Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Suryadi
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi turnover perawat honorer di RSU Kabupaten Tangerang sejak tahun 1998 sampai tahun 2001. Turnover perawat honorer di RSU Tangerang Tinggi. Penelitian ini dilakukan terhadap perawat honorer yang telah keluar, sedangkan perawat yang masih tetap bekerja dan Tim Manajemen sebagai pembanding. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisa kualitatif deskriptif dengan rancangan studi kasus. Data diperoleh dengan wawancara mendalam (indepth interview) 9 orang perawat yang telah keluar, wawancara mendalam dengan 8 orang Tim Manajeman dan dengan Fokus Grup Diskusi sebanyak 12 orang. Kerangka pikir penelitian terdiri dari variabel independent yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat honorer terdiri dari faktor internal rumah sakit, Faktor eksternal rumah sakit dan karakteristi perawat. Dari hasil penelitian yang diperoleh faktor internal rumah sakit dan karakteristik perawat tidak menyebabkan perawat honorer keluar dari RSU Tangerang. Yang menyebabkan perawat honorer keluar karena adanya kesempatan kerja diluar (faktor eksternal rumah sakit).

Study Case on Influence Factors Honorary Nurse Turnover in RSU Tangerang RegencyThe research purposes to illustrate influence factors of honorary nurse turnover. Since 1995 until 2001 in RSU Tangerang regency honorary nurse turnover more than nonnal standard or high number is 5 - 10 %. Research samples to honorary nurse have been resigned compare with still working honorary nurse and management team. The research is using qualitative description analysis method with study case plan. Qualitative data acquire by doing depth interview on 10 (ten) honorary nurses have been resigned, 8 (eight) management team and 12 (twelve) persons Discussion Focus Group. Framework concepts research is consist of independent variable means satisfaction influence factors honorary nurse from internal and external hospital including characteristic background of each person. As the research conclusion from internal factors and nurse characteristic are not main cause to quit from RSU Tangerang regency. The real causes are minimum standard salary, no reward and.no development career, and also as external factor gets new chances job. The suggestion for Chief RSU Tangerang regency to minimize honorary nurse turnover on hospital internal variables like similarity salary with Regional Minimum Wages Tan gerang regency, incentives, rewards to best honorary nurse and development chances. In field works, it's difficult for them to be state employer and Wise to take them to be stable nurse in this hospital according to work credibility. If the possibility is difficult make similar salary with minimum regional wage to decrease outcome can be realize employment bus and add mess fund by RSI1 Tan gerang regency or propose to Regency and Center government.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Sakti Rahardjo Soedipo
"Kelangsungan pelayanan kesehatan sangat tergantung dari para pengelolanya, tak terkecuali dalam pelayanan rumah sakit, yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Agar Rumah sakit dapat tetap survive maka perlu didukung oleh sistem keuangan yang baik, dapat memuaskan pelanggannya baik pelanggan eksternal maupun pelanggan internal, dijalankannya bisnis inti secara professional. Untuk itu , maka salah satu pendekatan yang dapat dipakai adalah dengan memakai balanced scorecard. Di sini tidak saja dibahas kinerja keuangan rumah sakit tetapi juga kinerja non keuangan, antara fogging indicator dengan leading indicator. Empat aspek kinerja tersebut adalah kinerja keuangan, kinerja pelanggan, kinerja bisnis internal dan kinerja pertumbuhan dan pembelajaran. Rumah Sakit Umum Cianjur yang merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang berada di Jawa Barat ingin memberikan akuntabilitas kinerjanya dengan memakai pendekatan ini.
Penelitian ini memakai pendekatan deskriptif, dimana data yang diperoleh baik data primer dari responder maupun data sekunder yang sudah ada akan dianalisis dengan cara deskriptif, kemudian dicoba mengaitkan hasil penelitian ini secara analitik.
Hasil penelitian: 1) Kinerja keuangan: dari rencana pendapatan tahun 1999 tercapai 100,16 %, tahun 2000 tercapai 101,76 %, tahun 2001 tercapai 101,87 %, tahun2002 tercapai 100,27 % dan tahun 2003 tercapai 100,74 %. Peningkatan pendapatan dari tahun ke tahun terus terjadi yang disebut trend positif. Tahun 2001 dibandngkan tahun 1999 terjadi peningkatan lebih dari 200 % dan tahun 2003 hampir 300 % jika dibandingkan dengan tahun yang sama.J dibandingkan dengan pengeluaran ditahun yang sama, selalu terjadi sisa anggaran. Dengan kata lain pendapatan melebihi kewajibannya sehingga berada diatas break event paint. 2) Kinerja pelanggan : Tingkat kepuasan pelanggan rata-rafa berada lebih dari 75% dengan derajat kepuasan 100 %, sehingga dikatakan bail. Pada Diagram kartesius, di kuadran A ditemukan faktor kepuasan pelanggan berdasarkan dimensi keandalan petugas, di kuadran B ditemukan dimensi kepuasan yang bersifat tangible dan keyakinan pelanggan akan kemampuan 1 keterampilan petugas, di kuadran C ditemukan dimensi kepuasan empati dan responsivitas petugas dalam setiap keluhan pelangggan, di kuadran D tidak ditemukan adanya dimensi kepuasan. 3) kinerja bisnis internal: Pada rawat jalan ditemukan trend yang terus meningkat disetiap tahun. Kunjungan tahun 2001 adalah lebih dari 115 000 prang, tahun 2002 berjumlah lebih dari 119 000 orang dan tahun 2003 adalah lebih dari 122 000 orang. BOR tahun 2001 adalah 74,24 %, tahun 2002 adalah73 % dan tahun 2003 adalah 79,58 %, BTO pada 3 tahun tersebut secara berurutan adalah 88 kali, 83 kali dan 95 kali pertahunnya. NDR dan GDR masih berada dibawah garis yang ditolerasikan oleh depkes yakni kurang dari 25 orang untuk NDR dan kurang dari 45 orang untuk GDR. 4) Kinerja pertumbuhan dan pembelajaran : kepuasan pekerja berada pada level 3,25 dari skala 5 dan Likert yang berarti berada diantara puas dan sangat puas. Tingkat drop out petugas yang rendah, tingkat produktivitas karyawan yang tinggi. Produktivitas tahun 2001 adalah Rp 26000, tahun 2002 Rp 31 000 dan tahun 2003 Rp 39 000 perhari.
Berdasarkan penelitian ini dapat dikatakan bahwa keempat kinerja pelayanan di Rumah Sakit Umum Cianjur dengan memakai pendekatan balanced scorecard sudah cukup memadai. Tinggal dikembangkan dengan memakai ukuran rasio di lingkungan keuangan dan penaksiran harta tetap yang dimiliki rnmah sakit ini.

The Survival of health service depends greatly upon the management, including those of a hospital as an integral part of health services in general in order for hospital to survive it has to have the support of a sound financial system, able to satisfy the patients/customers, both external and internal, and its core business professionally. In order to find our all that, one of the approaches that can best be used is the balance scorecard. Not only must the financial aspect of the hospital be addressed, the non-financial aspects must also be considered, the logging indicators as well as the leading indicators. Performance comprises four aspects- the financial aspect, the customers aspect, the internal business aspect and the growth and instruction aspect. The Cianjur General Hospital, one of the Government hospitals in West of Java, wishes to present the accountability of its performance by using the approach already cited.
This is a descriptive research, who primary data are obtained from respondents plus the already existing secondary data which are then analysed descriptively.
The findings of the research include: 1) financial performance the projected income for 1999 was realized 100.16%, for the year 2000, 101.76 % for 2001, 101.87 % for 2002, 100.27 % and for the year 2003 100.74 %. The yearly increase of more than 200 % in the 2001 income, and almost 300 % in 2003. Compared with the expresses spent in the same year, there was a positive balance. In other words the income of the hospital exceeds its obligation hence it is above the break even point. 2) For the customers aspect it can be said that the average customers satisfaction reached 75 % of the 100 scales, which can be considered good. On the Kartesius diagram, quadrant A show s the customers satisfaction based on the reliability of staff members; quadrant B shows the tangible dimension of the customer satisfaction and their trust in the ability of the medical staff, quadrant C shows the dimension of empathy with and responsiveness of the staff members to every gripe or complaint that the patient' may show, quadrant D does not show any satisfaction dimension. 3) Internal business performance the number of patients under therapy keeps increasing every year. There were more than 115.000 visits made by patients in 2001 more than 119.000 visits in 2002, and more than 122.000 in 2003. The BOR for 2001 is 74.24%, 73% in2002 and 79.58% in 2003, making annual BTO for the three consecutive years 88 times, 83 times, and 95 times. The NDR and the GDR be still below the level tolerance under line by the Department of Health which is lower than 45 person for GDR and 25 person for NDR. 4) Instruction and growth performance: employee satisfaction is at the level on 3,25 the Likert Scale of 5 which means a point between satisfactory an very satisfactory. The level of dropouts among the worker is low, where as productivity among the employees is high. Productivity in 2001 was Rp 26.000,00; Rp 31.000,00 in 2002; and 2003 was Rp 39.000,00.
It can be concluded that on the basic of this research using balanced scorecard approach, the tour service performances at the Cianjur General Hospital are quite satisfactory. What is left to be done now is for further development and improvement of facilities, using as standard the ratio between the financial aspect of the operation and the estimation of the value of the fixed of the hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntari Retno
"Rumah Sakit Bina Husada , adalah rumah sakit swasta di wilayah kabupaten Bogor. Dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan pasien, salah satu kegiatan pemasaran yang dilakukan adalah pembinaan kemitraan melalui program rujukan bidan praktek swasta diwilayah 10 km dari rumah sakit.
Berdasar data tahun 2002 - 2003, jumlah rujukan dari bidan untuk pasien persalinan RS Bina Husada menunjukkan adanya penurunan, tidak sesuai dengan pertumbuhan yang diharapkan . Melihat kenyataan yang ada, pihak rumah sakit perlu mengadakan evaluasi terhadap terjadinya penurunan pasien rujukkan bidan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui faktor - faktor yang berhubungan dengan rujukan pasien persalinan dari bidan praktek swasta ke RS Bina Husada, dan diketahui faktor mans yang paling erat hubungannya. Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan data primer yang diperoleh dari 62 responden melalui kuisioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan pasien rujukan bidan adalah faktor kualitas pelayanan, faktor kualitas produk, biaya , komunikasi dan timbal balik.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas pelayanan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat rujukan pasien persalinan dari bidan praktek swasta ke RS Bina Husada. Yang termasuk sebagai kualitas pelayanan diantaranya meliputi fasilitas fisik , perlengkapan , kemampuan sumber daya manusia, kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan , dan cepat tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
Berdasar hasil penelitian, kualitas pelayanan masih perlu ditingkatkan meskipun separuh responden mengatakan tingkat kualitas pelayanan memuaskan. Adapun cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan memperbaiki fasilitas fisik, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia , cepat tanggap dan berorientasi pada pelanggan. Faktor biaya dapat diperbaiki dengan perhitungan ulang sistem pentarifan sesuai unit cost dan dengan melihat kompetitor. Disamping itu sistem dan aktivitas komunikasi dari rumah sakit kepada bidan maupun sebaliknya perlu diaktifkan kembali dan dilakukan lebih aktif .

Factors Related To Obstetric Patient Reference From Private Midwife To Bina Husada Hospital Cibinong In 2002 - 2003Bina Husada Hospital is a private hospital in Bogor regency. In order to increase amount of patient visit, it developed partnership through reference program with private midwife within the radius of 10 kilometers from hospital as one of marketing activities.
According to data in 2002 -2003, the number of obstetric patient from private midwife reference showed declining trend below the growth that it has expected. Based on that, Bina Husada hospital need to evaluate the situation. This research conducted to find out factors were related to obstetric patient reference from private midwife to Bina Husada Hospital and which factor have closest relationship. It was descriptive analytic research using primary data from 62 respondents and it collected by questionnaire.
Research result showed factors that related to obstetric patient reference from private midwife to Bina Husada Hospital were quality of services, quality of product, cost, communication and rewards.
Research result also showed that quality of services was the closest factor that related to obstetric patient reference from private midwife to Bina Husada Hospital. It consists of physical facilities, equipments, human resources capability, satisfied services capability, and quick respond to customer need.
Based on research result, researcher suggestions were increasing quality of services since only half respondents considered that quality of services already satisfied. It could be done by repairing physical facilities, upgrading human resources capability, quick respond and customer focus. Cost factor could be improved by tarif system and unit cost adjustment considering to competitor. Beside that it need more active communication to customer.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Ganefi T. D.
"Instalasi gizi sebagai wadah penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit bertugas menyiapkan makanan yang berkualitas sesuai dengan diit pasien. Proses kegiatan di dalamnya terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain di Rumah Sakit. Sebagaimana diketahui, pelayanan gizi yang baik dapat membantu proses penyembuhan pasien sehingga diharapkan dapat memperpendek hari rawatnya. Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kualitas makanan yang dihasilkan oleh Instalasi Gizi Rumah Sakit, khususnya di RSMM Bogor. Kegiatan di Instalasi Gizi merupakan sebuah sistem, karena di dalaranya ada tenaga kerja, peralatan dan anggaran sebagai input. Perencanaan, persiapan dan pengolahan sebagai proses dan outputnya adalah makanan yang siap saji yang berkualitas dan sampai pada individu tujuannya, yaitu pasien yang membutuhkan makan atau diit. Untuk menghasilkan makanan yang berkualitas perlu ada faktor-faktor pendukung, diantaranya : anggaran yang memadai, SDM yang handal, terpenuhinya sarana dan prasarana setts adanya kebijakan-kebijakan dari unsur manajemen, antara lain adalah ketentuan indekslbiaya makan pasien per orang per hari yang mencukupi kebutuhan standar gizi dan kual itas makanan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas makanan yang dihasilkan oleh Instalasi Gizi RSMM Bogor sehubungan dengan berkembangnya pelayanan kesehatan, dari pelayanan jiwa menjadi pelayanan umum.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik SDM di Instalasi Gizi bervariasi, baik dari segi pendidikan, status kepegawaian, masa kerja maupun golongannya. Teridentifikasi bahwa faktor lamanya masa kerja, tingginya golongan dan status PNS tidak menjamin hasil kerja yang maksimal yaitu makanan yang berkualitas. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas makanan adalah pendidikan yang sesuai dengan keah1ian, perilaku bersih atau saniter penjamah makanan (juru masak), motivasi kerja, kenyamanan dalam bekerja serta indeks atau biaya makan yang mencukupi.

Department of Nutrition is an important unit at the hospital, has to be responsible in preparing high quality food based on the diet of each patient. The process of activities in this department is integrated with other servicies in the hospital.. As we know, good nutrition can help the recovery process in turn the days the patiens have to spend in the hospital can be reduced. However, there are only a few number of researchs conducted to observe the food quality produced by Department of Nutrition, especially at RSMM Bogor. The activities of nutrition in this Department is a kind of system It has labours, devices (cookwares) and budget as the input; planning, preparation and cooking process as the process; and the output is the food with high quality which is ready to serve to the right patients. There is many supporting factors to produce a good quality food, such as : sufficient budget and divices, qualified human resources, and supporting policy from the CEO.
This research is aimed to identify the interfering factors towards the quality of the food produced by Department of Nutrition of RSMM Bogor, regarding of the growing span of the service from the mental care service to the public health. This research shows that the characteristic of human resources at Department of Nutrition are vary from their educations, employment status, work periods and also their grades. The length of time they have been working, they grade and the status of their being official government employees are not the determinant factors to produce high quality food.. The more significant factors to this are the appropriate education, the sanitary of the cook, working motivation, the good working athmosphere and the sufficient index or budget.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Yadi
"Instrumen penilaian kinerja perawat merupakan suatu perangkat manajerial untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perawat dalam melayani pasien. Kebutuhan terhadap instrumen penilaian kinerja perawat sangat panting, mengingat besarnya jumlah dan peran mereka dalam pelayanan rumah sakit. Instrumen penilaian kinerja perawat dirumah sakit Qadr belum spesifik untuk menilai kinerja perawat berdasarkan uraian tugasnya, sehingga perlu dlakukan pengembangan instrumen penilaian kinerja perawat ruang rawat inap.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rancangan instrumen penilaian kinerja perawat ruang rawat inap yang memiliki kriteria : berhubungan dengan pekerjaan, praktis, memilki ukuran kinerja, memiliki standar kinerja yang sesuai dengan pekerjaan perawat. Dilakukan penelitian kualitatif dengan metode penelitian operasionai, data diperoleh melalui kegiatan wawancara mendalam, studi dokumen dan pengamatan. Kerangka pikir dikembangkan dari kerangka teori Handoko(1999) yang telah dimodifikasi.
Hasil penelitian berupa rancangan instrumen penilaian kinerja perawat ruang rawat inap yang terdiri dari 16 komponen pekerjaan, 45 ukuran kinerja beserta standar kinerja untuk setiap ukuran. Hubungan instrumen penilaian dengan pekerjaan diperoleh dengan memasukkan komponen pekerjaan yang ada diuraian tugas menjadi materi penilaian. Keparaktisan instrumen terlihat dari kejelasan komponen penilaian dan kejelasan penentuan skor, mudah dimengerti dan dilaksanakan serta hasil penilaian dapat dirasakan manfaatnya oleh perawat, peningkatan kinerja, dan dapat membantu tercapainya tujuan profesi perawat dan rumah sakit. Ukuran kinerja yang jelas dan standar kinerja yang sesuai dengan pekerjaan. Uji validitas dan reliabilitas menghasilkan 12 jenis indikator yang tidak memenuhi syarat valid dan telah dilakukan usulan koreksi.
Dengan adanya instrumen penilaian kinerja ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam melakukan penilaian kinerja perawat ruang rawat inap dirumah sakit Qadr setelah mengalami penyesuaian.
Daftar bacaan : 26 ( 1989-2001 )

Nursing performance appraisal instrument is one of the management tools to assess nurse performance achievement in providing patient care. This instrument is very important because of the great number of nurses and their roles in hospital. The existing nursing performance appraisal instrument at Qadr hospital was not specifically to measure nursing performance, so that there is a need to develop better nursing performance appraisal instrument.
The objective of this study to develop nursing performance instrument design for in- patient room Qadr Hospital that have four criteria: job-related, practicality, performance measured and performance standard. The qualitative method used with operations research approach. Data were collected through in-depth interview, documentation, observation and questionnaires. The conceptual framework is modified based on Handoko theory (1999).
Result of this study is nursing performance instrument design for in patient room; consist of 16 job components and 45 performance indicators. Relation between measurement instrument and job are obtained through organizing assessment component from job description of bedside nurse, mission, and hospital regulation. Instrument is practical if understandable and straightforward, clear assessment criteria, useful in achieving professional and hospital objectives, having appropriate performance measured with job, and performance standard which have job achievement criteria. Based on validity and reliability test of instrument, there are 12 items performance not valid and had been corrected.
This nursing performance appraisal instrument is recommended to use in assessing nurse for in-patient room after several adjustment.
References: 26 (1989-2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosalina Kusumawati
"Tenaga perawat dalam rumah sakit memiliki populasi terbesar dari seluruh populasi sumber daya manusia di rumah sakit. Karena jumlahnya yang begitu besar perawat merupakan asset yang berharga bagi rumah sakit. Untuk dapat mempertahankannya, tentu rumah sakit hares memperhatikan kepuasan kerja mereka sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Angka turn-over yang cukup tinggi menyebabkan rumah sakit perlu untuk mengkaji apa yang menjadi penyebabnya. Karena akibat dari angka turn-over yang cukup tinggi tersebut dapat menyebabkan rumah sakit mengeluarkan dana tambahan untuk melakukan perekrutan dan training bagi karyawan baru. Tentunya hal ini merupakan kerugian finansial yang sangat besar bagi rumah sakit.
Penelitian ini dilakukan terhadap perawat di rawat inap dengan jumlah 89 orang. Dalam penelitian ini akan dilihat gambaran kepuasan kerja perawat. Variabel babas terdiri dari faktor individu perawat yaitu umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lama kerja, dan pengalaman kerja. Sementara itu variable terikat terhadap kepuasan kerja terdiri dari upah, wewenang. kebijakan organisasi, interaksi, status professional, dan tuntutan tugas. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat cross-sectional survey dengan menggunakan instrument penelitian yang dimodifikasi Bari Paula L. Stamps (1997) rujukan dari Paramita (2003).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa upah dipersepsikan paling penting tetapi dari tingkat kepuasan dipersepsikan paling tidak mernuaskan. Total reponden yang menyatakan tidak puas sebanyak 50,6 %. Gambaran faktor individu terhadap upah, wewenang, kebijakan organisasi, interaksi, status professional, dan tuntutan tugas menunjukkan tingkat ketidakpuasan yang cukup tinggi. Karena itu rumah sakit perlu menetapkan jenjang karir professional sebagai sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme dan akhirnya memenuhi kepuasan kerja. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Hanna
"Penelitian ini dilatar-belakangi oleh fakta bahwa BOR Unit stroke center RS Islam Jakarta rata-rata hanya 44,72% sejak berdirinya (2000) sampai tahun 2003. Padahal unit Stroke Center ini merupakan salah satu pelayanan rawat inap unggulan RS Islam Jakarta. Pihak manajemen membuat perhitungan bahwa untuk mencapai BEP diperlukan minimal BOR 65% pada unit Stroke Center dalam waktu tiga tahun.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor input dan proses pelayanan yang menyebabkan rendahnya BOR Unit Stroke Center RS Islam Jakarta
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai tanggal 25 April sampai dengan 25 Juni 2004, menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis diskriptif Penelitian ini melibatkan 45 informan, 28 orang terlibat dalam wawancara mendalam, dan 17 orang dalam FGD.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rendahnya BOR unit Stroke Center sejak berdirinya sampai tahun 2003 disebabkan oleh beberapa input yaitu organisasi dan manajemen, lingkungan fisik dan SOP tidak mendukung pelayanan Unit Stroke Center. Dari aspek proses pelayanan, sikap dokter, perawat dan petugas administrasi belum baik. Hal ini dikarenakan dalam membuat Unit Stroke Center tidak dilakukan studi kelayakan. Dari aspek struktur organisasi, masih disamakan dengan ruang rawat inap umum lainnya. Dari aspek personel kepala seksi dijabat oleh sarjana perawat yang dalam tugasnya membawahi tiga ruang inap lainnya. Sedangkan koordinator dijabat oleh dokter spesialis syaraf tidak tetap, yang mana koordinator tersebut bukan jabatan struktural.
Proses pelayanan yang diberikan Dokter, Perawat dan Petugas administrasi secara umum belum baik. Beberapa aspek pelayanan yang perlu perbaikan berkaitaan dengan masalah waktu (dokter), keramahan dan perhatian (dokter, perawat dan petugas administrasi) serta sikap tidak membeda-bedakan pelanggan kesehatan (petugas administrasi). Dalam kegiatan-kegiatan di Unit Stroke Center, belum ada standar operasional prosedur-nya (SOP). Disamping itu juga belum ada SOP stroke pathway dan kriteria GCS yang masuk dari UGD maupun dari poli klinik syaraf., sehingga masih banyak pasien yang dirawat di ruang rawat inap umum, bukan di stroke center.
Kelengkapan fasilitas/peralatan sudah cukup, tetapi jumlah dari beberapa peralatan masih belum sesuai dengan jumlah tempat tidur.Lokasi ruangan, tata ruang dan lingkungan fisik Unit Stroke Center belum memperhitungkan konsep aksesibilitas ruangan dari segi ergonomi penderita stroke dan lingkungan maupun sasaran (goal) Bari perawatan penderita stroke, yaitu kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
Dalam penetapan tarif, masih belum dilakukan secara komprehensif yaitu melalui perhitungan bisnis dan studi banding, sehingga sulit menentukan kapan BEP dapat dicapai dengan BOR tertentu. Belum ada kebijakan pemasaran khusus (focus) untuk Unit Stroke Center, walaupun ditetapkan sebagai salah satu produk unggulan rawat inap di RS Islam Jakarta. Pendapatan Stroke Center Unit sampai saat ini kurang lebih barn mencapai sepertiga dari total biaya yang dikeluarkan unutk operasional Stroke Center Unit.
Berdasarkan pendidikan dan status social-ekonomi pasien, bekas pasien dan keluarga pasien, menunjukkan sikap yang semakin kritis terhadap pelayanan, fasilitas dan lingkungan fisik Unit Stroke Center.
Dalam pembuatan Stroke Center Unit RS Islam Jakarta pihak manajemen tidak melakukan studi kelayanan terlebih dahulu. Sehingga banyak terjadi kekurangan - kekurangan dalam aspek pelayanan, lingkungan dan organisasi manajemen. Akan tetapi Stroke Center Unit mempunyai nilai indikator kinerja berdasarkan nilai LOS, TOI dan BTO yang cukup baik. Sehingga jika manajemen cukup jeli ini bisa menjadi asset sumber pendapatan yang baik untuk rumah sakit. dengan memperbaiki kekurangan - kekurangan yang ada dari berbagai aspek diatas, maka bisa meningkatkan kualitas pelayanan dan memuaskan pelanggan.

Analysis Factors of Services that Influence Bed Occupancy Rates in Stroke Center Unit - Jakarta Islamic Hospital. (2000-2003)This research was based on fact, that BOR of stroke center in RSIJ average value is 44.72% per year since it was built in 2000 until 2003. However, this unit is one of the prestigious services among other in hospital services in RSIJ. The management forecasted to reach the number of BEP for stroke center unit. It needs to maintain at least 65% BOR with in 3 years. The focus of this research is to discover all factors that causing minimum BOR (less than 65%) in stroke center RSIJ.
This research was conducted for 2 months, began in April 25th 2004 until June 25th 2004, using qualitative approach with descriptive analysis methods. This research conducted with 45 participants as informants.
This research indicates, the factors that causing minimum BOR of stroke center RSIJ since it was built ini 2000 until 2003 was caused by several input factors, including management and organization, physical environment, and Standard Operational Procedures that minimally supported Stroke Center RSIJ. From the services process aspects, from doctors, nurses, and administration clerk performance, they perform poorly. Those problems arose because before building Stroke Center Unit in RSIJ, the management less conducted feasibility study toward Stroke Center projects
From organizational structure aspects, Stroke Center Unit as special in-hospital services has no special organizational structure; it has the same organizational structure as the other common in-hospital services. And than from the human resource aspects, the head of stroke center held by a nurse, who has completed graduate nursery program, who also headed three other in-hospital services. As the head coordinator, the management chooses a part time medical doctor, who specialized in neurology as head of coordinator.
Services process which given by doctors, nurses and administrator clerk mostly not good enough. And some services aspects need several adjustments in term of time (doctors) hospitality and attention (doctors, nurses, and administrator clerk), their attitudes toward few customers (administration clerk). During activity in stroke center unit, there was lack of standard operational procedures. Beside there was not found some documents about standard operational procedures (SOP) stroke pathway and patient criteria based on GCS performance from Emergency Room or neurology clinics. So that, there are many in-patient client with stroke, received treatment in common in-hospital room services, rather than in stroke center unit.
Stroke center facility is quite good, but numbers or the equipment still adjust with the number of beds. The location, design and physical environment of stroke center unit still not consider the accessibility factors and ergonomics factors for the stroke patient. And even the environment or treatment goals from the nurses still far from the stroke philosophy, which was independency in Activity Daily Living.
In cost behavior problems, including setting prices, the management did not do comprehensive business plan and feasibilities, so that the management facing difficulties setting the right Break Even Point (BEP) with correct value of BOR. There was no special marketing planning for stroke center unit, even though it was one of the prestigious in-hospital services. Until now, the Stroke Center Unit's income compare to its unit's expenditure is one and a third revenue to cost.
Based on the patients, former patients and families knowledge and social-economics status, showing several critical attitudes toward services facilities and physical environment of stroke center unit.
In creating Stroke Center Unit, at first the management did not conducted feasibilities study. Because of that, stroke unit had a lot of disadvantage in services aspects, environment and management organization. On the other hand stroke center unit had better performance based on LOS, T01 and BTO value. If management has certain attention this number could be a valuable asset to improve the disadvantages factors, and improve the quality of services and satisfy the consumer.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Fauzan S.
"Rumah Sakit Wijaya Kusumah adalah salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten-- Kuningan Jawa Barat yang mempunyai fungsi utamanya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi perubahan lingkungan eksternal dan internal, pengelola rumah sakit perlu melakukan upaya-upaya antisipatif dengan kerangka berpikir strategis yang terdokumentasi dalan perencanaan strategis.
Penelitian ini berupaya untuk membuat perencanaan strategis RS Wijaya Kusumah dengan meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi, baik faktor eksternal maupun kondisi internal.
Penelitian ini manggunakan metode penelitian operasional melalui analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap faktor eksternal dan faktor internal. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi kegiatan RS Wijaya Kusumah dan instansi terkait, sedangkan data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam dengan pihak terkait. Data sekunder dan primer dikumpulkan oleh peneliti dan selanjutnya dianalisis melalui tiga tahapan sehingga dihasilkan rencana strategis RS Wijaya Kusumah.
Analisis perumusan strategi Tahap I dilakukan melalui Consensus Decision Making Group yang susunan keanggotaannya ditetapkan berdasarkan SK Direktur RS Wijaya Kusumah No. 47/RSWK/SK-Dir/III/2003, Pada tahap ini dihasilkan factor-faktor yang menjadi peluang, dan ancaman pada lingkungan eksternal, serta kekuatan dan kelemahan pada lingkungan internal. Selanjutnya dengan alat bantu matriks EFE dan IFE, diketahui nilai bobot untuk masing-masing faktor eksternal dan internal.
Analisis perumusan strategi Tahap II dilakukan menggunakan alat bantu Matriks TOWS dan Matriks IE. Serdasarkan Matriks TOWS RS Wijaya Kusumah berda pada posisi internal fix-it quadrant dan menurut Matriks 1E berada pada Sel V ( hold and maintain). Penyesuaian terhadap kedua matriks tersebut menghasilkan rekomendasi alternatif strategi untuk RS Wijaya Kusumah yaitu Pengembangan Produk (Product Development). Dari alternatif strategi yang direkomendasikan, peneliti mengembangkan tiga alternatif strategi operasional yang dapat dilakukan oleh rumah sakit, yaitu pengembangan Unit Gawat Darurat sebagai produk unggulan rumah sakit, pengembangan kamar bedah, dan pengembangan laboratorium.
Analisis Tahap III dilaksanakan untuk menentukan prioritas dari ketiga strategi operasional dengan menggunakan alat bantu QSPM. Menurut QSPM, pengembangan Unit Gawat Darurat sebagai produk unggulan rumah sakit merupakan prioritas utama.
Peneliti menyarankan agar manajemen rumah sakit menindak lanjuti strategi terpilih dalam rencana kerja tahunan, serta melakukan evaluasi berkala sehingga pelaksanaannya dapat mencapai target dan sasaran yang diharapkan.

Strategic Planning of Wijaya Kusumah Hospital in the District of Kuningan for the Periode of 2005 - 2009Hospital of Wijaya Kususmah is one of the private hospital in the District of Kuningan, West Java that the most important function are giving service of health to public society. In face of change the external and internal environment, the management of hospital require to anticipative efforts with framework strategic which is documentation of strategic plan. This research cope to make strategic plan of Wijaya Kusumah hospital with checking and analysing influnce factors, external factor and internal condition also.
This the research - use operational research method by analysis qualitative and quantitative to external and internal factors. The secondary data obtained from documentation activity of Wijaya Kusumah hospital and relevant institution, while primary data obtained by indepth interview and observation with related parties. Secondary and primary data have collected by researcher and then analysed with three step to become the strategic planning of Wijaya Kusumah hospital.
Analysing strategic formulation of Phase I conducted with Consensus Decision Making Group which its membership formation is specified pursuant to SK Direktur RS Wijaya Kusumah No. 47.RSWKrSK-Dir/IIt/2003. At this phase that's yielded by factors becoming opportunity, and threat from the external environment, and also weakness and strength at internal environment. And then by appliance assist of EFE Matrix and IFE Matrix, known by wight value to the each factor of external and is internal.
The formulation analysis of strategy of Phase II used appliance assist of TOWS Mat-ix and IE Matrix. Pursuant to TOWS Matrix Wijaya Kusumah hospital on course fix-it quadrant and according to IE Matrix reside in Cell of V ( hold and maintain ).
Adjustment to both matrix yielding strategy alternative recommendation for the Wijaya Kusumah hospital that is Product Development. Of recommended strategy alternative, researcher develop three operational strategy alternative able to do by hospital, that is development of emergency unit as pre-eminent product of hospital, development of surgical room, and development of laboratory.
Analysis Phase of III conducted for to determine priority from third operational strategy by using appliance assist QSPM. According to QSPM, development of emergency unit as pre-eminent product of hospital is representing especial priority.
Researcher suggest that hospital management act chosen strategy in annual activity plan, and also periodic evaluation so that its execution can reach expected target and goals.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Nurcandrani H.
"Telah dilakukan penelitian tentang Rencanaan Strategis pengembangan RSUD Kota Bekasi tahun 2005-2009. Penelitian ini meliputi analisis lingkungan eksternal, analisis lingkungan internal, meninjau kembali pernyataan visi dan misi, menetapkan tujuan jangka panjang sampai 2009 clan menentukan alternatif strategi terpilih yang sesuai bagi posisi RSUD Kota Bekasi.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan strategik. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara mendalam sebagai sumber data primer dan , sumber data sekunder dan observasi oleh peneliti sendiri.
Penyusunan strategi dilakukan melalui tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahap input, meliputi analisis lingkungan eksternal dan internal RSUD Kota Bekasi, analisis faktor lingkungan eksternal dan internal dengan menggunakan matriks EFAS dan IFAS dan meninjau kembali pernyataan visi dan misi RSUD Kota Bekasi. Tahap kedua adalah tahap pencocokan yang meliputi penetapan jangka panjang RSUD Kota Bekasi sampai tahun 2009 dan menentukan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT dan IE. Selanjutnya pada tahap ketiga yaitu tahap keputusan, dimana dilakukan penetapan strategi terpilih RSUD Kota Bekasi untuk tahun 2005-2009 dengan menggunakan matriks QSPM. Cara pertgambilan keputusan menggunakan metode CDMG (Consensus Decision making Group).
Berdasarkan analisis lingkungan ekstemal menghasilkan nilai total EFAS sebesar 3,10. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen RSUD Kota Bekasi sangat concern atas faktor eksternal dengan berusaha memanfatkan peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman yang muncul. Analisis lingkungan internal menghasilkan nilai total IFAS sebesar 2,90, artinya pihak manajemen sangat yakin secara internal kekuatan yang dimiliki memiliki daya saing yang cukup tinggi
Sesuai denan hasil identifikasi posisi eksternal dan internal, pihak manajemen memutuskan untuk tetap menggunakan rumusan visi dan misi yang sudah ada karena dianggap masih relevan, faktual dengan kondisi lingkungan serta masih sesuai dengan cita-vita dan tujuan RSUD Kota Bekasi. Sedangkan rumusan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai sampai tahun 2009 meliputi aspek operasional pelayanan dan perawatan, aspek keuangan, aspek SDM dan aspek manajemen.
Penetapan strategi alternatif dengan menggunakan QSPM menghasilkan rekomendasi strategi generik yang sesuai dengan RSUD Kota Bekasi adalah strategi pertumbuhan intensif.
Akhirnya disimpulkan bahwa strategi utama yang sesuai bagi RSUD Kota Bekasi untuk tahun 2005-2009 adalah strategi pengembangan produk. Selanjutnya dalam penelitian ini juga telah dirumuskan saran dan rekomendasi dalam mengimplementasikan strategi terpilih agar visi dan misi serta tujuan jangka panjang yang telah di tetapkan dapat tercapai.

Strategic Planning of RSUD Kota Bekasi 2005-2009 Research for strategic planning of RSUD Kota Bekasi 2005-2009 has been done. The scope of the research consist of external environment analysis, internal environment analysis, review over vision and mission statement, define long term objectives until 2009, define strategic alternative and the chosen strategy which suitable to its condition.
The kind of this research is descriptive analytic research used information as a base information of taking strategic decision. The collecting information were done through deep interviewed as primary data sources, secunder data sources and observation by the researcher herself.
The technichs strategy were done through three stages. Stage I is input stage, included external and internal environment analysis. Analyzing of external and internal environment factors used EFAS and IFAS matrix and reviewed vision and mission statement of RSUD Kota Bekasi. Stage II is matching stage included established of long term objective until 2009 and decided alternative strategy used SWOT and IE matrix . And stage III is decision stage were done by decided chosen strategy of RSUD Kota Bekasi for year 2005-2009 used QSPM. The taking of decision was made using CDMG (Concensus Decision Making Group) methode.
As a result, external environment evaluation produced 3,10 of EFAS total value meant that RSUD Kota Bekasi took a good responsible the opportunities and avoided threats. Internal environment evaluation produced 2,90 of IFAS total value meant internally the power of it is average.
After knowing external and internal position, the management decided to keep using vision and mission statement because it is still relevant and suitable with the aim of RSUD Kota Bekasi. The formula of long term objective they try to reach until year 2009 include operational services and nursing, financaial, SDM and management Determination of the alternative strategy produced is intensive strategy, The strategy was chosen by using QSPM.
This research concluded that the major strategy fit to the development of RSUD Kota Bekasi year 2005-2009 is product development. This research is also give ideas and suggestions to implementation chosen strategy to make vision and mission also determined long term objective to be accomplished.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martomo Pryatman Mardjoeki
"RSPAD GS adalah rumah sakit militer tingkat I yang menjadi pusat rujukan tertinggi dari RS TNI AD/ABRI, melayani pasien baik sebagai anggota ABRI, PNS ABRI beserta keluarganya, juga melayani para pejabat tinggi dan tertinggi, dan masyarakat umum. Salah satu fasilitas layanan yang penting adalah bedah sentral, selain keberadaannya sangat dibutuhkan, bila dikelola dengan baik, bedah sentral akan menjadi salah satu sumber penghasilan bagi rumah sakit yang bersangkutan. Rendahnya kinerja di Bagian Bedah Sentral RSPAD GS, akan berpengaruh terhadap kesempatan menambah penghasilan bagi RSPAD GS.
Untuk dapat mengoptimalkan peran bedah sentral dalam rangka meningkatkan pendapatan rumah sakit perlu dilakukan penelitian studi kasus dengan analisis kuantitatif dibantu dengan Competing values Framework.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui budaya organisasi Bagian Bedah Sentral RSPAD GS kaitannya dengan kinerja Bagian Bedah Sentral RSPAD GS. Pengumpulan data dilakukan secara survei dengan bantuan kuesioner, besar sampel 89, dan semua populasi di Bagian Bedah Sentral dipilih sebagai responden. Data yang terkumpul dilakukan analisa dengan melihat kecenderungan budaya organisasi sekarang dan yang diinginkan.
Dati hasil penelitian budaya sekarang dan budaya yang diinginkan oleh kelompok manajemen di tingkat rumah sakit adalah budaya tipe klan, menurut kelompok manajemen di tingkat unit dan kelompok pengguna kamar bedah sentral, adalah budaya tipe hirarki.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelompok manajemen di tingkat rumah sakit, kelompok manajemen di tingkat unit dan kelompok pengguna kamar bedah sentral di bagian bedah sentral RSPAD GS tidak memiliki persepsi yang sama terhadap budaya organisasi di bagian bedah sentral dan masing-masing kelompok tersebut mempunyai harapan budaya organisasi yang berbeda. Peneliti berasumsi bahwa perbedaan harapan tersebut yang selama ini menyebabkan rendahnya kinerja dibagian bedah sentral RSPAD GS.
Bagian bedah sentral di RSPAD GS apabila ingin meningkatkan kinerjanya sebaiknya menyamakan budaya diantara kelompok manajemen di tingkat rumah sakit, kelompok manajemen di tingkat unit dan kelompok medis pengguna kamar bedah agar sejalan dengan visi, misi, strategi dan budaya di bagian bedah sentral RSPAD GS.

Cultural View Of The Main Operating Theatre Of The Gatot Subroto Army Main Hospital RSPAD 2003RSPAD GS is a first class Military Hospital which has become the main referral hospital for other military hospital, providing services for members of the Indonesian Armed Forces (TNI), civilian personnel of the armed forces as well as their families also for high ranking members of the military as well as that of the high and highest level of official and general public. One of the important services is the Main Operating Theatre. Its presence is extremely needed and if it is well managed, the Main Operating Theatre can become one of the main sources of revenue for the hospital.
The low performance of the Main Operating Theatre of RSPAD GS will have an impact on the opportunity to make extra revenue for RSPAD GS.
In order to maximize the role of the main Operating Theatre so as to raise revenue of the hospital, it is necessary to hold a survey as a case study by using the method of Quantitative analysis with the help of competing value framework.
The aim of the survey is to find out the Organizational Culture of the Main Operating Theatre of RSPAD GS and its connection with performance of the Main Operating Theatre of RSPAD GS. Search for data can be done in a curve' with the help of questionnaires, the amount of samples is 89, conducted to all the personnel at the Main Operating Theatre who will be selected as respondents.
The collected data can be analyzed by observing the current culture and the one desired by the Management Group a the hospital level there is the Clan Type of Culture, and according to the management group at the unit level and group using the Main Operating Theatre it is the Hierarchy type of culture.
The survey concluded that the Management at the hospital level, the management group at unit level and the group using the main operating theatre of the RSPAD GS do not have the same perception about the organizational culture of the main operating theatre and each group has its own different organizational cultural expectation.
The writer assume that these different organizational culture expectation is responsible for the low performance of the main operating theatre. The main operating theatre at RSPAD GS when it wishes to improve its performance should have similar cultural view between the management group at the hospital level, the management group at the unit level and the group using the main operating theatre so that they will have similar vision, mission, strategy and culture at the main operating theatre.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>