Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Neneng Suryadinata
Abstrak :
Gagal ginjal terminal tergolong penyakit kronik yang mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu lama. Umumnya penderita tidak lagi dapat mengatur dirinya sendiri dan biasanya bergantung kepada para professional kesehatan. Kondisi ini menimbulkan perubahan atau ketidakseimbangan biopsikososial penderita Hal ini ditandai oleh gejala-gejala emosi yang ditampilkan seperti kuatir, takut dan cemas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami gambaran stres dan perilaku coping pada penderita gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan memakai teknik wawancara sebagai metode pengumpulan data utama serta observasi sebagai metode penunjang. Subyek penelitian adalah penderita gagal ginjal terminal yang sudah menjalani hemodialisis lebih dari setahun, masih bekerja, dan pendidikan minimal SLTA. Subyek penelitian terdiri dari dua orang subyek yang menderita gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Untuk penelitian ini dipergunakan teori stres dan strategi coping dari Sarafino (1998). Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan analisis yang dilakukan penulis, dapat disirnpulkan bahwa stresor yang dihadapi kedua subyek berasal Bari penyakit gagal ginjal terminal itu sendiri dan upaya coping yang dilakukan adalah gabungan antara emotion focused coping dan problem focused coping. Proses hemodialisis menuntut coping emotion yang efektif dalam bentuk positive reappraisal, dimana kedua subyek berusaha menciptakan dan mencari makna yang positif dengan mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga mampu mengatasi masalah dan situasi yang dihadapi. Proses coping efektif karena adanya dukungan sosial, berupa dukungan emosional (keluarga, teman-teman) dan dukungan instrumental (dana dan jaminan kesehatan). Gagal ginjal terminal bukan hanya membawa dampak fisiologik pada penderita, tetapi juga menghadapkan masalah psikologis dan psikososial, oleh karena itu peneliti ingin memberikan saran praktis. Kepada penderita agar mereka saling berbagi perasaan, mendengar pengalaman penderita GGT lainnya, mencari informasi dan belajar ketrampilan bare dalam mengatasi masalah, menciptakan rasa positif, dan mempertebal iman. Bagi praktisi kesehatan agar memberikan edukasi dan dukungan psikologis, menyiapkan waku cukup untuk konsultasi, dan menjalin kerjasama dengan sejawat lain. Bagi rumah sakit agar membentuk tim khusus dalam mengelola penderita GGT, menyusun program pembelajaran tentang pengetahuan dasar psikologi bagi para medis, membuat rancangan pertemuan bagi keluarga dan penderita GGTuntuk saling berinteraksi. Bagi lembaga sosial agar berkoordinasi dengan berbagai institusi dalam pengumpulan dana untuk menangani penderitapenderita GGT. Saran bagi penelitian lanjutan adalah meneliti tentang dukungan sosial pada penderita GGT, karena berperan penting dalam penyesuaian diri penderita GGT dan meneliti kehidupan spiritual pada penderita penyakit kronis lainya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenderlinus Imus
Abstrak :
Kehadiran anak autis dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi seluruh kehidupan anggota keluarga. Permasalahan tersebut menimbulkan keinginan peneliti untuk membantu dengan cara menggali permasalahan orangtua, tahapan penerimaan anak dan bentuk dukungan yang mereka perlukan. Melalui Focus Group Discussion (FGD) keinginan ini terwujud. Dari hasil analisis focus group discussion tampak bahwa permasalahan orangtua berkisar pada tingkah laku anak, kemampuan anak, pendidikan dan terapi bagi anak, biaya terapi dan alat yang tinggi. Hal baru yang ditemukan dalam penelitian ini adalah disamping menyimpan harapan akan anak-anaknya, orangtua juga menyimpan rasa kekhawatiran akan masa depan anak. Awalnya hampir semua orang tua terkejut, menolak diagnosis, sedih dan marah dan bertanya mengapa hal itu menimpa mereka hingga berupaya mencari informasi yang Iebih Iengkap. Ada orangtua yang merasa tak berdaya namun ada yang mengalami emosi negatif terutama bila memikirkan masa depan anak hingga menerima keadaan anaknya. Orangtua tidak terlalu berharap dan sebaliknya mereka berusaha untuk menata lingkungan anaknya sesuai kemampuan anak. Akhirnya, orangtua lebih memperhatikan bagaimana harapan dan kehidupan anaknya kelak dan bagaimana menanggulangi dampak pada orangtua dan keluarga secara keseluruhan. Tampak pula bahwa umumnya orangtua menyadari bahwa untuk meringankan beban, mereka membutuhkan dukungan sosial dari lingkungannya, termasuk dari orang¬orang terdekat seperti keluarga dan sahabat. Keterlibatan anggota keluarga secara lebih nyata sangat diharapkan. Demikian pula keterlibatan instansi untuk memfasilitasi pertemuan orangtua. Dengan memperhatikan permasalahan orangtua diatas, tahapan penerimaan anak serta dukungan sosial yang mereka butuhkan maka sangat diperlukan suatu wadah yang dapat menampung, membantu para orangtua memecahkan permasalahan mereka melalui parent support group. Tujuannya adalah memberikan kesempatan untuk mempraktekkan ketrampilan interaksi sosial dengan orang Iain. Mereka menceritakan komitmen untuk berubah, dorongan bagi orang lain yang bemutu, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T18842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriana Rachmawati
Abstrak :
Persepsi keluarga terhadap kualitas hidup pasien stroke menjadi penting karena cara keluarga merawat dan memperlakukan pasien stroke akan sangat bergantung pada persepsinya terhadap kemampuan pasien, Perilaku pasien tergantung pada persepsi tentang kualitas hidupnya sendiri dan bagaimana pasien berespons terhadap stimulus dari lingkungannya. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan persepsi pasien, pasangan dan analmya tentang kualitas hidup pasien pasca stroke yang dirawat dirumah dan bagaimana koping pasien bila menghadapi persepsi tersebut. Aspek yang digunakan untuk menilai kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan pasien pasca stroke adalah status dan fungsi fisik, status psikologis, fungsi sosial serta gejala yang berkaitan dengan penyakit dan terapi. Koping pasien diukur dengan menilai strategi koping yang digunakan pasien terhadap penilaian kualitas hidupnya; baik oleh diri sendiri, pasangan maupun anakya. Disain penelitian yang digunakan adalah multi metode (mixed methode); yang merupakan gabungan metode kuantitatif dan kualitatif. Responden penelitian kuantitatif adalah pasien pasca stroke, pasangan dan anaknya yang berjumlah 93 orang sedangkan informan/subyek penelitian kualitatif adalah 12 orang diantaranya Data kuantitatif dianalisis menggunakan metode univariate analysis dan data kualitatif menggunakan manifest content analysis. Hasil penelitian menunjukkan secara kualitatif pasien dan pasangannya mempersepsikan kualitas hidup pasien adalah tinggi yang berarti pasien mampu beradaptasi dengan dampak penyakitnya atau rnengarah pada kesembuhan sedangkan anak pasien menganggap kualitas hidup pasien pada level sedang; artinya pasien belum sepenuhnya mampu beradaplasi dengan penyakitnya atau belum rnengarah pada kesembuhan. Hasil penelitian secara kualitatif temyata tidak sesuai dengan hasil kuantitatif karena hasil wawancara menyatakan pasien masih mempunyai mengalami banyak keterbatasan fisik, masalah psikososial dan gejala penyakit yang jelas. Strategi koping yang digunakan pasien terhadap kondisi stroke maupun persepsi diri tentang kualitas hidupnya adalah emotion atau problem focused coping dan campuran dari emotion dan problem focused coping.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Puspita Asih
Abstrak :
ABSTRAK
Tugas Akhir ini disusun untuk menjawab dugaan bahwa orangtua dengan anak remaja autistik memerlukan sebuah buku panduan guna membantu mereka mengelola berbagai permasalahan dan dampak permasalahan tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu tugas akhir ini dirancang berbentuk penelitian yang dilakukan untuk mengetahui berbagai permasalahan yang dapat menjadi sumber stres bagi beberapa ibu yang memiliki remaja autistik. Permasalahan yang diduga muncul antara lain adalah masalah yang berkaitan dengan gejala autisme anak, masalah kesehatan anak, masalah pendidikan dan masa depan anak, masalah orangtua yang umumnya berada pada masa transisi dewasa lanjut, masalah permasalahan pasangan yang berkaitan dengan hubungan antar individu, permasalahan remaja, permasalahan ekonomi, permasalahan kakek-nenek yang tinggal bersama dengan keluarga, sampai pada permasalahan saudara kandung individu autistik yang terkena dampak gangguan perkembangan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap tiga orang ibu dengan anak autis remaja. Hasil penelitian menyimpulkan adanya metode coping yang dilakukan setiap orangtua pada saat menghadapi permasalahan khas keluarga dengan remaja autistik. Hasil penelitian menghasilkan saran disediakannya informasi dalam bentuk buku panduan maupun bentuk lain untuk membantu orangtua mengelola berbagai permasalahan yang umumnya muncul pada saat anak autistiknya berkembang remaja.
2009
T37656
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Mesieni
Abstrak :
Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kedokteran dan kesehatan yang bermutu dan terjangkau sudah seharusnya tersedia. Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik dokter umum diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat melalui suatu sistem pelayanan yang menyeluruh dan mudah dijangkau. Sehingga setiap dokter bekerja dengan lebih terintegrasi, rileks dan tidak terburu-buru dalam memeriksa pasien. Regulasi pemerintah yang mengatur pola pemberian pelayanan kedokteran dan pola pembiayaan kesehatan masyarakat telah diatur pada Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang-Undang No.40 tahun 2004 tentang SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional). Penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian survey deskriptif. Peneliti mendapatkan keterangan dari responden secara lisan dan merekam semua jawaban yang diutarakan. Responden dan penelitian ada tiga sumber yaitu pihak dokter, masyarakat dan penyandang dana atau pihak asuransi. Dari hasil analisis penelitian didapatkan informasi yang kurang mengenai dokter keluarga sehingga sosialisasi yang dijalankan oleh pihak pemerintah melalui Departemen Kesehatan relatif rendah. Di daerah penelitian Tasikmalaya ditemukan dokter praktik umum yang melakukan praktik dokter keluarga yang sangat sedikit dan tidak berjalan karena jumlah sedikit. Keadaan itu terlihat sulit karena adanya hambatan dalam pendanaan. Belum adanya kerjasama antara pihak pemerintah dengan dinas kesehatan. Hal ini ditunjang belum adanya kebijakan pemerintah yang mengatur lembaga-lembaga penopang dana secara terstruktur. Dengan adanya permasalahan tadi, peneliti mengusulkan agar program dokter keluarga lebih dikembangkan. Pemyataan secara lisan dikemukakan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota hendak mengadakan sosialisasi agar semua dokter praktik umum bisa melakukan praktik dokter keluarga. Diharapkan masyarakat lebih mengerti tentang gambaran program dokter keluarga dengan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, berkesinambungan, dan koordinatif. Karena dengan dokter keluarga masyarakat menjadi sadar terhadap perilaku hidup sehat dan pencegahan penyakit.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lugita Agustina
Abstrak :
Alasan dan tujuan : penelitian dilakukan dengan dilatarbelakangi teori bahwa stres kerja dapat menimbulkan penyakit pada karyawan sehingga mengakibatkan tingginya jumlah ketidakhadiran karena sakit (cuti sakit). Cuti sakit tidak hanya berdampak pada tingginya beban biaya pengobatan yang harus ditanggung perusahaan tetapi juga mengganggu pola kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan mengetahui bagaimana dinamika interaksi yang terjadi antara sumber stres kerja (stressor), yakni yang berasal dari faktor pekerjaan, individual dan extra organizational, dengan penyakit, maka dapat dilakukan langkah pengelolaan stres kerja yang akan mengurangi penyakit pada karyawan. Metode : penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus, dengan sampel 4 (empat) orang karyawan yang bekerja sebagai operator produksi. Sampel dipilih secara purposive mewakili karyawan dengan cuti sakit tertinggi dan terendah. Data diperoleh terutama melalui wawancara pertanyaan terbuka kepada subyek penelitian, ditambah dengan informasi clan pihak terkait seperti atasan dan dokter perusahaan, serta didukung oleh catatan pemeriksaan medis. Hasil penelitian : Subyek penelitian yang memiliki stressor faktor pekerjaan dan extraorganizational yang tinggi, serta didukung oleh faktor individual berupa NA (Negative Affect) yang tinggi, serta stress control dan hardiness yang lemah, mengeluhkan lebih banyak keluhan fisik, baik yang memang memiliki dasar fisiologis (disease) maupun yang bersifat subyektif (illness). Mereka memiliki cuti sakit yang tinggi. Sebaliknya, subyek penelitian dengan stressor faktor pekerjaan dan extraorganizational yang rendah, serta didukung oleh faktor individual berupa NA (Negative Affect) yang rendah, serta stress control dan hardiness yang kuat, tidak mengeluhkan keluhan fisik, psikologis maupun perilaku. Mereka lebih bahagia dan produktif dalam menjalani kehidupannya. Kesimpulan dan saran : Interaksi antara stressor pekerjaan, individual dan extraorganizational dapat memicu stres, baik distress maupun eustress. Untuk mengatasi distress, yakni stres yang menimbulkan gangguan dalam kehidupan individu, perlu dilakukan konseling individual yang bertujuan untuk membantu individu untuk meningkatkan hardiness dan spiritual health, mengubah NA-nya yang tinggi, serta mempelajari teknik-teknik pengelolaan stres.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvie Tresya
Abstrak :
ABSTRAK
Kanker adalah suatu gangguan pertumbuhan, yang disertai dengan pembelahan sel abnormal dimana sel yang membelah secara abnormal menyerang jaringan sel normal, dan menurunkan fungsi pada jaringan tersebut atau organ yang terserang. Pasien kanker mengalami berbagai macam hal yang mempengaruhi kondisi fisik, psikologis, dan psikososial. Hal yang dapat terlihat dengan jelas pada reaksi fisik ini adalah rasa sakit.. Keluhan fisik lainnya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit kanker, antara lain keluhan mual, muntah dan anoreksia, susah berkonsentrasi, fatigue, susah tidur, konstipasi, kurangnya nafsu makan, disfungsi seksual, serta kurangnya penglihatan dan pendengaran. Reaksi psikologis yang mungkin terjadi pada pasien kanker adalah ancaman terhadap citra diri, kehilangan integritas ketubuhan, hilangnya kemandirian, ketakutan, gangguan dalam pekerjaan dan masa depan yang tidak pasti. Sedangkan reaksi psikososial yang mungkin terjadi pada pasien kanker adalah hubungan yang tegang dan menarik diri. Hal tersebut memperlihatkan bahwa betapa pentingnya memahami kondisi pasien kanker dalam upaya memberikan perawatan secara menyeluruh yang dinamakan pendekatan perawatan multidisipliner terpadu (integrated multidisciplinary approach to care), yang dikenal dengan perawatan paliatif. Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi, yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan kualitas hidup yang optimal, juga memberikan dukungan kepada keluarganya. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai langkah awal untuk menggali pengetahuan dan pemahaman pasien di Rumah Sakit Kanker Dharmais dan keluarganya. Penelitian ini adalah suatu penelitian kualitatif untuk menggali bagaimana pengalaman hidup pasien kanker. Jumlah subyek dalam penelitian ini sebanyak empat orang, yaitu dua orang pasien dan dua orang anggota keluarga pasien di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penemuan dalam penelitian ini adalah pasien dan keliarga tidak memiliki cukup pengertian tentang konsep dari perawatan paliatif. Konsep mengenai perawatan sangat diasosiasikan dengan satu dokter. Bagaimana pun juga, mereka mendapatkan keuntungan dengan adanya perawatan paliatuf. Jadi pasien dan keluarga memerlukan suatu metode langsung yang berguna dalam pemberian informasi mengenai perawatan paliatif. Hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini ada pengalaman emosi yang ditemukan pada anggota keluarga, yang merupakan hal penting dalam mendukung perawatan. Hal menarik lainnya yang ditemukan adalah caring attitude yang di berikan oleh tim kesehatan merupakan faktor yang penting dalam merawat pasien dan keluarga Pada akhirnya, rekomendasi diberikan tentang perlunya pertimbangan perbedaan diagnosis medis, proses adaptasi atau tahapan berduka dan harapan dan kepuasan pasien dan keluarga dalam perawatan paliatif.
2009
T37911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Retno Hascaryani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T38336-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library