Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susanti Dharmmika
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui perbaikan keseimbangan fungsional pada pasien polineropati diabetik anggota gerak bawah pasca latihan stabilitas postural Disain : Pra dan pasta perlakuan dengan kelompok kontrol Subyek : 50 prang dibagi secara acak sederhana menjadi dua kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol) Tempat : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung Intervensi : Kelompok kasus diberi Iatihan stabilitas postural. Kelompok kontrol diberi latihan senam kaki diabetik. Kedua kelompok melakukan latihan 3 kali di rumah sakit dengan supervisi peneliti dan 4 hari di rumah dengan supervisi anggota keluarga yang ditunjuk. Kedua latihan diberikan selama 3 minggu. Parameter : Keseimbangan fungsional melalui 4 tolak ukur, yaitu unipedal stance test (UST), tandem stance test (TST), timed get up and go test (TUG) dan jarak functional reach test (T'RT) Hasil : Pada kelompok kasus terdapat perbaikan keseimbangan fungsional UST (p= 0,010), «T (p= 0,009), TUG (p= 0,014) kecuali FRT (p= 0,176), Pada kelompok kontrol terdapat peningkatan keseimbangan fungsional namun tidal( bermakna. Kesimpulan : Latihan stabilitas postural memperbaiki UST, TST dan TUG pada pasien polineuropati diabetik anggota gerak bawah.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T58481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Rachmad Hidayat
Abstrak :
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian program latihan kalistenik bersama latihan aerobik terhadap pengendalian kadar glukosa darah, kekuatan otot serta kapasitas aerobik pada individu pra lanjut usia dengan DM tipe 2. Metode: 30 subyek 'penelitian (26 Iaki-taki dan 4 perempuan) penderita DM tipe 2 tanpa komplikasi, berusia 44-54 tahun, dengan berat badan berlebih dan obesitas, mengikuti program latihan aerobik (jalan cepat) dan latihan kalistenik selanza 8 minggu. Subyek dibagi dalam 2 kelompok yaitu 15 orang melakukan latihan jalan cepat dan kalistenik (kelompok ICA) dan 15 orang lainnya melakukan Iatihan jalan cepat saja (kelompok A). Frekuensi latihan jsmani adalah 3 kali per minggu (selang 1 hari). Intensitas latihan jalan cepat adalah sedang (60-80 % Heart Rate Reserve), durasi 30 menit. Latihan kalistenik dilakukan sebanyak 2 set kalistenik, setiap set terdiri dari 8 macam gerakan Iatihan kekuatan otot yang mewakili otot-otot besar tubuh. Repetisi setiap gerakan latihan adalah 15 kali. Latihan jasmani dilakukan di tempat latihan bersama dan di rumah masing-masing subyek penelitian. Nilai HbAlc, kadar glukosa darah puasa (GDP), kekuatan otot serta kapasitas aerobik diperiksa sebelum dan setelah program latihan jasmani. Hasil: NiIai HbAlc dan GDP sebelum dan setelah latihan jasmani berbeda bermakna pada masing-masing kelompok (p < 0,05). Besarnya perubahan kadar HbAI c dan GDP antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p 0,454). Kekuatan otot kelompok KA sebelum dan setelah latihan jasmani berbeda bermakna (p < 0,05), Kapasitas aerobik sebelum dan setelah latihan jasmani berbeda bermakna pada masing-masing kelompok (p < 0,05). Besarnya perubahan kapasitas aerobik antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p 0,780). Korelasi antara perbaikan kadar HbAlc dan GDP dengan perbaikan kekuatan otot dan kapasitas aerobik pada kedua kelompok setelah program latihan jasmani 8 minggu adalah lemah. Kesimpulan: Pemberian program Iatihan kalistenik bersamaan dengan program lalihan aerobik jalan cepat selama 8 minggu pada individu pra Ianjut usia dengan DM tipe 2 tanpa komplikasi, berat badan lebihlobesitas I memberikan basil pengendalian kadar glukosa darah dan kapasitas aerobik yang tidak berbeda dengan melakukan latihan aerobik jalan cepat saja, namun meningkatkan kekuatan ototnya. Latihan kalistenik bersama aerobik dan latihan aerobik saja selama 8 minggu memperlihatkan korelasi lemah antara parameter pengendalian kadar glukosa darah dengan kapasitas aerobik dan kekuatan otot.
Purpose: The aim of this study was to examine the influence of callisthenics exercise simultaneously with aerobic exercise in controlling blood glucose level, muscle strength and aerobic capacity in older adult with type 2 Diabetes Mellitus (type 2 DM). Methods: Thirty subjects (26 men, 4 women) with type 2 DM but without complication, age between 44-54 years old, have obesity or overweight, underwent the aerobic exercise program (brisk walking) and callisthenics exercise program for 8 weeks. Subjects devided into 2 groups, 15 subjects performed both brisk walking and callisthenics (group I CA), while the other 15 conducted only brisk walking (group A). The frequency of the exercise was set on 3 times per week on non consecutive days. The intensity of the brisk walking exercise was set on moderate intensity (60-80% HRR) with 30 min duration. The callisthenics exercise performed as 2 sets of 15 repetitions in 8 core muscle exercise (represent the whole large muscle group of the body). The exercise was performed in the subjects' home and once a week together in an exercise room. Glycosilated haemoglobin (HbAlc), fasting plasma glucose (FPG), muscle strength and aerobic capacity was evaluated before and after exercise program. Results: HbAlc and FPG before and after exercise program were different significantly within each groups (p<0,05). The level of reduction of HbAlc and FPG between 2 groups was not significantly different (p 0,454). The muscle strength of group KA was increased significantly after exercise program (p<0,05). The aerobic capacity before and after exercise program was different significantly within each groups (p<0,05). The level of increase of aerobic capacity between 2 groups was not significantly different (p 0,780). The correlation between HbAlc and FPG to muscle strength and aerobic capacity after 8 weeks exercise program in both 2 groups was weak and not significant. Condusion: The addition of callisthenics exercise program simultaneously with aerobic exercise program for 8 weeks to the older adult with type 2 DM reduced HbAlc and FPG and increased the aerobic capacity that were not different compare to only conducting aerobic exercise program, but increased muscle strength The correlation between the improvement in glycemic control and aerobic capacity and muscle strength after 8 weeks exercise program were weak.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Sarfika
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kognitif dan logoterapi terhadap kondisi depresi, ansietas, kemampuan mengubah pikiran negatif, dan kemampuan memaknai hidup klien diabetes melitus di RSUP Dr. M Djamil Padang. Desain penelitian quasi ekspermental non equivalent control group. Responden terdiri dari 29 orang kelompok yang mendapatkan terapi kognitif dan logoterapi, 31 orang kelompok yang hanya mendapatkan terapi kognitif, dan 30 orang kelompok yang tidak mendapatkan terapi. Terapi kognitif dan logoterapi diberikan sebanyak 5 sesi dalam 5 kali pertemuan, sedangkan logoterapi 4 sesi dalam 5 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian terapi kognitif dan logoterapi dan pemberian terapi kognitif saja sama-sama menurunkan kondisi depresi secara bermakna, tetapi terapi kognitif dan logoterapi menurunkan kondisi depresi lebih besar dibanding terapi kognitif saja. Terapi kognitif dan logoterapi menurunkan kondisi ansietas lebih besar dibanding terapi kognitif saja. Pemberian terapi kognitif dan logoterapi dan pemberian terapi kognitif saja sama-sama meningkatkan kemampuan mengubah pikiran negatif secar bermakan, tetapi terapi kognitif dan logoterapi meningkatkan kemampuan mengubah pikiran negatif lebihih besar dibanding dengan terapi kognitif saja. Terapi kognitif dan logoterapi meningkatkan kemampuan memaknai hidup lebih besar dibanding terapi kognitif saja. Terapi kognitif dan logoterapi direkomendasikan pada klien diabetes melitus yang mengalami depresi dan ansietas.
The research aims to determine the effect of cognitive therapy (CT) and logotherapy for depression, anxiety, ability to change the negative thoughts and ability to make sense of life for diabetes mellitus client at RSUP Dr. M. Djamil Padang. The research design quasi eksperimental non equivalent control group, of 29 person are given cognitive therapy and logotherapy group, 31 person the only given cognitive therapy group, and 30 person are not given therapy group. CT are given as much as 5 sessions in 5 meetings, and logotherapy are given as much as 4 sessions in 5 meetings. The result of research shows the same significant on reducing depression between CT and logotherapy with CT, but the CT and logotherapy group the higher on the reducing depression than CT group. CT and logotherapy group on the reducing anxiety the higher than CT group. CT and logtherapy and CT group increasing ability to change the negative thoughts the same significant, but CT and logotherapy the higher than CT group. CT and Logotherapy group increasing ability to make sense of life the higher than the CT group. CT and logotherapy are recommended for the diabetes mellitus client who depression and anxiety.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31917
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanullang, Murni Sari Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Pasien diabetes cenderung mengalami masalah psikologis seperti kecemasan yang dapat menyebabkan rendahnya kontrol glikemik, kurangnya perawatan diri, serta menurunnya kualitas hidup. Apabila kecemasan tidak tertangani dengan baik akan menyulitkan pengelolaan diabetes. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor dominan yang memengaruhi tingkat kecemasan diabetisi tipe 2. Desain penelitian adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 110 diabetisi tipe 2. Analisis data menggunakan pooled T-test, chi-square, dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi tingkat kecemasan diabetisi tipe 2 adalah usia, status pekerjaan, lama menderita DM, kontrol gula darah dan aktivitas fisik. Kontrol gula darah merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat kecemasan diabetisi tipe 2, dimana responden dengan gula darah tidak terkontrol berisiko 7,356 kali untuk mengalami cemas tingkat sedang-berat dibandingkan responden dengan gula darah terkontrol CI 95 OR= 1,564-34,6 . Penelitian ini dapat meningkatkan kewaspadaan diri perawat dalam mengkaji aspek psikologis diabetisi dengan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan.
ABSTRACT
Patients with diabetes tend to experience psychological problems such as anxiety that leads to a lower glycemic control, low self care, and decreased quality of life. Thus, it needs to be handled properly to prevent more complicated diabetes management. This study aimed to determine the dominant factor affecting the level of anxiety in patient with type 2 diabetes. An analitic cross sectional study was conducted that included 110 patients with type 2 diabetes. Statistical analysis used pooled T test, chi square and logistic regression. The results showed that the factors affecting the level of anxiety in patient with type 2 diabetes were age, employment status, duration of diabetes, blood glucose control and physical activity. Blood glucose control was the most dominant factor in the level of anxiety of patient with type 2 diabetes. This found is based on data that patients with uncontrolled blood glucose were 7.356 times more likely to have a medium high level of anxiety as compared to those with controlled blood glucose 95 CI OR 1.564 to 34, 6 . This study results can lead nurses to improve their self awareness in assessing psychological aspects by recognising factors affecting anxiety.
2017
T47244
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Unger, Jeff
Philadelphia: Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins, 2007
616.462 UNG d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library