Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1910 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indrawati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi empiris tentang struktur modal pada perusahaan yang go public di Indonesia. Penelitian dilakukan pada saham yang sudah terdaftar terus menerus di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan mengambil sampel 81 perusahaan, yang dikelompokkan dalam 3 kelompok industri selama 5 tahun, yaitu dan tahun 1990 sampai dengan tahun 1994. Tiga kelompok industri tersebut adalah industri pabrikasi, industri real estat & properti dan industri hotel & travel.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana rata-rata struktur modal (Debt Fequity ratio / DER dan Debt Assets Ratio / DAR) dari ketiga industri tersebut di Indonesia dan perbedaannya antar industri.

Selanjutnya, mengacu pada dua hal yang dipertimbangkan oleh para investor dalam melakukan investasi, yaitu resiko dan return, maka diteliti pula pengaruh faktor resiko yang ada terhadap struktur modal. Faktor resiko pertama yang diuji adalah perubahan nilai perusahaan, yang berkaitan erat dengan probabilita terjadinya biaya kebangkrutan. Dalam penelitian ini, volatility of earning digunakan sebagai proksi perubahan nilai perusahaan.

Faktor resiko kedua yang diuji adalah resiko yang tidak dapat dieliminasi dengan kombinasi portfolio saham, yaitu systematic risk. Proksi yang digunakan adalah beta saham. Beta saham dihitung dengan menggunakan pendekatan Aggregated Coefficients Method Market Model (AC Method-Market Model), diinana model ini menurut penelitian para ahli dianggap tepat untuk pasar yang masih rendah frekwensi perdagangannya (infrequent trading) dan banyak saham yang tidak aktif diperdagangkan di pasar, seperti pada periode sampel penelitian ini. Terakhir, dilihat pula pengaruh struktur modal terhadap return saham.

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata struktur modal industri tahun 1990-1994 adalah DER sebesar 1,2189 dan DAR sebesar 0,4788. Dan ketiga industri yang diteliti rata-rata struktur modal tertinggi ada pada industri real estat & properti (DER=1,4708 dan DAR=0,5296), kemudian industri pabrikasi dengan DER=1,2130 dan DAR=0,4825, disusul dengan yang terendah pada industri hotel & travel (DER=0,8393 dan DAR=0,3594).

Uji beda rata-rata DER tiap dua tahunan untuk seluruh industri menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata struktur modal tiap industri pada tahun 1990 dengan tahun-tahun selanjutnya. Tidak signifikannya perbedaan rata-rata DER tersebut terlihat pada keseluruhan uji beda tiap industri maupun industri keseluruhan dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1994.

Sedangkan uji beda rata-rata DAR seluruh industri menunjukkan ada perbedaan rata-rata struktur modal pada tahun 1990 dengan tahun-tahun selanjutnya, sedangkan tahun 1991 sampai tahun 1994 tidak berbeda. Terlihat dari signifikasi hasil uji beda industri keseluruhan pada tahun 1990 dengan tahun 1992 (t=-2,9069) dan hasil uji beda tahun 1990 dengan tahun 1994 (t=-2,4701). Hal ini dikarenakan perbedaan yang signifikan terjadi pada industri pabrikasi.

Hasil analisis Marian terhadap rata-rata DER terlihat sangat signifikan (F=19,146), berarti adanya perbedaan rata-rata struktur modal antar ketiga industri. Demikian juga pengujian ANOVA terhadap rata-rata DAR menunjukkan hasil yang sangat signifikan (F=53,075), yang mengartikan pula adanya perbedaan rata-rata struktur modal antar industri.

Pengujian regresi volatility of earnings terhadap DER sebagai struktur modal terlihat tidak signifikan (t=-0,866), demikian pula hasil regresi volatility of earnings terhadap DAR (t=-1,143). Hal tersebut membuktikan bahwa volatility of earnings tidak berpengaruh terhadap DER maupun DAR, sebagai proksi dart struktur modal.

Regresi systematic risk terhadap struktur modal, baik DER (t=0,629) maupun DAR (t=0,303) menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Berarti hasil regresi tersebut tidak membuktikan systematic risk berpengaruh positif terhadap struktur modal di Indonesia.
Pengujian regresi terakhir untuk membuktikan pengaruh struktur modal terhadap return saham juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan, baik dengan DER (t=-0,422) maupun DAR (t=-0,340) sebagai proksi struktur modal. Dengan demikian hasil regresi tersebut juga tidak mendukung adanya penganih struktur modal terhadap return saham.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Hartoyo
Abstrak :
ABSTRAK
Industri penerbangan adalah industri yang sarat dengan teknologi canggih, dimana dengan tingkat kemajuan teknologi yang demikian-pesatnya, maka tingkat obsolesence peralatan yang digunakan menjadi tinggi.

Oleh karena itu untuk bisa tetap survive dalam persaingan yang begitu ketat, maka perusahaan penerbangan harus terus menerus mengikti kemajuan teknologi dirgantara yang begitu pesat. Untuk itu dibutuhkan modal yang cukup besar dalam investasi pesawat terbang maupun peralatan lain yang digunakan agar pesawat terbang tetap bisa "up to date" sesuai dengan selera konsumen.

Dalam hal ini modal yang diperlukan untuk investasi pesawat terbang bisa berasal dari pinjaman [debt] atau bisa berasal dari modal saham [equity]. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui struktur modal dari industri penerbangan Indonesia dewasa ini dan kecenderungan dari perusahaan-perusahaan penerbangan di Indonesia dalam mendapatkan modal untuk membiayai investasinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan penerbangan di Indonesia lebih cenderung menggunakan modal yang berasal dari pinjaman [debt] dalam pembiayaan investasinya, padahal belum tentu menguntungkan, dimana dalam penelitian ini bisa dibuktikan bahwa industri penerbangan di Indonesia rata-rata menggunakan modal pinjaman yang cukup besar, sehingga leverage rationya jauh melampaui leverage ratio industri penerbangan yang optimal.

Hal ini akan mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang [WACC] industri penerbangan Indonesia akan lebih tinggi dari biaya modal rata-rata tertimbang industri penerbangan yang optimal, sehingga market value of the firm rata-rata industri penerbangan Indonesia menjadi lebih rendah dari nilai optimalnya.

Hal ini berarti bahwa industri penerbangan di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk menjadi industri yang berpotensi "biaya tinggi".

Sebenarnya struktur modal optimal bisa dijadikan patokan untuk pembiayaan investasi, dimana apabila struktur modal belum mencapai nilai optimal seharusnya pembiayaan investasi menggunakan modal yang berasal dari pinjaman [debt] tetapi apabila struktur modal sudah lebih besar dari nilai optimalnya maka seharusnya pembiayaan investasi menggunakan modal saham [equity].

Dengan demikian mulai sekarang sudah seharusnya mulai dipikirkan alternatif pembiayaan investasi melalui "go public" dipasar modal dimana sampai saat ini belum satupun perusahaan penerbangan di Indonesia yang "go public".
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hakim
Abstrak :
Pasar modal sebagai wahana guna menghimpun dana bagi perusahaan dalam menunjang pembiayaan pembangunan nasional memang merupakan alternatif yang tepat. Pada awalnya kegiatan pasar modal baru diramaikan dengan sembilan perusahaan yang melakukan emisi. Namun dari waktu kewaktu kegiatan pasar modal menunjukkan kegairahan yang sangat menakjubkan. Hingga pertengahan bulan Maret 1995, kegiatan pasar modal telah diramaikan oleh 223 perusahaan yang mencatatkan efek untuk diperjualbelikan pada bursa efek Jakarta dengan total kapitalisasi mencapai 104 trilyun rupiah. Saat ini perusahaan kecil menengah telah dapat turut berkiprah pada bursa reguler yang mulai membenahi diri dengan pola otomatisasinya. Peranan pemodal asing juga membawa dinamika bagi kegiatan pasar modal. Go-public BOMN baik melalui bursa domestik, internasional maupun transnasional adalah juga dalam rangka memperbaiki struktur permodalan BUMN serta guna memprediksikan penjadwalan pembayaran hutang luar negeri. Pertumbuhan ekonomi yang mapan, stabilitas politik yang mantap adalah merupakan faktor pendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia. Agar ada kepastian hukum bagi para pelaku pasar modal, maka Undang-undang Pasar Modal yang saat ini sedang dibahas di DPR-RI memang sangat urgent kehadirannya.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarjono
Abstrak :
ABSTRAK
pada dasarnya pokok pembahasan yang menjadi fokus perhatian dalam tesis ini adalah masalah struktur modal, dengan objek penelitian 10 (sepuluh) perusahaan di luar lembaga keuangan yang telah terdaftar sejak tahun 1983 di Bursa Efek Jakarta.

Tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini adalah untuk melihat dan mengetahui apakah kebijaksanaan struktur modal (leverage) yang diterapkan telah mencapai optimal guna memaksimumkan hasil pengembalian bagi pemilik perusahaan (rentabilitas modal sendiri), atau belum mencapai optimal di mana perusahaan masih dapat menambah leverage (hutang) untuk meningkatkan hasil pengembalian pemilik perusahaan. Selain itu studi ini juga bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi leverage atau struktur modal perusahaan.

Analisa diawali dengan meneliti besarnya leverage dan rentabilitas modal sendiri tiap perusahaan pada setiap periode observasi dan menentukan leverage optimal yang memaksimumkan rentabilitas modal sendiri melalui model hubungan rentabilitas dan leverage, kemudian membandingkannya. Hasil pembandingan dan pengujian dengan menggunakan metode statistik terbukti bahwa leverage dan rentabilitas modal sendiri yang nyata dari perusahaan-perusahaan yang diteliti berada di bawah atau lebih kecil dari leverage optimal yang memaksimumkan rentabilitas modal sendiri yang dapat dicapai perusahaan pada periode yang bersangkutan. Dengan demikian terbukti bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi objek penelitian sebenarnya masih dapat menambah hutang untuk meningkatkan hasil bagi para pemegang saham.

Lebih lanjut kemudian dilakukan perkajian terhadap hubungan antara leverage dengan beberapa faktor yang diduga mempengaruhinya yaitu tingkat penjualan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas. Hubungan ini ditelaah dengan menggunakan metode regresi linier berganda yang disertai dengan pengujian dan koreksi asumsi dasar klasik autokorelasi, heteroskedastis dan multikolinieritas, serta uji t dan uji F statistik. Hasil pengujian ini memperlihatkan bahwa di antara ke empat faktor yang diduga mempengaruhi leverage, hanya profitabilitas yang terbukti dengan signifikan mempengaruhi tingkat leverage, sedangkan faktor-faktor lain seperti penjualan, struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan memperlihatkan pengaruh yang tidak signifikan. Hal ini memberi indikasi bahwa selain penjualan saham di pasar modal, laba ditahan (retensi laba) merupakan sumber modal yang terpenting bagi perusahaan.

Kedua kesimpulan mengenai hasil penelitian ini memberi kesan bahwa perusahaan-perusahaan yang diteliti umumnya cenderung menghindari risiko dalam memenuhi kebutuhan dana.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Azwar
Abstrak :
Penelitian struktur modal menarik untuk terus dilakukan, terlebih dengan menggunakan metode baru dalam pengujiannya. Pengujian kali ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan struktur modal di Indonesia khususnya pada emiten Bursa Efek Jakarta pada periode sebelum dan setelah krisis moneter. Penekanan teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Pecking Order Theory (POT) dan Static Trade-Off (STO) dengan pendekatan penelitian yang dilakukan sebelumnya Pada pengujian POT digunakan proksi yang sama dengan David E. Allen dan Martyn R. Clissold menggunakan periode penelitian tahun 1994 - 1996 dan 1999 - 2001. Variabel yang digunakan sebagai variabel terikat adalah perubahan jumlah hutang jangka panjang serta variabel eksplanatori adalah defisit arus kas. Pada pengujian variabel yang menjadi determinan penetapan struktur modal menggunakan pendekatan penelitian yang dilakukan oleh Philippe Gaud et. al. Variabel yang digunakan sebagai dependent variable adalah rasio total hutang terhadap total asset, rasio hutang jangka panjang terhadap total asset dan rasio hutang jangka pendek terhadap total asset. Sedangkan untuk eksplantori digunakan variabel rasio ukuran perusahaan (size), rasio asset tetap (tang), rasio pertumbuhan (growth), rasio profitabilitas (prof) dan risiko operasional (risk). Hasil pengujian POT diperoleh bahwa pada periode sebelum krisis moneter perusahaan tidak menggunakan POT dalam penetapan struktur modalnya (perubahan hutang jangka panjang perusahaan tidak signifikan dipengaruhi oleh defisit arcs kas). Sedangkan setelah terjadi krisis moneter perusahaan khususnya di BEJ menggunakan POT dalam struktur pendanaannya Pada pengujian variabel yang mempengaruhi struktur modal sesuai STO dan POT menggunakan pooled cross section, ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan mempengaruhi seluruh rasio hutang dengan hubungan positif dan negatif Sedangkan tangibilitas hanya mempengaruhi rasio hutang jangka panjang pada periode sebelum krisis dan tingkat pertumbuhan signifikan negatif pada rasio hutang jangka pendek setelah krisis. Sedangkan risiko mempengaruhi rasio total hutang perusahaan secara positif. Pengujian dengan metode fixed effect memperlihatkan tingkat profitabilitas mempengaruhi seluruh rasio hutang kecuali rasio hutang jangka panjang setelah krisis.
Research for capital structure is still interest and continues to study, which use new method for testing. The objective of the test is to know determinant of capital structure in Jakarta Stock Exchange Company before and after monetary crisis. This paper focuses on Pecking Order Theory (POT) and Static Trade-Off (STO). The POT test using the same model as David E. Allen and Martyn R. Clissold for period 1994 - 1996 and 1999 - 2001. Changes in long term debt as the dependent variable and internal funds flow deficit as the independent variable. Determinant variables in capital structure which is using research of Philippe Gaud et. al. The dependent variables for this test are total debt to total assets, long term debt to total asset and short term debt to total asset. Explanatory variables are firm size (size), tangibility (tang), firm's growth (growth), profitability (prof) and operational risk (risk). Result of POT test shows that before monetary crisis, JSX Company did not use POT in their capital structure policy, but after monetary crisis the POT was used. Before the crisis, internal funds flow deficit is not significant to changes in long term debt, and after the crisis internal funds flow deficit shows positive significance. Variables testing, which influence capital structure based on STO and POT using pooled cross section, shows that firm size and level of profitability significant to all type of debt ratio. While tangibility influence ratio of long term debt to total asset before crisis and firm growth negative significantly for ratio of short term debt to total asset after crisis. Firms risk influence only for ratio total debt to total asset positively. Research using fixed effect method shows that profitability influence for all type of debt ratio except for long term debt ratio after crisis.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Santi Noviastuti
Abstrak :
Perumusan masalah dalam penulisan tesis ini adalah apakah variabel-variabel makro ekonomi (variabel independent) yaitu perubahan tingkat inflasi, tingkat bunga rill, dan nilai tukar RpIUSS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return IHSG ( Indeks Harga Sahara Gabungan ) dan return tujuh portofolio saham sector industri ( variabel dependen) di BET (Bursa Efek Jakarta ) pada periode Juli 1997 s.d. Desember 2003 baik secara partial maupun bersama-lama. Untuk menganalisis permasalahan dan menguji hipotesa penelitian digunakan model multi factor melalui pendekatan Arbitrage Pricing Theory (APT) sebagaimana yang digunakan Roll dan Ross (1986) dengan memakai model regresi multi variate. Dari basil analisa dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkat inflasi, tingkat bunga riil, dan nilai tukar RpIUSS mempengaruhi return IHSG dan tujuh portofolio saham sector industri. Kesimpulan secara garis besar adalah sebagai berikut : perubahan tingkat inflasi, tingkat bunga riil, dan nilai tukar RpIUSS mempengaruhi secara negative dan signifikan pada beberapa time lag terhadap return IHSG, Return Portofolio II ( aneka industri), Return Portofolio IV ( property, real estat, dan konstruksi), Return Portofolio V ( infrastruktur, utility, dan transportasi), dan Return Portofolio VII ( perdagangan, jasa, dan investasi). Sedangkan Return Portofolio I ( Industri Dasar dan Kimia), Return Portofolio III ( Industri Barang Konsumsi), dan Return Portofolio VI ( Keuangan) hanya dipengaruhi secara negative dan signifikan pada beberapa time lag oleh perubahan tingkat bunga rid dan nilai tukar RpIUS$. Namun Return Portofolio I, Return Portofolio III, dan Return Portofolio VI dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh perubahan tingkat inflasi. Oleh karena itu Return Portofolio I, Return Portofolio III, dan Return Portofolio VI mempunyai korelasi positif dengan perubahan tingkat inflasi karena pada saat inflasi naik maka Return Portofolio I, Return Portofolio III, dan Return Portofolio VI juga naik.
Problem formulation of thesis is what macroeconomic variables ( exchanges of inflation rate , real interest rate, and RpIUS$ rate) are have significant influence toward Jakarta Stock Exchange Index (JSX Index) return and seven stock portfolios of industry sector return at Jakarta Stock Exchange (JSX) during July 1997 until December 2003 either partial or together. The research uses multi factors model based on Arbitrage Pricing Theory Approach with multivariate regression model as used by Roll and Ross (1986), Based on the analysis and investigation, we get some conclusions. First, the changes of inflation rate, real interest rate, and RpIUS$ exchange rate influence JSX index return and seven portfolio industry sector return in different directions depend on time Iag and each dependent variable. More specific, the changes of inflation rate, real interest rate, and Rp1US$ exchange rate have negative direction and significant influence in some time lag toward JSX index , Return of Portfolio II ( aneka industri), Return of Portfolio IV ( property, real estat, dan konstruksi), Return of Portfolio V ( infrastruktur, utility, transportasi), Return of Portfolio VII ( perdagangan, jasa, dan investasi). Return of Portfolio I ( industri dasar dan kimia), Return of Portfolio III (industri barang konsumsi), and Return of Portfolio VI (keuangan) are only influenced negatively and significantly by the changes of real interest rate and RpIUS$ exchange rate in some time lag. Nevertheless, Return of Portfolio I, Return of Portfolio III, and Return of Portfolio IV are influenced positively and significantly by the changes of inflation rate. Because of that, Return of Portfolio I, Return of Portfolio III, and Return of Portfolio IV have positive correlation toward the change of inflation rate because when inflation rate goes up, the RPF1, RPF3, and RPF6 also go up.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendry Sugianto
Abstrak :
Tesis ini membahas determinan struktur modal secara teori dan empiris pada perusahaan manufaktur Indonesia dengan fokus pada teori pecking-order. Tujuan utama penelitian ini adalah mengidentifikasi apakah determinan struktur modal perusahaan manufaktur Indonesia mampu dijelaskan oleh teori pecking-order. Analisis dilakukan pada book leverage perusahaan manufaktur Indonesia dengan sampel 92 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007 hingga 2011 dengan menggunakan analisis data panel. Penelitian ini menemukan bahwa size, profitability dan free cash flow berpengaruh negatif terhadap leverage, sedangkan growth dan tangibility berpengaruh positif terhadap leverage. Non debt tax shield dan risk ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap leverage namun bernilai negatif. Variabel funding-gap sebagai unsur hirarki pendanaan perusahaan terbukti memberikan pengaruh negatif signifikan sehingga mendukung ekspektasi teori pecking-order di dalam struktur modal. Pada semua uji juga membuktikan bahwa hutang masa lampau mempengaruhi hutang saat ini yang ditandai dengan time-lag, sehingga terbukti adanya pengaturan dinamis pada hutang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa determinan struktur modal perusahaan manufaktur Indonesia dapat dijelaskan oleh teori pecking-order. ......This thesis explores the determinants of capital structure theory and empirical in Indonesian manufacturing company with a focus on the pecking order theory. The main purpose of this study is to identify the determinants of capital structure in Indonesian manufacturing company which can be explained by the pecking order theory. Analysis was performed on book leverage manufacturing company in Indonesia with a sample of 92 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2007 to 2011 using panel data analysis. This study found that size, profitability and free cash flow have negative effect on leverage, while growth and tangibility have positive effect on leverage. Besides, non debt tax shield and risk have not significant influence, but in accordance with the pecking order theory has a same result which is negative. Analysis of funding-gap variable as an element of corporate financing hierarchy in pecking order theory which proved has a negative effect in the capital structure of Indonesian manufacturing firms. All test also prove that the debt of the current debt is affected by past debt which is characterized by time-lag, so it proved a dynamic setting in leverage. Based on these results, it can be concluded that the determinants of capital structure of Indonesian manufacturing firms can be explained by the pecking- order theory.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T34626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alin Halimatussadiah
Abstrak :
[ABSTRAK
Di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, pemerintah daerah masih berusaha keras untuk menyediakan jasa pengangkutan sampah yang memadai. Sampah yang tidak terangkut dibuang ke tempat pembuangan yang terbuka yang dapat meningkatkan resiko kesehatan. Di lain pihak, terdapat beberapa fenomena yang menunjukkan bahwa masyarakat secara bersama-sama dapat menyelesaikan permasalahan kolektif. Untuk memahami bagaimana solusi dari masyarakat dapat muncul, konsep modal sosial menjadi penting untuk dibahas. Modal sosial adalah jaringan sosial yang kuat yang didalamnya terdapat nilai dan norma yang dapat mendorong kerjasama antar individu. Interaksi sosial yang terjadi dilandasi oleh rasa percaya antar anggota masyarakat, yaitu bagaimana seorang individu percaya akan konstribusi dari anggota masyarakat yang lain untuk bersama-sama mengatasi permasalahan kolektif di komunitasnya. Masih kurangnya studi empirik mengenai modal sosial di Indonesia dan perlunya memberikan bukti apakah modal sosial mempengaruhi aksi kolektif menjadi tujuan utama disertasi ini. Karena pengukuran variabel modal sosial dan aksi kolektif merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, karenanya disertasi ini menggunakan dua metode yaitu model ekonometrik yang menggunakan data survey IFLS (Indonesia Family Life Survey) dan metode eksperimen (eksperimen di laboratorium komputer).

Seiring dengan dilakukannya eksperimen, dilakukan juga survey terhadap partisipan eksperimen untuk melihat konsistensi pengukuran modal sosial antara hasil eksperimen dengan survey. Aksi kolektif yang digunakan dalam studi ini adalah yang terkait dengan kegiatan proteksi lingkungan. Pada model ekonometrik, trust (kepercayaan) dan civic network (jaringan sipil) digunakan sebagai proksi untuk mengukur modal sosial. Modal sosial diukur dalam dua tingkat, yaitu dalam tingkat individu dan tingkat kolektif (masyarakat). Metode eksperimen menggunakan trust game untuk mengukur trust, sebagai proksi dari modal sosial, dan public goods game untuk mengukur kontribusi individu untuk suatu aksi kolektif. Dari kedua metode empiris dapat diambil kesimpulan secara meyakinkan bahwa modal sosial secara signifikan berpengaruh pada kontribusi individu untuk suatu aksi kolektif. Dari metode yang pertama ditunjukkan bahwa pada tingkat individu, civic network mempunyai dampak yang lebih besar, sedangkan pada tingkat xii komunitas, trust memiliki dampak yang lebih besar terhadap peluang seseorang berpartisipasi dalam suatu aksi kolektif ?kerja bakti?. Faktor lain yang berpengaruh juga adalah pendapatan, jenis kelamin, tipe daerah (perkotaan/pedesaan), dan keragaman agama dan etnis dalam suatu wilayah. Hasil dari eksperimen menunjukkan bahwa trust berpengaruh positif terhadap kontribusi individu dalam suatu aksi kolektif. Hal ini berlaku baik untuk trustor (orang yang memberikan kepercayaan kepada orang lain) dan trustee (orang yang mengembalikan kepercayaan yang telah diberikan). Trust diukur dari berapa uang yang seorang individu berikan kepada pasangannya. Walaupun begitu, kita tidak menemukan bukti yang signifikan untuk menunjukkan bahwa pengungkapan dari perilaku sebagian anggota kelompok pada trust game berpengaruh pada kontribusi individu di public goods game. Terdapat beberapa implikasi dari hasil studi ini. Pertama adalah pentingnya memandang modal sosial sebagai faktor yang penting dalam penyediaan barang kolektif. Kedua, pentingnya mempertahankan tingkat modal sosial. Lebih jauh lagi, perlu difikirkan bagaimana mengakumulasi modal sosial dengan melakukan investasi. Ketiga, dalam setiap kebijakan pemerintah, tingkat modal sosial dalam masyarakat perlu dijadikan pertimbangan; artinya jangan sampai ada kebijakan yang akhirnya menurunkan modal sosial. Intervensi pemerintah yang terlalu besar ke dalam masyarakat dapat melemahkan kemampuan masyarakat untuk mengatasi permasalahan kolektif dan membuat masyarakat semakin tergantung kepada pemerintah.;
ABSTRACT
struggle to provide with reliable solid waste collection services. Uncollected waste, dumped into open spaces, increases environmental health and risk. There exists evidence showing the ability of communities to collectively act at neighborhood levels in order to resolve a collective problem. In order to understand what takes place for a self-governed solution to emerge from within a community, the concept of social capital needs to be addressed. Social capital refers to a dense social network with embedded values and norms that promotes cooperation between individuals. This is the kind of social interaction that is represented by trust among members of a community. Trust here refers to an individual?s belief in the ability of others to contribute or cooperate to solve collective problems within a community. The lack of empirical study on social capital in Indonesia and providing strong empirical evidence on whether social capital induces collective action become the main objective of this dissertation. As the measurement issue of social capital and collective action becomes important factors to be considered, empirical evidence provided in this study will address the measurement problem. Two methods will be conducted: econometric model using large-scale survey based-data (IFLS/Indonesian Family Life Survey) and experimental method (computer laboratory experiment).

As we conduct the experiment, we also conduct microscale survey within subjects to look at the consistency of the measurement of social capital between using experiment and survey. We use environmental protection activity as the case of collective action problem raised in this study. In the econometric model, trust and civic network are used to proxy social capital, and we introduce arisan as the control variable for social capital. We employ social capital in the individual and community context. The experimental method uses the trust game to measure trust, used here to proxy social capital, and a public goods game to measure contributions in a collective action. Results from the two methods seem to convincingly conclude that social capital significantly impacts individual contributions in a collective action. From the first method it is shown that at the individual level, civic network has the largest impact. At the community level, trust has the largest impact on the probability of individuals participating in kerja bakti. Other factors that need to put into account x are income, gender, region (urban/rural), and diversity in terms of religion and ethnicity. Results from the experiment method show that trust is positively significant in inducing individual contributions in a collective action, and this holds both for the trustor (the one who hands over the trust to the trustee) and the trustee (the one who reciprocates in kind). Trust is measured here by how much money is given by an individual to his or her partner. However, we found no significant evidence to support the impact of partial disclosure of a group member?s behavior in the trust game on contributions in the public goods game. There are implications to consider from the results of this study. First is the importance of considering social capital as a means to provide collective goods. Second, the importance to maintain the levels of social capital. We also have to think on how does one accumulate more out of investing in social capital. Third, with any (local) government policy, the existing social capital has to be taken into account; a policy should not be implemented if it reduces social capital. Too much government intervention into a community could weaken the community?s capacity to resolve a collective problem and make them more dependent on the government.;struggle to provide with reliable solid waste collection services. Uncollected waste, dumped into open spaces, increases environmental health and risk. There exists evidence showing the ability of communities to collectively act at neighborhood levels in order to resolve a collective problem. In order to understand what takes place for a self-governed solution to emerge from within a community, the concept of social capital needs to be addressed. Social capital refers to a dense social network with embedded values and norms that promotes cooperation between individuals. This is the kind of social interaction that is represented by trust among members of a community. Trust here refers to an individual?s belief in the ability of others to contribute or cooperate to solve collective problems within a community. The lack of empirical study on social capital in Indonesia and providing strong empirical evidence on whether social capital induces collective action become the main objective of this dissertation. As the measurement issue of social capital and collective action becomes important factors to be considered, empirical evidence provided in this study will address the measurement problem. Two methods will be conducted: econometric model using large-scale survey based-data (IFLS/Indonesian Family Life Survey) and experimental method (computer laboratory experiment). As we conduct the experiment, we also conduct microscale survey within subjects to look at the consistency of the measurement of social capital between using experiment and survey. We use environmental protection activity as the case of collective action problem raised in this study. In the econometric model, trust and civic network are used to proxy social capital, and we introduce arisan as the control variable for social capital. We employ social capital in the individual and community context. The experimental method uses the trust game to measure trust, used here to proxy social capital, and a public goods game to measure contributions in a collective action. Results from the two methods seem to convincingly conclude that social capital significantly impacts individual contributions in a collective action. From the first method it is shown that at the individual level, civic network has the largest impact. At the community level, trust has the largest impact on the probability of individuals participating in kerja bakti. Other factors that need to put into account x are income, gender, region (urban/rural), and diversity in terms of religion and ethnicity. Results from the experiment method show that trust is positively significant in inducing individual contributions in a collective action, and this holds both for the trustor (the one who hands over the trust to the trustee) and the trustee (the one who reciprocates in kind). Trust is measured here by how much money is given by an individual to his or her partner. However, we found no significant evidence to support the impact of partial disclosure of a group member?s behavior in the trust game on contributions in the public goods game. There are implications to consider from the results of this study. First is the importance of considering social capital as a means to provide collective goods. Second, the importance to maintain the levels of social capital. We also have to think on how does one accumulate more out of investing in social capital. Third, with any (local) government policy, the existing social capital has to be taken into account; a policy should not be implemented if it reduces social capital. Too much government intervention into a community could weaken the community?s capacity to resolve a collective problem and make them more dependent on the government., struggle to provide with reliable solid waste collection services. Uncollected waste, dumped into open spaces, increases environmental health and risk. There exists evidence showing the ability of communities to collectively act at neighborhood levels in order to resolve a collective problem. In order to understand what takes place for a self-governed solution to emerge from within a community, the concept of social capital needs to be addressed. Social capital refers to a dense social network with embedded values and norms that promotes cooperation between individuals. This is the kind of social interaction that is represented by trust among members of a community. Trust here refers to an individual’s belief in the ability of others to contribute or cooperate to solve collective problems within a community. The lack of empirical study on social capital in Indonesia and providing strong empirical evidence on whether social capital induces collective action become the main objective of this dissertation. As the measurement issue of social capital and collective action becomes important factors to be considered, empirical evidence provided in this study will address the measurement problem. Two methods will be conducted: econometric model using large-scale survey based-data (IFLS/Indonesian Family Life Survey) and experimental method (computer laboratory experiment). As we conduct the experiment, we also conduct microscale survey within subjects to look at the consistency of the measurement of social capital between using experiment and survey. We use environmental protection activity as the case of collective action problem raised in this study. In the econometric model, trust and civic network are used to proxy social capital, and we introduce arisan as the control variable for social capital. We employ social capital in the individual and community context. The experimental method uses the trust game to measure trust, used here to proxy social capital, and a public goods game to measure contributions in a collective action. Results from the two methods seem to convincingly conclude that social capital significantly impacts individual contributions in a collective action. From the first method it is shown that at the individual level, civic network has the largest impact. At the community level, trust has the largest impact on the probability of individuals participating in kerja bakti. Other factors that need to put into account x are income, gender, region (urban/rural), and diversity in terms of religion and ethnicity. Results from the experiment method show that trust is positively significant in inducing individual contributions in a collective action, and this holds both for the trustor (the one who hands over the trust to the trustee) and the trustee (the one who reciprocates in kind). Trust is measured here by how much money is given by an individual to his or her partner. However, we found no significant evidence to support the impact of partial disclosure of a group member’s behavior in the trust game on contributions in the public goods game. There are implications to consider from the results of this study. First is the importance of considering social capital as a means to provide collective goods. Second, the importance to maintain the levels of social capital. We also have to think on how does one accumulate more out of investing in social capital. Third, with any (local) government policy, the existing social capital has to be taken into account; a policy should not be implemented if it reduces social capital. Too much government intervention into a community could weaken the community’s capacity to resolve a collective problem and make them more dependent on the government.]
2013
D2019
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abram Riccardo Hasiholan S.
Abstrak :
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari tahu faktor penentu struktur modal dari data keuangan internal perusahaan yang dapat diperoleh secara umum meliputi rentang waktu 2012-2018. Variabel yang mewakili faktor penentu struktur modal pada penelitian ini adalah market to book ratio (MB), tangibilitas (TANG), profitabilitas (PROF), ukuran perusahaan (SIZE). Pengujian dilakukan dengan model regresi panel data dengan metode efek tetap dengan teknik Generalized Least Square (GLS). Hasil regresi yang telah dilakukan menemukan bahwa variabel MB dan PROF berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage. Selanjutnya variabel TANG berpengaruh positif signifikan terhadap variabel leverage, sedangkan variabel SIZE memiliki hasil uji yang bervariasi sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan. ......This study has a purpose of finding out factors that decide future capital structure from internal financial reports that can be received generally in the range of time between 2012-2018. Variables that represent future capital structure decision in this study are market to book ratio (MB), tangibility (TANG), profitability (PROF), size (SIZE). Tests are applied with panel data regression with fixed effect model – generalized least square technique. Regression results show that variables like MB and PROF is negatively significant to affect leverage. Next, TANG variable is positively significant to affect leverage, meanwhile SIZE variable has variated results, thus future findings are required to make a conclusion.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saffana Putri Andriana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor industri terhadap struktur modal pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2017-2021. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 273 perusahaan dengan total observasi sebesar 1615 firm-year. Penelitian ini terdiri dari struktur modal sebagai variabel dependennya, dan industry competitiveness, industry munificence, serta industry dynamism sebagai variabel independen. Hasil penelitian menemukan adanya pengaruh signifikan negatif dari industry competitiveness dan industry dynamism terhadap struktur modal. Sedangkan, untuk industry munificence ditemukan adanya pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap struktur modal. ......This study aims to determine the effect of industry-specific factors on capital structure in non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the 2017-2021 period. The research sample used in this study was 273 companies with a total observation of 1615 firm-year. This study consists of capital structure as the dependent variable, and industry competitiveness, industry munificence, and industry dynamism as independent variables. The result found that there is a negative significant effect of industry competitiveness and industry dynamism on capital structure. Meanwhile, for industry munificence, there is a negative but insignificant influence on capital structure.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>