Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5559 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gobel, Satria
Abstrak :
Menurut WHO (1997), Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang. Kematian akibat ISPA, terutama pneumonia sebesar 13,5% (1,5 juta) dari angka kematian total (11,1 juta). Di Indonesia ISPA merupakan penyebab utama kematian balita. Berdasarkan angka ekstrapolasi dari hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995, angka kematian balita pada akhir pelita V diperkirakan 6 per 1000 balita atau berkisar 150.000 balita pertahun (Depkes RI, 1995). Angka kematian balita pada tahun 1995 adalah 75 per 1000 kelahiran hidup dan 59 per 1000 kelahiran pada tahun 1997 (Profit Kesehatan Indonesia, 2000). Berdasarkan pemantauan disejumlah Puskesmas di Kabupaten Bogor diperoleh data bahwa pola penyakit terbanyak diamati menurut kelompok umur 1-4 tahun pada tahun 2000 yang tertinggi adalah ISPA (9,67%). Data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan parung dari bulan Januari - Februari 2002 diperoleh data bahwa ISPA merupakan urutan pertama dari 10 penyakit terbesar yaitu 243 balita dengan rincian 10,70% balita ISPA yang tergolong pneumonia dan 89,30% balita ISPA non pneumonia. Sedang data hasil survey mahasiswa keperawatan komunitas pada bulan Februari 2002 pada 12 RT yang menjadi sampel, diperoleh data dari 370 balita ditemukan 173 balita(46,75%) mengalami ISPA dan dari pola penyakit terbanyak sesuai survey tersebut, ISPA menduduki urutan pertama untuk semua golongan umur termasuk balita. Keterlibatan keluarga dalam memberikan perawatan balita dengan ISPA sangat besar sehingga peran perawat komunitas sangat dibutuhkan untuk membina keluarga balita dengan ISPA. Perawat komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dapat berperan sebagai pendidik, koordinator, pelaksana, pengawas kesehatan, konsultan, kolaborasi, fasilitator, penemu kasus dan modilikasi lingkungan (Friedman, 1998). Untuk melaksanakan semua peran tersebut dibutuhkan perawat yang mempunyai kemampuan yang bridal dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga balita dengan ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku keluarga dalam merawat balita dengan ISPA di Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Bogor Jawa Barat. Desain penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi seluruh keluarga balita di desa Waru Jaya Kecamatan Parung Bogor yang sedang menderita ISPA pada waktu penelitian atau pernah menderita 1SPA 3 bulan terakhir. Sampel penelitian yang diambil adalah keluarga yang memiliki balita yang pernah menderita ISPA 3 bulan terakhir saat penelitian atau pada saat penelitian dilakukan terjaring sedang mengalami ISPA. Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga balita usia 1-5 tahun pada saat pelaksanaan PIN pada 9 pos penimbangan, terjaring sebanyak 201 keluarga balita. Pengumpulan data dengan cara kunjungan rumah dan melakukan wawancara dengan keluarga balita yang terjaring menderita ISPA dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disediakan yang dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2002. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat dan regresi logistik sederhana. Hasil penelitian pada analisis univariat menggambarkan bahwa dari karakteristik sosioekonomi yaitu pendidikan sebagian besar berpendidikan tamat SD (62,2%), tidak bekerja (75,6%), penghasilan keluarga lebih dari seratus ribu (60,7%), pengetahuan keluarga tentang pencegahan masih sangat kurang (71.64%), sikap keluarga dalam merawat balita ISPA positif (50,7%) dan perilaku keluarga dalam merawat balita dengan ISPA (52,74%) tergolong baik. Berdasarkan uji kai kuadrat didapatkan ada hubungan bermakna antara penghasilan, pengetahuan dan sikap terhadap perilaku dalam merawat balita dengan ISPA. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik didapatkan adanya hubungan yang bermakna secara signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku keluarga dalam merawat balita dengan ISPA. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk meningkatkan sumber daya perawat yang memberikan asuhan keperawatan komunitas melalui pelatihan atau pendidikan tinggi keperawatan baik D. III keperawatan atau S1 keperawatan. Bagi Puskesmas agar menyusun program secara terpadu, meningkatkan kunjungan rumah yang terencana, memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan komunitas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, serta meningkatkan kemampuan perawat dalam membuat media sederhana yang mudah dipahami dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan keluarga.
Analysis Factors which Related to Family Behavior in Caring Children with Acute Respiratory Infection (ARI) within Community nursing services context in Waru Jaya Village, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor West Java, Year 2002"Regarding WHO (I997), Acur Respiratory Infection (ARI) is a mayor health problem in developing countries. Death caused by ARI, especially pneumonia is 13,5% (1,5 million) from total mortality rate (11,1 million). ARI in Indonesia also become the primary cause of children mortality. Based on house hold survey data in 1995, children mortality at the 5 th five years development was about 6 in 1000 children under five or about 150.000 children under five in a years (Depkesehatan RI, 1995). Children mortality rate in 1995 was 75 per 1000 birth and 59 per 1000 birth in 1997 (Indonesia Health Profile, 2000). Based on monitoring some Community Health Center in Bogor, it was found that ARI (9,67%) was the mayor disease in the age of 1-4 years at 2000. Regarding data from Parung Community Health Center, ARI is the firs level of the 10 biggest disease. From 243 children under five years, which consists of I0,70% children with pneumonia and 89,30 % children with non pneumonia. From the community nursing student specialis survey result in February 2002 at 12 house hold, it was found 370 children under five years and 173 from 370 (46,75%) have ARI. ART also become the first level disease from whole age groups in the life span. Family involvement in caring children with ARI is significant therefore community nurses are really needed to help the family of children with ARI. The community nurses can demonstrate role as educator, coordinator, carer, health supervisor, consultan, collaborator, facilitator, case finder, and enviroment modifier (Friedman, 1998). In implenting those roles, the compotent nurses are needed in giving care for the family of children with ARI. This study purpose to identify factors which related to family behavior incaring children under five years with ARI in Waru Jaya village, Kecamatan Parung Bogor West Java. Design of this study used analytic survey method using cross sectional approach with total population sampling. The sample are all family who have children with ARI at the time of study or ever have ART in the last 3 months. Based on the interview result at National Immunization week at 9 centre, there were 201 family who included in the samples criteria. Data was collected by home visiting and interviewing during September to October 2002, Data was analyzed by chi square and logistic regression. The study result on univariat analysis demonstrate that socioeconomic characteristic: mostly finished primary school (67,7%), un employed (75,6%), family income less than Rp.100.000 (60,7%), family knowledge about ARI prevention is limited (71,64%), positive family in caring shildren with ARI (50,7%) and family behavior in caring balita with MU (52,74%) is good. There was also find a significant relationship between in come, knowledge and attitude toward family behavior in caring children with ARI. This study results are recommended to Kabupaten Health Council Bogor to increase nurses resource who will give nursing care through training or high nursing education at D.III program or bachelor degree. For Health Center, it is advised to create integrated program which increase planned home visit anggiving nursing care to the family and the community using nursing process approach, and increase nurses ability in developing simple tools for health education.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 2112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Maryani
Abstrak :
Penilaian angka kredit jabatan fungsional perawat adalah suatu bentuk penilaian kinerja bagi perawat dengan status Pegawai Negri Sipil , penilaian berdasarkan prestasi yang dicapai perawat dalam mengerjakan kegiatan keperawatan dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat/jabatan perawat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional perawat dengan motivasi kerja perawat di RS. MM Bogor. Desain penelitian cross sectional dengan populasi 202 orang dan sampel penelitian 139 orang. Penelitian dilaksanakan tanggal 25 Juni sampai dengan 8 Juli 2002. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dengan Kai kuadrat dan multi variat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar (57,2 %) perawat RS.MM. Bogor memiliki motivasi kerja yang tinggi. Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara pengetahuan perawat terhadap penilaian angka kredit dengan motivasi kerja perawat. Terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi perawat dengan motivasi kerja perawat. Dan karakteristik perawat yang berhubungan dengan motivasi kerja adalah tingkat pendidikan dan status perkawinan. Analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda ditemukan variabel yang mempunyai kontribusi terhadap motivasi kerja perawat adalah pembinaan , kemudahan dan status perkawinan. Disarankan kepada RS. MM. Bogor untuk meningkatkan motivasi kerja perawat dengan meningkatkan pendidikan perawat secara formal/informal, meningkatkan kemampuan tim penilai dan bagi peneliti lainnya dapat melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metoda observasi, wawancara mendalam di rumah sakit-rumah sakit dengan tipe yang berbeda.
Performance evaluation of the nurses using credit system for functional job is one type of performance evaluation for the government employee. Evaluation is based on performance achievement of the nurses in giving nursing care. This method of evaluation is used as one of the requirement for nursing staff's promotion. Objectives of this research to identify of the relationship between performance evaluation using credit system based on functional nursing job with nurses' working motivation at MM. Hospital Bogor. This research is quantitative research with the cross sectional method. The number of respondents is 139 nurses. This research was conducted from June, 25 until July 8, 2002. The data was analyzed using univariate, bivariate with chi square and multivariate statistic with the multiple logistic regression. The research result showed that 57,2 % of nurses at MM. Hospital in Bogor has high motivation. There is a signifificant relationship between nurses' perception and nurses' motivation. The characteristics of the nurses which has relationship with motivation is the level of education and marriage status. Variables which has high contribution to nurses motivation includes: supervision, easiness and marriage status. Recommendations for MM. Hospital in Bogor regarding improvement of nurses' motivation, through providing continuing education for nurses as well as for the evaluator. For other researchers are recommended to conduct advance research using observation and deep interview methods in different type of hospitals.
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T4787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Hardiansyah Safitri
Abstrak :
Stimulus sensorik merupakan salah satu dari intervensi keperawatan komplementer yang membantu mengatasi masalah gangguan kelemahan (hemiparesis). Hipnoterapi merupakan terapi potensial yang menggunakan sugesti positif sebagai input sensoris dalam merangsang pusat somatosensoris untuk perencanaan dan pemrograman gerakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengaruh hipnoterapi terhadap peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada ekstermitas. Desain penelitian kuasi-eksperimen dengan pendekatan nonequivalent control group pre?posttest design dengan purposive sampling sebanyak 44 responden. Kelompok kontrol diberikan perlakuan latihan range of motion (ROM) sedangkan kelompok intervensi diberikan latihan ROM dan hipnoterapi. Terdapat peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah 10 kali intervensi. Namun analisa lebih lanjut juga terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value < 0,05). Diperlukan penelitian lanjutan dengan homogenitas sampel yang lebih baik dan situasi yang lebih terkontrol. ...... Sensory stimulus exercise is one of activity in the complementary nursing interventions to overcome weakness (hemiparesis). Hypnotherapy is a potential therapy utilizes art of persuasive communication as the sensory input to provoke the somatosensory center in planning and programming movement. This study aimed to identify the effect of hypnotherapy to increase muscle strength and range of motion the joints extremity. Quasi-experimental designs with purposive sampling 44 samples. Control group were given range of motion (ROM) exercise and experiment group were given ROM exercise and hypnotherapy. There were significant effect in both experiment and control group to increase muscle strength and range of motion. Further analysis also getting significant differences between control and experiment group (p value < 0,05). Require further research with better homogeneity sample and more controlled situation.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asra Dewi
Abstrak :
Pandemi Coronavirus disease 19 (Covid-19) berdampak pada komitmen perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan mempengaruhi kualitas asuhan, kepuasan kerja perawat, dan pencapaian tujuan pelayanan keperawatan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi determinan komitmen perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di era pandemi Covid-19. Desain penelitian yang menggunakan pendekatan cross sectional ini melibatkan 221 perawat pelaksana dan ketua tim di dua rumah sakit umum wilayah Kalimantan Barat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Variabel determinan diukur menggunakan kuesioner dalam bentuk google form yang dikumpulkan secara online. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian mendapatkan determinan komitmen perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di masa pandemi Covid-19 adalah kecerdasan emosional (p=0,001) dan dukungan atasan ) p=0,009), yaitu setiap penambahan satu poin kecerdasan emosional dan dukungan atasan akan meningkatkan komitmen perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sebesar 0,239 kali dan 0,125 kali. Faktor usia, lama kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan ruangan unit kerja tidak berhubungan dengan komitmen perawat (p> 0,05). Faktor yang paling berhubungan dengan komitmen perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah kecerdasan emosional. Dari penelitian ini juga didapatkan kemampuan perawat menilai emosi orang lain dan keinginan perawat bertahan pada profesinya merupakan aspek kecerdasan emosional dan komitmen perawat yang masih perlu ditingkatkan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan kompetensi kecerdasan emosional perawat dan membuat strategi dukungan atasan untuk meningkatkan komitmen perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. ......The Coronavirus disease 19 (Covid-19) pandemic has an impact on the commitment of nurses in giving nursing care and affects the quality of care, nurse job satisfaction, and the achievement of nursing service goals. This study aims to identify the determinants of nurses' commitment in giving nursing care in the era of the Covid 19 pandemic. The research design using a cross sectional approach involved 221 nurses and team leaders at two public hospitals in West Borneo. Sampling was done by simple random sampling technique. The determinant variable was measured using a questionnaire in the form of a google form which was collected online. Data were analyzed using multiple linear regression. The results showed that the determinants of nurses' commitment in giving nursing care during the Covid-19 pandemic were emotional intelligence (p=0.001) and supervisor support (p=0.009), that is, each addition of one point of emotional intelligence and support from supervisor will increase the commitment of nurses in giving nursing care by 0.239 times and 0.125 times. Factors of age, length of work, gender, education level, marital status, and work unit room were not related to nurse commitment (p> 0.05). The factor that is most closely related to the commitment of nurses in giving nursing care is emotional intelligence. From this study, it was also found that the nurse's ability to assess the emotions of others and the nurses's desire to stay in her profession are aspects of emotional intelligence and nurse commitment that still need to be improved. The results of this study can be used as a basis for developing nurses' emotional intelligence competencies and making supervisor support strategies to increase nurses' commitment in giving nursing care.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Herliana
Abstrak :
Nyeri merupakan stimulus yang dapat merusak perkembangan otak bayi prematur. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh developmental care terhadap respon nyeri akut pada bayi prematur yang dilakukan prosedur invasif. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental non equivalent control group, before and after design, dengan jumlah sampel 42 bayi prematur terdiri dari 21 responden sebagai kelompok kontrol dan 21 sebagai kelompok intervensi. Hasil penelitian ada perbedaan yang signifikan dari respon nyeri akut sebelum dan sesudah dilakukan developmental care (p value=0,000). Rekomendasi penelitian developmental care perlu diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi prematur dan diharapkan ada penelitian lanjutan tentang pengaruh developmental care terhadap perkembangan bayi prematur di kemudian hari baik dari aspek kognitif, bahasa maupun motorik. ......Pain is a stimulus that can damage the developing brains of premature babies. The objectives of this research was to determine the effects of developmental care on acute pain response in premature babies who had been performed invasive procedures. This study used quasiexperiment research design non equivalen control group, before and after design, involving 42 sample consisted of 21 premature babies in both control and intervention group. This study found that there was a significant difference on acute pain responses before and after developmental care been implemented (p value=0,000). Recommendation from this research are developmental care needs to be applied in nursing care for premature babies and it also important to investigate the long term influence of developmental care on development of premature babies either from the aspect of cognitive, languange and motor skills.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T28664
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amelia K
Abstrak :
Bencana menyebakan kematian, kehilangan dan kesakitan meningkat. Di Indonesia pada tahun 2018 saja terdapat 5.395 jiwa meninggal dan hilang; luka 19.610 orang; penduduk yang terdampak dan mengungsi 603.873 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan model pelatihan keperawatan yang dapat meningkatkan kesiapsiagaan menangani kegawatdaruratan pascagempa. Penelitian memakai metode riset operasional dengan dua tahap penelitian. Tahap I: pengembangan model melalui penelitian phenomenology dengan metode wawancara mendalam diikuti diskusi kelompok terfokus (FGD), studi literatur dan konsul pakar. Tahap II: validasi model dengan desain true eksperimental blok control alokasi. Wawancara mendalam mendapat 9 partisipan dan FGD 10 partisipan. Didapatkan Model Pelatihan ‘Aku Sigap Bencana’ untuk meningkatkan pengetahuan, kesiapan dan kesediaan perawat. Intervensi dilakukan selama satu bulan dengan jumlah sampel total 124 perawat. Pelatihan memakai zoom meeting serta aplikasi ‘Aku Sigap Bencana’ yang diunduh di Play Store. Uji T-test dan General Linear Model repeated measure membuktikan Model Pelatihan ‘Aku Sigap Bencana” meningkatkan kesiapsiagaan, pengetahuan, kesiapan dan kesediaan (p value < 0,05) dan memiliki ketahanan lebih lama (p value <0,05). Faktor perancu tidak mempengaruhi hasil yang didapat (p value > 0,05). Rekomendasi Model ‘Aku Sigap Bencana’ dapat dipakai untuk pelatihan perawat di Pusat Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit diseluruh Indonesia agar kemampuan menangani korban dan kesediaan hadir pascagempa meningkat. ......Disasters can lead to death and loss. In 2018, Indonesia suffered 5.395 death and loss, 19.610 people were injured, and 603.873 lived in shelters. This study aimed to develop a training model to increase nurses’ preparedness in responding to post-earthquake emergency situations. An operational research method used consisting of two stages. Stage I: training model development using phenomenology with interviews and then followed by focus group discussions, literature review and expert consultation. Stage II: model validation using a true experiment with allocated block design. A total of nine interview participants and ten focus group discussion was included in this study. A training model named ‘Aku Sigap Bencana’ developed to increase the knowledge, preparedness, and readiness of nurses. The training intervention was carried out for a month and included 124 nurses. It was delivered using zoom meeting and an application of ‘Aku Sigap Bencana’ that can be downloaded from the Play Store. T-test and General Linear Model repeated measure approved that ‘Aku Sigap Bencana’ significantly increased knowledge, preparedness, readiness and willingness of nurses (p value < 0,05) and have longer resilience (p value <0,05). Confounding factors were not influence the result (p value > 0,05). The training model ‘Aku Sigap Bencana’ can be used to train nurses working at primary care centres and hospitals across Indonesia to increase nurses’ knowledge and willingness in responding to post-earthquake emergency situations.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Syabariah
Abstrak :
Latar belakang: Ulkus kaki diabetik adalah komplikasi umum yang terjadi pada penderita diabetes mellitus (DM). Penurunan aliran darah berkontribusi terhadap kronisitas ulkus kaki diabetik. Vibrasi diduga berdampak pada perbaikan aliran darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas vibrasi terhadap percepatan penyembuhan ulkus kaki diabetik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah randomized clinical trial (RCT) non blinding. Subyek penelitian merupakan pasien dengan ulkus kaki diabetik derajat 0-2 yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi, vibrasi diberikan dengan dosis 3 kali sehari dengan lama pemberian 15 menit sampai luka dinyatakan sembuh. Hasil: Penelitian ini menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada laju kesembuhan, rerata skor penyembuhan luka khususnya pengamatan minggu pertama dan kedua serta rerata penutupan area luka. Laju kesembuhan dan penutupan luka pada kelompok intervensi lebih cepat dibandingkan kontrol. Vibrasi juga meningkatkan kadar nitric oxide (NO) setelah intervensi diberikan dan menunjukkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Sebagai luaran sekunder didapatkan hubungan antara kadar NO dengan laju kesembuhan dan penutupan area luka. Kesimpulan: Pemberian vibrasi efektif mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik diukur dari laju kesembuhan, skor penyembuhan, penutupan area luka dan kadar NO.
Background: Diabetic foot ulcer is a common complication in patient with diabetes mellitus. The decreased blood flow has a role in the chronicity of diabetic foot ulcer. Vibration therapy was supposed to be able to improve the blood flow. The aim of this study was to evaluate the effect of vibration on the acceleration of healing of diabetic foot ulcer. Method: This experimental study used a randomized clinical trial non blinding design. Patients with diabetic foot ulcers grade 0-2 were divided into control group and intervention group. Patients in intervention group received vibration as an adjuvant to standard therapy, three times a day, each for 15 minutes, until the wound were healed. Results: There were significant differences (p<0.05) in terms of healing rate, wound healing score (especially at the end of week 1 and week 2), and the wound closure area. The rate of wound healing and wound closure were significantly higher in the intervention group. The level of nitric oxide (NO) was also significantly higher in the intervention group. As an additional outcome, there was a positive association between the level of NO and the rate of healing and wound closure. Conclusion: Vibration therapy accelerated the healing of diabetic foot ulcer in terms of healing rate, healing score, wound closure area, and elevated the level of NO.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
D1430
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Sekarsari
Abstrak :
Perawatan mandiri merupakan bagian integral dalam keberhasilan manajemen pasien gagal jantung. Peneliti menggunakan 3 pendekatan model terintegrasi yaitu transtheoretical, orem dan motivational interviewing model yang disebut model "PrOMiSe". Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan perilaku perawatan mandiri pasien gagal jantung. Kuasi-eksperimental disain digunakan dalam penelitian ini. Sejumlah 100 pasien gagal jantung didaftar selama rawat inap. Kelompok intervensi diberikan intervensi model "PrOMiSe" selama tiga bulan dari perawat kardiovaskular terlatih. Uji statistik menggunakan independent t-test, chi square, uji Mann Whitney, regresi logistik, Kaplan Meier dan Cox regresi. Hasil: terdapat perbedaan bermakna perawatan mandiri, indek pengetahuan dan tahap perubahan, readmission dan atau kematian pasien gagal jantung setelah intervensi model antar kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kesimpulan: Model "PrOMiSe": integrasi edukasi dan konseling efektif dalam meningkatkan perawatan mandiri, pengetahuan, tahap perubahan dan menurunkan peluang readmission dan atau kematian pasien gagal jantung. Rekomendasi: diperlukan kebijakan penerapan model dan penelitian lanjutan tentang konseling perawatan. ...... Self-care is an integral part in the successful management of heart failure patients. The aims of research was to increase self-care behavior of patients with heart failure. We used a three model integrated approach, the transtheoretical, orem and motivational interviewing model, or simply termed "PrOMiSe". Quasiexperimental design was used in this study. One hundred patients with heart failure enrolled during hospitalization. Intervention group received intervention "PrOMiSe" model over a three month period from nurse trained. Statistical tests used independent t-test, chi square, Mann Whitney test, multiple logistic regression, Kaplan Meier and Cox regression. Results: there were significant differences􀀁in heart failure self-care, knowledge heart failure index and stages of change and readmission and/ or death after the intervention "PrOMiSe" model between the control and intervention group. Conclusion: the "PrOMiSe" model was effective in increasing heart failure self-care, knowledge heart failure index, stages of change and reducing survival readmission and/ or death in heart failure patients. Recommendation: necessary policy and further research related with counseling heart failure self care is needed.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
D1458
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enie Novieastari
Abstrak :
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang memiliki konotasi kebudayaan oleh karena itu dalam penanganannya perlu memperhatikan aspek kebudayaan pasien. Keberagaman kebudayaan pasien berdampak pada adanya kebutuhan asuhan keperawatan yang peka budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Asuhan Keperawatan Peka Budaya (Model AKPB) dan mengidentifikasi pengaruh model tesebut terhadap kepuasan pasien Diabetes Melitus. Penelitian dengan desain kuasi eksperimen melibatkan 208 orang pasien Diabetes Melitus yang dirawat di dua rumah sakit umum pusat di Jakarta. Instrumen yang digunakan merupakan hasil modifikasi sejumlah instrumen yang berhubungan dengan kompetensi budaya dan kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan. Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan yang bermakna antara kepuasan pasien pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol(p= 0,000). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pasien yang mendapat asuhan keperawatan peka budaya lebih tinggi kepuasannya sebanyak 5,2 kali dibandingkan dengan pasien pada kelompok kontrol. Kesimpulan penelitian ini adalah Model Asuhan Keperawatan Peka Budaya terbukti dapat meningkatkan kepuasan pasien Diabetes Melitus. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan penelitian pada kasus pasien dengan gangguan kesehatan yang lain.
As a chronic disease Diabetes Mellitus has a cultural association therefore its management should consider the cultural aspect of the patient.The cultural diversity among patients has an impact on the increase demand of culturally sensitive nursing care. The purpose of this study is to develop a model of culturally sensitive nursing care (Model AKPB) for diabetic patient and its impact on patient satisfaction regarding nursing care. The design of quasi experimental was used with 208 diabetic patient from two different hospitals involved in this study. Modified instrument from culturally competent nursing care and satisfaction for nursing care were developed and utilized. The result shown that there is a statistically different between the staisfaction of patient amongs intervention group and control group (p= 0,000). Multivariate analysis shown that the satisfaction of patients from intervention group 5.2 times higher than control group. As conclusion, there is an evidence that the model of culturally sensitive nursing care has increased the satisfaction of diabetic patient. Further research needed to identify the effectiveness of this model for other different health problems.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
D1408
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>