Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6248 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tressia Febrianti
"Usia prasekolah merupakan periode perkembangan yang terjadi mulai akhir usia bayi sampai usia 5 atau 6 tahun, Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada otak anak berkembang sangat pesat. Stimulasi perkembangan penting dilakukan untuk memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki anak selaras dengan tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah yaitu membantu anak dalam mencapai tugas perkembangnnya melalui aktivitas yang dilakukan anak untuk penerimaan berbagai peningkatan keterampilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tugas perkembangan keluarga dan penerapan stimulasi terhadap kemampuan perkembangan anak pada usia prasekolah di Kota Bengkulu Tahun 2022. Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional melalui pendekatan cross sectional study, Analisis data bivariat menggunakan uji chi-square dengan hasil nilai p=0,000 < α 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tugas perkembangan keluarga dan penerapan stimulasi perkembangan terhadap kemampuan perkembangan pada anak usia pra sekolah, Hasil analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik didapatkan faktor yang paling berhubungan terhadap perkembangan anak usia pra sekolah adalah penerapan stimulasi perkembangan dengan nilai OR 10,249. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi perawat komunitas untuk dapat lebih aktif dalam melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan keluarga sehingga keluarga dan masyarakat dapat mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan keluarga dan mampu melakukan stimulasi perkembangan anak sesuai dengan usia anak sehingga kemampuan perkembangan anak dapat dioptimalkan

Preschool age is a period of development that occurs from the end of the baby's age to the age of 5 or 6 years. At this time the growth and development that occurs in the child's brain develops very rapidly. Developmental stimulation is important to do to maximize the full potential of the child in line with the task of family development in pre-school age children, namely helping children in achieving their developmental tasks through activities carried out by children to receive various skills enhancements. This study aims to identify the relationship between family development tasks and the application of stimulation to the developmental ability of children at preschool age in Bengkulu City in 2022. The research design used was descriptive correlational method through a cross sectional study approach. Bivariate data analysis using chi-square test with the results of p = 0.000 < 0.05, it means that there is a significant relationship between knowledge of family development tasks and the application of developmental stimulation to developmental abilities in pre-school age children. The results of multivariate analysis using logistic regression test obtained the factors most related to the development of pre-school age children. is the application of developmental stimulation with an OR value of 10.249. The results of this study are expected to be the basis for community nurses to be more active in carrying out nursing care with a family approach so that families and the community can get information about family development tasks and are able to stimulate child development according to the child's age so that children's developmental abilities can be optimized."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vesdiana
"Stroke merupakan penyakit yang timbul secara tiba-tiba, keluarga dan penderita biasanya tidak siap menerima hal tersebut. Penderita stroke menjadi sangat tergantung kepada keluarga, akibatnya keluarga sebagai pelaku rawat mengalami berbagai penurunan kondisi kesehatan baik fisik dan mental yang mempengaruhi kualitas hidup pelaku rawat dan lansia stroke. Pelaku rawat pada penderita stroke umumnya memiliki perilaku yang tidak memadai dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga dengan stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku dengan kualitas hidup perilaku rawat dan lansia stroke. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan pendekatan cross sectional. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Analisis bivariat menggunakan regresi linear berganda, t-independen, dan ANOVA. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan terhadap kualitas hidup pelaku rawat dan lansia stroke. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan, usia, lama merawat, dan kekerabatan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas hidup pelaku rawat (p-value 0,001; p-value 0,022; p-value 0,038 dan p-value 0,004). Selain itu usia dan lama merawat memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup lansia stroke (p-value 0,018 dan p-value 0,000). Namun perilaku pelaku rawat tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup pelaku rawat (p-value 0,640), perilaku pelaku rawat tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup lansia stroke (p-value 0,558). Pendidikan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup pelaku rawat dengan nilai Beta = 0,309, lama merawat menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia stroke dengan nilai Beta = -0,376. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam mengembangkan intervensi untuk peningkatan perilaku pelaku rawat sehingga kualitas hidup pelaku rawat dan lansia stroke dapat meningkat

Stroke is a disease that arises suddenly, families and sufferers are usually not ready to accept it. Stroke sufferers become very dependent on their families, as a result, families as caregiver experience various decreases in both physical and mental health conditions that affect the quality of life of stroke caregivers and elderly. Family caregiver for stroke patients generally have inadequate behavior in providing care to family members with stroke. This study aims to determine the relationship between behavior and the quality of life of family caregiver and stroke elderly. The research design used is quantitative research with correlational descriptive method and cross sectional approach. The sampling method in this study is non-probability sampling with purposive sampling technique. Bivariate analysis used multiple linear regression, t-independent, and ANOVA. Multiple linear regression analysis was used to determine the variables most related to the quality of life of caregivers and the elderly with stroke. The results showed that education, age, length of care, and kinship had a significant relationship to the quality of life of caregivers (p-value 0.001; p-value 0.022; p-value 0.038 and p-value 0.004). In addition, age and length of care have a significant relationship with the quality of life of the elderly with stroke (p-value 0.018 and p-value 0.000). However, the behavior of the caregivers did not have a significant relationship with the quality of life of the caregivers (p-value 0.640), the behavior of the caregivers did not have a significant relationship with the quality of life of the stroke elderly (p-value 0.558). Education is the most influential factor on the quality of life of caregivers with a value of Beta = 0.309, length of care is the most influential factor on the quality of life of the elderly with stroke with a value of Beta = -0.376. The results of this study are expected to be the basis for developing interventions to improve the behavior of caregivers so that the quality of life of caregivers and the elderly with stroke can improve."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koharuddin
"Kecemasan, stres berkepanjangan yang dirasakan pasien hipertensi serta dukungan keluarga yang rendah bisa mempengaruhi perilaku manajemen diri, sehingga berdampak pada peningkatan tekanan darah dan komplikasi dari hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan, stres dan dukungan keluarga dengan perilaku manajemen diri pada pasien hipertensi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecemasan, stres dan dukungan keluarga, Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Jumlah sampel 198 responden. Hasil: pada analisis chi square terdapat hubungan yang signifikan kecemasan (p=0,003: α=0,05) dan stres, (p=0,019: α=0,05) dengan perilaku manajemen diri, pada analisis regresi logistik berganda didapatkan 2 variabel yang mempunyai hubungan dengan perilaku manajemen diri yaitu kecemasan dan stres. penelitian lebih lanjut didapatkan kecemasan sebagai variabel yang paling dominan dengan perilaku manajemen diri (ρ=0,011), berdasarkan hal tersebut perawat perlu melakukan pengkajian lebih awal tentang psikososial seperti kecemasan dan stres, selain pengkajian fisik, sehingga bisa memberikan edukasi dengan pasien dan mendampingi pasien dalam mengatasi kecemasannya.

Anxiety, stress, prolonged fell by hypertensive patient and low family support can affect self-management behavior, so that it has an impact on increasing blood pressure and complications from hypertension. This study aims to determine the relationship between anxiety, stress and family support with self-management behavior in hypertensive patients. This independent variables in this study were anxiety, stress and familiy support, while the confounding variables were age, gender, education, occupation, history of hypertension, history of smoking, history of drinks alkohol. The research uses descriptive analytic with cross sectional design. The number of samples 198 respondents. The results analysis chi square there is a significant relationship between anxiety (p=0,003: α=0,05) and stress (p=0,019: α=0,05) with self-management behavior, In the multiple logistic regression analysis, there were 2 variables that had a relationship with self-management behavior, namely anxiety and stress. The results of further research showed that anxiety and stress, in addition to physical assessment, so that they can provide education with patients and accompany them. Patients in dealing with anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giri Susanto
"Hemodialisis (HD) merupakan metode terapi yang banyak digunakan oleh pasien gagal ginjal kronik. Hemodialisis membutuhkan waktu jangka panjang sehingga dapat menimbulkan munculnya berbagai komplikasi yang dapat menimbulkan penurunan kualitas tidur. Fatigue dan depresi diduga berpengaruh terhadap penurunan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fatigue dan depresi dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis di RSUD Pringsewu Lampung. Desain pada penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 103 pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Analisa data menggunakan uji korelasi Chi square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara fatigue (p value 0.002), dan depresi (p value 0.034) dengan kualitas tidur. Variabel konfonding: usia, pekerjaan, jadwal HD dan lama tidur siang berhubungan signifikan dengan kualitas tidur (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 dan p = 0.041), namun jenis kelamin, pendidikan, lama HD, hemoglobin, status nutrisi, dan komorbid tidak signifikan berhubungan dengan kualitas tidur (p > 0.05). Hasil analisis regresi logistik berganda menunjukkan fatigue, depresi, pekerjaan, lama HD dan lama tidur siang berkontribusi terhadap kualitas tidur (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 dan 0.164). Dalam satu model ketika diregresikan secara bersamaan, kelima variabel ini berkontribusi sebesar 44,4% terhadap kualitas tidur. Fatigue merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas tidur. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap fatigue dan pengembangan intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien hemodialisis

Hemodialysis (HD) is a method of treatment that is widely used by chronic kidney failure patients. Hemodialysis takes a long time so that it can cause various complications, which one of them is a decrease in sleep quality. Fatigue and depression are considered affecting the quality of sleep in patients undergoing hemodialysis. This study aims to determine the relationship between fatigue and depression with sleep quality in end-stage renal failure patients undergoing hemodialysis in RSUD Pringsewu Lampung. The design in this study was cross sectional, recruited a total sample of 103 patients with end-stage renal failure undergoing hemodialysis. Data analysis used Chi square correlation test and multiple logistic regression. The results of this study indicated that there was a significant relationship between fatigue (p value 0.002) and depression (p value 0.034) with sleep quality. In addition, age, occupation, HD schedule and length of nap were significantly correlated with sleep quality (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 and p = 0.041, respectively). However, there were not significantly correlated between gender, education, duration of HD, hemoglobin, nutritional status, and comorbidities with sleep quality (p > 0.05). The result of multiple logistic regression analysis showed that fatigue, depression, occupation, duration of HD and length of nap contributed to sleep quality (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 and 0.164 respectively). In the same model, these variables when regressed together could explain 44.4% to sleep quality. The fatigue became the most influential factor on sleep quality. Therefore, the assessment of fatigue and develop nursing interventions to improve sleep quality hemodialysis patients is pivotal to be conducted in taking care of haemodialysis patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bietris Warisyu
"Hipertensi menjadi angka kematian tertinggi nomor lima di dunia. Begitu juga di Provinsi Papua khususnya di Kota Jayapura, kejadian hipertensi terbanyak pada usia 24-34 tahun. Setiap daerah mempunyai budaya berbeda yang dapat mempengaruhi kebiasaan dan pola hidup pada masyarakat tersebut yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi, begitu juga dengan generasi muda Papua di Kota Jayapura. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi pada generasi muda Papua di Kota Jayapura. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada generasi muda Papua di Kota Jayapura. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, pendekatan deskriptif-korelatif, dan teknik consecutive sampling pada 180 generasi muda Papua di Kota Jayapura yang berusia <34 tahun. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara riwayat konsumsi rokok dengan kejadian hipertensi (p-value 0,015, ), riwayat konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi (p-value 0,009, ), dan stres dengan kejadian hipertensi (p-value 0,013, ). Pada hasil multivariat menunjukkan bahwa stres berhubungan paling dominan dengan kejadian hipertensi (p-value 0,043, ). Diharapkan tenaga keperawatan dapat meningkatkan pemahaman melalui pemberian informasi atau pendidikan kesehatan terkait dengan pencegahan hipertensi khususnya pada generasi muda di Kota Jayapura.

Hypertension is the fifth highest death rate in the world. Likewise in Papua Province, especially in Jayapura City, the highest incidence of hypertension is at the age of 24-34 years. Each region has a different culture that can affect the habits and lifestyle of the community that can affect the incidence of hypertension, as well as the younger generation of Papuans in Jayapura City. Therefore, it is important to know what factors can affect the incidence of hypertension in the younger generation of Papuans in Jayapura City. This study aims to identify the factors associated with the incidence of hypertension in the younger generation of Papuans in Jayapura City. This study used a cross sectional design, descriptive-correlative approach, and consecutive sampling technique on 180 Papuan youth in Jayapura City aged <34 years. The results showed that there was a significant relationship between history of cigarette consumption and the incidence of hypertension (p-value 0,015, ), history of alcohol consumption and the incidence of hypertension (p-value 0,009, ), and stress and hypertension (p-value 0,013, ). The multivariate results showed that stress was most dominantly associated with the incidence of hypertension (p-value 0,043, ). It is hoped that nursing staff can improve understanding through the provision of information or health education related to the prevention of hypertension, especially for the younger generation in Jayapura City."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edian Fitriana
"Covid-19 merupakan penyakit virus corona baru 2019 (Covid-19) dengan penularan yang sangat kuat dan tingkat infeksinya cepat. Banyak keluhan yang dirasakan oleh pasien covid-19 bahkan setelah pulih pun masih ada keluhan yang menetap. Hal tersebut dapat menurunkan kualitas hidup. Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien pasca covid-19 derajat sedang-berat dengan komorbid. Desain penelitian menggunakan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 130 orang yang telah pulih enam bulan dari covid-19 dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien pasca covid-19 derajat sedang-berat dengan komorbid di RSUD Provinsi NTB dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, gejala sisa fatigue, gejala sisa dyspnea, gejala sisa kecemasan, jenis komorbid, status fungsional dan dukungan keluarga dengan usia sebagai faktor dominan. Penelitian ini merekomendasikan untuk melakukan skrining pada tahap pengkajian keperawatan terhadap faktor-faktor prediktor kualitas hidup sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien yang memiliki faktor resiko tinggi.
Kata kunci:
Kualitas hidup,pasca covid-19 derajat sedang-berat,faktor-faktor yang mempengaruhi
Covid-19 is new corona virus disease 2019 (Covid-19) with extremely impressive transmission and fast contamination rates. A large number of the complaints felt by Covid-19 patients, even even after recovering, there are as yet persevering grievances. This can decrease the quality of life. Quality of life can be affected by different elements including physical, mental, social and natural variables. The purpose of this study was to determine the factors that affect the quality of life of patients with moderate-to-severe post-covid-19 with comorbidities. The research configuration utilized a cross sectional review. The example in this study added up to 130 individuals who had recuperated a half year from Coronavirus with an examining strategy utilizing the continuous testing technique. The outcomes showed that the personal satisfaction of post moderate to severe Covid-19 with comorbidities at the NTB Provincial Hospital was affected by age, gender, fatigue sequelae, dyspnea sequelae, anxiety sequelae, comorbid types, functional status and family support. This study recommends screening at the nursing assessment stage for predictor factors of quality of life so that it is expected to improve quality of life in patients who have high risk factors.
Keyword :
Quality of life, post moderate to severe covid-19, factors influence
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Rahmatulloh
"Kepala ruangan mempunyai peran penting, dalam upaya meningkatkan efikasi diri perawat dalam melakukan dokumentasi keperawatan, Kepala ruangan yang memiliki gaya kepemimpinan transformasional, dapat meningkatkan efikasi diri perawat, terutama dalam menghadapi masalah dan menyelesaikan tugas dalam melakukan dokumentasi keperawatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan efikasi diri perawat pelaksana dalam melakukan dokumentasi keperawatan. Metode penelitian ini, menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain Cross-sectional. Pengambilan sampel teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 159 perawat pelaksana. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dengan CI 95%, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin (p-value 0.043), pelatihan dokumentasi keperawatan (p-value 0.015), gaya kepemimpinan transformasional kepala ruangan (p-value 0.000) dan efikasi diri perawat. Tidak terdapat hubungan antara usia (p-value 0,385), tingkat Pendidikan (p-value 0,693), jenjang karir (p-value 0,975), lama bekerja (p-value 0,051) dan efikasi diri. Hasil regresi logistik berganda, gaya kepemimpinan transformasional menjadi variabel paling dominan. Simpulan dalam penelitian ini adalah penerapan gaya kepemimpinan transformasional kepala ruangan, dapat berkontribusi dalam meningkatkan efikasi diri perawat pelaksana dalam melakukan dokumentasi keperawatan.

Head nurse has an important role on nursing documentation to improve self-efficacy of nurses, Head nurse has a transformational leadership style, increasing self-efficacy of nurse, problem solving and completing tasks on nursing documentation. The purpose of this study is to identify factors related self-efficacy of nurses for conducting nursing documentation. This research method used a quantitative approach with a cross-sectional design. Sampling technique was used a purposive sampling, with number of sample was 159 nurses. The data was analyzed using chi-square test with CI 95%. This study was found there was a significant relationship between the sexes (p-value 0.043), nursing documentation training (p-value 0.015), the transformational leadership style head nurse (p-value 0.000) and the self-efficacy of nurses. No significant relationship between education level (p-value 0.693), career level (p-value 0.975), age (p-value 0.385), length of work (p-value 0.378) and self-efficacy. The result of multiple logistic regression transformational leadership styles was the most dominant variabel. The conclusion of this study was the application of transformational leadership style of head nurse has contributed to increase the self-efficacy of nurses for conducting nursing documentation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Paramita Sakti
"Komplikasi perioperatif yang dapat terjadi pada pasien pembedahan tulang belakang adalah infeksi, perdarahan, kerusakan saraf dan masalah yang terkait dengan anestesi. Pemanjangan waktu pulih sadar adalah kejadian yang tidak diharapkan dalam anestesi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pulih sadar pada pasien pasca pembedahan tulang belakang. Desain penelitian prospektif kohort digunakan untuk meneliti faktor yang berpengaruh pada variabel independen (usia, suhu tubuh, IMT, status fisik pra anestesi (ASA), nilai MAP, jumlah produksi urin, jumlah perdarahan, lama pembedahan) terhadap variabel dependen waktu pulih sadar. Penelitian ini dilakukan pada 91 responden yang dilakukan prosedur pembedahan tulang belakang dengan general anestesi dan menggunakan obat reversal blokade neuromuskular. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi di ruang pembedahan. Analisa data menggunakan uji regresi linier berganda untuk mengetahui faktor yang paling dominan dari variabel tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen (ASA, perdarahan, suhu intra pembedahan) memberikan pengaruh sebesar 11,1% terhadap waktu pulih sadar dengan CI 95%. Variabel ASA memiliki nilai prediktor sebesar 60,53%, variabel perdarahan memiliki nilai prediktor sebesar 32,04%, dan variabel suhu intra pembedahan memiliki nilai prediktor sebesar 11,26% terhadap waktu pulih sadar pasien setelah dikontrol oleh variabel lain. Faktor yang paling berpengaruh terhadap waktu pulih sadar pasien pasca pembedahan tulang belakang adalah ASA, faktor perdarahan dan suhu tubuh pasien setelah dikontrol oleh faktor lain

Perioperative complications in spinal surgery are infection, bleeding, nerve damage and problems related to anesthesia. Prolonged recovery time is an unexpected event in anaesthesia. This study aimed to analyze the factors that affect the recovery time in patients after spinal surgery. Cohort prospective study design was used to examine the factors that influence the independent variables (age, body temperature, BMI, pre-anesthesia physical status (ASA), MAP value, amount of urine production, amount of bleeding, duration of surgery) on the dependent variable recovery time. The total of respondents was 91 people who underwent spinal surgery procedures with general anesthesia and used neuromuscular blockade reversal drugs. The data were collecting by observing the respondents in the operating room. Data analysis used multiple linear regression to determine the most dominant factor of these variables. The results showed that the independent variables (ASA, bleeding, intraoperative temperature) had an effect of 11.1% on time to recover with a 95% CI, the ASA variable had a predictor value of 60.53%, the bleeding variable had a predictor value of 32, 04%, and the intraoperative temperature variable has a predictor value of 11.26% on the patient's recovery time after being controlled by other variables. The most influence factor of patient's recovery time after spinal surgery are ASA, bleeding factors and the patient's body temperature after being controlled by other factors"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Budiarti
"Prevalensi ADHD pada anak di Indonesia yang cukup tinggi menjadi perhatian keperawatan karena apabila tidak segera tertangani melalui intervensi tepat dapat berpengaruh pada masalah perkembangan neurologi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pemberian intervensi terapi bermain berbasis web terhadap perkembangan emosi, perilaku dan sosial anak ADHD usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental nonequivalent control group dengan melibatkan 126 anak ADHD pada di RSJ Prof dr. Soerojo Magelang yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan pemberian terapi bermain berbasis web terbukti efektif mempengaruhi perkembangan emosi, perilaku dan sosial anak ADHD usia sekolah (p=0,048, p= 0,030, p = 0,030; α= 0.05). Penelitian memberikan saran supaya hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan optimalisasi layanan asuhan keperawatan anak dengan ADHD dengan pemanfaatan teknologi informasi yaitu terapi bermain berbasis web yang dirancang sesuai prasyarat terapi anak ADHD dengan fitur menarik dan memungkinkan akses secara fleksibel.

The high prevalence of ADHD in children at Indonesia became a concern for nursing because it might emerge neurological developmental problems if not being handled immediately through appropriate intervention. This study aimed to examine the effectiveness of providing interventions through play therapy web based on the emotional, behavioral and social develompent among school age ADHD children. This study used quasi experimental nonequivalent control group design involving 126 ADHD children at mental health hospital using purposive sampling technique. The result showed that the used of play therapy was proven to be effective for the emotional, behavioral and social development among school age ADHD children (p=0,048, p= 0,030, p = 0,030; α= 0.05). This study suggested to be used as a reference for optimizing nursing care children with ADHD by utilizing information technology which web-based play therapy design according to ADHD children prerequirements intervention with attractive features and flexibility access."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman
"Pandemi COVID-19 berdampak sangat luas, khususnya pada orang dengan HIV/AIDS sering mengalami stress dan cemas lantaran takut tertular COVID-19, yang dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup mereka. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan dukungan sosial dengan kualitas hidup pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) selama masa pandemi COVID-19. Metode penelitian ini adalah cross sectional, jumlah sampel sebanyak 133 orang diambil secara convenience sampling. Resiliensi diukur menggunakan kueosiner (CD-RISC-25), dukungan sosial (MSPSS) dan kualitas hidup menggunakan (WHOQoL-HIV-BREF). Dari hasil analisis Chi-Squaire bahwa resiliensi memiliki hubungan signifikan terhadap kualitas hidup dengan (p=0,000 < α=0,05). Demikian juga dukungan sosial memiliki hubungan signifikan terhadap kualitas hidup dengan (p=0,000 < α=0,05). Sedangkan dari hasil analisis regresi logistic berganda menunjukkan bahwa resiliensi menjadi variable dominan yang mempengaruhi kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS dengan nilai OR=59,533. Kesimpulan ada hubungan antara resiliensi dan dukungan sosial dengan kualitas hidup, dan responden yang memiliki resiliensi tinggi memiliki kecenderungan 59,53 kali lebih tinggi memiliki kualitas hidup baik dibandingkan dengan responden yang memiliki resiliensi sedang dan rendah setelah dikontrol oleh status pernikahan, tingkat penghasilan dan lama didiagnosa HIV.

During the COVID-19 pandemic the impact was very broad, including people with HIV/AIDS, eexperienced fear of contracting COVID-19. The aim of this study was to determine the relationship between resilience and social support with the quality of life among people living with HIV/AIDS (PLWH) during pandemic. Methods: This research was a cross sectional study, involved 133 respondents that took part in the survey. The resileience was measured by (CD-RISC-25) questionnaire, and the social support was measured by (MSPSS), while the quality of life was measured by (WHOQoL-HIV-BREF). Results: resilience has a significant relationship with quality of life with (p = 0.000 < = 0.05). Likewise, social support has a significant relationship with quality of life (p = 0.000 < = 0.05). Multiple logistic regression analysis show that resilience is the dominant variable that affected the quality of life in people with HIV/AIDS with OR=59,533. The conclusion : resilience and social support with quality of life, and respondents who have high resilience have a 59.53 times higher tendency to have a good quality of life compared to respondents who have moderate and low resilience after being controlled by marital status, income status and duration of HIV diagnosis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>