Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sejati
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Persebaran penyakit DBD tergantung pada nyamuk Aedes aegypti yang penyebarannya terutama dipengaruhi faktor lingkungan fisik, yaitu variasi iklim yang terdiri dari curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variasi iklim dengan kejadian penyakit DBD di Kota Padang selama periode tahun 1995-1999, dengan desain Cross Sectional Study.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang dari tahun 1995 -1999, sedangkan data variasi iklim diperoleh dari laporan hasil pengukuran Badan Meteorologi dan Geofisika Tabing Padang selama periode 1995-1999. Data diolah untuk mendapatkan informasi frekuensi kasus DBD, Angka Bebas Jentik, hubungan antara variasi iklim dengan Angka Bebas Jentik, dan hubungan antara variasi iklim dengan kejadian penyakit DBD.
Hasil penelitian yang diperoleh di Kota Padang selama periode tahun 1995-1999 adalah jumlah kasus DBD yang tertinggi terjadi tahun 1995, tahun 1996, dan 1998, terdapat 9 kecamatan endemis dan 2 kecamatan sporadis. Rata-rata ABJ di Kota Padang selama periode 1995-1999 masih dibawa angka harapan nasional (berkisar 91-93%).
Hasil Uji Statistik menunjukan tidak adanya hubungan antara curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara dengan kejadian penyakit DBD. Tidak ada hubungan antara variasi iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembaban) dengan ABJ, kecuali antara suhu dengan ABJ (p < 0,05; r = -0.310).
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross sectional study (potong lintang), untuk itu disarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan data primer dan dengan desain yang lebih baik.

Correlation between Variaed Climate with Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Incident in Padang 1995-1999Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) disease is one of communicable disease that is caused by dengue virus and transmitted by Aedes aegypti mosquito. The spreading of DHF depends on Aedes aegypti mosquito dealing with environment factors physically, such as variaed climate, categorized as like rainfall amount, temperature, and humidity.
This study proposed to find out the correlation between the variaed climate and DHF incidence in Padang City 1996-1999, with cross sectional study design. This study employed secondary data from Dinas Kesehatan Padang City since 1995 - 1999, and variaed climate data is taken from the result of, National Meteorology and Geophysic measurement at Tabing, Padang, 1995-1999.
The data had been analyzed to get the information of DHF case frequency, larva free rate (ABT), correlation between the varied climate, and larva free rate, and correlation between variaed climate factors and DHF case.
The result approachment in Padang City 1995-1999 are the total of the DHF case the highest happened in 1995, 1996, and 1998; 9 endemic subdistrict, and 2 sporadic subdistrict, the average of ABJ in Padang City in 1995-1999 periode remain under National expectation rate (91%, 93%).
The result of Statistical test showed that there is no correlation between rainfall amount, air temperature and humidity, and DHF case. There is no correlation between varied climate (rainfall amount, temperature, and humidity) and larva free rate, except temperature and larva free rate (p< 0,05; r -0,310).
This study employed secondary data with cross sectional design. There for, it is suggested for the further study to employ primary data with a better design.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyana Wahyu Sejati
"Pacaran merupakan awal hubungan dekat bagi remaja yang berlaiann jenis kelamin. Tanpa adanya kesepakatan yang jelas mengenai batasan pacaran, terkadang tanpa disadari atau direncanakan remaja dapat terbawa untuk melakukan hubungan seksual sebelum mereka menikah. Hasil penelitian di DKI Jaya dan DI Yogyakarta menunjukkan bahwa sebanyak 34.7% remaja mengaku berciuman bibir pada saat pacaran dan 4,1% telah melakukan hubunagn seksual. Teman sebaya diduga sebagai salah satu faktor pendorong (Damayanti, 2006) selain kemudahan untuk mengakses media pornografi, variabel umur, jenis kelamin, pengetahuan tentang seks, dan sikap permisif. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh lingkungan terhadap perilaku pacaran pada remaja dengan memilih SMA Patriot Bekasi sebagai tempat. Variabel pengetahuan yang merupakan sekolah dengan mengontrol.
Disaian penelitian yang digunakan adalah rancangan cross sectional dengan sampel berjumlah 100 siswa. Pemilihan sampel menggunakan simple random sampling, yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para siswa yang telah dipilih secara acak. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivarait. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 79% siswa yang mengaku pernah/ sedang pacaran saat ini, sebanyak 52% responden berperilaku pacaran beresiko, dan 14% diantaranya mengaku pernah melakukan hubungan seks. Odd Rasio dari pengaruh teman sebaya terhadap perilaku pacaran remaja sebesar 3.0 (95%CI=1.3-6.9), artinya remaja yang mempunyai teman sebaya negatif, mempunyai peluang 3 kali untuk berperilaku pacaran beresiko dibandingkan dengan yang tidak mempunyai teman sebaya negatif, sedangkan odd Rasio pornografi terhadap perilaku pacaran beresiko sebesar 11.2 (95%CI=4.4-28.5), artinya remaja yang terpajan media pornografi mempunyai peluang 11 kali untuk berperlaku pacaran beresiko dibandingkan dengan yang tidak terpajan media pornografi. Dalam penelitain ini didapatkan sebanyak 95.9% responden mengaku mendapatkan media pornografi dari teman. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat terhadap keterpajanan media pornografi pada remaja.
Kesimpulannya adalah adanya hubungan antara faktor lingkungan terhadap perilaku pacaran. Oleh karena itu penulis menyarankan, agar para penyelenggara pelayanan kesehatan menggunakan atau membina kelompok sebaya sebagai media penyuluhan seks bagi remaja. Bagi pihak sekolah disarankan untuk ikut serta dalam program-program yang peduli terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja. Bagi orang tua hendaknya meningkatkan kewaspadaan dan bimbingannya kepada putra-putrinya, dengan melakukan komunikasi seefektif mungkin."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Sukma Sejati
"The purpose of this research is to know the relation of Capital dequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, and Operational Cost to Operational Income to profitability of commercial banks that listed in Indonesia Stock Exchange by using Return on Asset and Return on Equity as indicators. The data being used in this research is secondary data from audited financial report. While the sample being used is Bank Financial Report period 2003-2007 from 23 public banks. This research using linear regression method with pooled data. The result from this research indicate that NIM and BOPO have significant relationship with ROA but CAR, LDR, and NPL have unsignificant relationship with ROA. While LDR, NPL, NIM, and BOPO have significant relationship with ROE but CAR have unsignificant relationship with ROE.
The focus of this research is analyzing effect of formal strategic planning (FSP) to financial performance both directly and through moderating variable. Researcher used exploratory research to determine moderating variable that might affect the relationship between formal strategic planning and financial performance, which is environmental turbulence. The result of the exploratory research is used as an input in conclusive (descriptive) research. The sample is one of the State company, which adopt formal strategic planning. The result of this research shows that there isn?t a positive and direct relationship between formal strategic planning and financial erformance. Environmental turbulence also doesn?t affect the relationship between formal strategic planning and financial performance of the organization.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6566
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surtikanti Putri Sejati
"ABSTRAK
Penelitian mengenai gaya arsitektur Candi Rimbi telah dilakukan. adapun tujuannya adalah untuk melihat Candi Rimbi dalam kerangka sejarah kuno serta sejarah arsitektur candi Klasik Muda khususnya masa Majapahit, berdasarkan kronologi relatifnya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data lapangan dan data kepustakaan.
Penelitian dilakukan berdasarkan bentuk arsitektur Candi Rimbi yang kemudian dibandingkan dengan bangunan candi lain yang mempunyai kemiripan bentuk arsitektur dengan candi tersebut. Penelitian mengenai hubungan antara Candi Rimbi dengan tokoh Tribhuwana digunakan kitab Negarakertagama dan kitab Pararaton.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian adalah bahwa Candi Rimbi masuk ke dalam gaya Jago menurut pembagian gaya percandian yang dilakukan oleh Pitono serta ke dalam gaya Brahu menurut Agus Aris Munandar. Hal itu karena ciri pada kedua gaya percandian tersebut dapat dijumpai pada bangunan Candi Rimbi. Adapun tersebut adalah: 1) Bangunan Candi Rimbi memiliki kaki yang berbentuk undakan yang terdiri dari tiga tingkatan kaki candi. 2) Tubuh yang merupakan bilik candi tersebut terletak di bagian belakang denah bangunannya yang berbentuk bujur sangkar. 3) Sampai saat ini tidak dijumpai lagi namun berdasarkan batu sungkup dan temuan antefiks sangat mungkin dahulu atap terbuat dari bahan batu dengan bentuk uki/ara.

"
2001
S12061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Waluyo Sejati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Tresno Sejati
"Membangun Di Lahan Basah Merupakan Salah Satu Alternatif Yang Dapat Digunakan Sebagai Pemenuhan Permintaan Akan Kebutuhan Tempat. Tapi Dalam Membangun Di Lahan Basah Tidak Dapat Dilakukan Begitu Saja. Kita Harus Memperhatikan Berbagai Hal Dari Keadaan Tanah Di Site Yang Berdaya Dukung Rendah, Sistem Perbaikan Tanah Yang Dipilih, Teknologi Pondasi Yang Dipergunakan, Cara Mengatasi Kelembaban Sampai Kepada Keadaan Lingkungan Yang Harus Dijaga.
Penulisan Skripsi Ini Berusahan Untuk Memberikan Masukan Bagaimana Sebainya Yang Harus Dilakukan Saat Membangun Di Lahan Basah Yang Sesuai Dengan Karakteristik Lahan Yang Selalu Basah. Hasil Penulisan Skripsi Ini Menunjukkan Bahwa Hanya Ada Beberapa Pondasi Tertentu Yang Sesuai Dengan Lahan Basah, Yaitu Pondasi Tiang, Pondasi Cakar Ayam, Pondasi Rakit Dan Pondasi Sarang Laba-Laba. Selain Pondasi Tiang Yang Dapat Menyangga Bangunan Tinggi, Pondasi Lain Dapat Menyangga Bangunan Dengan Tingkat Ketinggian Bangunan Menengah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mutiara Sejati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S9369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Sejati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Job Characteristics terhadap Employee Engagement. Employee engagement atau keterikatan karyawan merupakan evolusi baru dari penelitian-penelitian terdahulu terkait kepuasan dan komitmen karyawan. Melalui engaging employee maka tingkat kekuatan perusahaan dan keunggulan bersaing dalam pasar dapat dicapai. Penelitian ini dilakukan pada PT. Wijaya Karya Beton Head Office. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh secara positif dan signifikan dari Job Characteristics terhadap Employee Engagement. Artinya, H0 ditolak dan H1 diterima.

This study aims to determine the influence of Job Characteristics on Employee Engagement. Employee engagement is a new evolution of the previous studies related to employee satisfaction and commitment. through engaging employees the company's level of strength and competitive advantage in the marketplace can be achieved. The research was conducted at PT. Wijaya Karya Beton Head Office. The approach of this study is a quantitative approach, data collection techniques is through questionnaires. Data analysis techniques used in this study is a simple linear regression. The results of hypothesis testing indicate a positive and significant influence of Job Characteristics to Employee Engagement. That is mean, H0 rejected and H1 accepted.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Sejati
"ABSTRAK
Latar Belakang. Terdapat gangguan sistem imun pada sepsis. Fase awal ditandai
dengan hiperinflamasi, sedangkan fase lanjut ditandai dengan imunosupresi.
Kematian kumulatif lebih banyak pada fase lanjut. Saat ini belum terdapat
penelitian yang secara khusus meneliti faktor prognostik mortalitas sepsis fase
lanjut dan mengembangkan model prediksi mortalitasnya.
Tujuan. Mengetahui faktor prognostik mortalitas sepsis berat fase lanjut di ICU
dan mengembangkan sistem skor untuk memprediksi mortalitas.
Metode. Penelitian kohort retrospektif dilakukan pada pasien dewasa yang
mengalami sepsis berat di ICU RSCM pada periode Oktober 2011 – November
2012 dan masih bertahan setelah > 72 jam diagnosis sepsis ditegakkan di ICU.
Tujuh faktor prognostik diidentifikasi saat diagnosis sepsis berat ditegakkan di
ICU. Prediktor independen diidentifikasi dengan analisis Cox’s proportional
hazard. Prediktor yang bermakna secara statistik dikuantifikasi dalam model
prediksi. Kalibrasi model dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow dan kemampuan
diskriminasi dinilai dari area under curve (AUC) dari receiver operating curve.
Hasil. Subjek penelitian terdiri atas 220 pasien. Mortalitas 28 hari sepsis berat
fase lanjut adalah 40%. Faktor prognostik yang bermakna adalah alasan masuk
ICU (medis (HR 2,75; IK95%:1,56-4,84), pembedahan emergensi (HR 1,96;
IK95%:0,99 – 3,90), indeks komorbiditas Charlson > 2 (HR 2,07; IK95%:1,32-
3,23), dan skor MSOFA > 4 (HR 2,84; IK95%:1,54-5,24). Model prediksi
memiliki kemampuan diskriminasi yang baik (AUC 0,844) dan kalibrasi yang
baik (uji Hosmer-Lemeshow p 0,674). Berdasarkan model tersebut risiko
mortalitas dapat dibagi menjadi rendah (skor 0, mortalitas 5,4%), sedang (skor 1 –
2,5, mortalitas 20,6%), dan tinggi (skor > 2,5, mortalitas 73,6%).
Simpulan. Alasan masuk medis dan pembedahan emergensi, indeks komorbiditas
Charlson > 2, dan skor MSOFA > 4 merupakan faktor prognostik mortalitas
sepsis berat fase lanjut di ICU RSCM. Sebuah model telah dikembangkan untuk
memprediksi dan mengklasifikasikan risiko mortalitas.

ABSTRACT
Background. Immune system derrangement occurs during the course of sepsis,
characterized by hyperinflamation in early phase and hypoinflamation and
immunosupression in late phase. The number of patient die during late phase is
larger than early phase. Until now, there is no study specifically addressing
prognostic factors of mortality from late sepsis and developing a mortality
prediction model.
Aim. To determine prognostic factors of mortality from late phase of severe
sepsis in ICU and to develop scoring system to predict mortality.
Method. A retrospective cohort study was conducted to identify prognostic
factors associated with mortality. Adult patients admitted to ICU during
November 2011 until October 2012 who developed severe sepsis and still alive
for minimum 72 hours were included in this study. Seven predefined prognostic
factors were indentified at the onset of severe sepsis in ICU. Cox’s proportional
hazard ratio was used to identify independent prognostic factors. Each
independent factors was quantified to develop a prediction model. Calibration of
the model was tested by Hosmer-Lemeshow, and its discrimination ability was
calculated from area under receiver operating curve.
Result. Subjects consist of 220 patients. Twenty eight-day mortality was 40%.
Significant prognostic factors indentified were admission source (medical (HR
2.75; CI95%: 1.56 – 4.84), emergency surgery (HR 1.96; CI95%:0.99 – 3.90),
Charlson comorbidity index > 2(HR 2.07; CI95%:1.32 – 3.23), and MSOFA score
> 4 (HR 2.84; CI95% : 1.54 – 5.24). Prediction model developed has good
discrimination ability (AUC 0.844) and good calibration (Hosmer-Lemeshow test
p 0.674). Based on the model mortality risk can be classified as low (score 0,
mortality 5.4%), moderate (score 1 – 2.5, mortality 20.6%), and high (score > 2.5,
mortality 73.6%).
Conclusion. Medical and emergency surgery admission, Charlson comorbidity
index > 2, and MSOFA score > 4 were prognostic factors of mortality from late
phase of severe sepsis in ICU at Dr.Cipto Mangunkusumo general hospital. A
model has been developed to predict and classify mortality risk."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Cherkayani Sejati
"Efusi pleura ganas (EPG) sebagai bentuk perluasan dari keganasan sering muncul pada penderita kanker paru, mempersulit penatalaksanaan kanker paru, dan membuat prognosis pasien memburuk dengan rerata angka ketahanan hidup 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik dan ketahanan hidup pasien kanker paru dengan EPG di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 2009-2013. Desain penelitian ini adalah kohort longitudinal dengan analisis univariat dan ketahanan hidup. Sampel penelitian ini adalah pasien kanker paru dengan EPG (stadium IIIB atau IV) dari metastasis kanker paru berdasarkan pemeriksaan sitologi atau biopsi dan memiliki rekam medik lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur pasien adalah 58,73 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tidak merokok, dan status pekerjaan terbanyak adalah pensiunan. Mayoritas pasien mengeluhkan gangguan respirasi saat pertama berobat, memiliki jenis sel kanker adenokarsinoma, sudah mencapai stadium IV, dan lokasi efusi berada di paru-paru kanan. Sekitar 68.5% pasien bertahan hidup 6 bulan setelah diagnosis dan median survival adalah 12,5 bulan. Diharapkan ada KIE bagi masyarakat, terutama terkait kebiasaan merokok dan ditujukan untuk populasi berisiko, mengenai kanker paru untuk mengurangi jumlah pasien yang baru berobat setelah kanker mencapai stadium lanjut.

Malignant pleural effusion (MPE) often appears in patients with lung cancer and deteroriates prognosis of patients with mean survival rate of 6 months. This study aims to look at the characteristics and survival of lung cancer patients with MPE (stage IIIB or IV) at Dharmais Cancer Hospital Jakarta in 2009-2013. Study design was longitudinal cohort with univariate and survival analysis. Sample was lung cancer patients with metastatic MPE based on cytology test or biopsy with complete medical record.
Results showed average age of patients was 58.73; most were male, nonsmoker, and pensioner. Majority of patients had respiratory disorder, adenocarcinoma cancer type, reached stage IV, and effusion in the right lung. Approximately 68.5% of patients surviving 6 months after diagnosis and median survival were 12.5 months. IEC is needed for community; especially population with lung cancer risk, to help reducing number of new patients seeking treatment after cancer reaches advanced stage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>