Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haryani
"ABSTRAK
Sibling rivalry pada anak toddler adalah kecemburuan toddler terhadap adik kandungnya. Oleh karena itu, pengetahuan ibu sangat penting dalam mengatasi peristiwa sibling rivalry pada anak toddler. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada anak usia toddler di Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Penelitian ini melibatkan 96 ibu yang memiliki anak usia toddler
dimana anak usia toddler tersebut mempunyai adik kandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (56,2%) ibu memiliki tingkat pengetahuan baik tentang sibling rivalry. Peneliti menyarankan ibu menggunakan pengetahuannya tentang sibling rivalry untuk mengatasi terjadinya sibling rivalry pada anak toddler.

abstract
Sibling rivalry in toddler is the toddler?s jealous to his younger sibling. Therefore, knowledge of mother is important to handle sibling rivalry in toddler. This study used descriptive quantitative design to identify mother?s knowledge level about sibling rivalry in toddler at Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. This study involved 96 mothers with toddler who has younger sibling. The results showed that the majority (56.2%) mothers had good knowledge about the level of
sibling rivalry. Researcher recommended that mothers used their knowledge about sibling rivalry to handle sibling rivalry in toddler."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42789
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haryani
"Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan perkotaan. Spondilitis TB adalah infeksi tulang belakang yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Gejala yang paling sering ditimbulkan oleh spondilitis TB adalah nyeri punggung dan kecemasan sebelum operasi. Karya ilmiah ini memaparkan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada salah satu klien dengan masalah spondilitis TB di Gedung Profesor Dr Soelarto Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Intervensi keperawatan yang dilakukan khususnya terkait tehnik relaksasi napas dalam. Evaluasi keperawatan didapatkan bahwa setelah klien melakukan tehnik relaksasi napas dalam, nyeri dan kecemasan.

Spondylitis tuberculosis is one of health urban issues. Spondylitis tuberculosis is an infection in spine caused by mycobacterium tuberculosis. The most common symptoms of spondylitis tuberculosis are back pain and anxiety before surgery. This paper describes about the nursing care given to one client with spondylitis tuberculosis in one floor Profesor Dr. Soelarto building Fatmawati hospital. Nursing intervention performed particulary related to deep breathing relaxation techniques. Nursing evaluation found that after the client did the deep breathing relaxation theniques, pain and anxiety is reduced."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haryani
"ABSTRAK
Kebanyakan penelitian menemukan bahwa faktor penentu capaian pendidikan yang paling utama adalah pendapatan keluarga dan pendidikan orang tua. Dalam perkembangannya, sebagian studi menemukan bahwa faktor kebijakan dan pengambilan keputusan dalam keluarga juga dapat mempengaruhi kualitas pendidikan anak. Diskusi yang intens antara orang tua dan anak dalam memutuskan pendidikan anak mungkin akan memiliki konsekuensi pada masa depan pencapaian pendidikan anak yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan menganalisis apakah keterlibatan anak dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dalam rumah tangga akan menghasilkan capaian yang berbeda pada pendidikan anak di masa depan. Pengambilan keputusan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu 1 diputuskan oleh orang tua saja, 2 diputuskan bersama oleh orang tua dan anak, dan 3 diputuskan oleh anak saja. Penelitian ini menggunakan data IFLS Indonesian Family Life Survey tahun 2000 dan 2007 untuk menjawab pertanyaan penelitian. Menggunakan metode estimasi ekonometrik OLS, penelitian ini mengkonfirmasi bahwa terdapat peran pengambil keputusan pendidikan anak pada tahun 2000 terhadap capaian pendidikan anak pada tahun 2007. Terutama jika anak secara mandiri yang memutuskan sendiri pilihan sekolah/pendidikannya dibandingkan kelompok basis, yaitu jika orang tua yang memutuskan pilihan sekolah/pendidikan anaknya. Hasil ini menunjukkan bahwa orang tua harus mendengar suara anak mereka dalam memutuskan pilihan pendidikan.

ABSTRACT
Many studies on the determinants of children rsquo s education attainment have found that parent rsquo s background and family income are the most important factors. However, the current research shows the importance of intra household decision making on children rsquo s education attainment. An intense discussion between a parent and child on the best path of education that the child should take, would probably have a future consequence on the child rsquo s education attainment. This study aims at analyzing the impact of children rsquo s involvement on decision making of their education attainment. We separate the decision making of children rsquo s schooling choices into three types decided by parents, decided by both parents and children, and decided by children. Which type of decision making, regarding children rsquo s education, has the best outcome for future education attainment This study uses two waves of 2000 and 2007 IFLS Indonesian Family Life Survey to examine this issue. Applying econometric estimations, this study confirms that the type of decision making on children rsquo s schooling choices in 2000 has a significant effect on the future children rsquo s education choice, decided by children, has the highest impact on children rsquo s education attainment compared to the other types of decision making. This result suggests that parent should hear their children rsquo s voice in deciding their education choice."
2016
T47495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrie Haryani
"Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh faktor motivator dan faktor Hygiene menurut teori Herzberg terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. Summarecon Agung Tbk. Kemudian faktor-faktor apa saja yang signifikan dan tidak signifikan mempengaruhi kepuasan kerja, serta mengapa faktor-faktor tersebut signifikan ataupun tidak signifikan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Untuk membahas masalah tersebut di atas, maka dilakukan penelitian, melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi pengajuan daftar pertanyaan kepada 118 responden yang merupakan sampel, dan melakukan studi kedalaman dengan wawancara kepada beberapa kelompok karyawan.
Untuk pengolahan data dan mendapatkan hasil penelitian, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan program SPSS for Windows, dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor motivator dan faktor hygiene dengan kepuasan kerja karyawan, dengan koefisien korelasi sebesar 0,854. Kemudian kepuasan kerja di PT. Summarecon Agung Tbk sebesar 71,4 % dapat dijelaskan oleh variabel independent sebagai predictor, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor atau sebab lain.
Dari hasil penelitian ini, faktor motivator sama sekali tidak signifikan mempengaruhi kepuasan kerja, akan tetapi justru faktor hygiene yang signifikan mempengaruhi kepuasan kerja dan satu faktor variabel moderator signifikan mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah : Gaji/Kompensasi, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, mutu supervisi, hubungan interpersonal dan rangking/pangkat. Banyak alas an mengapa faktor motivator tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja dalam penelitian ini, maka disarankan agar PT. Summarecon Agung Tbk lebih memperhatikan faktor motivator di lingkungan kerjanya dan menyempurnakan faktor hygiene. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanik Suryo Haryani
"ABSTRAK
Berbeda dengan keadaan suatu kota yang telah direncanakan secara matang untuk menjadi kota dengan fungsi spesifik seperti kota pemerintahan, metropolitan Jakarta tumbuh sebagai kota multifungsi, di mana kegiatan pemerintahan, perdagangan, industri dan pendidikan berpusat, sekaligus menjadi pintu gerbang bagi arus barang dan orang dari dan ke negeri ini. Tidaklah mengherankan apabila Jakarta memiliki daya tarik yang sangat besar bagi para urbanit yang mencoba mengadu untung demi perbaikan nasib di sini. Kenyataan selanjutnya adalah bahwa para urbanit yang sebagian besar memiliki keahlian dan ketrampilan terbatas memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pertumbuhan jumlah penduduk dan pertambahan daerah pennukiman kumuh di ibu kota.
Permukiman kumuh didefinisikan antara lain sebagai permukiman dengan unit-unit rumah dengan ukuran kecil-kecil serta kondisi fisik lingkungan yang buruk (Drakakish, 1980). Sebagian wilayah Kecamatan Penjaringan di Jakarta Utara adalah gambaran dari permukiman kumuh yang diobservasi dalam penelitian ini.
Tujuan pokok dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik lingkungan permukiman kumuh dengan kondisi sosial ekonomi penghuninya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait dan otoritas perencanaan tata ruang perkotaan serta program perbaikan kampung.
Hipotesis yang diajukan adalah: semakin rendah kondisi sosial ekonomi penghuni, maka akan semakin kumuh lingkungan permukimannya.
Penelitian dilakukan melalui beberapa langkah pendekatan. Pendekatan pertama yaitu studi menggunakan data primer, dalam hal ini interpretasi foto udara tahun 1982 dan tahun 1994. Interpretasi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai persebaran permukiman kumuh di Kecamatan Penjaringan. Pendekatan kedua adalah studi melalui observasi terestrial dengan cara mengamati langsung kondisi fisik lapangan serta wawancara langsung dengan para responden. Pendekatan ketiga adalah studi melalui data sekunder yang terkait dengan masalah ini, di antaranya data statistik, peta dan laporan-laporan dari instansi pemerintah.
Analisis data dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kualitas lingkungan permukiman dan persebaran kekumuhan. Analisis ini merupakan gabungan antara pengolahan data lapangan dan interpretasi foto udara, dengan skenario foto udara ini akan menjadi verifikasi analisis data terestrial. Untuk keperluan penilaian, permukiman kumuh dibagi dalam tiga kategori, yaitu kumuh ringan, kumuh sedang dan kumuh berat. Tolok ukur atau indikator kekumuhan ini dihitung dengan cara memberikan nilai dan bobot pada setiap variabel yang telah ditetapkan dalam himpunan variabel kondisi fisik linglcuangan. Dalam hal ini, mengacu pads kriteria penilaian dari Ditjen Cipta Karya Departemen PU dan BAPPEM MHT DKI Jakarta, variabel kondisi fisik lingkungan permukiman yang dilibatkan ada sepuluh macam, yaitu genangan air, sarana sanitasi, sarana pembuangan sampah, kepadatan hangman, lebar jalan masuk, kondisi permukaan jalan masuk, ketersediaan somber air bersih, keadaan konstruksi bangunan rumah, tats letak blok permukiman dan leas rumah mukim. Kelompok variabel bebas yang akan dipelajari hubungannya dengan variabel kondisi fisik lingkungan permuldman di batasi tiga item, yaitu: pendapatan, tingkcat pendidikan serta kesehatan penghuni.
Analisis data menggunakan cara-cara yang lazim digunakan dalam metoda statistik, antara lain metode chi square untuk mengetahui adanya hubungan antara masing-masing variabel kondisi fisik dengan masing-masing variabel kondisi sosial ekonomi, serta metoda regresi berganda untuk mengetahui pola hubungan ketergantungan antara tingkat kekumuhan dengan variabel-variabel kondisi sosial ekonomi. Untuk memudahkan operasi perhitungan digunakan software SPSS (Statistical Package for Social Sciences).
Uji hipotesis dengan metode Chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kedua kelompok variabel. Sebanyak tiga puluh pasang tabulasi silang diuji, untuk menyelidiki adanya hubungan antar variabel-variabel yang terlibat. Sebanyak 23 item atau sekitar 77 persen dari ketiga puluh jenis yang diuji tersebut menunjukkan adanya hubungan antar variabel yang signif:kan. Faktor penghasilan penghuni menempati urutan pertama dalam hal banyaknya hubungan yang terbukti, yaitu 9 hubungan dari 10 macam yang diuji. Kemudian diikuti faktor tingkat pendidikan dengan 8 hubungan yang signifkan dan terakhir faktor kesehatan dengan 6 hubungan yang terbukti, masingmasing dari 10 hubungan yang diuji. Bila ditinjau kualitas kedekatan hubungan antar variabel yang telah teruji, rata-rata berada pads tingkat hubungan sedang dengan nilai contingency antara 0,30 sampai 0,49. Hubungan paling kuat terdapat antara pendapatan responden dengan kondisi konstruksi bangunan rumah yang ditempatinya dengan nilai contingency 0,500.
Perhitungan regresi antara indikator tingkat kekumuhan Y dengan ke tiga variabel.bebas: X11 (pendapatan), X12 (tingkat pendidikan) dan X13 (kesehatan) menghasilkan persamaan: Y = 7,279 + 0,458 X11 + 1,764 XS2 + 2,598 X13
Persamaan di atas menggambarkan pola hubungan antara variabel-variabel yang terlibat, dalam hal ini Y mewakili kondisi fisik lingkungan permukiman dan X11, X12 dan X13 mewakili kondisi sosial ekonomi penghuni. Persamaan regresi memberikan informasi bahwa antara kondisi fisik lingkungan dan kondisi sosial ekonomi terdapat hubungan positif atau sebanding, artinya peningkatan nilai variabel-variabel pada ruas kanan persamaan akan berakibat meningkatnya nilai variabel pada ruas kiri persamaan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa bertambah buruknya kualitas pendapatan, tingkat pendidikan dan kesehatan penghuni akan berakibat atau menandakan semakin kumuhnya lingkungan permukiman.
Dugaan hasil pengujian persamaan regresi di atas hipotesa yang diajukan telah dapat dibuktikan.
Verifikasi basil analisis data terestrial dengan interpretasi foto udara menunjukkan adanya kesesuaian yang cukup baik dalam hal distribusi kekumuhan -Observasi terestrial menunjukkan bahwa sebagian besar permukiman berada dalam status kumuh berat. Perbandingan komposisi ini adalah 65,00 %; 26,70 % dan 8,30 % berturut-turut untuk permukiman kumuh berat, kumuh sedang dan kumuh ringan. Hasil interpretasi foto udara tahun 1994 memberikan komposisi dengan urutan seperti di atas: 68,15 %; 24,60 % dan 7,25 %. Di satu sisi tekanan akibat pertambahan jumlah penduduk mendorong berkembangnya pemukiman kumuh, terlihat dengan bertambahnya luas areal permukiman kumuh secara keseluruhan sebesar 2,90 hektar dari tahun 1982 sampai tahun 1994. Di sisi lain upaya-upaya peningkatan atau perbaikan kampung yang dilakukan pemerintah maupun swadaya masyarakat berhasil menekan perkembangan permukiman kumuh, bahkan dapat mengurangi luas permukiman berstatus kumuh berat. Peningkatan kualitas ini ditandai dengan berkurangnya luas areal permukiman kumuh sebesar 28,35 hektar dalam icurun waktu yang sama.
Faktor-faktor pendorong terjadinya kekumuhan permukiman yang teramati di lapangan mencakup tiga komponen besar, yaitu kepadatan, pola hidup penghuni dan keadaan lingkungan permukiman.
Kepadatan dimaksudkan sebagai kepadatan penghuni dan kepadatan bangunan permukiman. Semakin banyak penghuni dalam satu rumah yang ukurannya lebih kecil akan mendorong terjadinya kekumuhan. Di daerah penelitian kepadatan penghuni mencapai rata-rata 5 m2lorang, di bawah standar kebutuhan normal 6 - 9 m2lorang. Mengenai kepadatan bangunan permukiman diperoleh informasi yang akurat dari interpretasi foto udara, di mama sebagian besar blok permukiman mempunyai penutupan bangunan (building coverage) rumah mukim rata-rata di atas 75 %, yang dapat digolongkan ke dalam katagori kumuh berat.
Komponen pola hidup penghuni meliputi tiga aspek, yaitu penggunaan sarana sanitasi, tempat pembuangan sampah dan pemenuhan somber air bersih. Kenampakan di daerah penelitian mengenai adanya kecenderungan menuju kekumuhan permukiman adalah banyaknya responden yang tidak memiliki sarana sanitasi sendiri (sebanyak 20,80 %) ataupun mau menggunakan fasilitas sanitasi umum, melainkan membuang hajat secara babas di tempat-tempat terbuka seperti sungai yang aimya tak mengalir lancar atau laut.
Dorongan menuju kekumuhan akibat pola hidup yang kurang bersih dari unsur pembuangan sampah terlihat dominan, dan ini ditunjukkan dengan banyaknya jumlah responden yang membuang sampah sembarangan (43,30 %). Ketersediaan air bersih dalam jumlah normal sulit dipenuhi di daerah penelitian, ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memenuhi kebutuhan air bersih dengan cara membeli air kalengan dan penjaja air keliling sebanyak 53,30 %. Hal ini menunjukkan bahwa sarana permukiman lingkungan tidak layak.
Komponen keadaan lingkungan permukiman mencakup empat aspek, yaitu tata letak blok permukiman, kondisi konstruksi bangunan rumah mukim, lebar jalan dan kondisi permukaan jalan masuk. Dorongan kekumuhan dari aspek tata letak ini teramati dengan rendahnya kualitas tata letak di sebagian besar permukiman responden (61,70 %) di daerah penelitian. Demikian pula kontribusi kondisi bangunan rumah mukim menuju kekumuhan permukiman tampak dari banyaknya rumah non permanen sebesar 46,70 % yang menggambarkan keadaan lingkungan buruk. Mayoritas jalan masuk di daerah penelitian mempunyai lebar kurang dari 1,0 m (54,20 %). Sempitnya jalan mengakibatkan jalan tersebut tidak mampu berfungsi secara layak sebagai alur lalu lintas, tampat bak sampah, penempatan saluran drainasi maupun sebagai pembatas antara rumah ke rumah. Jelas bahwa hal ini akan memicu buruknya keadaan lingkungan yang mengarah pada kekumuhan. Kondisi permukaan jalan yang ditemui di lapangan sebagian besar becek dan tergenang di saat hujan, memberikan dorongan terjadinya kondisi lingkungan buruk dan kumuh.

ABSTRACT
Correlation Between Physical Condition and Community's Socio-economic Condition in Slum Settlement Area. (A Case Study in Penjaringan Subdistrict, North Jakarta)
Within a diverging scheme with a well planned city for specific function as an administration city, the metropolitan of Jakarta emerges as a multi function city. This means Jakarta functions as a place for administration, trading, industry, education activities and consequently becomes the mayor place for exchange of goods and peoples of this country. It is not surprising that Jakarta performs greatly attractive for the migrants who find employments and a better live. Then the further reality was coming. In fact most migrants are unskilled and in turns, they in most contributed to high population growth and expansion of slum settlements in the capital city. Slum settlement is defined, among others, as a settlement occupied by very small houses and bad environment condition (Drakakish, 1980). In this context Penjaringan Subdistrict of North Jakarta is a good example to be observed due to its slum settlement.
The main aim of the current research is to discover the correlation between physical condition and community's socio-economic condition in slum settlement area. The gained result is expected as an input for interrelated participants and autorized board on city masterplanning and settlement betterment programmes. The presented hypothesis: as the quality of community's socio-economic condition goes lower, the settlement environment will be found worse.
The current research is conducted through several approaches. The first way is a study through primary data, in this case interpretation of 1982 and 1994 aerial photograph. This interpretation is intended to gain information concerning with the distribution of slum settlement area in Penjaringan Subdistrict. The second mean is a terestrial observation based study by means of direct survey of physical site condition and interviewing the respondents. The third access is a study of interfaced secondary data, among others are statistical data, maps and government reports.
Data analysis were conducted to obtain the feature of settlement environment quality and expansion of slum condition. The analysis is a combined one between site data calculation and aerial photograph interpretation, within the scenario that aerial photograph was aimed as a verification of terestrial data calculation result. For scoring purposes, slum settlement was divided into three categories : light slum, medium slum and heavy slum. Slum indicator was calculated by assigning a value and grade to each variables defined in environment physical condition variable group. Based on evaluation criteria from Ditjen Cipta Karya, Public Works Department and BAPPEM MHT DKI Jakarta, the involved settlement physical environment variables consist of ten items: water impounding, sanitation facility, waste disposal facility, building density, access street width, access street surface condition, availability of water supply source, housing structure condition, site arrangement of housing block and the size of house space. The independent variables to be studied in connection with settlement physical environment condition were limitted into three items: income, education level and community's health.
Data analyses were conducted through scientific practices in statistical methods, those are Chi-square to obtain the existence of correlation between physical condition variables and socio-economic condition variables respectively, and multiple regression to identify the dependent correlation of slum category and its socio-economic condition. The calculation operation took the advantage of SPSS (Statistical Package for Social Sciences) software for its simplicity.
Chi-square hypothesis test identified a significant correlation between both variable groups. Thirty sets of cross tabulations were tested, to investigate the magnitude of correlation between interfaced variables. As much as 23 items or around 77 percent from those, indicated the existence of significant correlation of variables. Respondent income factor ranks at the first in case of proved correlation result, that is 9 significant correlation out of 10 selected items. Second rank is occupied by education level with 8 correlation and the last one is health factor with 6 proved correlation from 10 tested items each. From the quality of correlation view points, the proved variable correlations have medium grade in average sense, with the range of contingency coefficient for 0.30 - 0.49. The strongest correlation exists between respondent income and house structure condition with contingency coefficient of 0.500.
Regression calculation of slum condition grade Y to the three independent variables : X11 (income), X12 (education level) and X13 (health) results an equation:
Y = 7.279 + 0.458 X11 + 1.764 X12 + 2.598 X13 .
The above equation shows correlation form among involved variables, in this case Y represents settlement physical environment condition and X11, X12 and X13 represent community's socio-ecomical condition. Regression equation presents information that environment physical condition is paralelly correlated with socio-ecomic condition. It means the increasing score of the right hand side of the equation will improve the rate of left side, that will lead to a conclusion, i.e, as the quality of income, education level and community's health goes lower, the settlement environment will be degraded or it indicates a worse environmental condition. This is to say that proposed hypothesis has been proved by the above mentioned regression test result.
Verification of terestrial data analyses resulted in aerial photograph interpretation indicates a good similarity on slum distribution. Terestrial observation shows that most settlement area holds the heavy slum status. In comparison, the composition of heavy slum, medium slum and light slum is 65 %; 26.70 % and 8.30 % respectively. Interpretation of 1994 aerial photograph exhibits a composition as above: 68.15 %; 24.60 % and 7.25 %. From one aspect, population growth and population pressure promote the expansion of slum settlement, denoted by the new expansion of slum area of 2.90 ha, from 1984 to 1994. On the other hand, the government or community's self supporting effort succeeded in settlement betterment campaign, even it was possible to reduce the expansion of heavy slum settlement. This quality improvement was indicated by the reduction of slum settlement area of 28.35 ha during the same period.
The prompting factors on settlement slum observed on site consist of three main components, i.e. density, live style and settlement environmental condition.
Density refers to residential density and physical settlement density. More residents in a smaller house will stimulate slum condition. In observation, the density is 5 m2 per person on average, under the normal standard 6 to 9 m2 per person. Taking the physical settlement density into account, it was accurately recognized from aerial photograph that most settlement blocks have average settlement building coverage of more than 75 %, which can be classified into heavy slum category.
Life style component consists of three aspects: sanitation facility usage, availability of waste disposal facility and water supply. In observation, it was indicated that within slum settlement, quite a lot of respondents have no private sanitation facility (20.80 %) or agree to use public sanitation facility, but freely defecate in open space as rivers or sea. From the point of waste disposal, stimulus to slum condition resulted in dirty live style was apparently very dominant, and it was indicated by a proportion of respondent littering (43.30 %). Water supply in sufficient quantity was not available in observation area, indicated by respondents who meet their water demand from passing water sellers (about 53.30 %). All these show an improper settlement environment infrastructure.
Environment components cover four aspects, they are settlement blocks arrangement, house structure condition, access street width and access street surface condition. Slum pressure originated from arrangement aspect was observed from the low arrangement quality of most respondent's settlement (61.70.%). Similar pattern was indicated for housing structure contribution on slum formation. As much as 46.70 % non permanent housing structures was observed, as they represent unlikely environmental condition. Most access street width in observation area are less than 1.0 m (about 54.20 %).
These narrow streets cause inappropriate function of traffic path, disposal bin and drainage channel location, neighbourhood's border. It was clear that those matters will lead to bad environment to stimulate slum formation. Most street surfaces were muddy and impounded in rainy days, prompts the slum and bad environment.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Sri Haryani
"Krisis moneter yang menimpa Indonesia menyisakan masalah berupa terjadinya kredit-kredit yang bermasalah atau macet dalam perekonomian kita yang apabila tidak ditanggulangi dengan sebaik-baiknya akan menimbulkan kondisi perekonomian yang lebih terpuruk lagi karena akan banyak perusahaan-perusahaan yang tidak dapat melanjutkan kelangsungan usahanya akibat ketidakmampuannya untuk melunasi kewajiban pinjamannya. untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka dimungkinkan dilakukan kesepakatan ulang di antara pihak debitur dan kreditur dengan berbagai kondisi yang menyertai kesepakatan tersebut. Jika dianggap debitur masih memiliki prospek usaha dan bisnis yang dapat dikembangkan maka dapat dicapai kesepakatan baru yang berupa tindakan restrukturisasi.
Tindakan restrukturisasi sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah/macet dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk, antara lain dengan penjadualan ulang (rescheduling), penetapan kondisi baru (reconditioning), reorganisasi dan rekapitalisasi (reorganization and recapitalization) ataupun kombinasi dari ketiga bentuk tersebut.
Untuk pelaksanaan restrukturisasi tersebut, profesi notaris dituntut untuk dapat mempersiapkan akta yang harus dapat mengantisipasi hal tersebut. Oleh karenanya profesi ini perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai proses restrukturisasi dan akibat hukum dari tindakan tersebut, sehingga notaris dapat mempersiapkan akta restrukturisasi utang beserta seluruh perjanjian pelengkapnya dengan memuat syarat-syarat, ketentuan dan klausula yang berpedoman pads ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, kebiasaan yang berlaku dalam praktek bisnis dan klausula-klausula yang lazim digunakan dalam hukum bisnis yang bersifat internasional, sehingga dengan pemuatan syarat-syarat dan ketentuan tersebut diharapkan dapat mengakomodasi dan memuaskan kedua belah pihak, yaitu debitur disatu pihak dan kreditur dilain pihak."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T16694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Winarti Haryani
"lmplementasi Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Penanganan Kasus Tuduhan Dumping dari Negara Malaysia. Dilakukan pendeskripsian impiementasi kebqakan Pemerintah Indonesia atas Persetujuan Antidumping yang dilaksanakan oleh institusi pengamanan perdagangan dalam menangani kasus tuduhan dumping dari negara Malaysia. Tuduhan dumping dikenakan kepada Indonesia karena industri dalam negeri Malaysia merasa dirugikan dengan adanya produk impor dari Indonesia yang dijual dengan harga lebih murah dibandingkan dengan harga domestik. Berlaku sebagai pokok permasalahan tesis adaiah bagaimanakah resolusi penyelesaian penanganan kasus iuduhan dumping dan apakah resolusi penyelesaian penanganan kasus dapat menurunkan atau menghapuskan Bea Masuk Antidumping yang ditetapkan oleh Otoritas Antidumping Malaysia. Adapun tujuan penelitian adaiah untuk menjelaskan resolusi penyelesaian penanganan kasus tuduhan dumping dari Malaysia oleh Pemerintah Indonesia yang dapat menurunkan atau menghapuskan Bea Masuk Antidumping.
Tesis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari diskusi, wawancara dan penyebaran kuesioner. Diskusi dan wawancara diiakukan secara terpisah terhadap pihak yang menangani kasus tuduhan dumping, serta penyebaran kuesioner kepada produsen/eksportir yang pernah mendapatkan advokasi atau pembelaan atas kasus tuduhan dumping dari Oioritas Antidumping Malaysia. Data sekunder diperoleh melalui kajian terhadap berbagai tulisan yang terdapat di jurnal perdagangan internasionaI, makalah, artikel, buku-buku yang relevan dengan penelitian, dan peraturan perundang-undangan.
Dan hasil pengolahan dan analisis data dapat diformulasikan beberapa butir kesimpulan sebagai berikut: (1) Tingkat pemahaman dunia usaha terhadap masalah dumping sudah memadai. Dengan catatan, hanya perusahaan berskala besar yang bersedia untuk melibatkan din dalam proses yang membutuhkan kehadiran Iangsung wakil perusahaan dalam hal hearing dan dispute. (2) Keberadaan lnstitusi Pengamanan Perdagangan sebagai pendamping yang berperan menangani dan mengatasi tuduhan dumping, direspon oleh perusahaan dengan variasi yang Iebar rentangnya. Namun pada intinya semua produsenleksportir menyepakati pentingnya keberadaan dan peran yang dijalankan lnstitusi Pengamanan Perdagangan sebagai pendamping, terutama dalam kerangka penyelesaian antar pemenntah (Government to Government) (3). Institusi Pengamanan Perdagangan sudah bertindak proaktif dengan cara memberitahukan kepada pihak yang berkepentingan tentang akan adanya penyelidikan antidumping oleh negara Malaysia terhadap produk impor asal Indonesia, sejalan dengan pelaksanaan pasal 6.11 Aniidumping Agreement tentang interested parties dan pasal 12 Antidumping Agreement tentang public notice.
Mengacu kepada kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat dan perlu ditindaklanjuti adalah sebagai berikut; (1) Diperlukan aturan hukum dalam Undang-undang Perdagangan dan manual baku yang dapat dijadikan pedoman penyelesaian penanganan tindakan antidumping khususnya kasus tuduhan dumping dari Maiaysia. (2) Perlunya pemahaman akan arti penting lobbying dalam mengantisipasi kemungkinan adanya tuduhan dumping dari negara mitra dagang. (3) Perlu dilakukan penelitian lebih Ianjut dan Iebih komprehensif mengenai prioritas pelayanan lnstitusi Pengamanan Perdagngan terhadap produsenieksportir Indonesia yang terkena tuduhan dumping.

The Implementation Policy of the Government of the Republic of Indonesia in Antidumping Cases Against Malaysia. Description regarding the implementation policy of the Govemment of the Republic of Indonesia is made on the basis of the Antidumping Agreements conducted by Indonesia which is directly handled by the Institution of Trade Defense. The antidumping case against Indonesia is raised by Malaysia since its domestic industry suffered an injury caused by Indonesian imported products which is sold at a lower price than its domestic price. The underlined issue in this thesis refers to how the dispute settlement in antidumping case can be resolved and whether this case of dispute settlement can be reduced or eliminated the Antidumping Duty which has been imposed by the Malaysian Antidumping Authority. Nevertheless, the aim of this research is to analyze how the Government of Indonesia handling of the dispute settlement in antidumping case against the Malaysian Government in relation to the possible reduction or elimination of Antidumping Duty.
This thesis used a descriptive part of researcll of methodology with quantitative approach. The data used in this research contained of primary data and secondary data. The primary data was obtained from results of discussion and interviews, and disseminating questionnaire. Discussion and interviews were conducted separately to interested parties subject to antidumping case as well as the dissemination of questionnaire to producerlexporter after receiving advocacy subject to the Malaysian antidumping case againstlndonesia. On the other side, the secondary data was sourced from various articles contained in international trade journal, thesis, books, research materials, antidumping regulation handbooks, and Iegislations.
The result of data processing and analysis can be formulated into several points of conclusions, as follow: (1) The level of knowledge of the business sectors is sufficient However, there are only large scale companies who are willing to be involved in the process that requires participation from representatives of companies in the case of healing and dispute. (2) The accompanying of the Institution of Trade Defense in charge in handling the antidumping case has been responded by companies with various perceptions. Nevertheless, the essence laid whether the producers/exporters agreed on the importance of the functions and roles of the institution of Trade Defense as being the associated parties, particularly in the framework of dispute settlement between Governments. (Government to Govemment). (3). The Institution of Trade Defense had been pro-actively notified the interested parties regarding the initiation of antidumping investigation by the Malaysian Antidumping Authority against the imported product originated from indonesia, in line with the implementation of Article 6.11 of Antidumping Agreement regarding interested parties and Article 12 Antidumping Agreement regarding public notice.
Referring to th above conclusions, there are several recommendations to be followed up, as follow: (1). The need of regulation governed under Legal Acts and manual handbooks as a guidance for handling dispute settlement in antidumping cases, particularly the Malaysian antidumping case. (2). The level of knowledge on the importance of lobbying in order to anticipate the possibility of antidumping case raised by trade dialogue partners. (3). The need to conduct further research and a more comprehensive service priorities provided by the Institution of Trade Defense to the Indonesian producers/exporters subject to anti dumping case.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21549
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calandra Alencia Haryani
"Universitas XYZ merupakan salah satu PTS dalam bentuk universitas yang berlokasi di Tangerang, yang memiliki kewajiban untuk menjamin dan memberikan pendidikan bermutu kepada mahasiswa selaku salah satu pemangku kepentingan yang memiliki dampak secara langsung pada mutu sebuah universitas. LP2MP bertugas untuk menyelenggarakan pengukuran dan pelaksanaan survei setiap semester dalam bentuk survei umpan balik. Hasil survei tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan yang berkesinambungan untuk penyelenggaraan penjaminan mutu Dikti dan pengelolaan Universitas XYZ. Namun, pengolahan dan pengukuran data survei secara konvensional tidak cukup untuk mengeksplorasi informasi tersembunyi dari survei. EDM digunakan pada penelitian ini untuk mengolah dan menganalisa data dari Universitas XYZ berupa survei bagian Open Ended Question (OEQ) yang terdiri dari Student Feedback Questionaire (SFQ), Facility Satisfaction Questionaire (FSQ), dan Graduate Feedback Questionaire (GFQ).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendukung pengambilan keputusan dalam mengambil tindakan proaktif terhadap perbaikan mutu Universitas XYZ. Penelitian ini melakukan klasifikasi label aspek, sentimen analisis, dan tren topik survei SFQ, FSQ, dan GFQ pada bagian OEQ. Klasifikasi label aspek Multi Class survei SFQ memilih model klasifikasi terbaik dengan membandingkan hasil evaluasi accuration, precision, recall, dan F1-Score terhadap setiap kombinasi fitur dan perbandingan empat algoritma klasifikasi yaitu Decision Tree (DT), Naïve Bayes (NB), K-Nearest Neighbor (KNN), dan Support Vector Machine (SVM). Klasfikasi label aspek multi label survei FSQ dan GFQ memilih model klasifikasi terbaik dengan membandingkan hasil evaluasi tiga jenis library multilabel dari SciKit-Learn, yaitu Binary Relevance (BL), Label Power Set (LPS), dan Classifier Chain (CC) terhadap setiap kombinasi fitur dan empat algoritma klasifikasi tersebut.
Hasil dari penelitian ini adalah teknik klasifikasi menggunakan kombinasi fitur TFIDF, Unigram, dan Bigram dengan algoritma SVM merupakan model klasifikasi terbaik untuk pelabelan aspek survei SFQ. Teknik klasifikasi menggunakan kombinasi fitur TFIDF, Unigram, dan Bigram dengan algoritma SVM dan library Multi Label CC merupakan model klasifikasi terbaik untuk pelabelan aspek survei FSQ. Teknik klasifikasi menggunakan kombinasi fitur Count Vectorizer, Unigram, dan Bigram dengan algoritma NB dan library Multi Label BR merupakan model klasifikasi terbaik untuk pelabelan aspek survei GFQ. Selain itu, algoritma SentiStrenghtID digunakan untuk mendapatkan sentimen dan algoritma LDA digunakan untuk mendapatkan tren topik tahunan pada setiap label aspek survei SFQ, FSQ, dan GFQ.

XYZ University is one of the universities in the form of universities located in Tangerang, which has an obligation to guarantee and provide quality education to students as one of the stakeholders that has a direct impact on the quality of a university. LP2MP is tasked to carrying out measurements and implementation of feedback every semester in the form of surveys as one part of quality control directly to stakeholders. The results of the surveys can be used as a guideline for continuous improvement in the implementation of Dikti quality assurance and management of XYZ University. However, conventional processing and measurement of feedback data are not enough to explore hidden information from surveys data. EDM was used in this research to process and analyze data from XYZ University in the form of Student Feedback Questionaire (SFQ), Facility Satisfaction Questionnaire (FSQ), and the Graduate Feedback Questionaire (GFQ) in the Open-Ended Question (OEQ) section.
The purpose of the research is to support decision making in taking proactive actions towards improvement for self-evaluation and quality of XYZ University. This research carried out label aspect classification, analytical sentiment, and trends in the survey topics SFQ, FSQ, and GFQ in the OEQ section. Multi- class aspect label classification SFQ will choose the best classification model by comparing the results of the evaluation of accuracy, precision, recall, and F1-score for each feature combination and comparison of four classification algorithms namely Decision Tree (DT), Naïve Bayes (NB), K- Nearest Neighbor (KNN), and Support Vector Machine (SVM). The classification of the multi-label aspects of the FSQ and GFQ survey labels will have the best classification model by comparing the evaluation results of three multilabel library types from SciKit-Learn, namely Binary Relevance (BR), Label Power Set (LPS), and Classifier Chain (CC) to each combination of features and four classification algorithms.
The results of this research are Classification Techniques using a combination of features of TFIDF, Unigram, and Bigram with the SVM algorithm which is the best Multi Class classification model for labeling aspects of the SFQ survey. Classification techniques use a combination of TFIDF, Unigram, and Bigram features with the SVM algorithm and the Multi-Label library CC is the best Multi-Label classification model for labeling aspects of the FSQ survey. Classification techniques using a combination of Count Vectorizer, Unigram, and Bigram features with the NB algorithm and the Multi-Label library BR are the best Multi-Label classification models for labeling aspects of the GFQ survey. In addition, the SentiStrenghtID algorithm can be used to get sentiments and the LDA algorithm can be used to get annual topic trends on each survey aspect label SFQ, FSQ, and GFQ.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Haryani
"Haryani, Anita. Ketergantungan Wanita Cina di Dalam Keluarga Cina Tradisional. Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Jurusan Asia Timur Studi Cina Universitas Indonesia, 1993. Selama hidupnya, seorang wanita dalam keluarga Cina tradisional mengalami tiga fase ketergantungan. Pertama, sebelum menikah, ia bergantung pada ayahnya. Kedua, setelah menikah ia bergantung pada suaminya. Ketiga, setelah suaminya meninggal, ia bergantung pada anak laki-lakinya. Setiap fase ketergantungan tersebut secara garis besar dapat dibagi dalam dua bentuk ketergantungan. Yang pertama adalah ketergantungan ekonomi dan yang kedua adalah ketergantungan status. Ketergantungan ekonomi banyak dipengaruhi oleh keadaan masyarakat Cina pada waktu itu seperti bentuk masyarakatnya yang agraris, norma-norma yang menyebabkan wanita tidak leluasa bergerak dalam kehidupan sosialnya. Jenis ketergantungan ekonomi ini hampir sama dalam ketiga fase ketergantungan. Usaha-usaha wanita untuk melepaskan diri dari ketergantungan itu ada yang positif seperti menjadi biksu atau pendeta Tao (abad 19 dan 20), tetapi ada juga yang negatif seperti menjadi pelacur"
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S12951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setianti Haryani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S31943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>