Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ridha Safitri
"Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan potensi risiko remaja mengalami depresi semakin tinggi. Dari pernyataan itu, permasalahan mengenai depresi membutuhkan penanganan serius sehingga perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi agar dapat ditangani untuk mengurangi angka kejadian depresi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat depresi pada siswa SMA di SMAN ABC Jakarta dan untuk mengetahui profile siswa SMAN ABC Jakarta yang mempunyai tingkat depresi tinggi berdasarkan faktor-faktor yang signifikan tersebut. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat depresi adalah status nikah orang tua, uang saku, kesulitan belajar, fatherless, ada masalah keluarga, social support, self-esteem, religiusitas, demandingness, dan responsiveness. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu Analisis Regresi Linear Berganda dan Classification and Regression Tree (CRT). Data yang digunakan merupakan data primer dengan sampel sejumlah 198 siswa SMA di SMAN ABC Jakarta yang diambil dengan metode cluster sampling dalam stratified sampling. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat depresi yaitu kesulitan belajar, self-esteem dan responsiveness. Profile siswa yang memiliki tingkat depresi tinggi yaitu siswa dengan tingkat responsiveness yang rendah dan tingkat self-esteem yang rendah.

The unpreparedness of adolescent in dealing with various life problems can be one of the factors that causes higher potential risk of adolescent to experience depression. This statement shows that the issue of depression requires serious treatment. Therefore, it is necessary to know the factors influence the level of depression so it can be addressed to reduce the number of depression case. The purposes of this research are to determine the factors which significantly influence the level of depression on high school students at ABC High School Jakarta and to determine the profile of the students who have high levels of depression based on the significant factors. Presumption factors influenced the level of depression are parents' marital status, pocket money, learning difficulty, fatherless, family problem, social support, self-esteem, religiosity, demandingness, and responsiveness. The methods used in achieving the purposes of the research are Multiple Linear Regression Analysis and Classification and Regression Tree (CRT). The data of the research is primary data with a sample of 198 high school students at ABC Senior High School Jakarta, collected by using cluster sampling method in stratified sampling. The results obtained indicate that significant factors influence the level of depression, such as learning difficulty, self-esteem, social support, and responsiveness. The profile of students who have high levels of depression are students with low level of social support and self-esteem."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Nur Khaliza
"Salah satu penyakit yang menjadi beban terbesar di kalangan remaja adalah depresi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, kelompok umur 15-24 tahun memiliki prevalensi depresi lebih tinggi (6,2%) dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun (5,4%). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015 dengan desain studi yang digunakan yaitu cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini yaitu anak sekolah pada tingkat SMP dan SMA di Indonesia yang berusia 12-17 tahun. Sementara total sampel yang digunakan sebanyak 8.517 responden. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 20,7%. Berdasarkan hasil analisis multivariabel faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala depresi pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan, konsumsi alkohol, merokok, bullying, kekerasan fisik, dan kekerasan seksual. Disarankan bagi pihak sekolah menerapkan sekolah ramah anak untuk mengurangi peristiwa bullying dan kekerasan yang dapat memengaruhi gejala depresi.
......One of the diseases that become the biggest burden among teenagers is depression. Based on the results of Riskesdas 2018, the group with age range of 15-24 years old has a higher prevalence of depression (6,2%) than the group with age range of 25-34 years old (5,4%). The purpose of this study was to determine the factors associated with the symptoms of depression in junior and high school students in Indonesia in 2015. This study used secondary data from the result of Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015 with a study design that used cross sectional and implement the quantitative approaches. The sample in this study were student at the junior and senior high school in Indonesia within aged range of 12-17 years old and total sample used in current study was 8.517 respondents. The results of multivariable analysis of the factors associated with symptoms of depression in this study, namely gender, education level, alcohol consumption, smoking, bullying, physical violence, and sexual violence showed that the prevalence of depressive symptoms in junior and senior high school students in Indonesia in 2015 was 20,7%. By this, it is recommended for schools to implement child-friendly schools to reduce bullying and violence that can affect symptoms of depression."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana Kabang
"ABSTRAK
Depresi yang sering tidak terdeteksi apabila berlangsung secara menetap dan lama dapat menimbulkan masalah yang serius bagi remaja salah satunya upaya bunuh diri. Stres sebagai awal terjadinya depresi biasanya berkaitan dengan hubungan interpersonal remaja dengan orang terdekatnya. Di sisi lain, dukungan sosial yang diperoleh dari remaja dari orang terdekatnya merupakan faktor protektif terhadap terjadinya depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada remaja di Kecamatan Putussibau Utara. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan total responden 724 orang. Instrumen yang digunakan adalah CASSS dan PHQ-9. Data dianalisis dengan menggunakan Spearman Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada remaja dengan arah korelasi negatif. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima remaja, maka tingkat depresi semakin rendah. Peningkatan dukungan sosial serta pengadaan pelatihan manajemen stres direkomendasikan untuk mencegah depresi pada remaja.

ABSTRACT
Depression that goes undetected for a long period of time may cause serious problems for adolescents such as suicide. Stress that leads to such depression is commonly associated with their interpersonal relation with their closest ones. Moreover, social support provided from their closest people is protective factor which mitigates depression in adolescents. This study aimed to identify relationship between social support and depression level among high school students in North Putussibau District. 724 respondens were select by total sampling method. CASSS and PHQ 9 were employed as instrument. Data were analyzed by Spearman Correlation. The analysis suggested that there was significant correlation between social support and level of depression among adolescents with negative direction of relationship. The higher social support which adolescents perceived, the lower their depression level would be. It is recommended to improve social support and conduct a training of stress management in order to prevent stress in adolescents."
2017
S67257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Andalusia
"ABSTRAK
Pendahuluan: Gejala dan gangguan depresi merupakan salah satu penyebab terjadinya hendaya dan kecacatan pada remaja, terutama remaja yang menjalani perawatan di rumah sakit. Untuk itu, diperlukan alat ukur uji tapis yang digunakan pada populasi remaja yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Metode: Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada kuesioner CESD-R versi bahasa Indonesia. Instrumen ini sudah terbukti sahih dan andal untuk digunakan pada populasi remaja di komunitas. Sebanyak 100 pasien remaja yang menjalani perawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo berpartisipasi dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner secara mandiri. Selain itu, mereka juga diwawancara dengan MINI Kid untuk menentukan diagnosis gangguan depresi. Uji validitas kriteria dan uji reliabilitas dengan menilai konsistensi internal dan test-retest dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 20.00. Uji reliabilitas test-retest dilakukan dengan melibatkan 20 remaja setelah 2-4 minggu setelah pengisian kuesioner pertama.
Hasil: Subjek penelitian memiliki nilai tengah usia 13,50 tahun dengan usia tertinggi 18 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan, SD (30%), SMP (39%), dan SMA/SMK (31%). Sebanyak 68% memiliki kondisi medis umum dengan komorbiditas tertinggi adalah systemic lupus erithematosus (12%). CESD-R dalam studi ini memiliki nilai tengah 13,5 tahun. Nilai Cut-off optimal yang diperoleh adalah ≥9 dengan nilai Youden's index 0,671. Berdasarkan kurva AUC 0,92 (95%CI: 0.86-0.97), instrumen ini memberikan sensitivitas 93,9%, spesifisitas 73,1%, positive likelihood ratio 3,5, dan negative likelihood ratio 0,08. CESD-R memiliki Cronbach's Alpha 0,88 (95%CI: 0,84-0,91) dan hasil test-retest adalah 0,91.
Kesimpulan: CESD-R versi bahasa Indonesia memiliki validitas dan reliabilitas yang baik untuk populasi remaja yang dirawat di RSCM dalam mendeteksi depresi. CESD-R pada populasi remaja di rumah sakit memiliki nilai cut-off yang lebih rendah daripada populasi umum.

ABSTRACT
Background: Symptoms and diagnosis depression is one of the causes of many impairment and disability among adolescents. Adolescents in inpatient care may be consulted for psychiatric problems, including depression. A screening instrument should be used upon a specific population to detect expected disorders. Currently, there is no screening instruments to early detect depression among adolescence that could be used by other departments in a hospital.
Method: Validity and reliability test were done to CESD-R, Indonesian version. This instrument has been tested upon the general population, resulting in good validity and reliability. A hundred adolescent patients in RSUPNCM were recruited in the study to self-rate the questionnaire. Interview using MINI Kid was done to test criterion validity. Internal consistency and test-retest reliability were assessed to determine the instrument's reliability with using SPSS 20.00 version. Twenty people were re-tested in the next 2-4 weeks to assess reliability.
Result: The median age of this study's subject was 13.5 years old, the oldest age was 18 years old. The sample had a varied education, elementary school (30%), junior high school (39%), and senior high school (31%). 68% of the sample had general medical comorbidity, with systemic lupus erythematosus as the most prevalent comorbidity. CESD-R in this study had a median score of 11.71. The optimal cut-off was ≥9 with the Youden's indexes of 0.671. With the AUC curve of 0.92 (95%CI: 0.86-0.97), this instrument had a sensitivity of 93.9%, specificity 73.1%, positive likelihood ratio 3.5, and negative likelihood ratio 0.08. CESD-R had a Cronbach's Alpha of 0.88 (95%CI: 0,84-0,91) and test-retest result of 0.91.
Conclusion: The Indonesian version of CESD-R showed satisfactory validity and reliability to detect depression among adolescence that was treated in RSCM. CESD-R in adolescence had a lower cut-off than a general population."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T55544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amelia
"Pendahuluan: Remaja merupakan masa peralihan yang kompleks. Pada masa ini, terdapat perubahan fisik dan psikologis yang besar dalam hidup seseorang. Masa peralihan ini membuat remaja rentan mengalami depresi yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya orang tua sebagai orang yang memiliki peran penting dalam perkembangan kesehatan jiwa anak hingga remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara pola asuh orang tua dengan depresi pada remaja di Depok, Jawa Barat.
Metode: Penelitian dengan metode studi potong lintang pada 96 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Dian Didaktika Depok yang berusia 14 sampai 17 tahun ini menggunakan kuesioner skrining depresi, Centre for Edpidemiologic Studies Depression Scale-revised (CESD-R) dan Kuesioner Pola Asuh Anak (KPAA) sebagai instrumennya. Data yang terpilih menggunakan teknik pengambilan acak dianalisis dengan uji Fisher.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 30,2% remaja yang memiliki gejala depresi. Mayoritas pola asuh yang ditemukan pada ayah (96,9%) dan ibu (96,9%) adalah pola asuh yang tidak diharapkan (pola asuh permisif, otoriter, dan mengabaikan). Sebagian besar dari pola asuh yang tidak diharapkan tersebut adalah pola asuh permisif. Setelah dianalisis, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna secara statistik antara pola asuh permisif dengan depresi pada remaja sebagai pola asuh orang tua terbanyak pada subjek penelitian ini.
......Introduction: Adolescence is a complex transitional period. During this period, there are great physical and psychological changes that occur in someone’s life. This transitional period causes adolescents to be more likely to develop depression which is affected by several factors, one of them is parent as someone who plays an important role in children to adolescents’ mental health development. Therefore, the purpose of this study is to find the relationship between parenting styles and depression among adolescents in Depok, Jawa
Barat.
Methods: This cross-sectional study of 96 students ages 14 to 17 from Dian Didaktika High School in Depok used depression screening questionare, Centre for Edpidemiologic Studies Depression Scale-revised (CESD-R) and Kuesioner Pola Asuh Anak (KPAA) as its instruments. Data that has been picked by random
sampling was analyzed by Fisher’s test.
Results: The result of this study revealed that there are 30,2% adolescents who have depression symptoms. The majority of parenting styles found in father (98,6%) and mother (98,6%) are undesirable parenting styles (permissive, authoritarian, and neglectful parenting style). Most of those undesirable parenting styles are permissive parenting style. After being analyzed, there is no statistically significant difference between permissive parenting styles and depression in adolescents as it is the most common parenting style in these reasearch subjects."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Nur Kharimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kualitas hubungan pertemanan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan serta melihat korelasi antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi pada siswa SMA di wilayah DKI Jakarta. Friendship Quality Scale FQS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan pada penelitian ini untuk mengukur kualitas hubungan pertemanan dan psychological distress dalam bentuk gejala depresi. Responden penelitian ini terdiri dari 746 siswa kelas X SMA yang tersebar di lima kotamadya di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas hubungan pertemanan pada remaja laki-laki dan perempuan, dengan skor kualitas hubungan pertemanan pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki.
Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas hubungan pertemanan maka akan semakin tinggi pula tingkat depresi, dan begitu sebaliknya. Penelitian lanjutan dinilai perlu dilakukan untuk menggali dinamika hubungan positif antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi.
......The aim of this study is to compare friendship quality between boys and girls, and also to investigate whether any correlation between friendship quality and depression among high school students in Jakarta. Friendship Quality Scale FQS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 are used to measure friendship quality and psychological distress in the form of depressive symptoms. Participants of this study were 746 tenth graders of high school from five urban cities in Jakarta.
The result of the study shows that there is a significant difference of friendship quality between boys and girls, whereas girls tend to be higher than boys. Contradictory with previous studies, the result of this study shows that there is a positive correlation between friendship quality and depression, which means that higher friendship quality correlates with higher depressive symptoms, and vice versa. Future researches are needed to explore the dynamics of positive correlation between friendship quality and depression."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Destiani Sugiwan
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan gejala depresi pada remaja di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Friendship Quality Scale FQS, Peer Acceptance Scale PAS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya melalui penerimaan teman sebaya dan kualitas pertemanan serta mengukur gejala depresi. Partisipan penelitian ini terdiri dari 632 siswa SMA kelas XI di 5 wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan gejala depresi, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dan gejala depresi. Hasil penelitian mengenai penerimaan teman sebaya sejalan dengan penelitian tahun lalu yang menunjukkan ada hubungan korelasi negatif yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dan gejala depresi, yaitu semakin tinggi skor penerimaan teman sebaya, semakin rendah skor depresi dan begitu juga sebaliknya. Namun, hasil penelitian kualitas pertemanan yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dan gejala depresi, tidak sejalan dengan penelitian tahun lalu yang menunjukan korelasi positif yang signifikan antara kualitas pertemanan dengan gejala depresi, yaitu semakin tinggi skor kualitas pertemanan maka semakin tinggi juga skor depresinya. Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat prediksi antar variabel di tahun selanjutnya melalui variabel tahun ini.

ABSTRACT<>br>
Abstract This study is a follow up study that aims to see the relationship between peer social support and depression symptom in adolescents in Jakarta. Measuring instrument used in this study are Friendship Quality Scale FQS, Peer Acceptance Scale PAS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 used in this study to measure peer social support through peer acceptance and quality friendship and measure depression symptom. The participants of this study consisted of 632 high school students class XI in 5 areas of Jakarta. The results showed there was a significant relationship between peer acceptance with depression symptom, but there was no significant relationship between friendship quality and depression symptom. Results of research on peer acceptance in line with last year 39 s study showed a significant negative correlation relationship between peer acceptance and depression symptom, where the higher the score of peer acceptance the lower the depression score and vice versa. However, the results of friendship quality research showed there are no significant correlation between friendship quality and depression symptom, not in line with last year 39 s study showed a significant positive correlation between friendship quality and depression symptom, where the higher the score of friendship quality the higher the depression score. For that, further research is needed to see prediction between variables in the next year. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Christian
"Latar belakang: Dari beberapa penelitian sebelumnya, terdapat hubungan yang antara resiliensi dengan menurunnya frekuensi gejala depresi. Namun demikian, belum ada penelitian yang menguji hubungan antara resiliensi dan depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran, khususnya di Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara resiliensi dengan gejala depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tingkat tiga (3) di masa pandemi COVID-19.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang pada mahasiswa FKUI tingkat tiga dengan menggunakan kuesioner CD-RISC25 untuk mengukur resiliensi dan CESD-R untuk mengetahui gejala depresi. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan Uji Spearman.
Hasil: Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data resiliensi menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05) dengan rerata nilai resiliensi sebesar 69,39 ± 14,11. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data gejala depresi menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal (p<0,05) dengan nilai median 9 (0-68). Hubungan korelasi antara resiliensi dan gejala depresi didapatkan melalui Uji Spearman yang menunjukkan hasil signifikan (p<0,05) dan hasil korelasi negatif (r=-0,525).
Diskusi: Resiliensi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada umumnya, sementara gejala depresi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong rendah. Hal ini disebabkan korelasi negatif antara resiliensi dan gejala depresi dimana resiliensi dikaitkan dengan tipe kepribadian yang memiliki persepsi diri yang positif, optimisme yang tinggi, dan ketenangan diri sehingga menjadi faktor protektif dari gejala depresi.
Kesimpulan: Resiliensi memiliki korelasi negatif signifikan dengan gejala depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran tingkat tiga."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Owena Ardra
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keberfungsian keluarga sebagai prediktor terhadap gejala depresi remaja. Keberfungsian keluarga menurut Teori McMaster ialah kemampuan keluarga untuk menyediakan lingkungan yang efektif bagi perkembangan, fisik maupun psikis, anggotanya. Keberfungsian keluarga diukur dengan kuesioner Family Assessment Device FAD . Gejala depresi pada penelitian ini merupakan gejala depresif inti pada ranah suasana hati dan perasaan yang diukur dengan Short Mood and Feelings Questionnaire SMFQ . Responden penelitian merupakan remaja berusia 13-21 tahun. Teknik analisis statistik yang digunakan ialah linear regression. Analisa statistik tambahan dilakukan dengan mengontrol variabel jenis kelamin dan riwayat gangguan psikologis orangtua. Hasil penelitian dengan 488 responden menunjukkan keberfungsian keluarga sebagai prediktor signifikan berkontribusi sebesar 25 terhadap gejala depresi. Beberapa dimensi yang berperan sebagai prediktor secara signifikan ialah dimensi komunikasi, dimensi respon afektif, dimensi keterlibatan afektif, dan dimensi kontrol perilaku.

ABSTRACT
This study aimed to examine the role of family functioning as predictor for depressive symptoms in adolescent. Family rsquo s major function, based on McMaster Theory, is to provide the most effective settings for the member rsquo s development. The variable of family functioning by McMaster was measured with Family Assessment Device FAD and the variable of depressive symptoms was measured with Short Mood and Feelings Questionanire SMFQ . Respondents of this study were 488 adolescents with age from 13 to 21. The statistic techniques used to process the data was linear regression. Additional analyses was conducted by controlling the variable of sex and parents rsquo history of psychological disorder. The results revealed that family functioning has a significant role as predictor and contributes 25 to depressive symptoms in adolescent. Some of the dimensions of family functioning with significant role as predictor are communication, affective responsiveness, affective involvement, and behavior control. "
2017
S68379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>