Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tribowo Dharsono
"ABSTRAK
PENDAHULUAN
Era Globalisasi ekonomi dan informasi melahirkan kebutuhan sarana
transportasi yang cepat, nyaman dan aman. Salah satu alternatif yang dapat memenuhi
kriteria tersebut adalah sarana angkutan udara.
Meningkatnya kebutuhan akan sarana tersebut berakibat pula terhadap kenaikan
permintaan pesawat baru. Apabila kenaikan permintaan tersebut terjadi secara
normal, hal ini tidak akan menimbulkan permasalahan didalam pemenuhan kebutuhan
tersebut. Tetapi karena kenaikan tersebut terjadi sedemikian pesatnya, maka
pabrik pembuat pesawat mengalami kesulitan dan menimbulkan backlog pada
penyediaan pesawat baru.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan Airbus Statistic Report yang memperkirakan
kenaikan kebutuhan pesawat terbang penumpang dari tahun 1990 hingga tahun 2009
mencapai 65% yaitu dan 8.193 pesawat menjadi 13.510 pesawat; sedangkan
pesawat terbang kargo dan tahun 1990 hingga tahun 2000 mencapai 75% yaitu dan
811 pesawat menjadi 1.420 pesawat.
Namun demikian ini tidak berarti bahwa industri penerbangan merupakan suatu
industri yang tenang, stabil dan tidak mempunyai tantangan dalarn pelaksanaan
operasionalnya. Dan pengalaman yang ada, industri ini sangat labil dan sangat
dipengaruhi oleh lingkungan usahanya.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan bahwa banyak perusahaan yang harus gulung
tikar karena tidak mampu memberikan pelayanan kepada pelanggannya, disamping
itu dapat pula dilihat dimana dengan terjadinya krisis Timur Tengah belum lama
berselang banyak perusahaan yang harus mengurangi jumlah karyawannya.
Kondisi diatas yaitu adanya backlog untuk penyediaan pesawat baru dan labilnya
industri penerbangan; mengharuskan perusahaan -perusahaan yang ingin tetap
survive untuk berbenah diri dalam menghadapi lingkungan yang dinamis tersebut.
PERMASALAHAN
PT. Penerbangan Indonesia sebagai salah satu perusahaan penerbangan yang
menyadari situasi tersebut, mulai pula berbenah diri. Pembenahan tersebut disamping
bertujuan agar perusahaan dapat tetap bertahan, memantapkan posisinya dalam
industri penerbangan dan mampu memanfaatkan peluang yang ada, juga untuk
menghadapi ancaman yang mungkin tìmbul. Pembenahan ini dilakukan dengan
jalan mengoptimasikan semua sumber daya yang ada sehingga diharapkan akan
dapat menambah competitive advantage yang dimilikinya.
Salah satu item dan Corporate Planning PT. Penerbangan Indonesia
menyebutkan bahwa Maintenance Facility yang dimilikinya (PMF) ditargetkan
untuk menjadi SBU pada tahun 1993. Dengan adanya pernyataan tersebut, maka
tugas PMF yang selama ini terfokus pada perawatan pesawat milik perusahaan
induk; mulai tahun 1993 sudah harus mampu melayani perusahaan penerbangan lain
dengan presentasi produksi yang lebih besar.
Dengan kata lain PMF disamping berfungsi sebagi supporting unit dan
operasional perusahaan induk harus pula mampu mencari revenue dan
memberikan profit kepada perusahaan induk.
Tugas yang dibebankan kepada PMF ini bukan merupakan beban yang ringan,
karena banyak kendala yang harus dihadapi PMF dalam melaksanakan tugasnya;
yaitu antara lain:
1. Kendala intern
- Banyaknya tipe pesawat dan mesin serta komponen yang digunakan oleh FL Penerbangan
Indonesia mengakibatkan tingginya tingkat investasi yang harus dikelola oleh PMF.
- Belum adanya pengalaman PMF dalam bidang pemasaran.
- Masih lemahnya perencanaan produksì dan pengelolaan material.
- Rendahnya jumlah sumberdaya manusia yang ada dan tingkat pendidilcan rata-rata
karyawan dibandingkan dengan perusahaan perawatan sejenis serta disiplin administrasi
dari karyawannya.
- Belum adanya FAA dan CAA approval yang dibutuhkan untuk modal bersaing dengan
organisasi sejenis.
- Struktur organisusi yang kurang menunjang fleksibilitas organisasi dalam menghadapi
lingkungan usaha yang dinamis.
2. Kendala Eksternal :
- Bentuk perusahaan induk yang merupakan BUMN menyebabkan investasi PMF banyak
yang bersifat given.
- Sulitnya mendapatkan sumberdaya manusia yang siap pakai di PMF.
- Banyaknya pesaing diregional yang sama yang telab terlebih dahulu ada, baik itu dan
perusahaan penerbangan maupun perusahaan non penerbangan yang mengkhususkan
diri dalam bidang perawatan pesawat terbang.
Dengan kondisi diatas, PMF memerlukan adanya suatu strategi yang sesuai dan tepat
sebagai sarana untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan oleh perusahaan
induknya.
PENUTUP
Dengan mengacu pada misi, visi dan target yang sudah ditetapkan oleb
perusahaan induk, manajemen PMF menetapkan sasaran jangka panjangnya yaitu :
?Menjadi salah satu Maintenance Facility terbaik diarea Asia Pasifik?; sasaran
mana ditunjang dengan business strategy yang menitik beratkan pada tindakan?
tindakan :
- Menurunkan technical delay untuk menunjang ketepatan time table.
- Mempertahankan pasar yang ada dan meningkatkan kemampuan agar rnampu
memperluas pangsa pasar.
- Optimalisasi fasilitas yang ada.
Sesuai dengan tujuan penulisannya, maka analisa yang dikemukakan disini adalah
membahas bagaimana strategi PMF untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan
tersebut. Apakah strategi yang dipilh telah sesuai dan tepat dengan situasi yang
dihadapinya dan bagaimana pelaksanaan strategi tersebut dalam penerapannya secara
praktis.
Dalam penganalisaan yang dilakukan sesuai dengan praktek yang didapat
dilapangan, masih terlihat adanya beberapa kelemahan-kelemahan yang harus segera
diperbaiki untuk dapat mencapai sasaran PMF tersebut, yang antara lain adalah :
1. Sistim informasi manajemen sangat lemah, sehingga komunilcasi yang terjadi tidak
optimal.
2. Belum tersedianya informasi pesaing dalam industri sejenis.
3. Belum adanya desentralisasi sistim akuntansi.
4. Penegasan sasaran jangka panjang PMF, dimana seharusnya sasaran tersebut dimasukkan
dalam Rencana Keija Divisi Teknik.
5. Buku Rencana Kerja sebagai pedoman pelaksanaan kerja manajemen yang seharusnya
disusun sebelum penyusunan budget, belum dilaksanakan secara konsisten.
6. Restrukturisasi organisasi yang sesuai dengan dinarnisasi lingkungan usaha harus
segera dilaksanakan.
7. Target unit pemasaran hams ditegaskan, langsung mendapatkan revenue dan profit yang
tinggi ataukah untuk tujuan positioning terlebih dahulu.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Gayatri
"ABSTRAK
Semakin membaiknya kondisi perekonoman paska krisis moneter 1997, besarnya
prediksi pertumbuhan penumpang, dan keluarnya deregulasi mengenai kemudahan syarat
pendirian usaha menberi dampak pada bermunculankembalinya maskapai-maskapai
penerbangan lokal (rute domestik) yang semakin meramaikan dirgantara Indonesia dan sering
disebut-sebut sebagai ?Euphoria kedua? setelah tahun 1968.
Nama-nama maskapai penerbangan baru tersebut antara lain: ?Pelita Air Service, Lion
Mentari Airlines, Bayu Indonesian Air, Air Wagon Inlernasional, Airmark Indonesia Aviation,
dan Jatayu Gelang Samudra; Empat maskapai lain masih didalam proses perkenalan dan empat
maskapai penerbangan lainnya masih dalam proses perijinan.
Ketatnya persaingan di industri penerbangan Nusantara telah mengakibatkan sulitnya
mendiferensiasikan produk, sehingga untuk bisa dìpilih, peran merek kemudïan menjadi
dominan, artinya jika sebagian besar calon pengguna jasa penerbangan mengingat merek Merpati
sebagai nama yang pertama kali terlintas (top of mind) maka besar kemungkinan dengan
dukungan asosiasi dan perceived quality yang positif, maka Merpati akan menjadi pilihan mereka
dalam transportasi udara. Hal-hal yang masuk dalam kategori ?Brand Equity/ekuitas merek?
menurut Aaker tersebut (awareness, association, perceived quality, loyally & other propretary
assets) perlu diketahui nilainya sehingga pihak manajemen perusahaan yang besangkutan dapat
meniperoleh gambaran untuk mengambil langkah kedepan guna mengatasì atau mengantisipasi
posisi.
Ada banyak cara mengukur dan menganalisa ekuitas merek, salah satunya adalah bentuk
analisa berdasarkan persepsi customer, yang dapat diterapkan pada perusahaan penyedia jasa
seperti Merpati. Walaupun tidak diperoleh suatu angka/nilai ekuitas merek seperti jika dilakukan
perhitungan matematis berdasarkan Iaporan keuangan atau nilai saham, namun paling tidak hasil
penelitian ini dapat memberikan masukan posisi ekuitas merek dan Merpati dimata customernya
relatif terhadap pesaingnya.
Penelitian dilakukan dengan melibatkan 100 responden user/non user Merpati yang
masing-masing diberikan pertanyaan dalam bentuk kelompok utama ekuitas merek (berdasarkan
Aaker), yaitu: Brand Awareness/kesadaran akan merek, Brand Associalion/asosiasi apa yang
melekat pada Merpati, Perceived Quality/persepsi mengenai kualitas. diukur dengan menanyakan
tingkat kepentingan (importance) dan kinerja (peijormance) dari Merpati, serta Brand Loyalty/pengkajian tingkat loyalitas customer Merpati.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan;
Pertama bahwa walaupun tingkat awareness tethadap Merpati tidaklah buruk, namun Merpati
hanya menduduki urutan kedua setelah Garuda yang menempati top of mind target customernya..
Hal ini disebabkan karena alasan historis, disamping memang Garuda lebib baik kualitasnya
dibanding Merpati sesuai dengan persepsi responden dan juga alasan gencarnya promosi dan
Garuda yang mengangkat slogan?Kini Lebih Baik?, sementaia Merpati dirasa masih kurang
?greget: promosìnya kepada target customer. Mandala dan Bouraq memiliki brand awareness
dari responden yang juga cukup baik, sebingga dapat dijadikan patokan untuk mulai
memperlakukan mereka sebagai pesaing bukan lagi pengikut (follower).
Kedua, Dari 19 (sembilan belas) asosiasi yang dikaitkan dengan Merpati, hanya 5 (lima) asosiasi
yang temyata berkaitan erat dengan Merpati, yaitu: ?harga tiket murah?, ?milik BUMN?,
?jaringan domestik yang luas?, serta ?mencakup seluruh nusantara?. Lima sub brand Merpati
yang diharapkan berasosiasi kuat justu tidak ada yang masuk kedalam bagan asosiasi tersebut.
Namun demikian pada pertanyaan mengenai perusahaan diperoleh beberapa pernyataan yang
potensial untuk kembali ditanyakan melalui penelitian lebih lanjut apakah itu berkaitan dengan
Merpati, antara lain: Ukuran perusahaan, kepedulian kepada customer, popularitas, profesional
dan lain-lain.
Ketiga, Dari analisa Perceiveq QuaIity, atribut layanan yang paling perlu mendapat perhatian
karena posisinya dalam matrik performance-importance ada pada kuadran IV (Importance tinggi
sementara performance rendah) adalah: kecepatan pengantaran bagasi ke ban berjalan, kecepatan
dan ketepatan konekdi ke penerbangan selanjutnya, penanganan komplain bagasi, On Time
Performance secta staff bandara yang tanggap. Sedangkan berdasarkan analisa regresi antara
kepuasan dengan masing-masing atribut pada titik pelayanan menunjukan hasil sebagal berikut:
pada pre-flight secara keselurulian dengan signifikan berturut-turut dan yang pengaruhnya
terbesar ke yang terkecil adalah: Kemudahan booking tiket, keramahan petugas bagian reservasi
bandara, Jumlah frekwensi penerbangan, dan ketanggapan karyawan bandara. Pada In-flight
berturut-turut adalah tersedianya sarana hiburan, Ketanggapan awak kabin , Jarak yang lebar
antara kursi penumpang Pramugari/a cekatan, On time performance. Dan untuk post-flight atribut
yang berpengaruh adalah: Penanganan keluhan/komplain, Ketepatan koneksi untuk penerbangan
lanjutan, Kecepatan pengantaran bagasi ke ban berjalan, penerimaan bagasi Iengkap. Setelah
dilakukan pemisahan bagi pengguna dan non pengguna Merpati, hasilnya tidak begitu jauh
berbeda kecuali pada pre-flight. Titik pelayanan post-flight adalah titik yang nilal
Performancenya paling tinggi dibanding titik lain, dan jika dikelompokkan berdasarkan dimensi,
atribut-atrobut yang hampir seluruhnya sama dengan titik post flIght tersebut masuk kedalam
dimensi layanan reliability/ keterandalan. Kedua hasil menunjukkan intepretasi yang relatif sama
dengan analisa matriks performance importance.
Keempat atau bagian terakhir dari analisa Ekuitas merck adalah ?loyalitas merek?, terbagi
didalam lima kategori. Pada tingkatan pertama, yaitu switcher/customer yang suka berpindah
karena harga, terdapat sejumlah 27%customer yang rata-rata berpindah jika ditawarkan kurang
lebih 23% potongan harga oleh maskapai lain Tingkat kedua, habitual menjaring sejumlah
48,64% dari customer dengan makna ganda apakah mereka menggunakan Merpati karena
memang kebiasaan (baik) atau keterpaksaan (buruk). Selanjutnya 24% merasa puas
menggunakan Merpati, namun pada matriks perpindahan terlihat cukup jelas sebesar 46% dan
customer Merpati yang tidak loyal menggunakan Merpati. Angka ini cukup besar untuk sebuah
perusahaan, terutama yang bergerak dibidang jasa, sebab jika dihitung dari jumlah penumpang,
nilai teisebut cukup besar. Dalam jangka panjang akan mungkin terjadi pengikisan pasar
Merpati, sebab walaupun masih terdapat 31% customer yang merasa puas akan layanan Merpati,
namun hanya sebesar 7% yang commited/berkomitmen untuk terus menggunakan jasa
penerbangan Merpati bagi perjalanan domestik mereka.
Dari keseluruhan analisa dapat disimpulkan bahwa Merpalti perlu berbenah diri untuk
meningkatkan citranya dimata pelanggan, sebab bukan tidak mungkin kondisi persaingan akan
semakin menajam, bukan surut seperti yang diprediksikan sebelumnya oleh manajemen Merpati,
antisipasi dini dan tindakan preventif perlu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi. Ekuitas merek merpati dapat dikatakan masih dibawah Garuda berdasarkan
persepsi target customernya, padahal masih berasai dari satu negara dan dìbawah naungan
kementrian yang sama, maka bagaimana kondisj jika pesaing asing bebas masuk dan beroperasi
di wilayah Indonesia.
Beberapa saran/masukan untuk merpati adalah: Meningkatkan program promosi
Perusahaan untuk menggalang kesadaran customer target lebih besar, Mengembangkan asosiasi
yang berkaitan dengan Merpati agar tercipta satu image perusahaan yang baik; menanamkan
filosofi ?total customer services? pada setiap lini organisasi sehingga peningkatan perceived
quality konsumen bisa meningkat, dan akan berdampak pada loyalitas customer terhadap
Merpati Asosiasi yang berkait cukup kuat dapat dijadikan sebagai point of dfference antara
Merpati dengan pesaingnya. Dan sebagai Iangkah awal perbaikan, berbagai atribut yang penting
untuk diperhalikan sebaiknya segera dijalankan untuk memperbaiki dan memenuhi keinginan
customer yang merupakan aset terbesar sumber penghasilan dan sebuah perusahaan layananhjasa
seperti Merpati.
"
2002
T2016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Hartono
"Usaha jasa penerbangan berjadwal telah banyak mengalami beberapa perubahan dan dampak peraturan pemerintah maupun perubahan teknologi. Perubahan-perubahan situasi ekonomi, telah membawa peningkatan kesejahteraan dan pendidikan kepada masyarakat. Hal ini mengakibatkan perubahan selera konsumen pemakai jasa penerbangan menjadi meningkat. Perubahan ini mengubah nilai daripada pandangan konsumen terhadap keputusan untuk membeli suatu jasa/produk.
Fungsi pemasaran terus mengatisipasi perubahan nilai yang terjadi pada konsumenya. Untuk mengetahui perubahan nilai yang terjadi, maka diperlukan penelitian pasar, pesaing dan proses rantai nilai perusahaan.
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk memenangkan suatu persaingan usaha. Untuk memenangkan suatu persaingan, maka diterapkannya berbagai strateji yang bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan. Terjadi suatu paradigma strateji pemasaran dari waktu ke waktu yang pada intinya adalah membawa kepuasan kepada konsumen dan karyawan perusahaan.
Persaingan di industri jasa penerbangan berjadwal domestik di Indonesia pada mulanya bersaing melalui harga tiket pesawat. Sehingga terjadi perang tarif yang berkeianjutan yang akan membawa dampak negatif pada perusahaan itu sendiri dan penumpang pesawat. Dengan menurunkan tarif seminimun mungkin, akan berdampak pada penurunan kualitas jasa yang diberikan kepada penumpang.
Kemudian pada tanggal 20 Mei 1994, ditandatangani kesepaktan tarif INACA yang disetujui oleh seluruh perusahaan maskapai penerbangan domestik Indonesia. Terjadi pergeseran bidang persaingan, yang mulai mengarah pada persaingan dalam jasa pelayanan yang diberikan secara profesional.
Perusahaan penerbangan berjadwa! ini juga mendapatkan ancaman dari perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, sebagai akibat kebijaksanaan open sky yang disetujui oleh pemerintah Indonesia. Sehingga terjadi suatu persaingan yang global yang menuntut semakin tinggi profesional usahawan dalam menjalankan misi usahanya. Dengan demikian maka pelanggan mempunyai banyak pilihan untuk menentukan penerbangan yang dipilihnya, mau tidak mau setiap perusahaan penerbangan harus menyediakan nilai yang diinginkan oleh penumpang pesawat.
Lingkup strategi pemasaran ini melihat lebih jauh analisa industri dan persaingan yang terjadi di dalam industri penerbangan berjadwal. Kemudian melihat suatu analisa kreasi nilai, dilihat dan komponen komponen pendukung jasa pelayanan. Diharapkan terdapat suatu nilai yang diinginkan oleh konsumen, sehingga dapat dilihat suatu celah antara rantai nilai perusahaan dengan nilai konsumen itu sendiri. Rantai nilai proses perusahaan dengan pesaing bandingkan untuk melihat letak kelemahan komponen pendukung untuk mencapai misi yang diinginkan oleh konsumen.
Dengan konsep kreasi nilai, maka diharapkan terjadi suatu triangIe value added yang membawa manfaat pada kepuasan konsumen, karyawan, dan perusahaan. Proses pemberian nilai dan perusahaan kepada karyawan melalui pemasaran internal. Nilai yang diberikan perusahaan kepada konsumen dilakukan melalui pemasaran eksternal. Dan nilai yang sebenarnya terjadi adalah pada saat pemberian pelayanan dan karyawan kepada konsumen, yang biasa dìsebut pemasaran interaktif. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, J. F. Thomas
"ABSTRAK
Menyongsong diberlakukannya AFTA tahu 2003 dan perdagangan
bebas tahun 2010 akan memberikan kesempatan dan tantangan bagi dunia
bisnis pada umumnya, khususnya dunia penerbangan berjadwal. Beberapa
negara dalam menyongsong era tersebut telah mutai menerapkan open sky
policy yang akan meningkatkan persaingan antaroperator penerbangan. tetapi di
sisi lain, membuka peluang urduk mengembangkan sayap ke mancanegara.
Kondisa poltik ekonomi dan sosìal lndonesa yang kurang
menguntungkan saat ini sangat berpengaruh terhadap bisnis penerbangan
secara keseluruhani dan merupakan kendala yang saigat besar dalam bisnis
penerbangan.
Merpati sebagai perusahaan penerbangan melihat adanya peluang untuk
memperluas jangkauan pasamya ke pasar intemasional. khususnya pasar Perth.
Australia Untuk hat tersebut perlu dilakukan analisis dalam menetapkan suatu
strategi yang paling sesuai dengan kondisi Merpati.
Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan penulis, diperoleh posisi yang
kurang menguntungkan bagi Merpati, yaitu adanya kendala faktor ekstemal yang
besar dan kelemahan dalam bidang internal yang dihadapi. Berdasarkan analisis
Boston Consulting Group didapati posisi Merpati pada kuadran Question Marks.
diindikasikan adanya kesulitan cash flow untuk memperluas market share
dengan pertumbuhan pasar yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan Iebih
lanjut, sehingga memerlukan investasi baru (penambahan modal), tetapi di sisi
lain, hal ini tidak memungkinkan dengan kondisi keuangan Merpati saat ini.
Berdasarkan analisis tersebut, Merpati harus menetapkan strategi untuk
memasuki pasar Perth, Australia dan bertahan pada pasar tersebut Adapun
strategi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
? Strategi korporasi dilakukan dengan cara kerja sama aliansi untuk
menghindari beban keuangan yang ada;
? Strategi Generik unit bisnis dilakukan dengan pola persaingan
menurunkan harga jual produk. Hal ini menyebabkan Merpati harus
melakukan efisiensi yang tinggi, agar dapat menghasilkan low-cost.
? Penentuan posisi pada strategi pemasaran dilakukan dengan
penekanan yang berbeda, yaitu : untuk pasar domestik lebih
ditekankan pada posisi fungsional dan untuk pasar internasional pada
posisi pengalaman.
? Pemilihan program strategi pemasaran (bauran pemasaran), yaitu:
? strategi produk/jasa dilakukan dengan meningkatkan pelayanan
dalam preflight, in flight dan postflight, yaitu dengan menerapkan
suatu standarisasi serta melakukan adaptasi terhadap Iingkungan
lokal;
? strategi harga dilakukan dengan menekankan pada strategi harga
penetrasi, yaitu dengan menetapkan harga yang lebih murah
dibandíngkan dan pesaing;
? strategi untuk saluran distribusi dan promosi dilakukan dengan
menggunakan jasa agen perjalanan yang ada, Serta mengambil
alih agen perjalanan yang ditinggal operator sebeumnya
(Sempati), sehingga dapat memanfaatkan jalur distnbusi yang telah
ada khususnya di Perth, Australia.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dan penerapan strategi di atas
diharapkan Merpati dapat memasuki pasar intemasional dan bertahan pada
pasar tersebut khususnya pasar Perth, Australia, bahkan secara perlahan-lahan
dapat meningkatkan posisinya ke arah yang lebih baik.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ayu Indira
"ABSTRAK
PT Garuda Indonesia diketahui sebagai salah satu Badan
Usaha Milik Negara yang mengemban misi sebagai perusahaan
penerbangan nasional penbawa bendera negara (flag carrier).
Konsekuensinya PT Garuda Indonesia dituntut untuk menjadi
perusahaan yang menguntungkan dengan mengindahkan kaidah
kaidah dunia usaha yang berlaku umum, mulai dari cara
pengelolaannya sampai kepada memenangkan persaingan di
pasaran bebas.
Persaingan antar perusahaan penerbangan domestik
maupun internasional kini semakin tajam dan ketat. Banyak
hal yang menjadi penyebabnya, antara lain globalisasi dan
resesi ekonomi yang berkepanjangan. Ketatnya persaingan
ditandai dengan masuknya maskapai penerbangan dalam suatu
sektor penerbangan yang dimungkinkan melalui agreement
antar negara, modernisasi armada, pemberian pelayanan yang
sangat beragam dan penyediaan fasilitas yang super canggih.
Kondisi persaingan ini juga berdampak pada Garuda
Indonesia. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tahun 1993
tercatat sebagai tahun yang kurang menguntungkan bagi
Garuda. Pada tahun tersebut, pasar wisata Indonesia,
khususnya Jepang, menurun dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya sekalipun dalam persentasi yang kecil. Masalah
masalah yang terkait dengan fenomena ini antara lain :
penurunan jumlah penumpang, load factor dan revenue.
Faktor-faktor yang disinyalir melatarbelakangi masalah
tersebut diatas adalah resesi yang menghinggapi dunia -
khususnya Jepang, krisis Teluk Parsi yang berawal sejak
tahun 1991, globalisasi dalan segala aspek kehidupan dan
masuknya JAL sebagai kompetitor kuat dalam rute penerbangan
langsung Tokyo-Jakarta.
Dalam situasi seperti ini tentu saja Garuda perlu
memiliki manajemen operasional yang efisien dan efektif
agar dapat unggul dalam persaingan. Salah satu strategi
dalam kerangka manajemen operasional adalah perencanaan dan
pendisainan produk yang handal guna mengantisipasi gejolak
dan perubahan dalam era globalisasi ini, dengan
memperhatikan resources perusahaan dan kebutuhan/keinginan
pasar maupun reaksi pesaing. Perencanaan dan pendisainan
mencakup keseluruhan aspek/feature yang melengkapi produk
secara keseluruhan baik fisik maupun service.
Dengan strategi ini diharapkan Garuda dapat membawa
diri menjadi maskapai penerbangan internasional yang
berorientadi pada kepuasan penumpang.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrulloh Hakiem
"ABSTRAK
Garuda Indonosla adalah flag carrier BUMN dengan aset Rp 10 triliun dengan
masalah keuangan yanq dlhadapi adalah kemampuan mempertahankan laba operasi
dan arus kas Secara berkeIanjutan. Domestik memberi kontribusi yang signifikan
pada keuangan, namun Penurunan kurs rupiah dan masuknya pesaing baru menjadi
ancaman.
Kekuatan merek Garuda dibanding pesaing adalah skala ekonomi dan experience
curve, sehlngga strategi harga adalah diferensiasi dan bukan mengikuti perang
harga. Untuk meningkatkan nilai tambah, customization harga perlu dilakukan untuk
menjaring pelanggan baik dari segmen yang kurang sensitif maupun sensitif harga.
Customization mempunyal dampak strategis terhadap persaingan yaltu mengurangi
intensitas persaingan harga pada pasar premium sekaigus menjaring segmen
sensitif-harga dan mempertahankan dominasi. Rute Jakarta-Surabaya dipilih karena
memberi kontribusi terbesar di domestik cian persaingan yang dinamis. Untuk
merancang implementasi, customization didasari oleh pengendali-nilai (value driver)
yaitu fleksibilitas, kenyamanan dan penghargaan. Inovasi diperlukan untuk
membangun pagar pembatas antar kelompok pelanggan. Namun demikian
overcustomization dihindari karena bíaya yang tidak sebanding dengan tambahan
nilai yang diporoleh, dan menurunnya goodwill konsumen.
Tantangan Customization adalah rasa keadilan, arbitrase dan peraturan batas-atas
harga. Komunikasi ke pelanggan melalui media dan agen perlu dilakukan untuk
memberikan kejelasan bahwa perbedaan harga dan batasan tempat-duduk
memenuhi rasa keadilan. Arbitrase dihinclari dengan pembuatan penyekat antar
kelompok pelanggan secara efekiif, Garuda juga perlu mempengaruhi pemerintah
untuk menghilangkan batas-batas dan membiarkan harga tersebuJt berdasar
mekanisme pasar. Untuk menghindari penyalahgunaan kekuatan monopoli atau
oligopoli secara berlebihan. pemerintah perlu memberi keleluasaan perijinan untuk
mendirikan perusahaan penerbangan baru, bukan dengan pembatasan harga
"
2002
T2811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handrito Hardjono
"ABSTRAK
Perusahaan penerbangan dewasa ini menghadapi persaingan
yang semakin ketat. Dengan adanya deregulasi di bidang
penerbargan, kenaikan harga mínyak, serta bayangan resesi
menambah tingkat persaingan untuk bekerja dengan lebih
effisien lagi. Perusahaan penerbangan yang tidak dapat
bekerja dengan effisien akan tertinggal dalam percaturan
penerbangan internasional.
Pesawat udara merupakan asset yang paling berharga yang
dimiliki oleh sebuah perusahaan penerbangan. Harganya yang
mahal dan perawatannya yang tidak mudah menuntut pengelolaan
yang sangat serius dari asset ini. Penanganan yang salah akan
dapat menyebabkan kerugian yang tidak kecil pada perusahaan.
Route penerbangan merupakan satu hal yang sangat vital
bagi perusahaan penerbangan karena dari jaringan tersebutlah
datangnya revenue perusahaan, sehingga menuntut penanganan
yang sangat serius terutama dalain hal pemilihan penggunaan
jenis pesawat udara. Penentuan yang kurang tepat dalam suatu
jalur penerbangan akan dapat sangat merugikan perusahaan.
Sebagai contoh adalah pemilihan jenis pesawat yang terlampau
kecil ataupun terlampau besar dalam suatu jalur penerbangan
akan merugikan perusahaan sehingga perlu ditetapkan secara
tepat. Di lain pihak banyak sekali variabel yang berpengaruh
dalam pemilihan jenis pesawat yang harus melayani suatu
jalur, sehingga pemilihannya tidaklah selalu mudah. Atas
dasar masalah dan variabel-vaniabel diatas, maka dalam karya
akhir ini dicoba suatu model matematis linear programming
yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah diatas.
Objective function yang dipilih dalam model ini adalah
untuk memperoleh minimum cost dalam menghitung total
operating cost dan ke-enam jenis pesawat yang dimiliki P.T
Garuda Indonesia. Decision vaniabel adalah jumlah frekwensi
Penerbangan per tahun dan suatu route tertentu. Konstrain
ditentukan oleh keterbatasan )umlah pesawat, jumlah penumpang
yang banus diangkut dan satu tujuan ke tujuan lainnya, load
faktor yang harus dipenuhi, dan keterbatasan daya jangkau
dari satu jenis pesawat.
Route yang dipilih untuk model ini adalah route
penerbangan P.T Garuda Indonesia domestik, regional serta
satu tujuan internasional sebagai model awal untuk dapat
dikembangkan lebih lanjut.
Dari model linear programming yang disusun kemudian
dicari optimasinya menggunakan program komputer LINDO, yang
memberikan suatu alternatif pemilihan jenis pesawat udara dan
frekwensinya dalam menerbangi suatu route dengan operating
cost yang paling minimal. Hal tersebutlah yang kemudian
diperbandingkan dengan jenis pesawat udara yang digunakan
sekarang dan membandingkan operating cost yang diperlukan.
Dari hasil tersebut terlihat adanya penghematan yang cukup
besar apabila menggunakan jenis pesawat udara yang disarankan
oleh LINDO. Tentunya alternatif pemilihan jenis pesawat
udara yang diperoleh dan LINDO harus dipelajari kembali
dengan memasukkan unsur pemasaran dan preferens dan
pelanggan sebelum diputuskan penggunaannya.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Hanief
"ABSTRAK
PT Garuda Indonesia sebagai Badan Usaha Milik Negara díbawah
Departemen Perhubungan berkewajilban mengeloIa prosedur pengadaan
barang dan jasa untuk kebutuhan Internal dan eksternal perusahaan
serta mengelola keuangan perusahaan yang berhubungan dengan
pengadaan yakni hutan perusahaan dan pengeluaran kas; dengan
memperhatlkan keefisienan, keefektifan dan Keintegrasian sistem
Informasi pengadaan barang dan jasa tersebut. Di dalam perusahaan.
Pengadaan barang dan jasa di PT Garuda indonesia pada
dasarnya dilaksanakan oleh Bidang Pengadaan pada Biro Umum,
tetapi untuk barang atau jasa yang khusus sifatnya, wewenang
pengadaan dlberÌkan kepada unit-unit tertentu (keseluruhannya
terdiri 8 unit PeIaksana Pengadaan).
Permasalahannya adalah proses pengoIahan data yang belum
efisien ( beberapa kegiatan masih dilakukan secara manual ),
jumlah data yang besar dan tersebar ( terdapat pada tiap-tiap
Unit Pengadaan), kebutuhan Informasi bagi rnasing-masing fungsi
mnanajerial belum dapat diberikan dengan sesuai baik dltinjau dari
segi isi maupun nilai lnformasinya dan makin dltuntutnya
penyajian Intormasi yang cepat sehingga sistim yang ada sekarang
belum dapat memenuhi hal-hal tersebut díatas.
Salah satu alternatif yang memungkinkan adalah merancang
suatu sistem pengolahan data baru yang dapat memecahkan masalah
masalah diatas. Oleh karena Itu dengan bantuan komputer yang
terintegrasi adalah suatu tindakan yang cukup tepat, sehingga
informasi yang dlbutuhkan dapat Iebih terjamin akan kecepatan
penyampaiannya, kelengkapan isi, serta segi kualitas.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni Gusmali
"ABSTRAK
Penanganan masalah?masalah yang berhubungan dengan kepuasan peIanggan di P.T. Garuda Indonesia selama ini dirasakan
masih belum sampai pada tingkat kualitas tertentu yang sebenarnya sudah harus dimiliki. Terutama dalam rangka menunjang misi
korporasi P.T. Garuda Indonesia untuk menjadi salah satu elit
penerbangan di dunia.
Untuk dapat bersaing didalam bisnis penerbangan, Garuda
Indonesia didalam mempertahankan pelanggannya mau tidak mau
harus selalu mengikuti kecenderungan selera mereka.
Kecenderungan ini dapat diketahui dengan cara langsung
bertanya kepada pelanggan, apakah mereka merasa puas dengan
pelayanan yang dlberikan. Garuda Indonesia dari waktu ke waktu.
Untuk itu perlu dilakukan survei kepuasan pelanggan
dimana hasil survei tersebut dapat digunlakan untuk membuat
program perbaikan pelayanan agar sesuai dengan kebutuhan atau
keingirian pelanggan.
Permasalahan kemudian timbul pada program perbaikan apa
yang menjadi prioritas Garuda Indonesia dan apakah kebutuhan
pelanggan tersebut sesuai dengan sumber daya yang dirniliki.
Lebih lanjut hasil pengolahan survei (dalam konteks ini
digunakan Software Package for Social Science (sPss)) akan
memperlihatkan dimensl kualitas mafia yang paling berpengaruh
pada kepuasan pelanggan bagaima posisi layanan Garuda Indonesia dimata pelangganlnya dibanding dengan perusahaan penerbangan lain, Serta model Pengendalian layanan mana yang sebaiknya
selalu dilakukan Garuda Indonesia.
Dalam hal ini Pelayanan untuk pangsa pasar bisnis menjadi
perhatian. Disirii dianalisa 34 variabel butir kepuasan pelanggan dan merangkum menjadi 7 dimensi kualitas yakni, Overall
Satisfaction, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy/
Availability, Tangibility dan Catering.
Pada tujuh dimensi kualitas ini terlebih dahulu diuji
kehandalan datanya dengan menggunakan metode Alpha Cronbach
dimana dldapat 4 kelompok data yang paling handal yaitu : (urut
mulai dan yang paling tinggi kehandalannya)
1. Catering
2. Responsiveness.
3. Tangìbility.
4. Empathy/ Availability.
Selanjutnya untuk mendapatkan dimensi mana yang paling
mempengaruhi kepuasan pelanggan dihitung dengan menggunakan
analisa Regresi Berganda, yang hasiInya menunjukkan bahwa
dimensi Responsiveness dan Catering adalah yang paling berpengaruh.
Akhirnya setelah dimensi yang paling berpengaruh ini
diketahui. diusulkan sebuah model Bagan Kendali yang dapat
menggambarkan variasi dan kepuasan pelangyan danS waktu ke
waktu yang sangat membantu didalam mengukur dan mengawasi
tlngkat kepuasan pelanggan.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Musa
"ABSTRAK
PT. Garuda Indonesia adalah suatu perusahaan jasa penerbangan berjadwal, yang melayani baik jalur domestik maupun
internasional, hingga saat ini untuk jalur internasional yang
dilayani adalah sebanyak 30 kota. Salah satu jalur penerbangan
internasional tersebut adalah dari Los Angeles ke Indonesia dan
Garuda Indonesia merupakan satu-satu perusahaari penerbangan
yang menawarkan penerbangn langsung dari Los Angeles ke Indonesia.
Walau jumlah wisatawan Amerika Serikat yang ke Indonesia
dari tahun ke tahun terjadi kenaikan, tetapi sebaliknya pangsa
pasar yang didapat oleh Garuda Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami penurunan.
Didalam melakulcan strateji promosinya, Garuda Indonesia
tidak didukung dengan bauran promosi/komunikasi yang tepat. Hal
ini terjadi karena :
Pertama, anggaran biaya promosi yang terlalu kecil bila di
bandingkan dengan para pesaing, disamping itu Garuda Indonesia
juga menanggung beban untuk rnempromosikan daerah tujuan wisata,
karena promosi dari pemerintah Indonesia dalam mempromosikan
tujuan wisata kurang.
Kedua, pembagian anggaran promosi yang tidak berimbang, Garuda
Indonesia meberikan porsi yang terlalu besar untuk iklan di
media teIevisi dilain pihak biaya promosi untuk televisi
sangat mahal, maka promosi melalui televisi ini tidak berhasil
memberikan kesadaran kepada para calon penumpang.
Ketiga, karakteristik masyarakat Amerika dalam bepergian selalu
melalui agen perjalanan, sementara itu.persentase agen perjalanan mengetahui Garuda Indonesia hanya 8,2%, maka sangatlah
penting bagi Garuda Indonesia untuk membuat kesadaran dan citra
yang baik bagi agen perjalanan.
Secara keseluruhan yang perlu dilakukan bagi Garuda
Indonesia saat ini adalah usaha memperbaiki citra perusahaan
dan sekaligus memperkenalkan jasa dan produknya pada pelanggan
baru.
Penulis menyarankan agar PT. Garuda Indonesia juga
memperhatikan sarana komunikasi pemasaran lainnya, seperti
penjualan pribadi dan publisitas.
Pada akhirnya strategi komunikasi/ promosi ini akan
berhasil bila dapat dikelola dan dikoordinasi dengan baik.
manajemen PT. Garuda Indonesia harus menempatkan seorang kepala
komunikasi promosi yang secara khusus bertanggung jawab kepada
semua program komunikasi pemasaran perusahaan. Walau tidak
mudah dalam prakteknya, tetapi bila program komunikasi pemasaran dilakukan dengan disiplin dan sungguh?sungguh maka sangatlah
mungkin misi perusahaan dapat tercapai dengan baik.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>