Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanny Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Dunia karya sastra berkembang dari zaman ke zaman, mengikuti perubahan waktu. Novel sebagai salah satu genre di dalam ragam prosa, juga muncul dalam dunia kesusastraan Jawa. Mengutip pendapat M.H Abrams (1981:120-121) menyatakan bahwa genre novel ini sebenarnya berasal dari Eropa Barat, yang baru dikenal di sana kira-kira abad ke delapan betas melalui perkembangan yang cukup panjang.
Adapun yang dimaksud dengan novel menurut Teeuw (1967:67) adalah salah satu jenis ragam prose yang pada dasarnya merupakan satu bentuk cerita panjang. Memang ada banyak sekali usaha untuk memberi batasan tentang novel ini, dan hasilnya pun beragam antara lain oleh A.F Scott, Harry Shaw, dan William Kenney. A.F Scott (1965:196-197) mengungkapkan bahwa novel adalah karya prosa fiksi yang panjang dan berhubungan dengan manusia, serta segala tingkah lakunya dalam satu waktu dan berusaha mengetengahkan watak-watak manusia dalam kaitannya dengan kehidupan. Harry Shaw (1976:169) juga menjelaskan bahwa novel merupakan karya prosa fiksi yang panjang dan menggambarkan tokoh-tokoh serta mengungkapkan satu rangkaian peristiwa dan latar. William Kenney (1966:31) juga menjelaskan bahwa novel adalah suatu fiksi naratif yang panjang dan merupakan imitasi dari keadaan sebenarnya.
Dari beberapa definisi di atas tadi dapat ditarik satu persamaan bahwa novel melibatkan banyak tokoh dengan masing-masing wataknya dan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Kembali pada karya sastra genre novel yang juga dikenal di Indonesia, Teeuw berpendapat bahwa (1976:54) diperkirakan genre novel ini baru muncul pada sekitar tahun 1920-an, ketika Balai Pustaka pertama kali menerbitkan Azab dan Sengsara karya Merari Siregar yang dianggap sebagai novel asli Indonesia pertama. Berbeda halnya dengan novel yang berbahasa Jawa. Pada tahun 1920-an Balai Pustaka juga menerbitkan Serat Riyanta karya R.M Sulardi. J.J Ras (1979:9) mengungkapkan bahwa, genre novel ini belum lama benar menjadi bagian dari sastra Jawa. Genre baru ini dikenal dengan istilah sastra gagrag anyar atau sastra Jawa baru.
Serat Riyanta ini menarik karena di samping isi ceritanya juga karena lukisan kehidupan sosiai masyarakat bangeawan Surakarta pada awal abad ke 20. Masih lmengutip pendapat J.J Ras {1979:13) bahwa sastra tulis Jawa dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah sastra tradisional yang terikat oleh patokan-patokan yang ditaati turun temurun dan kelompok kedua adalah sastra modern yang merupakan hasil pengaruh dari luar terutama Eropa Barat.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Mitos Dewi Sri adalah sebuah cerita kepercayaan rakyat yang sudah sangat tua atau lama. Mitos atau cerita Dewi Sri dikenal di kalangan masyarakat Jawa baik secara lisan maupun tertulis. Pada cerita lisan yang tersebar di kalangan masyarakat luas terdapat berbagai macam versi namun Intil ceritanya tetap sama. Bentuk penyebaran lainnya adalah secara tertulis dalam bentuknya naakah cerita. Dalam naskah--naskah lama cerita Dewi Sri tidak berdiri sendiri tetapi bergabung dengan atau termasuk dalam suatu bagian cerita yang besar, namun seperti halnya dalam cerita lisan inti ceritanya tetap sama.

Cerita Dewi Sri versi lisan dan tulisan ini memiliki satu keunikan jika diperhatikan secara seksama. Keunika tersebut terletak pada versi pengembangan garis besar ceritanya. Pengembangan versi cerita bertumpu pada sebelas hal. Pertama, Dewi Sri berasal dari kahyangan. Kedua, Dewi Sri istri Raden Sedana. Ketiga, Dewi Sri, memiliki kecantikan yang sempurna. Keempat, Dewi Sri sebagai istri Raden Sedana, menghadapi persoalan dengan raksasa Kala. Kelima, Dewi Sri dan Raden Sedana melarikan diri ke hutan untuk menghindari raksasa kala. Keenam, Dewi Sri dan Raden Sedana bersembunyi di hutan. Ketujuh, Dewi Sri dan Raden Sedana berjanji membalas budi rakyat yang telah menolong mereka berdua. Kedelapan, Dewi Sri dan Raden Sedana, akhirnya mati karena sakit. Kesembilan, setelah kematian Dewi Sri dan Raden Sedana dari tempat kuburnya muncul tanaman yang sangat berguna bag' manusia. Ke sepuluh, raksasa Kala eangat marah dan menjelma menjadi binatang perusak tanaman rakyat. Kesebelas, Dewi memohon pada dewata agar mau menolong rakyat. Pada bagian yang kesebelas ini versi pengembangan ceritanya banyak sekali.

Dewi Sri memang bukan mahluk manusia. Dewi Sri adalah mahluk supernatural dari Jenis perempuan. Kemudian menjelma ke bumi juga sebagai mahluk perempuan lagi, kebetulan juga dengan nama Sri. Dewi Sri membalas budi manusia yang menolongnya dengan cara meninggalkan tanaman yang berguna bagi umat manusia. Ketika sudah meninggalkan bumi kembali ke dunia supernatural, masyarakat mengenangnya dengan membuat kegiatan upacara. Kegiatan upacara mengenang jasa Dewi Sri ini, akhirnya berkembang menjadi kegiatan ritual budaya.

Sementara itu di sisi lain dalam masyarakat Jawa dikenal suatu konsep budaya yang sudah tertanam kuat, bahwa perempuan Jawa yang baik adalah perempuan yang mampu melaksanakan ma lima. Ma lima adalah konsep masyarakat Jawa tentang perempuan Jawa yang ideal, artinya seorang perempuan Jawa harus mampu, pertama, masak yaitu mengolah bahan makanan yang sehat untuk keluarganya. Kedua, masak yaitu merawat penampilan jasmaninya dengan baik agar tetap sehat. Ketiga, manak artinya melahirkan dan merawat anak-anaknya dengan baik. Keempat, mrantasi yaitu mampu mengatasi segala masalah dengan cekatan dan baik. Kelima manembah, yaitu menyembah kepada Tuhan dengan baik sesuai dengan ajaran agamanya. Konsep ini dikenal dan tertanam dengan baik pada setiap perempuan Jawa, baik itu yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah.

Ketika situasi jaman berubah, konsep yang dikenal oleh masyarakat Jawa tidak mengalami perubahan. Tetapi keadaan fisik social masyarakat mengalami perubahan yang besar sesuai dengan menggelegarnya era industrialisasi di seluruh. Indonesia dengan pusatnya di Jawa. Kota besar selalu dipenuhi oleh kegiatan industri yang dilapisi oleh sarana sampingan yang selalu menarik perhatian orang untuk melihat. Akibatnya arus perhatian penduduk juga terarah pada keadaan ini. Banyak perempuan Jawa yang.ikut suaminya atau keluarganya masuk ke kota. Sementara tinggal di kota persoalan yang dihadapi tidak lama seperti ketika di desa.

Keadaan ini tidak menimbulkan perubahan yang banyak bagi perempuan Jawa yang sudah mengenal konsep ma lima. Satu dari kelima unaur konsep ma lima yang dianggap dapat membantu keluarga dalam memecahkan kesulitan hidup di perkotaan adalah ma yang keempat yaitu mrantasi. Wujud nyatanya dilakukan dengan melanjutkan tradisi berjualan rempah-rempah. Jika di desa hal ini dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, maka di kota perempuan Jawa yang berjualan rempah-rempah melakukannya dengan dipandu oleh suatu pemikiran yaitu harus mendapatkan keuntungan nyata secara ekonomis, karena hal ini sangat berarti banyak bagi keluarganya.

Situasi selanjutnya adalah perempuan Jawa yang tinggal di daerah perkotaan dan berjualan rempah-rempah di pasar. Pertama, perempuan Jawa yang berjualan rempah-rempah di pasar pada ummnya memang menikmati pendidikan formal yang sangat terbatas. Tetapi dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan rumah-tangga mereka, mereka mendapat pendidikan informal yang terns menerus. Jadi secara tidak langsung mereka memiliki satu pengetahuan tentang keperluan rumah-tangga, dalam segi tertentu misalnya untuk segi ramuan tradisional, seperti kecantikan dan kesehatan. Kedua, pengalaman berjualan membantu meningkatkan pemahaman mereka terhadap maters rempah-rempah yang
diperdagangkan. tetapi hal ini sekaligus merupakan malapetaka yang berujung saringan nasib dan rejeki bagi mereka. Maksudnya bagi perempuan Jawa yang berjualan rempah-rempah sebagai pemula Bering terjadi, mereka tidak mampu mengelola barang dagangannya dan akhirnya tidak mampu berjualan lagi karena kehabisan modal.
Ketiga, dart basil situaai ini perempuan Jawa yang mampu bertahan adalah pereempuan Jawa yang bernasib balk mampu nnenemukan jalan keluarnya. Misalnya dengan mengurangi volume maters dagangan tetapi meragamkan materi dagangan. Terutama materi dagangan yang mampu bertahan hingga satu bulan lebih. Dengan cara demikian mereka berharap agar mereka dapat memperpanjang waktu penjualan dan masih dapat melakukan transaksi dagang, Berta memperkecil resiko kerugian akibat materi menjadi busuk.

Keempat, situasi ini membuat perempuan Jawa berada pada satu keadaan yang sangat menjepit. Di satu sisi mereka harus membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Di nisi yang lain pengetahuan mereka secara formal sangat minim. Situasi ini menggiring perempuan Jawa pada satu titik pandang bahwa kegiatan yang mereka lakukan ini harus dapat dipertahankan dan sekaligue dapat memberikan jalan keluar bags" pemehuhan - kebutuhan rumah-tangga.

Kelima, sesuatu yang harus dipertahankan ini bagi perempuan Jawa yang berjualan rempah-rempah di pasar, bukan hanya dihitung secara kemampuan berfikir tetapi juga harks-ada pemberian dart Tuhan Yang Maha Kuaaa. Dengan kepasrahan ini, perempuan Jawa berusaha memohon kepada Tuhan agar diberi peruntungan yang balk. Hal ini mengingatkan mereka kepada Dewi Sri yang telah memberikan kemammuran pada manusia.
Dari situasi yang terus menerus mengalami perubahan akhirnya terjadi suatu keadaan yang menggiring pada suatu ?pandangan masyarakat bahwa perempuan Jawa yang ideal adalah perempuan Jawa yang mampu mrantasi. Artinya tidak hanya sebagai ibu rumah-tangga, tetapi juga mampu membantu menutupi keperluan rumah-tangganya dengan bekerja di luar rumah.
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi di bumi ini, tetapi manusia bukanlah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dari seluruh ciptaannya. Oleh karena itu manusia bukanlah mahluk yang sempurna. Manusia sebagai oiptaan Tuhan merupakan oermin dari kekuasaan Tuhan terhadap segala vans dioiptakannya. Di dalam diri manusia diperlihat unsur~unsur kebesaran dari Tuhan. Di dalam diri _ manusia Tuhan memperlihatkan bahwa manusia itu memiliki sifat-sifat yang menyerupai gambaran alam semesta. Sebagai contoh kecil saja, di dalam diri setiap manusia pasti terdapat unsur kekurangan dan kelebihan yang jika diperhatikan dengan seksama bagaikan unsur siang dan malam yang saling berganti atau mengisi dalam kehidupan ini.

Sifat-sifat manusia ini Selain menunjukkan kebesaran Sang Penciptanya juga merupakan tantangan tersendiri bagi manusia. Manueia menganggap bahwa pemberian Tuhan yang eatu ini merupakan suatu tantangan yang berujud kenikmatan. Tantangan yang harua dipecahkan teka-tekinya. Tetapi kenikmatan karena ujudnya dapat ditunjukan Salah satunya melalui bentuk puisi. Pengejawantahan dalam bentuk puisi ini dapat dinikmati keindahannya melalui pilihan kata yang dapat ditentukan oleh manusia sandiri.

Manuaia berusaha memecahkan tantangan teka-teki pemberian Tuhan itu. Manusia berusaha mencari Jalan. Salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan memahami makna keheningan. Hening bagi manusia adalah suatu suasana sepi, atau euatu suaeana kosong yang tidak hampa. Tetapi hening adalah auatu kosong yang bermakna. Sebab suaeana yang kosong itu hanya ada dalam satu pribadi yang sedang merenung atau pribadi yang sedang mencari sesuatu. Sesuatu yang direnungkan atau dicari hanya dapat dipahami oleh pribadi itu sendiri.

Pencarian atau perenungan terhadap sesuatu itu tidak lain adalah suatu prosee beladar untuk memahami kebesaran sang Pencipta. Proses belajar bukanlah hal yang mudah bagi manusia. Manusia harus meniti dengan kesabaran yang tinggi, bagaikan memecahkan teka-teki kehidupan itu Sendiri. Keheningan yang menuntun manusia agar tetap ingat pada Jalur-jalur kehidupan yang telah digariskan oleh Tuhan, sebab hidup manusia ditangan Tuhan tetapi kehidupan ada di tangan manusia itu sendiri. Manusia berhak memilih Jalan kehidupannya aendiri. Sementara Tuhan sebagai sang Pencipta yang menentukan ape yang dapat dipilih manusia. Dari keadaan ini dapat dilihat betapa beaar hubungan manusia dengan Tuhan. Penghayatan hubungan manusia dengan Tuhan inilah yang kemudian dicoba untuk dituangkan dalam karya-karya sastra yang indah
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Puisi Jawa baru merupakan suatu genre karya sastra Jawa baru yang muncul eesudah abad ke sembilanbelas. Puiai Jawa baru ini sangat akrab dengan dunia media cetak, sehingga mudah sekali disebarluaskan di kalangan masyarakat.

Tema yang dipilih oleh penyair juga beraneka namun secara garis besar dapat dilihat adanya satu kesatuan yang utuh antara unsur yang ada dalam puiai sebagai satu gagasan berfikir pengarang yang merupakan bagian dari budaya masyarakatnya.

Puisi Melathiku karya Subagyo IN merupakan sabuah ungkapan gagaean yang sekaligus mencerminkan emosi pemikiran sebuah sebyek lirik terhadap sesuatu enteh itu benda atau pun manusia. Dalam hal ini tarlihat suatu ungkapan kesakralan yang sangat jauh terpendam dalam larik-larik yang mengungkapkan keindahan sehingga pembaca jarang menyadari apa yang tersebunyi di balik larik-larik puisi teraebut.

Memahami puisi tersebut bukan sekedar menangkap maknanya saja, tetapi lebih kepada situasi puisi itu dengan konsep berfikir yang menyertainya baik itu konsep filosofi maupun konsep budaya lainnya.
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Wanita sering kali memiliki tugas rangkap, tidak hanya menjadi ibu bagi anak-anaknya tetapi juga menjadi pelindung dan pencari nafkah bagi keluarganya. Tidak heran jika banyak perhatian ditujukan kepada wanita, baik dari kalang pengarang/penyair atau peneliti/ilmuwan atau pilitisi maupun kaum agama.

Berbagai macam penelitian dilakukan untuk memecahkan keunikan ini. Mungkin saJa penelitian terhadap keunikan ini dilandaai oleh aikap masyarakat yang tadinya memang sudah menghargai kedudukan kaum wanita tetapi Juga dapat saja sebaliknya.

Pada maayarakat Jawa wanita memang memiliki kedudukan yang eangat kuat, dalam arti segala-galanya. Penelitian ini berusaha mengungkapkan sudut pandang seorang penyair perampuan dalam memandang kehidupan perempuan deaa. Melalui pendekatan intrinsik terhadap aebuah ragam sastra puiai Jawa baru, akan terlihat bahwa struktur puiei separti yang dikemukakan oleh Jan Van Luxemburg dan kawan- kawan terlihat mamiliki suatu Jaringan kuat yang mendukung keinginan penyair untuk mengungkapkan apa yang menjadi pemikirannya.

Perempuan di dalam kehidupan masyarakat khususnya Jawa, dimana pun aama. Perempuan Jawa yang hidup di desa memiliki keistimewaan teraendiri. Hal ini diungkapkan melalui bait-bait yang terdapat dalam puisi tersebut. Setiap bait mengungkapkan bagian-bagian kehidupan yang dijalani oleh seorang perempuan duaun. Perempuan itu tidak mengeluh, tidak protes, perempuan itu hanya menjalankan apa yang menjadi tugasnya. Struktur puisi ini sangat ketat larik demi larik aaling berkait satu aama lain. Bahkan bait dengan larik aaling berkait, apalagi bait demi bait. Pilihan kata membentuk éatu irama yang enak untuk dinikmati ketika membaca puisi ini. Tema puiai merupakan euatu Jalinan arti yang diangkat keterkaitan ciri tipografik, irama, bunyi, pilihan kata, alur, si aku lirik, dan latar. Sedangkan makna merupakan keutuhan inti yang mencuat melalui Jaringan keterkaitan unsur~unsur .tadi yang membentuk satu garis pemikiran seseorang terhadap eeeuatu yang diperhatikannya.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Letak keistimewaan sebuah puisi Jawa baru, memang berbeda dengan puisi Jawa tradisional. Penelitian terhadap puisi Jawa baru sama rumitnya dengan penelitian puisi Jawa tradisional. Nuansa sosial yang menjadi perhatian peneliti di dalam puisi Jawa baru perhatian peneliti sering sekali bias dengan kenyataan sosial yang ada di maayarakat, meskipun garis pemisahnya jelas sekali terlihat.

Karya sastra memang merupakan hasil pemikiran seorang penyair. Penyair membuat dunia tiruan yang diilhami dari apa yang dilihat dan dirasakannya di alam nyata. Oleh karena itu dunia tiruan yang diciptakan oleh penyair memiliki jaringan struktur yang utuh dalam mendukung bangun karya sastra tersebut.

Analisis terhadap jaringan sebuah karya sastra membawa peneiiti kepada pemahaman yang menyeluruh terhadap karya sastra teraebut. Sekaligus melihat keistimewaan karya sastra tersebut sebagai dunia tiruan yang berbeda dengan dunia kenyataan.

Sebelum memasuki pemahaman yang menyeluruh terhadap keseluruhan sebuah karya sastra, perhatian terlebih dahulu diarahkan pada bentuk dan isi karya sastra itu sandiri. Sebab penelitian terhadap bentuk dan isi memberikan pemahaman yang dasar terhadap keseluruhan dari karya sastra tersebut. Baru pada langkah berikutnya adalah melihat Salah satu kekayaan yang menonjol dari karya saatra tersebut, antara lain adalah nuansa soaial yang dikandungnya.

Nuansa sosial yang terdapat pada sabuah karya sastra dapat memperkaya pemahaman peneliti pada suatu keadaan yaitu bertemunya kenyataan dengan imajinasi penyair. Di dalam pertemuan ini ternyata penyair sebagai bagian dari masyarakatnya tetap tidak dapat melepaskan ikatan yang telah terjadi dengan sendirinya. Sehingga ketika dunia nyata hendak ia masukkan ke dalam dunia tiruan ciptaan sang penyair faktor penilaian sang penyair menjadi dominan sekali. Akibatnya kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat pada saat dituliskan menjadi sebuah karya sastra berubah menjadi nuansa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Perubahan situasi dunia mempengaruhi tata kehidupan manusia. Perubahan itu dapat memberikan dampak negatif maupun positif. Namun yang jelas setiap perubahan pasti mempengaruhi tata sosial kehidupan dari yang paling atas sampai yang paling bawah. Masuknya Islam ke pulau Jawa tidak hanya membawa perubahan pada tatanan sosial politik saja tetapi juga pada tatanan sosial budaya.

Berbagai macam penelitian dilakukan untuk mengkaji terjadinya perubahan ini. Penelitian tidak hanya dilakukan dari segi sosial politis saja tetapi juga dilakukan dari sudut sosial budaya. Penelitian budaya memang tidak secara langsung mamberikan jawaban terhadap kajian perubahan-perubahan masyarakat, tetapi imbasan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dapat dibaca melalui karya sastra.

Masyarakat Jawa yang memang sejak awal sebelum masuknya pengaruh-pengaruh dari luar sudah mapan dengan tatanan konsep manunggaling kawula gusti, ketika perubahan datang tidak tertalu sulit untuk menyesuaikan diri. Pengaruh-pengaruh tersebut diterima sedemikian rupa untuk menambah kekayaan budaya masyarakat Jawa.

Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk mengungkapkan unsur-unsur ajaran Islam dan sifat unsur didaktis moralistis yang yang diemban oleh teks Suluk Sujinah ini.

Dengan metode penelitian kwalititatif, dan pengoperasian teori struktural diharapkan dapat diketahui konsep apa yang mempengaruhi pemikiran-pemikiran yang'ada dalam teks Suluk Sujinah ini.

Dalam hal ini satu kasus menarik adalah yang terjadi pada teks Suluk Sujinuh. Taaauf Islam mengenai Roh (ar-Rub), Jiwa (an-Nafs) dan Hati (al-Qalb) dipaparkan dengan indah melalui tembang Asmarandana yang dibalut dalam percakapan suami istri dengan tatacara Jawa. Keindahan teks Suluk Sujinah ini terletak pada pembahasan mengenai konsep Tri tunggal yang dibicarakan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu sinkritisme pemikiran yang menarik untuk dikaji. Bagaikan nyala api, di dalam diri setiap manusia selalu terdiri dari tiga hal yaitu roh jiwa dan hasil. Ketiga hal inilah yang membuat manusia menjadi ciptaan Tuhan yang paling lengkap, yang paling sempurna dan yang paling tinggi di dunia ini.
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Pajajaran adalah sebuah nama. Nama ini tidak akan menarik perhabian Jika tidak ada kaitannya dengan sesuatu. Kebetulan sekali nama Pajajaran ini berkaitan dengan namasebuah kerajaan besar di masa lalu yang secara geografis terletak di bagian barat pulau Jawa. Keberadaan kerajaan ini memang penuh teka-teki siapa rajanya, dimana puaat kerajaannya?, bagaimana kegiatannya pada zaman itu dan segudang pertanyaan yang membuat para peneliti bertanya-tanya tentang Pajajaran ini.

Masih ada kaitannya dengan ini adalah koleksi naskah Fakultas Saatra UI. Di dalam kolekai naakah Fakultaa Sastra UI tersimpan dua buah naskah yang berjudul babad Pajajaran. Apakah naskah babad Pajajaran koleksi FSUI ini ada kaitannya dengan kerajaan Pajajaran yang pernah ada, tentunya memerlukan suatu penelitian yang lebih panjang lagi. Tetapi yang jelas tidak hanya para peneliti aaja yang dibuat penasaran oleh nama Pajajaran ini tetapi Juga para penyair. Sebab belum tentu karya sastra babad Pajajaran yang ditulia pada awal abad 19 ini benar-benar ada sangkut pautnya dengan kerajaan Pajajaran yang dahulu (konon) pernah ada di Jawa barat.

Teks naratif Pajajaran yang terdapat dalam dua buah naskah babad Pajajaran ini kadarnya tidak sama. Teks naratif Pajajaran yang terdapat dalam naskah Babad Pajajaran dengan kode SJ.117 NR 13 ini lebih tajam dibandingkan dengan teks naratif Pajajaran yang terdapat dalam naskah Babad Pajajaran yang berkode SJ.119 NR 1.

Secara keseluruhan babad Pajajaran beriai kronik sejarah bercampur mitos, mulai dari kerajaan Pajajaran aampai Demak. Teks naratif Pajajaran aendiri berawal dari pengislaman kerajaan Pajajaran yang penuh dengan kecegangan; kemudian dilandutkan dengan raja Siyung wanara yang sudah memeluk agama Islam. Sang raja mengutus patih Mangkupraja pergi Madinah dan Mekah untuk mencari bantuan. Alasannya raja Siyung Wanara di Pajajaran mendapat serangan dari Raden Jaka Sesuruh yang dibantu oleh Arya Bangah. Mereka berdua berasal dari kerajaan Majapahit. Teks kemudian dilanjutkan dengan cerita tentang Majapahit.

Nah, yang menarik di sini adalah. Pertama, cerita teks pajajaran ini berkaitan erat dengan Legenda Sangkuriang yang amat populer. Kedua, rupanya penyair Jawa juga tertarik pada legenda Sangkuriang dan nama Pajajaran yang dianggap sebagai nama besar. Hanya sayang sang Penyair tidak tahu persisnya dimana letak perbedaan legenda Sangkuriang dengan nama besar Pajajaran. Sang penyair hanya terobsesi oleh kebesaran nama Pajajaran sebagai sebuah nama kerajaan di wilayah Jawa bagian barat.

Keadaan seperti ini merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti sebab hal ini menimbulkan pertanyaan bagi kebesaran Kerajaan Pajajaran yang berada di luar wilayah bahasa Jawa, pasti ada sesuatu dibalik kesemuanya itu. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi jika peneliti sudah membahas fungsi teks naratif Pajajaran sebagai satu kesatuan naskah Babad Pajajaran. Sebab teks naratif Pajajaran ini, seperti halnya dengan teks naratif Majapahit, ternyata berfungsi untuk mendukung atau memberikan suatu legitimasi bagi kebesaran kekuasaan raja Jawa yang dianggap mampu menguasai alam natural dan supernatural.

Ini memang hanya sebuah konsep dan konsep ini dapat membuat orang mengerutkan dahi. Tetapi konsep ini justru menjadi sebuah kenyataan karena konsep ini menunjukkan cara berfikir orang Jawa menjalankan misi konsep orang Jawa yang mampu menguasai alam natural dan super natural.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Cerita rakyat merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat. Mengukur nilai keindahan atau kesakralan sebuah cerita rakyat tidak dapat dilakukan begitu saja. Setiap masyarakat memiliki ukuran-ukuran tersendiri yang satu sama lainnya tidak dapat disamakan.

Pada masyarakat tertentu, misalnya seperti masyarakat Jawa cerita rakyat menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karenanya ketih:a masyarakat Jawa menyusun sebuah cerita atau hikayat tentang negerinya, mereka memasuki cerita rakyat sebagai bagian dari riwayat negerinya. Dalam keadaan seperti ini seorang peneliti harus hati-hati melihatnya, tidak memakai ukuran yang berbeda. Ada beberapa hal yang harus diindahkan.

Cerita Jaka Tarub adalah cerita rakyat. Pada mulanya cerita ini merupakan cerita lisan rakyat yang sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat Jawa. Cerita Jaka Tarub ini berkait erat dengan mitos-mitos rakyat yang berakar kuat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu cerita ini selalu menjadi bahan bercerita bagi juru cerita di masyarakatnya.

Di dalam Babad Tanah Jawi yang merupakan cerita/riwayat mengenai negeri Jawa menurut pandangan orang Jawa, cerita Jaka Tarub memliliki tempat yang penting. Cerita ini dianggap sebagai cerita sakral yang ikut menentukan riwayat negeri Jawa ini.

Cerita Jaka Tarub yang terkenal itu setelah menjadi bagian dari cerita yang ada di dalam Babad Tanah Jawi kemudian menjadi sumber penulisan bagi naskah cerita Jaka Tarub yang berdiri sendiri. Tentu saja dalam naskah pengembangan dari yang sumbernya cerita Jaka Tarub jauh lebih lengkap dari pada yang aslinya. Pengembangan cerita dari yang aslinya kepada hasil penembangannya inilah yang akan menunjukan pengolahan cerita tersebut dalam kaitannya dengan masyarakatnya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>