Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julius Dermawan
Abstrak :
ABSTRAK
Dana masyarakat merupakan salah satu sumber dana yang vital bagi bank. Berbagal upaya dilakukan oleh manajemen bank untuk mencapai suatu posisi dana yang terbaik bagi pendanaan usahanya. Kesalahan dalam pengelolaan dana masyarakat akan mengakibatkan permasalahan yang senus dalam operasi bank.

Sejak deregulasi perbankan pada bulan Juni 1983 yang dikenal dengan PAKJUN 1983 dan berbaga kebijakan serta undang undang yang dikeluarkan oleh pemerintah setelah itu, telah mendorong perbankan nasional Indonesia berada dalam suatu era kehidupan yang sangat dinamis. Banyaknya jumlah bank yang tumbuh secara tidak langsung mengakibatkan persaingan antar bank dalam merebut pasar dana masyarakat menjadi semakin tinggi. Untuk menghadapi persaingan tersebut setiap bank menggunakan berbagai teknik pemasaran yang berbeda balk dengan memanfaatkan jaringan distribusi yang dimiliki, kualitas jasa dan pelayanan dan berbagai pendekatan Iainnya. Sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan usaha tersebut, manajemen bank juga menggunakan berbagai key indicator yang berbeda pada masing bank.

Sebagai salah satu baglan dan industri perbankan nasional. Bank BNI juga tidak terlepas dari lingkungan persaingan tersebut. Dengan memanfaatkan berbagai konsep pemasaran, bank BNI menjadi saiah satu bank yang mempunyai share terbesar di Indonesia. Dengan basis bisnis yang masih didominasi oleh bisnis perkreditan, sumber dana khususnya dana masyarakat menjadi bagian yang penting dalam kebijakan bianis Bank BNI. Seiring dengan berkembarignya bisnis perkreditan terutama pada sektor korporasi telah menjadikan usaha penghimpunan dana menjadi semakin penting. Untuk menjamin posisi likuiditas usaha dalam pembiayaan bisnis perkreditan, Bank BNI juga tidak luput dari persaingan dalam penghimpunan dana khususnya dana masyarakat. Oleh karena itu segala upaya dilakukan untuk mengarnankan posisi likuiditas yang antara lain dengan memanfaatkan jaringan distribusi melalui cabang-cabang untuk menghimpun dana masyarakat. Upaya penghimpunan dana masyarakat pada Cabang ABC merupakan suatu bukti kongkrit dari pelaksanaan kebijakan tersebut. Sedangkan untuk memacu prestasi cabang dalam mencapai tujuan penghimpunan dana tersebut, target posisi dana nienjadi indikator utama bagi Bank BNI. Pencapaian atas target yang telah ditetapkan melalui Corporate Plan menjadi ukuran kinerja cabang dalam melakukan penghimpunan dana masyarakat.

Permasalahan yang timbul kemudian adalah ketika krisis ekonomi mulal merebak dan menggoncang perekonomian nasional. Knsis yang diawali dengan jatuhnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang Dollar Amenka tersebut, telah menjadi awal yang buruk bagi perbankan nasional. Kondisi yang kemudian membawa perbankan ke dalam kondisi krisis telah mengakibatkan bank menghadapì berbagai perrnasalahan kongkrit, antara lain menurunnya kepercayaan masyarakat, Negative Spread, Non Peforming Loan yang tinggl, dan berbagai masalah lainnya. Keadaan ¡ni menjadi semakin serius karena pertumbuhan dana masyarakat pada Cabang ABC temyata mengalami lonjakan yang luar blasa. Namun disisi lain bermuara pada permasalahan profitabilitas dan likuiditas. Dari gambaran tersebut dl atas timbul pertanyaan apakan penilaian kinerja pennghimpunan dana masyarakat dengan semata-mata mempertimbangkan target pencapalan masih relevan sebagal indikator pengukuran kInerja.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camellia permatasari
Abstrak :
ABSTRAK
Analisa likuiditas sangat penting dilakukan oleh bank terutama dalarn menjaga kewajiban pembayaran yang dilakukan bank setiap hari untuk kepentingan para nasabah. Kegagalan dalam memenuhi kewajibannya tersebut akan berakibat fatal. Sedangkan analisa profitabilitas adalah analisa yang ditujukan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabititas yang dicapai oleb bank yang bersangkutan

Pada saat krisis, industri perbankan mengalami masalah yang semakin rumit, terutama dalam menjaga agar banknya tidak kebabisan likuiditas, dimana likuiditas merupakan tolok ukur pertama untuk menetapkan kepercayaan terhadap suatu bank, yang sudah hilang akibat knisis yang berkepanjangan.

Oleh karena itu setiap bank perlu melakukan pengelolaan likuiditas dan profitabilitas agar kineija bank dapat diperbaiki sehingga bank yang bersangkutan tetap dapat bertahan dan bersaing serta dapat menaikkan peringkat banknya menjadi yang lebib baik.

Adapun permasalahan utama yang dihadapi olek Bank CIC pada sat ini adalah bagaimana melakukan pengelolaan likuiditas yang baik agar banknya tidak mengalami kesulitan likuiditas, selain Itu ketatnya persaingan dalam industri perbankan pada saat ini juga merupakan masalah yang tidak kalah penting sehingga perlu dianalisis bagaimana lingkungan indu sth dañ bank yang bersangkutan sehingga dapat menghadapi berbagai tantangan dan hamb atan agar dapat tetap bersaing diantara bank-bank yang ada di Indonesia.

Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisa sejauhmana pengelolaan likuiditas bank CIC dibandingkan dengan benchmarknya yaitu Bank BCA, hingga tetap mampu bertahan menghadapi gempuran bilamana terjadi rush pada bank mengingat krisis kepercayaan yang makin rendah dari masyarakat terhadap bank-bank di Indonesia, menganalisa bagaimana kondisi profitabilitas dari Bank CIC pada rentang waktu terjadinya krisis ekonomi dibandingkan dengan benchmarknya, kemudian menganalisa lingkungan industry Bank CIC guna mengantisipasi adanya persaingan serta hambatan dan tantangan yang dapat mengganggu kelangsungan hidup CIC dalam mempertahankan posisi banknya dan dapat menaikkan peringkat banknya menjadi lebih baik, begitupun juga dilihat bagaimana lingkungan industry dari bank BCA.

Hasil dari analisa likuiditas yang dilakukan terhadap kedua bank menyimpulkan bahwa kondisi likuiditas dan Bank CIC antara tahun 1997 hingga 1999 secara keseluruhan meningkat. Teqadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak menggoyahkan posisi likuiditas dan Bank CIC, karena dari analisa yang dilakukan terhadap beberapa rasio terlihat bahwa CIC sangat berhati-hati dalam menempatkan dananya pada pos-pos yang menghasilkafl dan mengurangi persentase dana yang akan ditempatkan pada kredit, sehingga kemampuan CIC untuk membayar kewajibannya kepada para nasabah meningkat

Sedangkan dari analisa likuiditas yang dilakukan terhadap Bank BCA dapat disimpulkan bahwa antara tahun 1997-1998, kondisi likuiditas BCA sedikit menurun, sehubungan dengan terjadinya rush pada BCA, disamping itu karena BCA memiliki deposan dalam jumiah yang banyak, dimana semakin banyak deposan dengan suku bunga yang tinggi akan semakin sulit bagi BCA untuk melunasi kewajibannya.

Menurunnya likuiditas pada tahun tersebut yang ditandai dengan menurunnya rasio short term securities deposit menandakan bahwa jumlah dana yang ditempatk path surat berharga berkurang (tabel 4.6) dan dana yang ada cenderung ditempatkan untuk membiayai kredit (terjadi kenaikan pemberian kredit anta.ra 1997-1998) dimana kredit merupakan asset yang paling tidak liquid dan beresiko besar karena adanya kemungkinan terjadinya kredit macet.

Namun pada tahun 1999 kondisi likuiditas BCA sudah mulai meningkat yang mana kemampuan dari BCA untuk membayar kewajibannya kepada para nasabah juga meningkat seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan kebijakan yang dilakukan BCA untuk memperketat pemberian kredit.

Dari analisa profitabilitas yang dilakukan terhadap kedua bank, secara umum kondisi profitabilitas tahun 1998 kedua bank tersebut agak terganggu, hal ini disebabkan karena menurunnya kinerja perbankan akibat dan adanya kebijakan suku bunga tinggi,, banyaknya kredit macet yang menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi kedun bank tersebut. Akan tetapi pada tahun 1999, kondisi profitabilitas sudah mulai meningkat sewing dengan menurunnya beban bunga yang harus ditanggung dan membaìknya kondisi perekonomian Indonesia yang sedikit banyak sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perbankan.

Hasil dan analisa lingkungan industri yang dilakukan terhadap kedua bank tersebut tidak jauh berbeda, karena kedua bank tersebut bergerak dalam industni yang sama akan tetapi karena perbedaan ukuran dalam bal asset, yang ditandai dengan banyaknya jumlah kantor cabang, nagabah dan lain-lain indikator antara kedua bank tersebut maka Bank CIC dan Bank BCA memiliki perbedaan dalain faktor ancanian pendatang barn, dunana hambatan masuknya pendatang barn Yang dinilal dan segi skala ekonomis, keunggulan yang bukan disebabkan oleh kemampuan finansial seria akses jalur distribusi menyebabkan hambatan masuk bagi pendatang baru untuk dapat menyaingi bank CIC relatif rendah, sedangkan bagi Bank BCA tinggi karena BCA sudah memiliki skala ekonomi yang sangat besar sehingga dibutuhkan investasi yang sangat besar untuk dapat menyaingi BCA.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyani
Abstrak :
ABSTRAK
Deregulasi perbankan memberikan kemudahan dan keleluasaan dalam usaha perbankan, akan tetapi kemudian disusul kebijakan prudential banking yang mengakibatkan perubahan yang drastis dalam usaha perbankan dan mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan. Permasalahan yang ada diantaranya adalah:

1. Persaingan didunia perbankan menjadi demikian ketat, bahkan cenderung tidak wajar lagi karena jumlah bank yang berlebihan sebagai akibat deregulasi yang memberikan kemudahan dalam pembukaan bank dan cabang bank.

2. Kredit bermasalah yang jumlahnya cukup besar, akibat ekspansi yang berlebihan tanpa menerapkan asas prudential banking.

3. Penerapan regulasi kembali dalam bentuk prudential banking menyebabkan lingkungan usaha berubah dratis, bank bersikap terlalu berhati-hati dalam penyaluran kredit sehingga ekspansi menunm bahkan zero growth. Dilain pihak bank juga telah terbebani dengan kredit bermasalah.

4. Tingginya tingkat suku bunga deposit serta belum efisiennya sistim perbankan kita mengakibatkan suku bunga kredìt yang tinggi dan mendorong pengusaha mencari alternatif pembiayaan yang lebth murah.

Masalah-masalah tersebut diatas menyebabkan kineija sebagian besar bank menurun, antara lain ditandai dengan menurunnya return on assets dan return on equity.

Menghadapi perubahan lingkungan yang sangat drastis, bank harus merubah strategi dan mencari alternatif strategi yang tepat agar dapat bertahan dan dapat nieningkatkan kinetjanya. Dalam hal ini, penelitian dilakukan untuk melihat kemungkinan dilakukannya relokasi kantor cabang sebagai alternatif strategi untuk meningkatkan kineija bank.

Berbagai analisis dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan faktor-faktor internal maupun eksternal bank, sehìngga dapat diidentifikasikan peluang dan ancaman yang dihadapi dalaim indusfri perbankan, seña kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Bank ?X?. Sehingga pada akhirnya akan dapat diidentifikasikan alternatif pilihan strategi yang cocok bagi bank.

Adapun metodologi penelitian yang digunakan adalah melalui telaah kepustakaan untuk mencari landasan teori dan pendekatan masalahnya, termasuk pula dalam mengolah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber serta studi lapangan untuk mendapatkan gambaran mengenai kenyataan dalam prakteknya.

Identifikasi dan analisis dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) terhadap berbagai faktor di atas menunjukkan bahwa kelemahan-kelemahan Bank ?X? disebabkan oleh jaringan kantor cabang yang tidak memadai. Untuk mengatasi Kelemahan-kelemahan tersebut diperlukan adanya suatu strategi yang tepat yang difokuskan kepada upaya untuk mengeliminasi kelemahan-kelemahan tersebut agar dapat lebih efektif dalam usahanya memanfaatkan peluang yang ada.

Dari hasil Analisa Strenghts, Weaknesess, Opportunities dan Threats (SWOT) dan dengan pendekatan model Matrik Penulihan Grand Strategi Pearce dan Robinson, menunjukkan bahwa pilihan strategi yang efektif bagi Bank ?X? saat ini adalah turn around/retrenchment. Selanjutnya, dengan menggunakan pendekatan pilihan strategi pasca deregulasi yang disusun oleh Bleeke, maka pilihan strategi yang sesuai dengan kondisi internal Bank ?X?, yang mendorong arah turn-around/retrechment, adalah focused segment marketer yattu pemasaran dilakukan secara terfokus pada segmen tertentu yang menekankan pada kualitas pelayanan yang lebih baik.

Sebagai implementasi dan pilihan strategi di atas, Bank melakukan efisiensi biaya, pengurangan asset dan pemilihan market yang profitabel, sebagaimana langkah-langkah yang disarankan oleh Bleeke untuk pilihan strategi focused segment marketer. Efisiensi biaya dilakukan melalui pengketatan anggaran, sedangkan pengurangan asset dan pemilihan market yang profitabel dilakukan dengan mengupayakan penataan kembali lokasi kantor cabang yang diikuti dengan relokasi kantor cabang ke daerah yang lebih berpotensi dan mendukung perkembangan cabang.

Penataan kembali lokasi cabang diawali dengan melakukan evaluasi terhadap kinerja cabang-cabang, tujuannya untak menentukan cabang-cabang yang akan direlokasi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode AHP terhadap variabel-vanabel intern dan ekstern yang mempengaruhi kinerja cabang. Hasil evaluasi kinerja cabang menunjukkan 6 (enam) cabang harus direlokasi ke daerah daerah yang lebih berpotensi dan mendukung perkembangan cabang.

Menurut pendapat kami, dengan jumlah kantor cabang yang terbatas meskipun telah dilakukan penyempurnaan jaringan melalui relokasi, kebijakan relokasi tersebut tetap harus diikuti dengan kebijakan-kebijakan lain yang mendukung. Bank ?X? harus melakukan penyempumaan produk disesuaikan dengan kebutuhan pasar, peningkatan kegiatan pemasaran, perbaíkan sumber daya manusia dan pengembangan sistem informasi melalui pemanfaatan teknologi inforrnasi. Disamping itu, dalam memilih lokasi baru yang akan dipilih harus didahului dengan studi yang mendukung kelayakan pembukaan cabang.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
ST. Untung Pujadi
Abstrak :
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam lingkungan perbankan yang sifatnya cenderung menuju cuslomer driven, suatu bank yang kurang memperhatikan arti pentingnya peran layanan kepada nasabah cepat atau lambat akan mengakibatkan bank tersebut tersingkir dan kancah persaingan yang teijadi Dalam situasi persaingan yang seperti itu jika suatu bank sangat concern dengan mutu, kualitas layanan dan selalu memperbaharui layanan yang diberikannya setiap saat sesuai dengan perubahan perilaku nasabah maka dapat dijamin bahwa bank tersebut tetap dapat bertahan dañ kancah persaingan yang terjadi.

Tumbuhnya persaingan antar bank daiam pemberian dan peningkatan kualitas layanannya, mengakibatkan bank-bank yang ada saling bebenah diri. Selain menciptakan produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, masmg-masing bank mulai meningkatkan kualitas Jayanannya. Berbagai macam strateji pelayanan mulai diperkenalkan dimana masing-masing bank saling menyatakan keunggulafl yang dimilikinya.

Dari hasil penelitian mengenai kualitas layanan yang dilakukan dengan menggunakan metode SERVQUAL (= persepsi - harapan) pada 10 dimensi tayanan yaitu responsiveness, reliability, credibility, security, communication, tangibles, courtesy, competence, acces, dan understanthng the customers di salah satu Bank Umum Swata Nasional (Devisa) diperoleh basil yang menunjukkan bahwa servqual score atau skor gap untuk kesepuluh dimensi layanan di bank tersebut ternyata bemilai negatif. Nilai negatif dalam serv quai score ini terjadi karena skor persepsi nasabah terhadap kualitas layanan yang diberikan pihak manajemen bank lebib rendah dan skor harapan mengenai kualitas layanan yang diinginkan oleh nasabah bank tersebut. Dengan kata lain, servqual score yang bernilal negatif ini dapat menunjukkan bahwa saat ini kualitas layanan yang diberikan oleh bank tersebut belum sesuai dengan apa yang menjadi harapan bagi nasabahnya. Lebih jauh lagi tentang serquaI score yang bernilai negatif menunjukkan bahwa ada ketidakpuasan nasabah sebagai konsumen pada kualitas layanan yang diberikan oleh bank tersebut.

Dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa ada dua kemungkinan yang menyebabkan servqual score atau skor gap bernilai negatif Pertama, ada kemungkinan pihak manajernen Bank tersebut memang kurang memperhatikan kualitas Layanan yang diberikan kepada para nasabahnya. Kedua, ada kemungkinan para nasabah memiliki harapan begitu besar tentang kualitas layanan yang mereka inginkan, Sebagai lembaga yang bergerak di bidang jasa, tentu saja hasil ternuan yang diperoleh dan penelitian ini perlu menjadi perhatian bagi pihak manajemen bank tersebut, lebih-Iebih dalam upayanya untuk meningkatkan kepuasan para nasabahnya

Untuk mengatasi hal tersebut disarankan agar pihak mariajetnen dapat melakukan bal-bal sebagai berikut:

1. Bahwa pihak manajemen bank tetap harus selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada nasabanya. Prioritas pemngkatan kualitas layanan yang haiu dilakukaii pibak manajemen bank yang dapat dilakukan mulai dan dimensi kualitas layanan yang memiliki skor gap riegatiftersebar kemudian bani diinensi kualitas layanan yang memìjilçj skor gap negatif terkecil ( access, security, competence, tangibles, courtesy, credibility, responsiveness, communication, reliability, dan understanding the customers). Upaya peningkatan kualitas Layanan yang mengacu pada prioritas peningkatan kualitas Iayanan yang telah berhasil ditemukan dalam penelitian ini akan sangat membantu pihak manajemen dalam menjembatani gap yang terjadi antara apa yang menjadi harapan para nasabah dengan apa yang menjadi persepsi nasabahnya saat ini.

2. Selain perlunya upaya peningkatan kualitas layanan yang diberikan kepada nasabah, penulis juga memberi saran kepada pihak manajemen untuk selalu memberi kepada kualitas layanan yang telah mereka berikan kepada para nasabah. Salah satu cara yang dapat dilakukan pihak manajemen adalah dengan mengadakan penelitian kualitas layanan secara rutin atau berkala.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Handjojo
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan dikeluarkannya serangkaian deregulasi oleh pe merintah sejak 1 Juni 1983 yang dilkuti oleh deregulasi lain, yaitu Pakto 1988, Pakjan 1990 dan Pakfeb 1991, telah menyebabkan persaingan yang semakin ketat dalam industri perbankana Persaingan terjadi dalam hal merebut dana na sabah, produk?produk perbankan baru, suku bunga yang kom petitif, perubahan situasi dan sellers oriented menjadi buyers oriented, serta penggunaan teknologi informasi dan komputer sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan. Dengan demikian walaupun memberi kesempatan untuk meningkatkan usaha, deregulasi di bidang perbankan juga menuntut para pengusaha bank untuk meningkatkan kewaspadaan disamping mutu pelayanan, karena dengan deregulasi berarti akan ter jadi peningkatan persaingan antar bank, menipisnya margin keuntungan serta rneningkatnya biaya overhead.

Melihat kondisi diatas, maka kekuatan bank dalam memenangkan persaiflgafl untuk memperoleh dana masyarakat akan tergantung dan tingkat kepercayaan masyarakat terha dap bank, bauran produk, banyaknya jaringan atau kantor cabang yang dimilik.i dan persepsi masyarakat terhadap customer service bank yang bersangkutan. Sehingga diferen siasi produk perbankan memegang peranan penting dalam memenangkan persaingan. Tulisan ini menganalisis strategi diferensiasi produk kartu bank (bankcard) pada PT Bank Bali serta faktor-faktor yang menunjang keberhasilan proses diferensiasi tersebut.

Dari hasil analisis terlihat bahwa proses diferensia si produk kartu bank (bankcard) pada PT Bank Bali cukup berhasil, terlihat pada pertumbuhan tabungannya sebesar 18,53% lebih besar dan pertumbuhan tabungan nasional sebesar 14,06% pada periode yang berakhir pada 31 Desember 1994. Di tengah persaingan yang semakin ketat, dimana banyak bermunculan produk?produk sejenis, BaliAccess mempunyal keunggulan kompetitif karena kedudukannya sebag first mover dan nama Bank Bali yang sudah dikenal dan diidentikkan dengan kartu debet.

Untuk menunjang keberhasilan diferensiasi produk BaliAccessnya, PT Bank Bali melakukan kerjasama dengan Maestro untuk penerimaafl kartu debetnya secara interna? sional, selain itu di dalam negeri dengan meningkatkan kerjasama dengan berbagal merchant. Sedangkan untuk mem perluas jaringan ATM internasionalnya Bank Bali bekerja sama dengan Cirrus dan di dalam negeri dengan Alto dan Jaringan ATM Bersama.

Untuk mengantisipasi persaingan dimasa yang akan datang Bank Bali perlu mempertimbangkan penggunaan yang le?bih luas dan kartu debetnya, misalnya untuk membayar ta-gihan melalui jasa home banking, pembayaran telepon, dsb. Selain itu juga dengan selalu mengikuti perkembangan teknologi, misalnya perkembangan kartu plastik dan pembayaran dengan E-Cash.

1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sastra
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai pengaruh brand Bank Mandiri terhadap brand equity Bank Syariah Mandiri. Brand Bank Mandiri mempengaruhi lima variabel pembentuk brand equity Bank Syariah Mandiri yaitu brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty dan brand image. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif dan untuk analisis data menggunakan model binary logistic. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa brand Bank Mandiri mempengaruhi brand equity Bank Syariah Mandiri. Selanjutnya dalam penelitian ini menyarankan agar Bank Syariah Mandiri mengelola brand equity lebih baik lagi. ......This thesis describes the impact of Bank Mandiri Brand on Bank Syariah Mandiri Brand Equity. Bank Mandiri Brand influences five variables forming the brand equity of Bank Syariah Mandiri, namely brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyality and brand image. This is a qualitative study with a descriptive design and fur data aualysis it adopts binary logistic model. The results of the study conclude that the brand of Bank Mandiri has impact on the brand equity of Bank Syariah Mandiri. This study further suggest that Bank Syariah Mandiri manage its brand equity in a better manner.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T 25480
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Wikutama
Abstrak :
ABSTRAK
Industri perbankan di suatu negara tentu sangat berkaitan dengan perekonomian di negara tersebut. Jika perekonomian suatu negara sedang berkembang, maka industri perbankan juga dapat tumbuh berkembang. Namun sebaliknya jika perekonomian sedang mengalami krisis, maka hal ini dapat pula berdampak kepada industri perbankan. Sebagai contoh, krisis yang terjadi di tahun 1997 membawa dampak negatif bagi industri perbankan nasional, antara lain ditandai dengan terkikisnya permodalan bank, meningkatnya Non Performing Loan (NPL), dan penutupan sejumlah bank. Oleh karena itulah bank harus memperhatikan perubahan ekonomi sebelum memberikan kredit agar kredit yang diberikan tidak menjadi macet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perubahan variabelvariabel makroekonomi terhadap kualitas kredit khususnya kredit bermasalah Bank Pembangunan Daerah berdasarkan data historis periode Maret 2003 - Desember 2009. Variabel-variabel makroekonomi yang diuji meliputi tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan nilai tukar rupiah. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel (pool regression). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kredit bermasalah Bank Pembangunan Daerah karena variabel inflasi yang digunakan adalah makro sedangkan variabel NPL yang digunakan hanya NPL BPD sehingga ada faktor-faktor lain yang berpengaruh, sedangkan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh karena jumlah kredit yang diberikan BPD dalam nominal dollar sangat kecil jumlahnya. Sedangkan untuk variabel tingkat suku bunga SBI memiliki hubungan yang signifikan terhadap kredit bermasalah Bank Pembangunan Daerah.
ABSTRACT
Banking industry in a country is closely linked with the country's economy. If a country's economy is growing, the banking industry can also grow. But on the contrary, if the economy is experiencing a crisis, then this may also affect the banking industry. For example, the crisis that occurred in 1997 affecting the national banking industry, such as the erosion of bank capital, increasing Non Performing Loan (NPL), and closure of some banks. Hence, banks should pay attention to economic change otherwise their credit loans will become not performed. The objective of this research is to find out the relationship between changes of macroeconomics variables to quality of credit, especially non performing loan of regional development banks, based on historical data March 2003 until Desember 2009. In this research, the Macroeconomics variables include: inflation rate, government interest rate, and the exchange rate. This research uses regression analysis of panel data (pool regression method). The results shows that changes in the rate of inflation and exchange rate have no significant relationship to the nonperforming loans of Regional Development Banks because of the inflation variable that used is macro variable while the NPL variable only NPL of BPD so that there are some other factors that influence this research, while the rupiah exchange rate have no significant relationship because of the total loans of BPD in dollar amount is very little. While for the variable interest rate of SBI have a significant relationship to the NPL of Regional Development Banks.
2010
T27766
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Hartono Hadi
Abstrak :
Bank adalah lembaga perantara keuangan yang mempunyai kegiatan pokok menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan kegiatan bank adalah 'borrows short and lends long', karena bank membuat pinjaman jangka panjang yang dananya berasal dari simpanan jangka pendek. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya bank gagal jika terjadi kenaikan tajam pada sukubunga pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perubahan sukubunga pasar berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank. Pengaruh perubahan sukubunga pasar terhadap tingkat profitabilitas bank akan dihitung dengan memperkirakan besarnya jatuh tempo rata-rata aset dan kewajiban yang dimiliki bank. Penelitian ini menggunakan pengolahan data panel dan data individu bank untuk mengetahui pengaruh perubahan sukubunga pasar terhadap industri perbankan dan masing-masing individu bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada industri perbankan, jatuh tempo rata-rata dari aset lebih kecil dari kewajiban. Pada kondisi tersebut, kenaikan sukubunga pasar akan meningkatkan keuntungan bank. Pada individu bank, 19 dari 30 bank memiliki aset dengan jatuh tempo rata-rata lebih panjang dari kewajiban. Padakondisi tersebut, kenaikan sukubunga pasar akan menurunkan keuntungan bank.
Banks is a financial intermediary which has maina ctivity to collect funds and distribute them. The termiscommonly used to describe the activities of the bank is "borrows short and lends long", because banks make long-term loans and funds them by issuing short-term deposits. This condition can cause a bank failure if there is a sharprise in market interest rates. This studya ims to determine whether changes in market interest rates affect the level of bank profitability. Effec to market interest rate changes on bank profitability levels will be calculated by estimating the average maturity of assets and liabilities. This study uses panel data and time series data of individual bank to determine the effect of market interest rate changes to the banking industry and each individual bank. The estimations showed that there is a lack of average maturity of assets and liabilities. The increase in market interest rates will increase bank profits. But, from individual dat aestimation, 19 of the 30 banks have assets with an average maturity is longer than liability. Inthis case, the increase in market interest rates will decrease bank profits.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27859
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Arifin
Abstrak :
ABSTRAK
Pada skripsi ini dirancang perangkat lunak untuk membaca, mengurangi dan menambah nilai rupiah pada suatu smartcard dari seorang nasabah bank. Proses transaksi melibatkan bank, nasabah serta pihak ketiga.

Dengan menggunakan smartcard yang yang telah diisi pada kolom-kolom data berupa data pemakai seperti nama, nomor rekening, kolum saldo serta alat pembaca smartcard dari komputer PC, dirancang bangun perangkat lunak untuk mengolah, memproses serta memperbaharui data yang berada dalam smartcard.

Perangkat lunak dibuat dengan menggunakan Turbo C serta melalui port RS 232. Dari hasil program diperoleh suatu perubahan nilai uang sebagai akibat dari proses penyetoran dan pengambilan. Informasi mengenai transaksi terakhir dapat dilihat pada data yang tersimpan dalam smartcard.
2001
S39735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>