Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mursidah
"Musim merupakan fenomena alam yang menarik untuk dianalisis, karena musim berpengaruh besar dalam kehidupan manusia, terutama pada masyarakat yang mengalami empat musim. Setiap musim, dengan berbagai perubahan keadaan alam yang dibawanya (seperti cuaca), memberi makna pada kehidupan lahir dan batin manusia. Musim pun bisa menjadi sumber inspirasi bagi para penyair. Seperti halnya dalam sajak-sajak J.C. Bloem (1887-1966), musim muncul secara produktif. Tidak hanya sebagai gambaran alam, tapi jugs mengandung banyak makna, baik menyangkut kehidupan secara umum maupun kehidupan batin aku lirik secara khusus. ?Musim' dalam sajak-sajak J.C. Bloem, merupakan hal yang menarik untuk dianalisis.
Empat sajak J.C. Bloem: "Lentewind", "Verandering", "In memoriam", dan "Troost des donkers" dan bundel puisinya Het verlangen (1921) menjadi bahan penelitian tesis ini. Masing-masing sajak mewakili musim semi, panas, gugur dan dingin. Permasalahan yang diajukan adalah: bagaimana bentuk kebahasaan dan kesastraan keempat sajak tersebut?, aspek kehidupan apa terungkap dari setiap sajak sebagai persepsi umum tentang musim dan sebagai persepsi sang penyair sendiri?, dan apakah ada keterkaitan bentuk kebahasaan dan kesastraan setiap sajak dengan tema musim yang terkandung?
Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis adalah meneliti aspek-aspek kebahasaan dan kesastraan setiap sajak, kemudian meneliti aspek musim yang ada di setiap sajak dan makna musim secara umum dan spesifik bagi aku lirik, terakhir akan diteliti keterkaitan bentuk sajak dan tema musim yang dikandungnya.
Dari analisis dapat disimpulkan bahwa persepsi umum tentang musim tidak selalu berlaku sama bagi individu aku lirik. Setiap musim bagi aku lirik membawanya pada pemikiran tentang usia tua dan kematian. "Musim gugur" mewarnai kehidupan aku lirik pada musim-musim yang lain. Keterkaitan bentuk kebahasaan dan kesastraan sajak-sajak tersebut dengan tema musim terletak pada kemampuan aspek-aspek kebahasaan dan kesastraan sajak-sajak itu dalam mengungkapkan pergolakan batin aku lirik dalam berinteraksi dengan musim."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noezisri A. Nazar
"Bila diperhatikan uraian mengenai pendeskripsian dan analisisan data pada Bab III dan Bab IV, ternyata tidak aperan lokatif dalam bahasa Minangkabau sebagai masalah saja yang terungkap. Hal-hal yang terkait dengan peran tif tersebut banyak pula dapat diungkapkan.Dari eskripsian dan penganalisisan data mengenai peran tif dan unsur-unsur lokatif lainnya dalam bahasa ingkabau dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran. Kesimpu I an .Peran dan Pengungkapan Peran Lokatif dalam Bahasa Minangkabau Unsur peran dalam bahasa Minangkabau terlihat pada makna hubungan antarkata yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis yang terdiri atas subjek, predikat, objek, pelengkap,dan keterangan dalam suatu kalimat.Perwujudan peran lokatif dalam bahasa Minangkabau berupa unsur leksikal dengan kategori nomina yang mengisi salah satu fungsi sintaksis yang mewujudkan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T41351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Utsman Ihsan
"Tesis ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I yaitu Pendahuluan. Yang dibahas dalam bab ini meliputi : Latar Belakang, di dalamnya penulis mengungkap kembali eksistensi NU dengan cara membandingkan dengan organisasi Islam lainnya, juga diungkap pula apa sebab masyarakat sangat terikat kepada ulama' dan kyai bila dibanding keterikatan mereka pada pemimpin formalnya. Dalam bagian ini dibahas pula mengenai pondok pesantren, A1-Qur'an, Al-Hadits, Ijma' dan Qiyas dengan mengemukakan pendapat para ulama'. Masalah madzhab, perjuangan ulama' dan kyai semasa kolonial, kemerdekaan sampai saat sekarang ini juga dibahas. Mengakhiri pembahasan latar belakang ini, dikemukakan juga kaidah ushul fiqh perihal pembaharuan yang terdapat dalam tubuh NU. Perumusan Masalah Pada bagian ini penulis mencoba mencari dan mengumpulkan data-data di sekitar masalah mengapa NUJ menyatakan diri kembali ke khitah 1926, setelah lebih kurang selama 32 tahun meninggalkan khitahi 1926 dan bergerak dalam bidang politik. Penulis juga mencoba melihat pada struktur kepemimpinan NU yang terdiri dari dua bagian yaitu Syuriah dan Tanfidziyah"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
T41361
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baharuddin Husin
"Setelah melihat kedua tafsir"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T41358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Sukersa
"Usada Taru Pramana (UTP) adalah sebuah naskah Bali klasik yang isinya menceritakan berbagai jenis tumbuhan yang dapat dijadikan obat-obatan. Dare kesepuluh naskah UTP yang berhasil ditemukan, diketahui ada satu versi yang terdini dare lima naskah berisi teks lebih utuh, dare satu dare kelima naskah itu, yaitu naskah A memiliki keunggulan dibai.dingkan dengari naskah B, C, D, dan E. Dengan dernikian, dalam kaiian filologis irii diterapkan metode landasan (Iegger).Berdasarkan kritik teks yang dilakukan terhadap naskah-,naskah UTP berhasil diidentifikasi beberapa kesalahan satin/ tulis yang berupa lakuna, substitusi, adisi, omisi, inter¬polasi, substitusi interpolasi, ditogr afi, dan metatesis. Dengan membetulkan kesalahan-kesalahan sal.irt/tulis itu ter¬sajiiah teks UTP yang otoritatif dan benar berdasark:an bukti¬bukti yang terdapat dalam naskah-naskahnya. UTP menggunakar. bahasa Jawa Kuna bercampur denga.. Bahasa Bali. Dalarn edisi teks, ejaan kata-kata bahasa Jawa Kuna mengikuti Pasang Aksara Bali (Simpers, 1979) dan Kamus Jawa Kuna-Indonesia (Zoetmulder dan Robson, 1995). Kata-kata baha¬sa Bali merigikuti EYB Bahasa Bali dan Kamus Bali-Indonesia (War ria, 1990). Semua itu dicer tai pules penyesuaian seperlu¬nya. Ter jemahan dalam bahasa Indonesia juga disertakan agar¬isi teks UTP dapat dipahami oieh masyarakat ivas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T41363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Sasmita
"Setelah penulis uraikan secara terinci tentang asal ula bahasa Arab serta asal-usul masuknya ke Indonesia se-Ringga berpengaruh besar terhadap bahasa Indonesia, juga te¬lah dirinci kata-kata yang sudah menjadi bahasa Indonesia atau dijadikan bahasa Indonesia sekaligus sebagai fungsi pe-makaiannya dalam media dakwah Islamiyah, maka sampailah penu-lis menyimpulkan uraian tersebut sebagai berikut : Bahasa Arab adalah merupakan wahana masyarakat Muslim dalam°kehidupannya, baik dipergunakan sebagai alat un¬tuk berkomunikasi antara sesamanya, maupun diperguna¬kan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan Khaliqnya dalam upacara ritual keagamaan, misalnya shalat, ber¬do'a dan acara-acara ritual lainnya. Bahasa Arab adalah merupakan harta kekayaan insan Mus¬lim yang pandai memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dalam pergaulan antara sesamanya. Di antara jumlah kekayaan kata-kata bahasa Arab yang dapat penulis teliti tidak kurang dari 850 kata yang berasal dari bahasa Arab dan banyak sekali kata/per¬istilahan yang sudah memasyarakat serta tidak kurang dari 184 kata serapan baik penyerapan secara penuh mau¬pun melalui unsur serapan secara adaptasi. Sehingga jumlah sementara kata-kata yang berasal dari bahasa"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
T41362
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susan, Abeyasekere, 1947-
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1972
RB 30 A 40 r
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Zavera Monica
"[ABSTRAK
Tesis ini berbicara mengenai negosiasi perantau Minangkabau asal Kabupaten
Agam yang lahir dan besar di Jakarta sebagai generasi kedua, terhadap identitas
Minangkabau mereka. Keterkaitan antara latar belakang orangtua yang masih
membawa kebudayaan dari Sumatera Barat, dengan faktor Jakarta sebagai kota
kosmopolitan, membawa pengaruh-pengaruh dan dampak terhadap identitas
mereka sebagai masyarakat Minangkabau. Negosiasi sosial perantau
Minangkabau generasi kedua ini tidak hanya terhadap hibriditas di Jakarta, tapi
juga menciptakan identitas baru atas hibriditas budaya Minangkabau di Jakarta itu
sendiri. Hibriditas ini salah satunya bisa dilihat dalam adat pernikahan yang sudah
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti lingkungan dan finansial. Keterbatasan
melakukan prosesi yang sama dengan di Sumatera Barat, disebabkan perbedaan
pola masyarakat dan lingkungan yang mempengaruhi.

ABSTRACT
This thesis is about the negotiation of perantau Minangkabau from Agam
Regency, who were born and grew up in Jakarta as a second generation, on their
identity as Minangkabau people. Their identity as a Minangkabau person is
affected by the interrelationship between the background of their parents who are
still inducing Minangkabau culture that they brought from Sumatera Barat and the
social factors in Jakarta as a cosmopolitan city. The social negotiation of the
second generation of perantau Minangkabau is not only through the hibridity in
Jakarta, but also created a new identity of cultural hibridity of Minangkabau in
Jakarta itself. This can be observed in the matrimonial custom which is influenced
by many factors such as environment and financial issues. The restrictiveness in
doing the same traditional ritual procession in Sumatera Barat is due to the
differences in the pattern of society and the environmental concern.;This thesis is about the negotiation of perantau Minangkabau from Agam
Regency, who were born and grew up in Jakarta as a second generation, on their
identity as Minangkabau people. Their identity as a Minangkabau person is
affected by the interrelationship between the background of their parents who are
still inducing Minangkabau culture that they brought from Sumatera Barat and the
social factors in Jakarta as a cosmopolitan city. The social negotiation of the
second generation of perantau Minangkabau is not only through the hibridity in
Jakarta, but also created a new identity of cultural hibridity of Minangkabau in
Jakarta itself. This can be observed in the matrimonial custom which is influenced
by many factors such as environment and financial issues. The restrictiveness in
doing the same traditional ritual procession in Sumatera Barat is due to the
differences in the pattern of society and the environmental concern., This thesis is about the negotiation of perantau Minangkabau from Agam
Regency, who were born and grew up in Jakarta as a second generation, on their
identity as Minangkabau people. Their identity as a Minangkabau person is
affected by the interrelationship between the background of their parents who are
still inducing Minangkabau culture that they brought from Sumatera Barat and the
social factors in Jakarta as a cosmopolitan city. The social negotiation of the
second generation of perantau Minangkabau is not only through the hibridity in
Jakarta, but also created a new identity of cultural hibridity of Minangkabau in
Jakarta itself. This can be observed in the matrimonial custom which is influenced
by many factors such as environment and financial issues. The restrictiveness in
doing the same traditional ritual procession in Sumatera Barat is due to the
differences in the pattern of society and the environmental concern.]"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T43265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karatoruan Angelique Steffanie
"[ABSTRAK
Komedi situasi (sitcom) merupakan salah satu bentuk tayangan di televisi yang berusaha
menampilkan potret realita sosial. Meskipun berakar dari fakta dan kondisi masyarakat,
komedi situasi juga merekonstruksi paradigma audiens dengan representasi yang
disuguhkan dalam bentuk audio sekaligus visual.
Tetangga Masa Gitu sebagai sebuah sitcom baru berusaha menampilkan sosok perempuan
Indonesia yang baru dan berbeda dengan stereotipe konvensional. Tetapi di saat yang sama,
terdapat bagian dari identitas lama yang masih dipertahankan. Hal ini menunjukkan adanya
sebuah ideologi yang mendasari representasi tersebut dan berusaha dikukuhkan. Melalui
tesis ini, penulis melihat sebuah redefinisi yang semu dari sosok perempuan yang digagas
dalam episode-episode sitcom ini.
Teori Representasi digunakan untuk meninjau dialog-dialog dan cuplikan adegan dalam
tayangan Tetangga Masa Gitu dan menunjukkan proses redefinisi identitas perempuan.
Tesis ini mencoba memberikan pemahaman akan representasi dalam televisi yang
meskipun berubah, akan selalu terhubung dengan akar identitas sebuah masyarakat.

ABSTRACT
Situation comedy (Sitcom) is one kind of television show presenting snapshots of a society.
Eventhough it is based on fact and social conditions, a sitcom also reshapes its audiences?
paradigm through audio & visual representations showed in it.
As a new sitcom, Tetangga Masa Gitu is trying to present a new model of Indonesian
women, which differs from the conventional stereotypes. However, there are parts of the
old identity that emerge in the sitcom. It shows that there is this one form of ideology
constructing the way this sitcom represents women. In this research, the aim is to see the
false redefinition on women narrated in episodes of this sitcom.
Theory of representation is used to analyze dialogues and screenshots, and identify the
process of redefining women?s identity. This thesis attempt to provide understanding upon
representations in television which tends to change, yet is always connected to its root in
social identity.;Situation comedy (Sitcom) is one kind of television show presenting snapshots of a society.
Eventhough it is based on fact and social conditions, a sitcom also reshapes its audiences’
paradigm through audio & visual representations showed in it.
As a new sitcom, Tetangga Masa Gitu is trying to present a new model of Indonesian
women, which differs from the conventional stereotypes. However, there are parts of the
old identity that emerge in the sitcom. It shows that there is this one form of ideology
constructing the way this sitcom represents women. In this research, the aim is to see the
false redefinition on women narrated in episodes of this sitcom.
Theory of representation is used to analyze dialogues and screenshots, and identify the
process of redefining women’s identity. This thesis attempt to provide understanding upon
representations in television which tends to change, yet is always connected to its root in
social identity., Situation comedy (Sitcom) is one kind of television show presenting snapshots of a society.
Eventhough it is based on fact and social conditions, a sitcom also reshapes its audiences’
paradigm through audio & visual representations showed in it.
As a new sitcom, Tetangga Masa Gitu is trying to present a new model of Indonesian
women, which differs from the conventional stereotypes. However, there are parts of the
old identity that emerge in the sitcom. It shows that there is this one form of ideology
constructing the way this sitcom represents women. In this research, the aim is to see the
false redefinition on women narrated in episodes of this sitcom.
Theory of representation is used to analyze dialogues and screenshots, and identify the
process of redefining women’s identity. This thesis attempt to provide understanding upon
representations in television which tends to change, yet is always connected to its root in
social identity.]"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T43267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The Chinese in Indonesia have historically constituted a distinct, if small, ethnic minority amongst the population as a whole. Many of the trading and middleman functions in the Indonesian economy have been per-formed by members of this minority. This fact has aroused hostility to the Chinese, particularly among their Indonesian business competitors. Although many Chinese have been profoundly influenced by Indonesian cul¬ture, they have as a group continued to be sensed by Indonesians as alien even in the case of those who have become Indonesian citizens. Dutch col¬onial policies had the effect of keeping Chinese and Indonesians as sep¬arate groups. The gap between them was widened early in this century by the growth Sf nationalist sentiment among both Chinese and Indonesians. The achievement of national independence by the Indonesian elite brought about a prolonged crisis of identity for the Indonesian Chinese. Over the course of the next two decades, many issues of basic importance to them came into contention. These included their claims to Indonesian citizenship, the kinds of education to which their children could have ac¬cess, their retention of a separate social and cultural identity, and the defence of Chinese economic interests. Their situation was complicated by the emergence of China as a major power under a communist government, which made their political loyalties doubly suspect in the eyes of anti-communist Indonesians. As a small but relatively wealthy ethnic minority which has been ex-posed for a long time to anti-Chinese prejudice on the part of many Indo¬nesians, the Indonesian Chinese have characteristically been compelled (given the powerlessness of China to protect them) to seek an accommodation"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia,
RB 30 C 316 i
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>