Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Giri Satriya
Abstrak :
Latar belakang : Dispnea sebagai sensasi subjektif yang dialami pasien merupakan penanda adanya penyakit dasar yang perlu didiagnosis dan ditatalaksana, khususnya pada pasien dengan penyakit progresif. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa keluhan dispnea saat admisi berkaitan dengan peningkatan mortalitas pasien. Tujuan : Mengetahui pengaruh dispnea terhadap kesintasan 1 tahun pada pasien dengan penyakit progresif di RSCM Metode : Studi kohort retrospektif dilakukan dengan menelusuri rekam medik 155 pasien dengan penyakit progresif yang dirawat inap di RSCM selama bulan Agustus 2018 hingga Desember 2019. Sampel penelitian ada pasien dewasa usia 18 tahun ke atas yang didiagnosa PPOK, gagal jantung, keganasan atau CVD. Data identitas, keluhan dispnea dan kesintasan dikumpulkan melalui rekam medis kemudian dianalisis menggunakan analisis multivariat dan grafik Kaplan Meier menggunakan perangkat SPSS. Hasil : Pada penelitian ini didapatkan kesintasan subjek dengan penyakit progresif yang dirawat di RSCM pada bulan Agustus 2018 hingga Desember 2019 sebesar 34,8% dengan mean survival sebesar 163 hari dan median survival sebesar 72 hari. Sebanyak 49% subjek memiliki keluhan dispnea. Kesintasan subjek dengan dispnea sebesar 11%, dengan mean dan median survival sebesar 115 hari dan 29 hari. Dispnea berhubungan secara signifikan terhadap kesintasan dengan nilai p < 0,05 dan adjusted HR 1,928 (95% CI: 1,225 – 3,03). Pada subgroup analysis kelompok subjek gagal jantung, keganasan, dan CVD, didapatkan dispnea berhubungan dengan kesintasan dengan nilai p<0,05 dan nilai HR masing-masing 16,59 (95% CI: 2,20 – 124,73), 2,18 (95% CI: 1,33 – 3,58), dan 2,90 (95% CI: 1,34 – 6,28). ......Background: Dispnea as a subjective sensation is a sign of certain underlying disease which need to be diagnosed and treated to prevent the mortality, especially in patients with progressive disease. Previous study has shown that patients with dispnea at admission have higer mortality. Objective: To determine the association between dyspnea with 1 year survival in patients with progressive disease who were admitted to RSCM. Methods: A retrospective cohort study was conducted by tracing the medical records of 155 patients with progressive disease who were hospitalized at RSCM during August 2018 until December 2019. Recruited subjects were adults patients who 18 years above diagnosed with COPD, heart failure, malignancy or CVD. Identity, dispnea, and survival data were collected through medical records. Statistical analysis was conducted by using multivariate and Kaplan Meier analysis using SPSS software. Results: In this study, the survival rate of patients with progressive disease who were admitted to RSCM in August 2018-December 2019 was 34.8% with a mean survival of 163 days and a median survival of 72 days. Among the patients 49% had dispnea. The survival rate of patients with dispnea was 11% with a mean survival of 115 days and a median survival of 29 days.. Dyspnea was significantly associated with survival with p < 0,05 and adjusted HR 1.928 (95% CI: 1.225 - 3.03). In the subgroup analysis of heart failure, malignancy, and CVD, dispnea was associated with survival with p<0,05 and the HR value for every group 16,59 (95% CI: 2,20 – 124,73), 2,18 (95% CI: 1,33 – 3,58), and 2,90 (95% CI: 1,34 – 6,28).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rica Fitria
Abstrak :
Sesak napas adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan saat bernapas dengan kualitas yang berbeda dan intensitas yang bervariasi. Sesak napas secara konsisten dirasakan oleh pasien kanker paru sebagai gejala yang menyusahkan. Perlu adanya pengelolaan sesak napas dengan intervensi suportif yaitu pemberian terapi air cooler selain intervensi kuratif. Penelitian ini bersifat uji klinis acak terkontrol dengan desain paralel. Cara pemilihan sampel adalah consecutive sampling (N=40). Perbandingan pre dan post-test menggunakan uji-t berpasangan, sedangkan selisih antar kelompok menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan skala sesak napas pada skor MBS antar kelompok (skor rata-rata, 0,95 vs -0,25, p-value <0,001). Namun ditemukan adanya penurunan laju pernapasan pada kelompok intervensi dengan p-value =0,012, tetapi tidak ditemukan adanya peningkatan saturasi oksigen dengan p-value <0,001. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan uji acak terkontrol tentang keefektivitasan pendingan udara sekitanya melalui air cooler untuk meredakan sesak napas pada pasien kanker. ......Dyspnea or shortness of breath is an unpleasant subjective sensation when breathing of different quality and varying intensity. Dyspnea is consistently experienced by lung cancer patients as a distressing symptom. It is necessary to manage dyspnea with supportive interventions, namely the provision of air cooler therapy in addition to curative interventions. This study is a randomized controlled clinical trial with a parallel design. The sample selection method was consecutive sampling (N=40). The paired t-test was used to compare the pre- and post-test while the Mann-Whitney test was applied to determine the differences between groups. The results showed a decrease in the MBS score between groups on the shortness of breath scale (mean score, 0.95 vs -0.25, p-value <0.001). However, a decrease in respiratory rate was found in the intervention group with p-value = 0.012, with no increase in oxygen saturation (p-value <0.001). Future research can develop randomized controlled trials on the effectiveness of cooling the surrounding air using air coolers to relieve shortness of breath in cancer patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Massie, Juliana G.E.P.
Abstrak :
Keluhan sesak napas atau dispnea merupakan gejala umum yang selalu dikeluhkan oleh pasien PPOK. Pengelolaan dispnea pada penderita PPOK di tatanan layanan kesehatan, selain menggunakan terapi farmakologi juga dengan pemberian terapi non farmakologi. Terapi non farmakologi untuk penderita PPOK tersebut meliputi 3 aspek utama, yaitu olah napas/breathing, olah pikiran/thinking dan olah fungsional/functioning.  Tatalaksana non farmakologi untuk kasus PPOK sebagian besar berfokus pada upaya kontrol pernapasan melalui teknik Pursed Lip Breathing. Namun belum banyak penelitian yang mengkaji pengaruh kontrol pikiran dalam mengatasi keluhan dispnea pasien PPOK. Penelitian ini menggabungkan antara kontrol pernapasan melalui latihan Pursed Lip Breathing (PLB) dan kontrol pikiran melalui latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR). Penelitian ini merupakan penelitian quasy experiment dengan pendekatan pre-post test design pada 20 responden di setiap kelompok intervensi. Kelompok intervensi I diberi kombinasi latihan PLB dan PMR selama 10 menit, 2 kali sehari, selama 7 hari. Sedangkan kelompok intervensi II diberi kombinasi latihan PLB selama 10 menit, 2 kali sehari, selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada derajat dispnea setelah pemberian kombinasi latihan PLB dan PMR (p = 0,000; α = 0,05). Dengan demikian, kombinasi latihan PLB dan PMR merupakan salah satu intervensi yang efektif untuk menurunkan derajat dispnea pada pasien PPOK. Rekomendasi pada penelitian ini adalah diperlukannya pengembangan program terapi komplementer di pendidikan dan pelayanan keperawatan untuk modifikasi standar asuhan keperawatan dengan memasukkan terapi komplementer kombinasi latihan PLB dan PMR dalam asuhan keperawatan pasien PPOK.  ......Shortness of breath or dyspnea are common symptoms that are always complained of by Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) patients. Management of dyspnea in patients with COPD are pharmacological therapy and non-pharmacological therapy. Non-pharmacological therapy for patients with COPD includes 3 main aspects, namely breathing, mind processing and functional functioning. Non-pharmacological management for COPD cases focuses mostly on respiratory control efforts through the Pursed Lip Breathing technique. But not many studies have examined the effect of mind control in overcoming complaints of COPD dyspnea patients. This study combines breathing control through Pursed Lip Breathing (PLB) exercise and mind control through Progressive Muscle Relaxation (PMR) exercise. This research is a quasy experiment with a pre-post test design approach to 20 respondents in each intervention group. The intervention group I was given a combination of PLB and PMR exercises for 10 minutes, 2 times a day, for 7 days. While the intervention group II was given a combination of PLB exercises for 10 minutes, 2 times a day, for 7 days. The results showed a significant difference in the degree of dyspnea after PLB and PMR exercises (p = 0.000; α = 0.05). The combination of PLB and PMR exercises is an effective intervention to reduce the degree of dyspnea in COPD patients. The recommendation in this study is the need to develop complementary therapy programs in education and nursing services for modification of nursing care standards by incorporating complementary therapy in combination with PLB and PMR exercises in the nursing care of COPD patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T54756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Susanto
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara derajat sesak napas dan kualitas hidup terkait kesehatan pada lanjut usia pasca COVID-19. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien lanjut usia pasca perawatan COVID-19 di RSUP Persahabatan. Pengambilan data dilakukan menggunakan aplikasi audio-video Whatsapp dan Zoom. Penilaian sesak napas dilakukan dengan skala sesak Borg (modified Borg dyspnea scale) dan skala sesak modified Medical Research Council (mMRC). Penilaian kualitas hidup terkait kesehatan dilakukan dengan instrumen EQ-5D-5L versi bahasa Indonesia. Pada penelitian ini didapatkan 44 subjek lanjut usia pasca COVID-19. Dari hasil penilaian skala sesak Borg didapatkan adanya sesak napas ringan pada 15,9% pasien dan sesak napas sedikit berat pada 6,8% subjek. Dari hasil penilaian skala sesak mMRC didapatkan nilai mMRC > 1 pada 20,4% subjek. Terdapat korelasi antara skala sesak Borg dengan EQ-5D-5L pada komponen kemampuan berjalan (r=0,42; p<0,01), perawatan diri (r=0,51; p<0,01), rasa cemas/depresi (r=0,52; p<0,01), dan EQ-VAS (p=-0,53; p<0,01). Terdapat korelasi antara skala sesak mMRC dengan EQ-5D-5L pada komponen kemampuan berjalan (r=0,65; p<0,01), perawatan diri (r=0,62; p<0,01), kegiatan yang biasa dilakukan (r=0,69; p<0,01), dan EQ VAS (r=-0,58; p<0,01). Kesimpulan penelitian ini adalah adanya hubungan korelasi positif sedang antara derajat sesak napas dengan komponen perawatan diri dan rasa cemas/depresi. Didapatkan adanya korelasi negatif sedang antara derajat sesak napas dengan nilai EQ VAS. ......This study aims to determine the correlation between the severity of shortness of breath and health-related quality of life in the elderly after COVID-19. This is a cross-sectional study on elderly patients after COVID-19 inpatient treatment at Persahabatan Hospital, Jakarta. Data collection was carried out using the Whatsapp and Zoom audio-video application. Dyspnea severity was assessed using the modified Borg dyspnea scale and the modified Medical Research Council (mMRC) dyspnea scale. Health-related quality of life assessment was carried out with the Indonesian version of the EQ-5D-5L instrument. A total of 44 elderly subjects post COVID-19 were included in this study. From the results of the modified Borg dyspnea scale assessment, it was found that there was mild dyspnea in 15.9% of subjects and somewhat severe dyspnea in 6.8% of subjects. From the results of the mMRC dyspnea scale assessment, the mMRC value more than 1 is found in 20.4% of the subjects. There was a correlation between the modified Borg dyspnea scale and EQ-5D-5L on the components of mobility (r=0.42; p<0.01), self-care (r=0.51; p<0.01), anxiety/depression (r=0.52; p<0.01), and EQ-VAS (p=-0.53; p<0.01). There is a correlation between the mMRC shortness scale and EQ-5D-5L on the components of mobility (r=0.65; p<0.01), self-care (r=0.62; p<0.01), usual activities (r=0.69; p<0.01), and EQ VAS (r=-0.58; p<0.01). There is a moderate positive correlation between the severity of dyspnea with components of self-care and anxiety/depression. There was a moderate negative correlation between the degree of dyspnea and the EQ VAS value.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkika Ramadhani
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Rizkika RamadhaniProgram Studi : Magister Keperawatan Medikal BedahJudul : Pengaruh Edukasi Manajemen Dispnea Terhadap SelfEfficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas Pada PasienPPOKPenyakit PPOK bersifat kronis dan progresif sehingga membutuhkan upayamanajemen penyakit secara mandiri dalam penatalaksanaan penyakitnya. Selfefficacy merupakan konsep penting dari manajemen penyakit secara mandiri gunamewujudkan perubahan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasipengaruh edukasi manajemen dispnea terhadap self efficacy dalam mengelolakesulitan bernafas pada pasien PPOK. Desain penelitian yang digunakan adalahkuasi eksperimen pretest-postest dengan kelompok kontrol. Sampel padapenelitian berjumlah 34 orang, terdiri dari 17 orang kelompok intervensi dan 17orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan selfefficacy yang bermakna setelah diberikan edukasi manajemen dispnea p=0.036 .Berdasarkan penelitian ini, edukasi manajemen dispnea dapat dijadikan sebagaiintervensi keperawatan untuk meningkatkan self efficacy pasien PPOK dalammengelola kesulitan bernafas.Kata kunci : edukasi manajemen dispnea, PPOK, self efficacy
ABSTRACT
Name Rizkika RamadhaniProgram Master of Nursing Science speciality in Medical Surgical NursingTitle The effect of dyspnea management education toward self efficacyin managing breathing difficulities in COPD patientsCOPD is chronic and progressive disease that requires self management efforts inthe management of disease. Self efficacy is an important concept of selfmanagement disease to achieve behavioral change. The research objective was toidentify the influence of dyspnea management education toward self efficacy inmanaging breathing difficulties in COPD patients. The research design was quasyexperiment by using pretest posttest with control group. The number of sampleswere 34, consist of 17 people in intervention group and 17 people in controlgroup. The results showed a significant increase toward self efficacy after givendyspnea management education p 0.036 . Based on this research, dyspneamanagement education can be used as a nursing interventions to improve selfefficacy in managing breathing difficulties in COPD patients.Keywords dispnea management education, COPD, self efficacy
2017
T47113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Putu Dewi Puspawati
Abstrak :
[ABSTRAK
Gejala utama kanker paru adalah sesak yang dapat menyebabkan depresi, cemas, keterbatasan aktivitas mandiri serta menurunkan kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh stimulasi aliran udara dari hand-held fan sebagai intervensi paliatif nonfarmakologis terhadap sesak pada pasien kanker paru. Penelitian ini menggunakan randomized controlled crossover open trial design dan melibatkan 21 subjek. Kontrol yang digunakan sebagai pembanding adalah teknik pernafasan diafragma. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa stimulasi aliran udara dari hand-held fan mempengaruhi skala sesak (p= 0,003) dan frekuensi pernapasan (p= 0,008) secara signifikan. Intervensi tersebut dapat dilakukan pada pasien kanker paru sesak nonhipoksemia.
ABSTRACT
The main symptom of lung cancer is dyspnea which can lead to depression, anxiety, limited independent activities and decreased quality of life. The purpose of this study was to identify the effect of airflow stimulation from hand-held fan as non-pharmacological palliative intervention on dyspnea in patients with lung cancer. This study used open randomized controlled crossover trial design involved 21 subject. Diaphragmatic breathing technique was used in control arm. Wilcoxon test result showed that airflow stimulation significantly influenced dyspnea scale (p= 0.003) and respiratory rate (p=0.008). This intervention can be applied on nonhypoxemic dyspneic lung cancer patients, The main symptom of lung cancer is dyspnea which can lead to depression, anxiety, limited independent activities and decreased quality of life. The purpose of this study was to identify the effect of airflow stimulation from hand-held fan as non-pharmacological palliative intervention on dyspnea in patients with lung cancer. This study used open randomized controlled crossover trial design involved 21 subject. Diaphragmatic breathing technique was used in control arm. Wilcoxon test result showed that airflow stimulation significantly influenced dyspnea scale (p= 0.003) and respiratory rate (p=0.008). This intervention can be applied on nonhypoxemic dyspneic lung cancer patients]
2015
T44189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya Hanisya
Abstrak :
Dispnea merupakan manifestasi klinis yang paling umum terjadi pada klien dengan empiema. Dispnea terjadi karena gangguan ekspansi paru akibat akumulasi pus nanah dalam rongga pleura. Berdasarkan dispnea dan data-data penunjang lain yang dialami klien maka dapat ditegakkan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas. Intervensi keperawatan dapat diberikan untuk mengurangi dispnea. Latihan tarik nafas dalam merupakan intervensi keperawatan yang diberikan untuk mengatasi keluhan dispnea. Intervensi keperawatan latihan tarik nafas dalam diberikan selama enam hari perawatan. Hasil intervensi yang didapat berupa penurunan signifikan pada dispnea dan frekuensi pernafasan. Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai intervensi keperawatan rekomendasi untuk mengatasi dispnea pada klien dengan empiema. ......Dyspnea is the most common clinical manifestation of clients with empyema. Dyspnea occurs due to impaired pulmonary expansion due to accumulation of pus pus in the pleural space. Based on dyspnea and other supporting data experienced by the client it can be enforced nursing ineffective breathing pattern. Nursing intervention may be given to reduce dyspnea. Deep breathing exercise is a nursing intervention given to overcome dyspnea complaints. Nursing interventions deep breathing exercises are given for six days of treatment. The result of the intervention was a significant decrease in dyspnea and respiratory frequency. This scientific work may serve as a recommendation nursing intervention to treat dyspnea in clients with empyema.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edian Fitriana
Abstrak :
Praktik keperawatan residensi yang dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan dengan kekhususan respirasi diharapkan dapat mengatasi masalah pernapasan. Selama menjalani proses residensi, residen berperan menjadi seorang Clinical Care Manajer (CCM) yang bertugas sebagai konsultan keperawatan bagi staf keperawatan dan pemberi terapi keperawatan kepada pasien, sebagai peneliti dan pendidik dalam rangka pemberi asuhan keperawatan untuk meningkatkan mutu atau kualitas asuhan keperawatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus kelolaan pasien dengan kanker paru dan 30 kasus resume menggunakan teori Henderson 14 kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam membantu individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit, melalui usahanya melakukan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai. Masalah keperawatan yang banyak muncul yaitu tentang pemenuhan kebutuhan bernapas normal. Penerapan EBN kombinasi latihan pursed lip breathing dan progressive muscle relaxation terhadap penurunan dyspnea pada pasien PPOK. Pelaksanaan proyek inovasi video sebagai program peningkatan kemampuan perawat dalam melakukan monitoring terhadap pasien yang terpasang Water Seal Drainage (WSD) dan pemberian edukasi kepada pasien yang terpasang WSD di rumah. Hasil analisis praktik residensi keperawatan didapatkan bahwa asuhan keperawatan menggunakan pendekatan teori Henderson bertujuan untuk membantu sesegera mungkin kemandirian pasien. Penerapan kombinasi latihan pursed lip breathing dan progressive muscle relaxation dapat menurunkan dyspnea pada pasien PPOK. Proyek inovasi program peningkatan kemampuan perawat dalam melakukan monitoring WSD dan pemberian edukasi dirumah pada pasien yang terpasang WSD dengan media video dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan monitoring WSD secara sistematis dan terstruktur dan kemampuan melakukan edukasi dirumah pada pasien. ......Residency nursing practice carried out at Persahabatan Hospital with the speciality of respiration was expected to overcome respiratory problems. In addition, during the residency process, the resident perform the role to become a clinical care manager (CCM) who serves as a nursing consultant for nursing staff and nursing therapy providers to patients, researches and educator in the context of providing nursing care to improve the quality of nursing care. In providing nursing care in managed cases of patients with lung cancer and 30 resumed cases used Henderson's theory of 14 basic human needs which showed the role of nurses as nursing care providers in helping individuals both in health and illness, through their efforts to carried out various activities to support individual health and healing or the process of dying peacefully. Many nursing problems that arise were about fulfilling normal breathing needs. Application of EBN combination of pursed lip breathing exercises and progressive muscle relaxation to reduce dyspnea in COPD patients. The implementation of the video innovation project as a program to improve the ability of nurses to monitor patients with watered seal drainage (WSD) and provided education to patients with WSD at home. The results of the analysis of nursing residency practice found that nursing care used the Henderson theory approach aims to help the patient's independence as soon as possible. The application of a combination of progressive muscle relaxation and pursed lip breathing exercises could reduce dyspnea in COPD patients. The program innovation project to improve nurses' ability to monitor WSD and provided home education to patients with WSD installed with video media could improve nurses' ability to monitor WSD systematically and structured and the ability to educate patients at home Keywords: nursing specialist, lung cancer, Henderson nursing theory
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Lely N. M.
Abstrak :
ABSTRAK
Sesak napas dan fatigue merupakan gejala utama yang dialami oleh pasien penyakit paru obstruktif kronik PPOK . Gejala ini menurunkan kinerja fungsional, fungsi kognitif, fisik dan psikososial hingga akan memperburuk kesehatan dan menurunkan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian latihan Active Cycle of Breathing Technique ACBT terhadap penurunan skor sesak napas dan fatigue pada pasien PPOK. Penelitian quasi eksperimen ini melibatkan 30 orang responden yang dipilih dengan menggunakan teknik concecutive sampling yang dibagi menjadi dua kelompok. Hasil uji bivariat dengan independent t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan skor sesak dan fatigue yang bermakna antara kelompok kontrol dan intervensi p value =0,0001 . Latihan ACBT berpengaruh terhadap penurunan skor sesak dan fatigue pada pasien PPOK. Latihan ACBT dapat direkomendasikan untuk menurunkan sesak dan fatigue pada pasien PPOK.
ABSTRACT
Dyspnea and fatigue are the main symptoms experienced by patients with chronic obstructive pulmonary disease COPD . These symptoms affect functional performance, cognitive, physical and psychosocial limitations that affect on patients quality of life. This study aimed to determine the effect of Active Cycle of Breathing Technique ACBT on the decrease of dyspnea and fatigue scale in patients with COPD. This quasi experiment study involved 30 respondents which selected by consecutive sampling technique and divided into two groups. The result of independent t test showed that there is significant mean difference of dyspnea and fatigue scale between two groups p value 0.0001 0,05 . ACBT has an effect on decreasing dyspnoea and fatigue in patients with COPD. ACBT can be recommended as an intervention to reduce the dyspnea and fatigue in patients with COPD.
2018
T50285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Noviantari
Abstrak :
Corona virus diseases (COVID)-19 dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada penyintasnya yang dikenal dengan istilahlong COVID. Masalah kesehatan yang sering dialami oleh penyintas COVID-19 adalah kelelahan, dispnea, dan gangguan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelelahan, dispnea, dan kualitas tidur dengan kualitas hidup pada penyintas COVID-19. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectiona, dengan jumlah sampel 104 penyintas COVID-19. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner Chalder fatigue scale (CFQ-11), mMRC dyspnea scale, kuesioner kualitas tidur, dan WHOQoL-BREF. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara kelelahan (r: 0.689), dispnea (r: 0.398), dan kualitas tidur (r: 0.444) dengan kualitas hidup pada penyintas COVID-19 (p:0.000; 95%CI, α:0.05). Kelelahan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup pada penyintas COVID-19 (koefisien regresi: -1,451). Implikasi: penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperkuat hasil temuan penelitian ini, sehingga pada akhirnya dapat dipertimbangkan untuk melakukan tindakan preventif, kuratif, atau rehabilitatif terhadap permasalahan yang dihadapi penyintas COVID-19. ......Corona virus diseases (COVID)-19 cause long-term health problems for its survivors known as long COVID. Health problems that often experienced by COVID-19 survivors are fatigue, dyspnea, and sleep disturbances. This study aims to determine the correlation between fatigue, dyspnea, and sleep quality with quality of life among COVID-19 survivors. This method research used cross sectional approach and the sample size were 104 COVID-19 survivors. Data were collected using the Chalder fatigue scale (CFQ-11), mMRC dyspnea scale, sleep quality questionnaire, and WHOQoL-BREF. The result showed a significant correlation between fatigue (r: 0.689), dyspnea (r: 0.398), and sleep quality (r:0.444) with quality of life among COVID-19 survivors (p:0.000; 95%CI, α:0.05). Fatigue was the most influential factor on quality of life among COVID-19 survivors (regression coefficient: -1.451). Implication: further research is needed to strengthen the findings of this study, so that in the end, it can be considered to take preventive, curative, or rehabilitative actions against the problems faced by COVID-19 survivors. 
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>