Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ita Roswita
Abstrak :
Latar belakang penelitian didasari oleh kebutuhan dan permintaan masyarakat akan pelayanan gawat darurat yang dilihat dan angka pertumbuhan kunjungan pasien ke unit gawat darurat baik di RS Bakti Timah ( + l3,82 %/ tahun ) maupun RSUD Pangkalpinang ( + 42,77%/tahun). Disamping itu letak rumah sakit berada di Pulau kecil sehingga transportasi ke sarana kesehatan yang lebih memadai sangat sulit. Karena status rumah sakit swasta ( tanpa subsidi ), maka untuk pengembangan satu unit usaha atau investasi diperlukan kajian terlebih dahulu terutama dari aspek keuangan dan asumsi cakupan yang akan dicapai dengan menganalisa faktor-faktor yang akan mempengaruhinya. Faktor tersebut meliputi faktor eksternal yaitu demografi, sosio-ekonomi, fasilitas kesehatan yang ada, angka morbiditas dan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan daerah terutama disektor-sektor yang akan mempengaruhi pelayanan kesehatan. Dan fakor internal yang ada terutama dalam aspek keuangan. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah rencana pengembangan unit gawat darurat di Rumah Sakit Bakti Timah., yang dapat memenuhi standar Departemen Kesehatan untuk ruma sakit kelas C dapat direalisasikan mengingat investasi untuk pengembangan memerlukan dana yang cukup besar. Penilaian lebih ditekankan pada aspek ekonomi, dengan cara menghitung Net Present Value ( NPV), Internal Rate of Return ( IRR ), dan Benefit Cost Ratio ( BCR ). Metode penelitian yang dipakai adaiah evaIuation research yaitu bertujuan untuk menilai suatu rencana program kerja Rumah Sakit, dengan mempergunakan data sekunder 5 tahun terakhir ( trend analysis ), melakukan analisis faktor internal dan eksternal lingkungan RS Bakti Timah. Dari hasil analisa faktor internal dan eksternal, kebutuhan akan layanan gawat darurat setiap tahunannya meningkat dan sarana bangunan fisik yang ada sudah kurang memadai dilihat dari luas mangan dan letak bangunan. Setelah dilakukan analisa silang dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan kunjungan ke UGD RSUD menjadi faktor yang ikut dipertimbangkan untuk memproyeksikan kunjungan ke UGD RS Bakti Timah 10 tahun mendatang. Perencanaan Rumah Sakit dalam pembangunan sarana fisik, peralatan medis dan non medis, pemenuhan kebutuhan tenaga, memerlukan pendanaan ( investasi ) sebesar Rp. 1.323.700.000,-, dana akan didapat dari Rumah Sakit sebesar 70 % dan pinjaman bank sebesar 30 %, dengan suku bunga pinjaman 17 % p.a dan lama pinjaman 4 tahun. Hasil kajian dari aspek keuangan, maka setelah 10 tahun didapatkan NPV sebesar Rp.2S5.868.000,-, IRR sebesar 21.02 % dan BCR sebesar 1,19. Bila dilihat dari angka-angka diatas, rencana pengembangan UGD di RS Bakti Timah layak untuk dilaksanakan. Dengan terlaksananya pengembangan tersebut, maka kebutuhan sarana fisik, peralatan dan ketenagaan dapat memenuhi standar yang sudah ditentukan.
Background of these research are based on needs and demands from social communities of the Emergency care services which is shown by the increasing number of patients who visit the Emergency Department Unit, not only at Bakti Timah Hospital (+ 13,82 % / year) but also at Public Hospital of Pangkalpinang ( + 42,77 % / year). Besides, the location of this hospital is in the small island, so the transportation health facilities are quite difficult to achieve through the better helath facilities are quite difficult to achieve. Because of the status is a private hospital ( without any subsidy ), so to develop a new unit or have an investment is needed to be studied before, especially from the financial aspect and coverage assumption which are going to be achieved by analyzing the following factors that are influenced. Those factors are external factor, by demography, social economic, health facilities, morbidity and government policy of developing areas, especially for some factors which are influenced to the health services. And the internal factors that is emphasized in financial aspect. In this study, the researcher wants to know whether the developing plan for the Emergency Department Unit standard from the hospital typical C to be realized by considering the investment, because it needs a quite big sum of donation. For detailed examination is more emphasized in economic aspect such as counting the Net Present Value (NPV ), Intemal Rate of Retum ( IRR ), and Benefit Cost Ratio (BCR ). The research method which used is evaluation research, that is to judge a working plan in the hospital by using secondary data for the last 5 years (trend analysis), also by analyzing the internal and external surrounded environment at Bakti Timah Hospital. Based on the analyzing result of internal and external factors, the emergency department unit requirement which always increasing yearly and the physical building construction are less to use if it seeing from the room conditions and building placement. After the cross analyzing had been done by the growth number of society, the growth visiting number to the emergency department unit at Public Hospital becomes one of the most important factor to be considered for the growth future visiting number to the emergency department unit at Bakti Timah Hospital in ten years ahead. The hospital plan site for physical establishment , medical and non medical equipment, qualified skill requirement, it needs fund around Rp.1.323.700.000,-. The fund will be achieved from the hospital around 70 % and bank loan around 30 % by the bank interest 17 % p.a, and the length of the loan is 4 years. Result of the study from the financial aspect after 10 years ahead, so it will get NPV is Rp.25S.868.000,-, IRR is 21,02 %, and BCR is 1,19. From the result following numbers above, the developing emergency department unit at Bakti Timah hospital can be done. By doing it, so the physical , equipments and employees can be fulfill the standard of requirements.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Setiabudhi Dahlan
Abstrak :
Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Cianjur memberikan kontribusi yang besar dalam citra RSUD dan mempunyai fungsi sosial yang utama untuk melayani kebutuhan masyarakat kabupaten Cianjur. Sejalan dengan misi dan visi RSUD, UGD ini akan dikembangkan menjadi suatu Pusat Penanganan Rudapaksa. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan strategik agar UGD RSUD Cianjur dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan peluang yang ada, serta meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman eksternal, sehingga tujuan pengembangan tersebut dapat tercapai. Untuk dapat menyusun perencanaan strategik UGD RSUD Cianjur, dilakukan penelitian analisa kualitatif dan kuantitatif, dengan bantuan peramalan yang menggunakan model Time Series Forecasting dari program QSB+. Penyusunan strategi ini melalui tahap awal masukan (input stage) yang terdiri dari analisa Iingkungan eksternal dan internal UGD RSUD Cianjur yang dilakukan dengan tehnik Consensus Decision Making ( CDM ) antara Direktur, Kepala UGD dan Kepala perawat. Kemudian dilanjutkan dengan tahap analisis ( matching stage) dengan internal - Eksternal dan TOWS Matrix. Setelah itu diteruskan dengan tahap pengambilan keputusan ( decision stage) dngan menggunakan matriks perencanaan strategi kuantitatif ( QSPM). Dari hasil penelitian, pemilihan alternatif strategi berdasarkan IE Matrix memperlihatkan posisi UGD pada kuadran 5 yang berarti growth and stabilisasi. Sedangkan pada TOWS matrix menghasilkan posisi UGD pada kuadran future. Berdasarkan kedua posisi tersebut, strategi yang dianjurkan adalah market develoment, market penetration dan product develoment. Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi ekspansi adalah strategi yang terpilih untuk melaksanakan dan merealisasikan visi UGD RSUD Cianjur. Sedangkan saran yang diajukan agar perencaan ini dapat direalisasikan, adalah diperlukannya pemantauan agar pelaksanaan perencanaan ini dapat tercapai. ......The Emergency Unit of Cianjur District Hospital (UGD RSUD Cianjur) has been contributing a great deal of the Hospital services image and has also the social function in fulfilling the Cianjur peopIe's need. In accordance to the Hospital vision, this unit needs to developed into a Trauma Centre. ln achieving this goal, a strategic planning is necessary so that this unit can use its strength and opportunities, to minimise its weakness and overcome external threats ,in order to achieve the planned development. In order also to make a strategic plan for the UGD, a study with qualitative and quantitative analyses is done, aided by the use of the Time Series Forecasting of the QSB+ model. The compilation of strategy is set through an initial input stage which consist the external and internal environmental analyses ofthe UGD RSUD Cianjur using the Consensus Decision Making ( CDM ) among The Director, The Emergency Chief and the Nurses Chief. Then an analytical (matching) step using the lnternal-External and TOWS matrices, followed by the decision stage with the quantitative strategic planning matrix ( QSPM ). This study shows that the strategy selection based on the IE Matrix indicates that the position of the unit is in 5th quadrant denoting growth and stabilisation. As of the result from the TOWS matrix indicates the position in the future quadrant. Considering all the position, the recommended strategy is market development, market penetration and product development. Finally this study concludes the expansion strategy as the strategy choice to enact the vision and the aim. It is advised that in order to realise the strategy, a monitoring is needed.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Riza`i
Abstrak :
Instalasi Gawat Darurat IGD adalah gerbang utama masuknya pasien gawat darurat,sehingga dibutuhkan pelayanan yang cepat, tepat, cermat dan alur proses yang lancardan bebas hambatan. Yang menjadi hambatan pelayanan pasien IGD adalah adanyabottleneck proses mulai dari pasien datang sampai dengan pasien keluar sehinggaberdampak pada turn arround time TAT melebihi dari standar yang dtetapkan olehrumah sakit yaitu le; 8 jam. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis alurproses pelayanan pasien gawat darurat dengan menggunakan lean six sigma tools.Desain penelitian ini adalah analisa kualitatif dengan metode observational actionprocess research dan kerangka acuan DMAI Define, Measure, Analyse, Improve .Pengambilan data dengan observasi alur proses pelayanan pasien, telaah dokumen danwawancara mendalam di Instalasi Gawat Darurat RSUP Nasional Dr. CiptoMangunkusumo. Hasil penelitian dari 369 pasien terdapat 166 44.98 memilikiTAT > 8 jam dengan rata ndash; rata waktu pelayanan pada saat datang 5.30 menit, triage4.09 menit, registrasi 7.10 menit, evaluasi dan tatalaksana awal 60.10 menit, zonapelayanan 535.14 menit, permintaan obat ke satelit farmasi 34 menit, pemeriksaanlaboratorium 66.47 menit, pemeriksaan radiologi 98 menit, dan pasien pulang 20.24menit, rawat 50.30 menit, rujuk 110 menit dan meninggal 72.50 menit. Persentase NonValue Added 59 dan perhitungan Six Sigma berada di level sigma 3 yangmemungkinkan terdapat 66.807 melebihi TAT dari 1 juta kesempatan. Hasil analis fishbone menunjukkan adanya bottelneck di setiap proses terutama di zona pelayanandengan penyebab yaitu menunggu diperiksa, menunggu hasil pemeriksaan penunjang,menunggu alat, obat dan alat kesehatan, menunggu disposisi, menunggu discharge danmenunggu ruang rawat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa alur proses pelayananpasien IGD tergolong un-lean dan berada di level sigma 3 sehingga diperlukan upayaperbaikan terus menerus Kaizen dengan desain ulang pelayanan mulai dari pro aktiftriage, mengaktifkan zona hijau, advanced patient tracking, ruang intermediate warduntuk pasien boarding dan layanan ambulans melalui anggota tim gerak Lean SixSigma. ......Emergency Room ER is the main gate of emergency patients that required a fast,precise, and careful service. One of challenges in ER is bottleneck process start frompatients arrived until patients discharged. This may cause to the Turn Around Time TAT exceeds the standard of 8 hours. This research aimed to analyse the flowprocess of patient's care in ER using Lean Six Sigma Tools. Design used in this studyis qualitative analysis by method of observational action process research andreference of DMAI Define, Measure, Analyze, and Improve. Data were collected byobservation to process of patient's care, document review and in depth interview inER of National Referral Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo. Results of this study,166 44,98 from 369 patients have TAT 8 hours with average service time patients arrived 5.30 minutes, triage 4.09 minutes, registration 7.10 minutes,evaluation and initial treatment 60.10 minutes, service zone 535.14 minutes, takingmedicines to pharmacy 34 minutes, laboratory check 66.47 minutes, radiologyexamination 98 minutes, patients discharge 20.24 minutes, to be admission 50.30minutes, refer to another hospital 110 minutes, death 72.50 minutes. Percentage ofNon Value Added is 59 and calculation of Six Sigma is in Level Sigma 3 thatallows there to be 66,807 over TAT of 1 million occasions. Fishbone analysis shows that there is bottleneck in each process, especially in service zone with varietiescauses of waiting to be checked assessed, waiting for laboratory check or radiologyexamination, waiting for medicines and medical devices, waiting for disposition,waiting to be discharged and waiting for admission. This study concludes that theflow processes of patient's care in ER is classified as un lean and stand in level sigma3. Therefore it is required continuous improvement Kaizen by re design of servicesstart from pro active triage, green zone activation, advanced patient tracking, intermediate ward for boarding patients and ambulance service through Lean SixSigma team.Keyword Flow Process, Emergency Room, Lean Six Sigma.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Amalia Ambarwati
Abstrak :
Pendahuluan: Frailty adalah prediktor luaran buruk pasien usia lanjut (usila) di IGD. Forty-item frailty index (FI-40) sebagai standar penilaian frailty tidak praktis digunakan di IGD sehingga dibutuhkan instrumen ringkas untuk penapisan. ISAR dan TRST memiliki performa moderat untuk stratifikasi risiko pasien usila di IGD, tetapi penggunannya sebagai instrumen penapisan frailty belum banyak dilaporkan. Studi ini bertujuan untuk menilai performa ISAR dan TRST dalam penapisan frailty pada pasien usila di IGD. Metode: Studi potong lintang dilakukan dengan merekrut subjek berusia 60 tahun atau lebih yang berkunjung ke IGD RSCM pada bulan September-November 2018 secara konsekutif. Dilakukan penilaian performa ISAR dan TRST terhadap FI-40 sebagai baku emas berupa sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan negatif (NPP dan NPN), rasio kemungkinan positif dan negatif (RK+ dan RK-). Hasil: Dari 471 subjek, kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 63,7%, median usia 66 tahun, dan rentang usia 60-95 tahun. Mayoritas subjek adalah laki-laki (55,6%), datang tanpa rujukan (63,3%), pengguna JKN (97,2%), dan tidak mengalami trauma (94,5%). Subjek frail sebanyak 82%. ISAR dan TRST secara berurutan memiliki sensitivitas 87,6% dan 93,8%, spesifisitas 58,8% dan 43,5%, NPP 90,6% dan 88,3%, NPN 51% dan 60,7%, RK+ 2,1 dan 1,7, RK- 0,2 dan 0,1. ISAR dan TRST memiliki area under the curve (AUC) serupa yaitu 0,8 (IK95%: ISAR 0,8-0,9 dan TRST 0,8-0,9). Simpulan: ISAR dan TRST memiliki performa yang sangat baik dalam penapisan frailty pada usila di IGD.
Objective: Poor outcomes for elderly emergency room (ER) patients have been linked to frailty. This study aimed to measure the performance of the identification of the seniors at risk (ISAR) tool and triage risk-screening tool (TRST) for frailty screening in elderly ER patients, as the Forty-Item Frailty Index (FI-40) is impractical in ER settings. Methods: A cross-sectional study was undertaken involving subjects aged 60 years or older at Cipto Mangunkusumo General Hospital ER from September -November 2018. Frailty was defined by the FI-40. The ISAR and TRST performance was measured as sensitivity, specificity, the positive and negative predictive value (PPV and NPV), the positive and negative likelihood ratio (LR+ and LR-) and the area under the curve (AUC). Results: A total of 471 subjects were examined of which 63.7% were in the 60-69-yearold subgroup with a median age of 66 years and an age range of 60-95 years old. Most were male (55.6%), had no referral (63.3%), had national health insurance (97.2%) and they were mostly non-trauma (94.5%) patients. According to the FI-40, 82% were classified as frail. ISAR and TRST showed sensitivity readings of 87.6% vs 93.8%, a specificity of 58.8% vs 43.5%, a PPV of 90.6% vs 88.3%, an NPV of 51% vs 60.7%, an LR+ of 2.13 vs 1.66 and an LR- of 0.21 vs 0.14, respectively. Both had similar AUCs of 0.8 (95% CI: ISAR [0.76, 0.86] and TRST [0.75, 0.86], p = 0.91). Conclusion: ISAR and TRST showed very good frailty-screening performance among elderly ER patients
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afdhal Zikri
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kecenderungan angka pemamfaatan tempat tidur pada RSD dr.Fauziah Bireuen terus meningkat setiap tahun, pada tahun 2007 BOR (bed occupancy rate) rumah sakit mencapai 84%, dan khusus untuk ruang rawat kelas III BOR mencapai 98%, sehingga diperlukan pengembangan jumlah tempat tidur kedepannya. Tujuan penelitian ini adalah ingin mendapatkan gambaran mengenai seberapa besar kebutuhan pengembangan ruang rawat inap kelas III pada RSD dr.Fauziah Bireuen, dan mendapatkan gambaran untuk perencanaan pengembangan nya. Penelitian ini merupakan penelitian operasional (operasional reseacrh) dengan pendekatan kuantitatif dan didukung oleh pendekatan kualitatif, dengan menggunakan data sekunder 4 tahun terakhir untuk melihat trend analsis, dengan melakukan analsis faktor internal dan eksternal pada RSD dr.Fauziah Bireuen. Dalam pengembangan rumah sakit diperlukan suatu pengkajian yang mendalam sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat dipertanggung jawabkan. Secara umum aspek-aspek yang dikaji meliputi: aspek hukum, aspek sosio ekonomi, aspek pasar, aspek manajemen organisasi, aspek teknis, dan aspek sumber pendanaan. RSD dr.Fauziah Bireuen adalah rumah sakit type C, merupakan satusatunya rumah sakit milik pemerintah daerah kabupaten Bireuen, yang saat ini statusnya sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja RSD dr.Fauziah Bireuen dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan baik untuk pelayanan rawat jalan maupun pelayanan rawat inap yang diukur dari tingginya angka kunjungan pasien dan angka pemamfaatan tempat tidur setiap tahunnya. Dari angka tersebut dapat diproyeksikan bahwa kedepan nya permintaan hari rawat di instalasi rawat inap akan terus meningkat, khususnya untuk ruang rawat kelas III. Untuk bisa menampung permintaan hari rawat pada ruang rawat kelas III tersebut maka pihak RSD dr.Fauziah Bireuen harus menambah kapasitas tempat tidur secara bertahap dan berkelanjutan, untuk perencanaan sampai dengan tahun 2012 direncanakan akan dilakukan penambahan 130 tempat tidur dengan perkiraan BOR pada akhir tahun tersebut sudah mencapai 80%. Selanjutnya di rencanakan kebutuhan SDM untuk mendukung pelayanan dari rencana pengembangan tersebut dengan menggunakan standar ketenagaan dari Depkes RI. Dana investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan pembangunan gedung di rancang berdasarkan petunjuk teknis dirjen yanmed Depkes RI, sedangkan untuk pedoman harga bangunan dan peralatan berdasarkan ketentuan standar harga yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bireuen, sehingga diperoleh kebutuhan dana investasi sebesar Rp. 4.349.500.000.- Sedangkan untuk kebutuhan biaya operasional dihitung atas dasar anggaran tahun 2007 yang terpakai oleh RSD dr.Fauziah Bireuen, selanjutnya diproyeksikan berdasarkan tingkat utilisasi hari rawat tiap tahunnya dengan ikut memperhitungkan pengaruh inflasi. Analisis kelayakan diukur dari aspek ekonomis dengan menggunakan Payback Period didapatkan bahwa proyeksi net cash flow dapat menyamai investasi awal (intial invesment) pada tahun ketujuh (13 oktober 2015), proyeksi ini atas asumsi bahwa kelas III hanya diperuntukan bagi pasien askeskin, dan apabila ruangan kelas III tersebut juga diperuntukkan untuk pasien umum maka masa Payback Periodnya jatuh pada tahun keenam (2 juni 2014). Keadaan ini menunjukkan bahwa masa Payback Period lebih cepat dibandingkan dengan umur efektif investasi, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa investasi layak untuk direalisasikan. Selain dari aspek ekonomis kelayakan juga dapat dikaji dari aspek sosio politik, dimana pengembangan pelayanan ruang rawat kelas III yang pangsa pasarnya adalah penduduk miskin, merupakan tanggung jawab pemerintah, ini sesuai dengan amanat dari UUD negara yang menyatakan 'setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan' selanjutnya dinyatakan pula bahwa 'Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas umum yang layak'. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi pemerintah daerah Kabupaten Bireuen untuk segera mewujudkan rencana pengembangan ruang rawat kelas III pada RSD dr.Fauziah Bireuen, sehingga mamfaatnya berupa pelayanan yang layak bagi pasien miskin dapat segera terwujud. ...... Background of this study actually based on a number of bed utilization in Regional hospital tended to increase continually for every year, in 2007 hospital BOR (bed occupancy rate) got up to 84% and especially for third class caring room it?s BOR was 98%, therefore it need to develop amount of bed for the future. This study aimed to get description about how much the need of development of third class caring room in Dr. Fauziah Bireuen Regional hospital, and to plan it's development planning. This study is an operational research using quantitative approach supported by qualitative approach, secondary data for the last four years in observing analysis trend, and make an analyzing of internal and external factor in Regional Hospital of Dr. Fauziah Bireuen. Hospital development required an in-dept analysis in order to reach an appropriate planning relevant to it's need and amenable. Analyzing aspects generally included: legal, socioeconomic, market, organization management, technical, and foundation source aspect. Regional Hospital of Dr. Fauziah Bireuen is type C hospital, and the only one hospital of regional government of Bireuen sub-province, it?s status is Regional Technical Carrying Unit at this moment. Result of this study showed performance of Dr. Fauziah Bireuen Regional Hospital had increased well year by year either in-patient or outpatient treatment measured from number of visited patient and bed utilization for every year. From these cases it could be projected that demand of caring day in in-patient installation will continue increasing, particularly caring room of third class. In order to supply for demand of it then Regional Hospital of Dr. Fauziah Bireuen side gradually and continually had to enhance amount of bed capacity, it had been planned to enhance 130 beds with BOR estimation at the end of year will have reached 80% for 2012. Planning for the need of Human Resources supporting this planning had to relevant to standardization of labor of Health Department of Republic of Indonesia. Investment fund for construction building was considered based on technical instruction of directorate general of Yanmed of Health Department of Republic of Indonesia, and for equipment and building material cost based on provision of standard cost provided by regional government of Bireuen sub-province, overall investment fund was Rp. 4..349.500.000,-. Operational cost calculated based upon budgeting on 2007 which had been spent by Dr. Fauziah Bireuen Regional Hospital, then it was projected based on utilization rate of caring day for each year and also estimated inflation effect. Feasibility analyzing measured from economic aspect using Payback Period it derived that net cash flow projection would compare to initial investment on the seventh year (October 13, 2015), this projection based on assumption that third class was only for askeskin patient, and if it was permitted for general patient, Payback Period would occur on the sixth year (June 2, 2014). This condition showed Payback Period was faster than effective age of investment, the conclusion was that investment appropriate to be realized. Besides an economic aspect, feasibility also could be studied from socio politic aspect due to market segment of caring room of third class is for poor resident, constituting the government responsibility, it related to mandate of country constitution which stated 'everyone has a right for health service' and also 'Country responsible in providing appropriate health and public facility'. Study result was expected could be a guidance for regional government of Bireuen Sub-province to implement development planning of caring room of third class in Regional Hospital of Dr. Fauziah Bireuen, in order that it?s function in giving an appropriate treatment for poor patient would be realized immediately.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41250
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cekli Wahyuwidowati
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Kunjungan dan angka mortalitas pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semakin meningkat dengan kondisi penyakit yang bervariasi, sehingga deteksi yang cepat dan tepat pada pasien dengan risiko mortalitas tinggi sangat penting. Skor Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG Changes, and Loss of Independence (HOTEL) sangat baik dan penting untuk diterapkan pada pasien gawat darurat karena menggunakan variabel-variabel yang mudah dan cepat diperoleh. Namun demikian skor tersebut belum divalidasi di Indonesia.

Tujuan : untuk menilai performa skor HOTEL dalam memprediksi mortalitas 24 jam pasien non bedah di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM pada bulan Oktober hingga November 2012. Variabel bebas yang dinilai adalah tekanan darah sistolik, saturasi oksigen perifer, suhu tubuh, perubahan elektrokardiogram (EKG), dan kemampuan berdiri tanpa bantuan. Luaran yang dinilai adalah mortalitas dalam 24 jam setelah masuk IGD. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).

Hasil: Terdapat 815 pasien non bedah yang datang ke IGD RSCM selama bulan Oktober hingga November 2012. Sebanyak 804 (98,7%) subjek memenuhi kriteria inklusi dengan mortalitas 24 jam sebesar 30 (3,7%) subjek. Performa kalibrasi HOTEL dengan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,753. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,86 (IK 95% 0,781; 0,931).

Simpulan: Skor HOTEL memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 24 jam pada pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.
ABSTRACT
Background: The number of visit and mortality rate of emergency patients at Emergency Department (ED) have been increasing from time to time. Those patients have wide spectrum conditions. Appropriate identification of the patients with high mortality risk is crucial. The Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG changes, and Loss of Independence (HOTEL) score is easy and important to be applied in the ED, however, the score has not been validated in Indonesia.

Objective: to evaluate performance of HOTEL score in predicting the 24-hour mortality non-surgical patients in ED of Sakit Cipto Mangunkusumo hospital.

Method: This was a retrospective cohort study. The research subjects were the non-surgical patients who admitted to ED of RSCM between October-November 2012. We collected systolic blood pressure, peripheral oxygen saturation, body temperature, ECG changes, and loss of independence. Those data were evaluated based on the HOTEL scoring system. The outcome were evaluated in 24- hour after admission (alive or dead). The calibration was evaluated with the Hosmer-Lemeshow test. The discrimination performance was evaluated with area under the curve (AUC).

Results: There were 815 non-surgical patients admitted to the ED between October until November 2012. There were 804 (98,7%) subjects included. The 24-hour mortality rate was 30 subjects (3,7%). The calibration performance with the Hosmer-Lemeshow test showed p = 0,753. The discrimination performance was shown with the AUC score 0,86 (95% CI 0.781; 0.931).

Conclusion: The HOTEL score has a good calibration and discrimination performance in predicting the 24-hour mortality of the non-surgical patients in ED of Cipto Mangunkusumo hospital.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicki Julianus
Abstrak :
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu pintu gerbang masuknya pasien di rumah sakit untuk pelayanan gawat darurat, pelayanan harus dapat memilah pasienpasien dengan tingkatan kegawatdaruratan tertentu agar dapat dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat untuk mengurangi kecacatan atau kematian pasien yang dilayaninya. Rumah sakit tempat meneliti adalah satu diantara dua rumah sakit rujukan kelas B yang ada di wilayah kota Depok, juga rumah sakit sudah melayani pasien yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional dalam hal ini diatur oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Kerja sama ini membuat adanya peningkatan pasien di rumah sakit termasuk IGD nya. Kendala timbul bila kapasitas pelayanan yang ada tidak mencukupi dan terdapat antrian pelayanan di IGD, sehingga manajemen perlu mengadakan penambahan tempat tidur di instalasi tersebut. Evaluasi diperlukan untuk mengukur sejauh mana pelayanan dapat diperbaiki. Penilaian/evaluasi adanya penambahan tempat tidur, juga menilai rujukan, merujuk, pasien rawat inap melalui IGD, kapasitas itu sendiri, variasi diagnosa yang ada,respon time, pembatalan berobat dan jumlah pemakaian pemeriksaan penunjang. Dari hasil penelitian didapat kunjungan pasien IGD, pasien BPJS, pasien rujukan, jumlah merawat dan pemeriksaan laboratorium ada peningkatan yang signifikan setelah ada penambahan kapasitas tempat tidur, sedangkan merujuk, pembatalan berobat dan response time ada penurunan tetapi tidak signifikan, diagnosa terbanyak untuk level I adalah Stroke Hemoragic dan level II adalah Stroke Iskemic, untuk radiologi ada peningkatan pemeriksaan tetapi tidak signifikan kendala tenaga dokter dan analis kurang sedangkan untuk tenaga perawat dan radiograper tidak di temui kendala.
Emergency Room (ER) is one of the gateways of patients in the hospital for emergency services, the service must be able to sort out patients with certain emergency levels in order to make prompt and appropriate treatment to reduce the disability or death of the patients it serves. The researching hospital is one of two type B referral hospitals in Depok city, as well as hospitals already serving patients using National Health Insurance in this case regulated by Badan Penyelenggara Jaminan sosial. This partnership makes the patient increase in hospital including his ER. Constraints arise when the existing service capacity is insufficient and there is a queue of services at the ER, so management needs to make additional beds in the installation. Evaluation is needed to measure the extent to which service can be improved. From the results of the study, IGD patient visits, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial patients, referral patients, number of treatments and laboratory examination there was a significant increase after the addition of bed capacity, whereas referring, treatment cancellation and response time was decreased but not significant, the most diagnosis for level I was Hemorrhagic stroke and level II is Ischemic Stroke, for radiology there is an increase in examination but no significant obstacles physicians and analysts less while for nurses and radiograper workers not encountered constraints.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Snook, Roger
London: Update Publ., 1974
616.025 SNO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Edwatri Maulia
Abstrak :
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai gerbang utama penanganan kasus kegawatdaruratan di puskesmas. IGD memiliki peranan penting dalam upaya penanganan awal bagi pasien Pada pelayanan kegawatdaruratan diperlukan adanya emergency trolley. Emergency trolley adalah penyimpanan obat-obat ataupun bahan medis pakai yang bersifat life saving dan diperlukan segera untuk pertolongan pasien yang mengalami kegawatdaruratan medis. Dalam hal ini apoteker bertugas dalam menyediakan obat-obat emergency dalam trolley emergency. Pada Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) puskesmas, lokasi yang digunakan yaitu Puskesmas Kecamatan Matraman yang terletak di Jakarta Timur. Puskesmas Kecamatan Matraman merupakan unit pelayanan kesehatan primer yang menjadi sarana utama bagi masyarakat untuk berobat, sehingga diharapkan dengan diketahuinya gambaran kasus kegawatdaruratan dapat membantu masyarakat ataupun tenaga kesehatan mengenai kasus-kasus kegawatdaruratan yang dapat terjadi di puskesmas. Metode yang digunakan untuk penyusunan laporan PKPA yaitu dengan mewawancari petugas yang bekerja di UGD puskesmas dan pencarian literatur mengenai kasus kegawatdaruratan. Kasus kegawatdaruratan di Puskesmas adalah keracunan makanan, serangan asma, sindroma koroner akut, dan syok anafilaktik. ...... Emergency Room (ER) as the main gateway for handling emergency cases at the health center. The ER has an important role in initial treatment efforts for patients. In emergency services, an emergency trolley is needed. An emergency trolley is a storage for medicines or disposable medical materials that are life-saving and are needed immediately for the assistance of patients experiencing medical emergencies. In this case, the pharmacist is responsible for providing emergency medicines in the emergency trolley. In the Pharmacist Professional Work Practice of the health center, the location used is the Matraman District Health Center located in East Jakarta. The Matraman District Health Center is a primary health service unit that is the main facility for the community to seek treatment, so it is hoped that by knowing the description of emergency cases, it can help the community or health workers regarding emergency cases that can occur in the health center. The method used to compile the PKPA report is by interviewing officers who work in the health center's emergency room and searching for literature on emergency cases. Emergency cases at the Health Center are food poisoning, asthma attacks, acute coronary syndrome, and anaphylactic shock.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover