Salah satu cara untuk menjaga mutu obat dengan mempertahankan kondisi penyimpanan (suhu) selama pengiriman dengan menggunakan sistem kemasan yang dapat mempertahankan suhu produk selama masa pengiriman. Tugas khusus ini dilakukan untuk mengoptimasi sistem pengiriman produk di bawah 25°C dengan melakukan pengaturan pada komposisi dan konfigurasi ice gel yang digunakan. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan pengondisian ice gel yang digunakan untuk mencapai suhu target yang ditentukan, kemudian dilakukan pengaturan konfigurasi dan komposisi ice gel yang digunakan di dalam insulated container yang berisi produk sesuai dengan komposisi dan konfigurasi yang diinginkan dan dilanjutkan dengan melakukan monitoring dan pengukuran suhu produk di dalam insulated container. Hasil dari pengondisian dan pengukuran ice gel didapatkan kesimpulan bahwa suhu akhir hasil pengondisian yang dilakukan tidak memenuhi persyaratan suhu karena berada diluar batas 8 - 15°C. Pengaturan komposisi dan konfigurasi dilakukan dengan memposisikan ice gel di samping produk obat dengan diberikan pembatas agar produk tidak bersentuhan langsung dengan ice gel yang digunakan. Hasil dari monitoring suhu produk selama 4 hari masa pengiriman diketahui bahwa konfigurasi dan komposisi kontainer 3 ice gel beku 3 ice gel dingin memberikan ketahanan yang lebih baik selama 51,67 jam atau selama 2,15 hari tanpa adanya penyimpangan suhu, dibandingkan dengan kontainer dengan konfigurasi dan komposisi ice gel 6 beku yang memberikan ketahanan selama 66,33 jam atau 2,76 hari dengan adanya penyimpangan penurunan suhu di bawah 8°C hingga suhu 3,70°C selama 23,17 jam.

Pharmaceutical distributors in carrying out the process of distributing drugs, need to maintain the quality of drugs according to CPOB. One way to maintain drug quality is to preserve storage conditions (temperature) during shipping by using a secure packaging system. This task was carried out to optimize the product delivery system below 25°C by adjusting the composition and configuration of the ice gel used. The method used is by conditioning the ice gel to reach the specified target temperature, then setting the configuration and composition of the ice gel used in the insulated container, followed by monitoring and measuring the temperature product in an insulated container. The results of the conditioning ice gel concluded that the final temperature results did not meet the temperature requirements because it was outside the range of 8 - 15°C. The composition and configuration settings are made by positioning the ice gel next to the drug product with a barrier so that the product does not come into direct contact with the ice gel used. The results of monitoring product temperature during the 4-day delivery period show that the configuration and composition of the container 3 frozen and 3 cool ice gel provides better shelf life for 51.67 hours or 2.15 days without any temperature deviation, compared to the container with the composition of 6 frozen ice gel which provides durability for 66.33 hours or 2.76 days in the presence of deviation from lowering the temperature below 8°C to 3.70°C for 23.17 hours."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Eviansyah
"Pelayanan informasi obat merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang perlu dilakukan di dalam apotek sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Pelayanan informasi obat dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi tentang obat kepada pasien atau tenaga kesehatan lain yang dapat dilakukan secata tertulis melalui brosur ataupun secara lisan melalui pelayanan swamedikasi. Pelayanan swamedikasi dilakukan dengan memberikan rekomendasi pengobatan pada pasien untuk dapat menetukan pengobatan yang akan digunakan untuk mengatasi gejala ringan yang dialami. Swamedikasi dilakukan dengan melakukan penggalian informasi terkait gejala yang dirasakan oleh pasien dan pemberian informasi obat yang direkomendasikan oleh apoteker. Tugas ini dilakukan untuk menginplementasikan pelaksanaan pelayanan informasi obat secara tertulis dengan melakukan pembuatan infografis atau brosur yang berisi informasi obat multivitamin dan pelayanan informasi obat secara lisan melalui pelayanan swamedikasi secara langsung kepada pasien apotek roxy poltangan. Infografis atau brosur yang dibentuk sebanyak 174 brosur multivitamin dengan isi informasi obat terkait komposisi, dosis, dan juga indikasi obat. Brosur yang telah dibentuk kemudian dicetak dan ditempel pada rak penyimpanan obat agar dapat dilihat dan dibaca oleh pasien saat berkunjung untuk membeli obat. Swamedikasi dilakukan kepada 6 pasien apotek roxy poltangan dengan proses pelaksanaan melakukan penggalian gejala atau keluhan yang dialami oleh pasien dan kemudian memberikan rekomendasi multivitamin yang dapat dikonsumsi oleh pasien untuk meringankan atau menangani gejala yang dialami.

Drug information service is one of the pharmaceutical service standards that need to be carried out in pharmacies following the Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Pharmacist carry out drug information services to provide information about drug to patient or other health professional through written media brochure or orally by self- medication. Self-medication services providing treatment recommendations to patients to be able to determine the treatment to be used to treat the mild symptoms they are experiencing. Self-medication is carried out by extracting information related to the symptoms felt by patients and providing drug information recommended by pharmacists. This task pull of to implement written drug information services by making infographics or brochures containing multivitamin drug information and oral drug information services through direct self-medication services to Roxy Poltangan pharmacy patients. There were 174 multivitamin brochures with infographics or brochures containing drug information regarding composition, dosage, and indications. The brochure is then printed and shown on the drug storage rack so that patients can be known about the drug. Self-medication was implemented to 6 patients at the Roxy Poltangan pharmacy by exploring the symptoms or complaints of the patient and then providing recommendations for multivitamins to treat the symptoms experienced."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Eviansyah
"Gastritis merupakan suatu masalah kesehatan yang banyak terjadi di Indonesia dengan data prevalensi yang tinggi berdasarkan data dari WHO dan juga Departemen Kesehatan RI yaitu sebesar 274.396 kasus. Melihat dari tingginya prevalensi kejadian gastritis perlu adanya suatu upaya intervensi kesehatan untuk mencegah, mengobati, dan edukasi kepada masyarakat. Salah satu bentuk intervensi kesehatan yang dapat dilakukan yaitu memberikan edukasi kepada masyarakat melalui pelayanan informasi sebagai langkah preventif. Pemberian informasi kepada masyarakat dapat dilakukan oleh apoteker melalui puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat yang menyelenggarakan upaya kesehatan kepada masyarakat dan perseorangan sebagai peran penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Metode yang dilakukan yaitu dengan melakukan pencarian informasi terkait penyakit gastritis dan terapinya melalui literatur yang terpercaya, kemudian melakukan konsultasi dengan apoteker penanggung jawab untuk menentukan konten yang perlu dimuat di dalam leaflet yang akan dibentuk, dan kemudian dilakukan pembuatan leaflet yang berisi informasi yang telah disetujui untuk dimuat di dalamnya dengan menggunakan perangkat lunak yang digunakan. Leaflet yang terbentuk memiliki 6 bagian yang berisi informasi yang berbeda. Bagian A berisi merupakan bagian judul leaflet, bagian B merupakan bagian yang menjelaskan terkait definisi dan gejala dari penyakit gastritis. Bagian C berisikan informasi terkait hal yang menyebabkan penyakit gastritis seperti infeksi bakteri, efek samping dari penggunaan obat antinyeri, dan karena kebiasaan konsumsi alkohol. Bagian D dan E berisikan informasi terkait terapi farmakologis atau terapi dengan menggunakan obat untuk mengatasi penaykit gastritis, dan bagian terakhir yaitu bagian F yang memuat informasi terkait terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh pasien untuk mencegah atau mengatasi gejala gastritis.

Gastritis is a health problem that occurs a lot in Indonesia with high prevalence data based on data from WHO and also the Indonesian Ministry of Health, namely 274,396 cases. Seeing the high prevalence of gastritis, it is necessary to have a health intervention effort to prevent, treat, and educate the public. One form of health intervention is to provide education to the public through information services as a preventive step. Providing information to the community can be carried out by pharmacists through Puskesmas which organizes health efforts for the community and individuals as an important role in improving public health. The method used for this task is to search for information related to gastritis and its treatment through literature, then consult with the pharmacist to determine the content that needs to be included in the leaflet, and then create leaflets containing approved information to be included using the software. The leaflet that is formed has 6 sections that contain different information. Part A contains the title of the leaflet, and part B explains the definition and symptoms of gastritis. Part C contains information related to things that cause gastritis such as bacterial infections, side effects from using painkillers or NSAIDs, and due to alcohol consumption habits. Sections D and E contain information related to pharmacological therapy or therapy using drugs to treat gastritis, and the last section F contains information regarding non-pharmacological therapies that patients can take to prevent or treat symptoms of gastritis."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Eviansyah
"Kekosongan stok adalah ketidakmampuan farmasi untuk menyediakan dan memberikan obat kepada pasien sehingga menyebabkan ketidakefektifan pelayanan klinis. Untuk menghindari terjadinya kekosongan stok, perlu dilakukan manajemen pengendalian obat dengan melakukan perhitungan jumlah penggunaan dan rerata konsumsi obat setiap bulan dan melakukan penentuan minimum stock untuk menghindari terjadinya kekosongan stok obat. Metode yang digunakan yaitu melakukan pengambilan data konsumsi dan on hand stock obat di depo farmasi rawat inap RSUI dan dilakukan pengolahan data. Kemudian dilakukan perhitungan minimum stock dan penentuan status ketersediaan obat berdasarkan dari hasil pengolahan data. Data konsumsi obat pada bulan Januari – Maret 2023 dan juga data on hand stock di depo rawat inap didapatkan dari website sistem manajemen elektronik RSUI. Data konsumsi dan on hand stock obat kemudian diolah dengan menyaring unit sediaan kapsul, kaplet, dan sahet dan didapatkan sebanyak 84 sediaan. Dari 84 data konsumsi obat kemudian dilakukan perhitungan rerata penggunaan obat selama 3 bulan dan dilakukan perhitungan minimum stock tiap sediaan menggunakan persamaan yang telah ditentukan. Data on hand stock setiap sediaan yang diperoleh dibentuk menjadi pivot table sebagai data referensi utama untuk penentuan status ketersediaan dengan menggunakan fungsi VLOOKUP untuk membandingkan ketersediaan stok obat saat ini di depo farmasi rawat inap melalui data on hand stock dengan hasil perhitungan nilai minimum stock obat dan fungsi IFS untuk menentukan status ketersediaan sesuai dengan stratifikasi yang telah dibentuk. Hasil penentuan status ketersediaan 84 obat didapatkan hasil 32 obat masuk ke dalam status RESTOCK, 3 obat berada dalam status MEDIUM, dan 49 obat dengan status AVAILABLE.

Dead stock is the inability of the pharmacy to administer drugs to patients, causing ineffectiveness of clinical services. To avoid that, it is necessary to carry out drug control management by calculating the number of uses and average drug consumption each month and determining the minimum stock to avoid death stock. The method used is to collect data on consumption and on-hand stock of drugs at the RSUI inpatient pharmacy depot and analyze the data. Then do the calculation of the minimum stock and determine the status of drug availability based on the results of the data analyzed. Data on drug consumption in January - March 2023 and on-hand stock data were obtained from the RSUI electronic management system website. Processed data on drug consumption and on-hand stock by filtering the capsule, caplet, and sachet units and obtained 84 drugs. The drug consumption average was calculated for 3 months, and the minimum stock was calculated using a predetermined equation. On-hand stock data for each drug formed into a pivot table as reference data for determining availability status. VLOOKUP function is used to compare the current drug stock availability at inpatient pharmacy depots through on-hand stock data with the results of calculating the minimum stock of drugs, and the IFS function is used to determine availability status according to the stratification. The results of determining the availability status of 84 drugs showed that 32 drugs were in RESTOCK, 3 drugs were in MEDIUM, and 49 drugs were in AVAILABLE status."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Eviansyah
"PCSK9 atau Proprotein Convertase Subtilisin Kexin 9 merupakan protein manusia yang memiliki peran dalam regulasi lipid dengan meningkatkan konsentrasi LDL dalam tubuh. Terjadinya kenaikan lipid dalam tubuh melebihi kadar normal dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh. Saat ini telah terdapat beberapa obat untuk mengobati penyakit karena kelebihan kadar lipid tetapi masih sangat terbatas obat yang bekerja untuk menghambat aktivitas dari PCSK9 sebagai salah satu cara pengobatan. Pencarian obat untuk menghambat PCSK9 dapat dilakukan melalui penggunaan kembali obat dengan menggunakan pemodelan farmakofor. Pada penelitian ini digunakan senyawa training set dan test set PCSK9 dari beberapa dokumen paten dan senyawa decoy set dari DUDE. Senyawa test set dan decoy set digunakan untuk memvalidasi model yang terbentuk. Senyawa training set digunakan untuk membentuk model farmakofor dengan menggunakan perangkat lunak LigandScout. Hasil dari pembentukan, validasi dan optimasi diperoleh model farmakofor terbaik hasil modifikasi feature weight +0.1, memiliki 1 fitur gugus aromatis, 1 fitur hidrofobik, 1 fitur gugus akseptor ikatan hidrogen, dan 1 fitur gugus donor ikatan hidrogen, dengan nilai AUC100% sebesar 0,93; nilai EF1% dan EF5% sebesar 34,0 dan 6,00; nilai sensitivitas sebesar 1; dan nilai spesifisitas sebesar 0,857. Model farmakofor terpilih dijadikan sebagai kueri penapisan virtual database obat FDA-approved dari BindingDB dengan hasil penapisan didapatkan 12 senyawa hasil pemeringkatan terbaik berdasarkan nilai pharmacophore fit score tertinggi yaitu gefitinib, clozapine, carbamazepine, phenylephrine hydrochloride, phenelzine sulfate, bupropion hydrobromide, guanfacine hydrochloride, zaleplon, dapagliflozine, methamphetamine hydrochloride, amoxicillin, lorcaserine hydrochloride. 12 senyawa hasil pemeringkatan dari penelitian adalah senyawa kandidat obat inhibitor PCSK9.

PCSK9 or Proprotein Convertase Subtilisin Kexin 9 is a human protein that has a role in lipid regulation by increasing the concentration of LDL in the body. The occurrence of an increase in lipids in the body beyond normal levels can cause disease. Currently, there are several drugs to treat disease due to excess lipid levels, but there are still limited drugs that work to inhibit the activity of PCSK9 as a treatment method. The search for drugs to inhibit PCSK9 can be done through drug repurposing using pharmacophore modeling. In this research, the training and PCSK9 test set from several patent documents and the decoy set compound from DUDE used. A test and decoy set compound were used to validate the generated pharmacophore model. The training set compound was use to generated a pharmacophore model using the LigandScout. The results of generation, validation, and optimization of the pharmacophore model obtained the best pharmacophore model modified by feature weight +0.1, which has four feature (1AR, 1H, 1HBA, 1HBD). The value of AUC 100% 0,93; EF1% and EF5% value are 34,0 and 6,00; sensitivity and specificity values are 1 and 0,857. The selected pharmacophore model was used as a virtual screening query for the FDA-approved drug database from BindingDB. The result of the screening obtained 12 compounds with the best ranking based on the highest Pharmacophore fit score, that is gefitinib, clozapine, carbamazepine, phenylephrine hydrochloride, phenelzine sulfate, bupropion hydrobromide, guanfacine hydrochloride, zaleplon, dapagliflozin, methamphetamine hydrochloride, amoxicillin, lorcaserine hydrochloride."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library