Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Kegiatan yang dilakukan dalam suatu lingkungan dapat menganggu kesetimbangan ekosistem jika tidak dipahami mekanisme yang bekerja di alam. Pembangunan Indonesia di hampir segala bidang sejak 1968-antelah mengembnagkan Indonesia menjadi negara menuju modernisasi dan memberikan hasil nyata namun banyak menimbulkan dampak yang justru merugikan, bahkan mendatangkan bencana lingkungan. Kkeliruan persepsi dan pemahaman mengenai lingkungan akan dapat mengakibatkan simalakama yang menyebabkan serba salah. Dikemukakan berbagai contoh yang kemudian berkembang menjadi keadaan bagaikan makan buah simalakama lingkungan. Budidaya pertanian perlu mendapatkan perhatian karena menyangkut pengubahan lingkungan areal luas. Hal itu dijelaskan dan dianalisis dari sudut ilmu lingkungan yang bersifat multidisiplin dan interdisiplin dan memerluan kajian holistik dan Komprehensif. Budidaya Sawit yang berkembang Pesat menjanjikan keuntungan ekonomi besar, namun kekeliruan budidayannya yang dilakukan tanpa memahami kaidah ekologis alam telah memicu masalah politik dan hubungan internasional. Lingkungan Nusantara Indonesia, yang adalah bagian terbesar dari Nusantara Indo-Malesia, bersifat unik di muka bumi ini, sehingga kegiatan yang dilakukan di lingkungan tidak begitu saja dapat meniru contoh dan menerapkan teknologi dan cara-cara yang berhasil dilakukan di bagian bumi lain."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 44 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRACT
Rapid decrease in soilfertiligtfollows clearing of forests in the humid tropics and main processes triggered by the removal of vegetation cover are reviewed. The soil of forests, cleared to provide land for cultivation of annual foodcrops are clearly showing a decrease in fertility. This unfortunate phenomena occur mainly in areas of the Indonesian Archipelago located within a belt consisting of areas with 12 months of rainfall and monthly means of 75 and more millimeters. Monocultural cultivation of annual crops in these areas is likely to deplete soil of its fertility and unlessfloodedfield techniques of cultivation is involved, it might seem very unlikely that in the future, the use ofannualfood crops to cultivate clearedforest lands, such as of common practice today, could be maintained without sacrificing soilfertiliiy and destruction. In many parts of theArchipelago, deforestation ofareas to cultivate annual foodcrops is likely to invite processes leading to the fatal destruction of its soil. Unless arboriculture . (tree cultivation), imitating tropical rainforest forests, is practiced to produce food replacing the present traditional production of staple food starch by annual crops, the degradation of the environment will continue ending in an unsustainable, prohtable agriculture. perennial tree likely to become one off the best candidate "
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM : 41 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"Solusi begbagai masalah lingkungan hidup banyak kali justru memunculkan dan menambah masalah baru lagi. Merosot dan bahkan hancurnya lingkungan hidup di Nusantara Indonesia akan dapat dicegah jika kearifan lingkungan tradisional masyarakat dijadikan dasar teknik merekayasa upaya solusi dan bukan hanya menerapkan yang dilakukan di tempat lain dengan ciri ekologik dan lingkungan yang berbeda. Kearifan tradisional dan lokal terancam tergerus budaya instan, tidak berpikir jangka panjang. Usaha manusia meningkatkan kesejahteraan hidup telah menimbulkan kesengsaraan berupa bencana alam karena ketamakannya. Dikemukakan beberapa pemikiran dan contoh kearifan tradisional masyarakat Badui Dalam, Dayak Ngaju dan lainnya dalam pengelolaan lingkungan yang terpelihara ratusan bahkan ribuan tahun."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 40 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Kontroversi mengenai pemanasan dan perubahan iklim global berkepanjangan dengan berbagai tulisan terutama mengenai tidak terbuktinya ramalan mengenai musibah lingkungan antropgenik yang akan terjadi, dibahas dengan memperbandingkan fakta dan pengetahuan ilmiah kegiatan manusia. Efek rumah kaca global yang diklaim antropogenik, semakin dipertanyakan kebenarannya karena bertentangan dengan pengetahuan yang selama ini dianggap mapan dan belum dibantah kebenarannya. Data suhu permukaan global dan data perubahan-perubahan suhu yang ada telah diubah dan direkayasa untuk mendukung klaim pemanasan dan perubahan iklim global. Solusi menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim global perlu didasarkan atas persepsi yang benar dan tidak terperangkap pada solusi keliru. Hanya memusatkan solusi pada satu penyebab saja akan menjadikan manusia terperangkap pada solusi salah."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2017
330 ASCSM 39 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Rapid decrease in soil fertility follows clearing of forests in the humid tropics and main processes triggered by the removal of vegetation cover are reviewed. The soil of forests, cleared to provide land for cultivation of annual foodcrops are clearly showing a decrease in fertility. This unfortunate phenomena occur mainly in areas of the Indonesian Archipelago located within a belt consisting of areas with 12 months of rainfall and monthly means of 75 and more millimeters. Monocultural cultivation of annual crops in these areas is likely to deplete soil of its fertility and unless flooded field techniques of cultivation is involved, it might seem very unlikely that in the future, the use of annual food crops to cultivate cleared forest lands, such as of common practice today, could be maintained without sacrificing soil fertility and destruction. In many parts of the Archipelago, deforestation of areas to cultivate annual foodcrops is likely to invite processes leading to the fatal destruction of its soil. Unless arboriculture (tree cultivation), imitating tropical rainforest forests, is practiced to produce food, replacing the present traditional production of staple food starch by annual crops, the degradation of the environment will continue ending in an unsustainable, profitable agriculture. A perennial tree likely to become on of the best candidate for this purpose is the sagopalm. Metroxylon spp., an incredibility potent starch producer. The capacity and possibility of this starch producing parennial to fulfill the growing needs of food are reviewed here. Sagopalm plantations, or rather forests, covering a total area of not more than half the size of West-Java, would theoretically be sufficient to continually supply food starch to free no less than 400 million population from hunger. The advantages and superiorities of the sagopalm cultivation compared to other food-starch annual cultures are also discussed."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 42 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"Solusi begbagai masalah lingkungan hidup banyak kali justru memunculkan dan menambah masalah baru lagi. Merosot dan bahkan hancurnya lingkungan hidup di Nusantara Indonesia akan dapat dicegah jika kearifan lingkungan tradisional masyarakat dijadikan dasar teknik merekayasa upaya solusi dan bukan hanya menerapkan yang dilakukan di tempat lain dengan ciri ekologik dan lingkungan yang berbeda. Kearifan tradisional dan lokal terancam tergerus budaya instan, tidak berpikir jangka panjang. Usaha manusia meningkatkan kesejahteraan hidup telah menimbulkan kesengsaraan berupa bencana alam karena ketamakannya. Dikemukakan beberapa pemikiran dan contoh kearifan tradisional masyarakat Badui Dalam, Dayak Ngaju dan lainnya dalam pengelolaan lingkungan yang terpelihara ratusan bahkan ribuan tahun."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 40 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Butir berkaitan pangan dan lingkungan Agenda SDGs 2030 dibahas dengan wawasan lingkungan Indonesia. Dikemukakan dampak budidaya produksi pangan yang akan menimbulkan masalah bagi tercapainya Agenda 2030 di Indonesia akibat penerapan teknologi yang tidak berwawasan lingkungan/ekosistem Nusantara yang unik di muka bumi ini. Beberapa diantara sejumlah agenda SDGs 2030 terutama yang berkaitan erat dengan lingkungan tidak akan tercapai di Indonesia, jika wawasan lingkungan Nusantara Katulistiwa Indonesia tidak dijadikan dasar teknologi budidaya karena akan berdampak yang tidak mudah diatasi dan akan berbeaya tinggi. Teknologi yang digunakan dalam bidang ini kebanyakan dibangun di negeri berbeda tipologi ekosistem dan lingkungan yang dianggap telah berhasil baik melaksanakannya. Namun teknologi itu tidak begitu saja dapat diterapkan di ekosistem dan lingkungan yang berbeda, apalagi yang unik seperti ekosistem di Nusantara tropika katulistiwa Indonesia. Banyak produk dapat dikembangkan di Nusantara Indonesia yang memiliki keunggulan ekologis absolut"
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 46 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Kontroversi berkepanjangan oleh berbagai pendapat mengenai pemanasan dan perubahan iklim global antropogenik, terutama mengenai kebenaran ilmiahnya, dibahas dengan memperbandingkan data dan fakta yang digunakan dengan dasar ilmiah yang selama ini masih dianggap benar dan berlaku. Efek rumah kaca yang diklaim terjadi akibat terperangkapnya bahang di atmosfer bumi oleh sejumlah gas antopogenik yang menyelubungi bumi, semakin banyak dipertanyakan kebenarannya karena bertentangan dengan dasar ilmiah yang selama ini dianggap mapan dan belum dibantah kebenarannya. Tidak demikian halnya jika kata global adalah dalam pengertian kasus yang terjadi di banyak lokasi di bumi global, yang terjadi di multi-lokasi. Naiknya permukaan air laut global akibat meningkatnya suhu udara beberapa derajat Celcius saja pada dasarnya tidak dapat diverifikasi kebenaran ilmiahnya. Perubahan iklim global, sebagaimana halnya juga pemanasan global, pada dasarnya adalah siklus alami oleh interaksi yang ada di ruang angkasa alam. Bumi terpapar pada keadaan dihujani sinar-sinar kosmik dari ruang angkasa, berasal dari bintang2 di angkasa luar antaralain matahari. Sinar kosmik adalah partikel sub-atomik bermuatan energi seperti proton dan netron, dan menghasilkan gas2 rumah kaca ketika berinteraksi dengan unsur2 gas di atmosfer atas. Energi sinar kosmik juga dikonversi menjadi energi panas ketika membentur Bumi. Karena itu fluktuasi suhu, kadar karbondioksida, metan dan berbagai gas rumah kaca yang dikatakan menyelubungi bumi bukan antropogenik karena berkaitan dengan daur sinar2 kosmik yang antaralain juga sinar-sinar kosmik yang dipancarkan matahari. Solusi menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim global perlu didasarkan atas persepsi yang benar sekaligus tidak terperangkap pada solusi keliru. Hanya memusatkan solusi pada satu penyebab saja akan menjadikan manusia terperangkap pada solusi salah."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 43 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Teknologi yang diterapkan di Indonesia dalam pembangunan, khususnya berkaitan upaya pertanian, seyogianya perlu ditinjau kembali, karena kurang memberikan hasil yang diharapkan. Penurunan kualitas, bahkan degradasi lingkungan sebagai dampaknya berlangsung semakin intensif dan ekstensif. Upaya penanggulangan seringkali memunculkan dampak lingkungan dan masalah baru. Yang diterapkan di waktu ini kebanyakan adalah teknologi mencontoh yang dikembangkan di bagian bumi bertipologi lingkungan berbeda dari Nusantara Indonesia yang teramat khas di muka bumi ini. Selayaknya mestilah didasarkan atas pertimbangan kesesuaian pada tipologi lingkungan/ekosistem Nusantara Indonesia. Kearifan masyarakat tradisional "primitif" berdasarkan pengalaman ratusan bahkan ribuan tahun patut dipertimbangkan oleh masyarakat "modern" guna dijadikan dasar pengembangan teknologi, tentunya dengan kemasan modern. Indonesia yang berupa nusantara dengan ribuan pulau besar kecil, terletak di daerah tropika katulistiwa, di antara dua benua dan di dua samudera serta di pusat kegiatan geologik aktif, vulkanik maupun tektonik, terhampar di empat daerah biogeografi, atau lebih detailnya 72 daerah bio-eko-geografi sebenarnya adalah daerah yang memiliki segalanya, baik sumberdaya alam maupun kondisi lingkungan guna menopang kehidupan yang keunggulan mutlak (absolute advantage), bukan sekedar keunggulan kompetitif atau relatif (competitive relative advantage). Tumbuhan semusim (annual) andalan untuk produksi pangan dan pakan yang memiliki tipe fotosintesis C-4, pada dasarnya kurang menguntungkan dibudidayakan secara monokultur di Nusantara katulistiwa yang bioma alaminya berupa hutan hujan katulistiwa karena melawan alam dan mengabaikan kaidah ekologik sebagaimana juga dianut kearifan masyarakat tradisional. Seharusnya dikembangkan teknologi budidaya tanaman dengan ekosistem hutan hujan katulistiwa guna menghasilkan pangan, pakan dan energi. Juga melalui riset yang komprehensif harus dikembangkan teknologi yang diseuaikan dengan selera dan perilaku masyarakat, karena perilaku makan, pola hidup dan kebiasaan tidak mudah untuk segera diubah. Teknologi harus menyesuaikan agar produk segera diterima masyarakat luas Indonesia yang beranekaragam."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 41 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library