Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prijo Susilo
Abstrak :
Dalam rangka mendorong ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) khususnya ke negara-negara kuota, maka Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah kebijakan berupa penyempurnaan sistem pengelolaan kuota ekspor TPT. Kuota ekspor TPT merupakan syarat bagi eksportir untuk mengekspor TPT ke negara pengimpor sesuai perjanjian bilateral. Peranan TPT kuota yang dominan (59%) dalam ekspor TPT Indonesia pada tahun 1989, menjadi mengkhawatirkan karena cenderung menurun (32 % pada tahun 1998). Dalam periode sama kondisi ekspor TPT nasional yang juga melambat peningkatannya, bersamaan dengan krisis ekonomi nasional dan situasi pasar global, apakah dengan perubahan sistem pengelolaan kuota ekspor TPT tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkenaan dengan penulisan tesis ini, akan dianalisis kebijakan peningkatan ekspor melalui perubahan sistem pengelolaan kuota ekspor TPT studi kasus pada Kanwil Depperindag DKI Jakarta. Dalam membahas permasalahan yang diteliti dilandasi dengan kerangka teori antara lain Peran Pemerintah dan Kebijakan Publik. Sedangkan metodologi penelitian menggunakan tipe eksplanasi dengan metode pengumpulan data melalui kajian dokumen dan wawancara dengan beberapa pakar/informan guna memperoleh data dan informasi untuk dianalisis dengan Uji AHP. Dari hasil analisis dapat disimpulkan dan disarankan sebagai berikut : Alokasi kuota ekspor TPT dan prosedur pengalihan kuota Tetap secara langsung, setelah perubahan sistem pengelolaannya, menjadi lebih efisien dan menjamin kepastian berusaha serta memperlancar pelaksanaan upaya peningkatan ekspor TPT. Alternatif strategi terbaik adalah kebijakan substitusi impor dengan prioritas sebesar 2.4746, jadi lebih diperlukan dibandingkan dengan alternatif pengurangan/pengakhiran proteksi secara drastis ataupun bertahap. Untuk itu debirokratisasi dan deregulasi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soepardjo
Abstrak :
Kebijakan EPTE dikeluarkan pemerintah sebagai salah satu jawaban terhadap persoalan peningkatan penerimaan negara melalui eksport diluar minyak dan gas slam. Ekspor hasil industri diusahakan dapat mengurangi dan bahkan melepaskan ketergantungan pemerintah dari minyak dan gas alam. Namun persoalan ekspor, yang walaupun dilakukan oleh pihak swasta, tidak bisa hanya diserahkan kepada mekanisme internal perusahaan saja. Ekspor dalam pasar global semakin menuntut peranaan pemerintah negara yang bersangkutan sebagai penyedia infrastruktur, fasilitas dan perangkat kebijakan politik dan birokrasi. Peran pemerintah yang besar sebagai salah satu variabel dalam peningkatan ekspor perusahaan swasta itulah yang menjadi inti pembahasan Michel E. Porter dalam model "Diamond"nya. Permasalahannya adalah belum terjadinya peningkatan ekspor yang signifikan pada perusahaan- perusahaan EPTE. Walaupun secara nominal terjadi penigatan ekspor, namun peningkatan itu belum dapat dipandang besar bila dibandingkan dengan fasilitas yang disediakan pemerintah melalui institusi EPTE. Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan ekspor perusahaan-perusahaan tidak hanya semata-mata ditentukan oleh tersedia atau tidaknya fasilitas dan infra struktur akan tetapi juga dipengaruhi oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu walaupun peran EPTE disatu sisi sudah demikian besarnya namun disisi lain kare kinerja perusahaan (faktor internal) belum begitu baik maka peningkatan ekspor non migas menjadi belum signifikan. Atas dasar itu semua maka disamping harus dilakukannya perbaikan-perbaikan terhadap institusi EPTE untuk mencapai tingkat pelayanan yang lebih baik lagi maka harus ada usaha yang serius untuk memperbaiki kinerka perusahaan-perusahaan EPTE.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hadiawan
Abstrak :
Mantapnya ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan, ditentukan oleh tingkat keuletan dan ketangguhan dari masing--masing gatra yang menjadi sub-sub sistemnya, di dalam menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam negeri, maupun yang berasal dari luar negeri. Oleh karena itu, meningkatnya ketahanan nasional di salah satu gatra secara langsung akan meningkatkan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan. Begitu pula sebaliknya, menurunnya keuletan dan ketangguhan dari salah satu gatra, dengan sendirinya akan berpengaruh pada penurunan kemantapan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan.

Dalam kaitan dengan itu, GBHN menyebutkan bahwa antara pembangunan nasional dan ketahanan nasional terdapat hubungan timbal balik yang positif, dalam arti berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional sedangkan terpeliharanya kondisi ketahanan nasional yang tangguh akan menghasilkan pembangunan yang baik, yakni terciptanya pertumbuhan (kemajuan) yang terus menerus, pemerataan dan stabilitas dalam segala aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.

Menurunnya penerimaan devisa yang berasal dari ekspor minyak bumi dan gas alam cair (migas) sebagai akibat penurunan harga di pasaran internasional yang dimulai pada tahun 1983, relatif telah menurunkan ketangguhan ketahanan nasional di bidang ekonomi, khususnya terhadap neraca pembayaran dan APBN. Hal ini ditandai dengan dilakukannya penundaan pembangunan beberapa proyek besar yang banyak mengandung komponen impor, terutama barang modal harus mengalami jadwal ulang. Selain itu, pemerintah juga melakukan pengetatan terhadap impor barang-barang lainya, antara lain dengan cara memberlakukan lisensi impor khusus untuk barangbarang tertentu, atau pemberian monopoli kepada satu atau beberapa importir tertentu untuk barang-barang tertentu. Sebagai subsistem dari sistem ketahanan nasional, melemahnya ketangguhan ketahanan nasional di bidang ekonomi selanjutnya akan berinteraksi dengan sub-sub sistem ketahahan nasional lainnya sehingga akan berpengaruh pula pada ketangguhan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan.

Salah satu kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah untuk mengantisipasi semakin memburuknya ketangguhan ketahanan nasional di bidang ekonomi pada khususnya dan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan pada umumnya yang diakibatkan oleh berkurangnya ketersediaan devisa, ditempuh melalui pengembangan peranan ekspor nonmigas. Dengan kata lain ekspor nonmigas diharapkan akan mampu mensubstitusikan penerimaan devisa yang sebelumnya lebih mengandalkan pada ekspor migas. Dengan demikian kebutuhan devisa untuk melanjutkan pembiayaan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta berwawasan nusantara diharapkan tetap tersedia.

Upaya pengembangan ekspor nonmigas merupakan kebijaksanaan yang mengandung variabel strategis. Keberhasilan peningkatan kegiatan tersebut, selain akan lebih menjamin bagi ketersediaan devisa yang diperlukan untuk mengimpor bahan baku dan barang-barang modal keperluan pembangunan yang belum dapat diproduksikan di dalam negeri atau sudah diproduksikan akan tetapi masih belum cukup, juga berpengaruh positif pada pembukuan lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan masyarakat, pengelolaan sumber kekayaan alam yang masih bersifat potensial, pemanfaatan posisi geografis, dan lain-lain. Oleh karena itu, keberhasilannya secara langsung akan meningkatkan ketahanan nasional. Namun demikian kebijaksanaan ini pun membawa keharusan pada pemerintah indonesia untuk lebih membuka diri. Strategi perdagangan Indonesia yang sebelumnya lebih bersifat "inward looking" atau substitusi impor yang berorientasi kepada pasar di dalam negeri, berubah menjadi strategi "outward looking" atau orientasi ekspor yang bercirikan perdagangan bebas dan perluasan ekspor. Hal ini dengan sendirinya membawa keharusan pada Indonesia untuk lebih meningkatkan peranannya dimasyarakat internasional.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakaria
Abstrak :
Krisis ekonomi Indonesia yang diawali tahun 1997 membawa dampak yang sangat kompleks terhadap struktur perekonomian secara keseluruhan dimana seluruh variabel makro baik sektor riil maupun sektor moneter terkena imbas dari krisis tersebut. Salah satu komponen yang mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia adalah bagaimana kinerja perdagangan luar negeri Indonesia khususnya dari sisi ekspor, artinya untuk kedepannya harus terlebih dahulu ditentukan komoditas ekspor mana yang memang memiliki kinerja yang baik sehingga untuk perencanaan ke depart dapat lebih ditingkatkan atau bagi komoditas yang kinerjanya buruk dapat diperbaiki dikemudian hari. Dengan pertimbangan kontribusi ekspor non migas yang sudah melebihi ekspor non migas dan karakteristik dari tenaga kerja Indonesia'yang jumlahnya relatif banyak maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifrkasikan kinerja ekspor manufaktur padat karya Indonesia menjelang dan pada masa krisis ekonomi untuk periode 1993-1998. Penelitian ini menggunakan alat analisis Constant Market Share (CMS), Revealed Competitive Advantage (RCA), Trade Specialization Ratio (TSR) dan Market Concentration (MC) dan komoditas manufaktur padat karya yang dipilih sebanyak 15 jenis komoditas yaitu SITC 54, 55, 664, 665, 666, 695, 696, 697, 81, 82, 83, 84, 85 dan 89. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja ekspor manufaktur padat karya Indonesia sangat rentan terhadap perubahan-perubahan atau faktor-faktor yang sifatnya ekternal. Ini disebabkan komponen yang mempengaruhi perubahan ekspor manufaktur padat karya Indonesia adalah efek pertumbuhan dunia dan efek distribusi pasar sedangkan efek komposisi komoditas dan efek daya saing masih bersifat lemah. Analisis untuk setiap jenis komoditas mcnunjukkan bahwa dari 15 komoditas yang diamati hanya komoditas SITC 65,697,82,84 dan 85 yang memiliki kinerja baik dalam anti daya saing (RCA)nya kuat dan poly perdagangannya sudah memasuki tahapan perluasan ekspor dan pematangan. Krisis ekonomi menyebabkan hanya komoditas SITC 65, 85 yang mampu mempertahankan daya saingnya sementara yang lainnya mengalami penurunan daya saing. Jika dilihat dari konsentrasi pasar ternyata seluruh komoditas manufaktur padat karya yang diamati tidak terpusat ke satu negara melainkan menyebar seperti ditunjukkan dengan angka konsentrasi pasar (KP) yang menjauhi angka 1.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syon Syarid
Abstrak :
Prioritas pemerintah pada pertengahan tahun 1980-an untuk meningkatkan peranan ekspor industri dalam perekonomian telah menyebabkan terjadinya peningkatan pesat ekspor industri manufaktur. Walaupun pertumbuhan sektor industri manufaktur Indonesia sebelum tahun 1980-an mengalami pertumbuhan yang tinggi, tetapi peitumbuhan industri yang tinggi tersebut bukanlah untuk penibahan struktur industri. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya peranan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia baik terhadap nilai tambah (value added) maupun ekspor industri manufaktur. Perubahan struktur industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an telah meningkatkan pcranan ekspor industri manufaktur. Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai maksud tersebut adalah merubah strategi perdagangan Indonesia dari strategi substilusi impor ke strategi promosi ekspor dengan mcngurangi rentang tarif barang-barang konsumsi impor yang sennula sangat tinggi, merubah kebijakan dalam bidang investasi dan melakukan penyesuaian dalam bidang moneter yaitu melakukan devalusi mata uang pada tahun 1983 dan tahun 1986 untuk meningkatkan daya saing ekspor industri manufaktur di pasar internasional. Perubahan kebijakan tersebut telah mampu meningkatkan ekspor industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an. Bahkan ekspor industri manufaktur Indonesia pada pertengahan Eakin I980-an tersebut telah mendaminasi ekspor nonĀ¬migas Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dapat dikatakan tidak mempunyai peranan penting terhadap ekspor non-migas Indonesia. Perkembangan ekspor industri dan penguatan stniktur industri selama pertengahan tahun 1980-an telah mengundang minat penulis untuk mengetahui sejauh mana perubahan struktur industri di Indonesia dan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional. Untuk itu penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai berikut. Apakah perubahan struktur industri yang terjadi di Indonesia telah mampu meningkatkan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional? Apakah komponen-komponen perubahan struktur yaitu produktivitas modal dan tenaga kcrja signifikan mempengaruhi keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia? Apakah Real Exchange Rate yang mencerminkan daya saing ekspor industri manufaktur mempunyai hubungan yang erat dengan pembentukan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia di pasar intemasional. Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas penulis telah melakukan penelitian terhadap "sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor yang dibagi ke dalam lima subsektor industri manufaktur yaitu subsektor industri manufaktur padat suinberdaya pertanian, padat sumberdaya mineral, padat kaya, padat teknologi dan padat human capital dengan menggunakan Indeks Perubahan Struktur (IPS) untuk mclihat perubahan struktur industri berdasarkan kepadatan faktor dan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur ketutggulan komparatif ekspor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor. dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum dalam sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor telah tercipla perubahan struktur, tetapi belum tercipta keunggulan komparatif di pasaran internasional. Begitu juga subsektor industri manufaktur padat karya, padat teknologi, dan padat human capital telah menunjukkan terjadinya perubahan struktur. Tetapi subsektor industri manufaktur padat teknologi dan padat human capital belum menunjukkan terciptanya keunggulan komparatif kecuali untuk subsektor industri manufaktur padat karya yang telah menunjukan adanya keunggulan komparatif di pasar intemasional setelah tahun 1985. Sedangkan dalam subsektor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian tcrjadi pergeseran nilai indeks perubahan struktur akan tetapi telah menciptakan terjadinya keunggulan komparatif di pasaran internasional. Hal ini diduga karena keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian Brat kaitannya dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia. Belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur walaupun telali terjadinya perubahan struktur disebabkan karena perubahan struktur industri manufaktur masih belum terjadi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena nilai indeks perubahan struktur masih sangat kecil dan jauh dari kategori suatu negara yang menunjukan terjadinya perubahan struktur secara penuh. Dari hasil pengujian regresi, belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar intemasional disebabkan karena tidak terjadinya peningkatan produktivitas tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur maupun daiann subsektor industri manufaktur kecuali subsektor industri manufaktur padat human capital yang menunjukan hubungan signifikan produktivitas tenaga kerja terhadap pembentukan keunggulan komparatif. Selma periode analisis keunggulan komparatif hanya digerakkan oleh produktivitas modal dan Real &change Rate. Karena selama analisis produktivitas modal dan Real Exchange Rate sangat signifikan tnempengaruhi nilai RCA ekspor industri manufaktur di Indonesia.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurosiyah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja ekspor, serta mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor produk berbasis teknologi tinggi (PTT) Indonesia. Metode yang digunakan yakni analisis kuantitatif deskriptif dan estimasi ekonometrika data panel. Hasil analisis deskriptif menunjukkan selama periode 1994-2013 nilai ekspor riil PTT cenderung naik. Namun kenaikan tersebut lebih rendah dibandingkan nilai impornya, sehingga menyebabkan defisit perdagangan. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap PTT semakin tinggi. Hasil analisis ekonometrika menunjukkan bahwa angkatan kerja berpendidikan tinggi bersifat elastis terhadap nilai ekspor PTT. Selain itu, ekspor PTT juga dipengaruhi oleh pendapatan perkapita (PDB/kapita) negara tujuan ekspor, nilai tukar riil, anggaran penelitian dan pengembangan (Litbang) pemerintah dalam APBN, penanaman modal asing (PMA), serta perekonomian global. Data Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa komposisi anggaran Litbang dalam APBN belum fokus diarahkan pada sektor perekonomian. Sedang berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, PMA yang masuk pada industri PTT masih sangat kecil. ......This study aims to determine the development of export performance, identify and analyze the factors that affect exports performance of high technology-based products (HTX) in Indonesia. This study used quantitative descriptive methods and econometric of panel data. Descriptive analysis showed that during the period 1994-2013, real value HTX tend to rise. But the increase is lower than the value of imports. This resulted in a trade deficit. It can also mean that Indonesia's dependence on high technology-based products is increasing. Econometric analysis results showed that highly educated labor force is elastic to the HTX value. In addition, HTX is also influenced by income per capita (GDP/capita) of export destination countries, the real exchange rate, budget of research and development (R&D) government in the state budget, foreign direct investment (FDI), as well as the global economy. Data from the Ministry of Finance show that the composition of the R&D budget has not been focused directly at economic sectors. Based on data from the Investment Coordinating Board, FDI incoming to high technology-based products industry is still very small.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rizki Fauziah
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan model gravitasi yang telah dimodifikasi bertujuan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menentukan aliran ekspor Indonesia ke beberapa negara tujuan utama ekspor Indonesia, dimana pada penelitian ini ekspor dibagi menjadi ekspor non-minyak dan gas (non-migas) dan ekspor minyak dan gas (migas). Ekspor merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dimana ekspor mendatangkan pendapatan bagi suatu negara. Mengingat pentingnya ekspor dalam perekonomian, maka menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi arus ekspor antara Indonesia dan mitra dagangnya penting untuk dilakukan. Penelitian ini menggunakan independen variabel GDP, nilai tukar rill, jarak geografis, dan tarif MFN. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan negara sampel sebanyak 9 negara tujuan utama ekspor Indonesia yaitu Jepang, Cina, Amerika Serikat, Singapura, India, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Filipina. Periode waktu penelitian dari tahun 2000 sampai tahun 2011, menggunakan metode data panel dengan pendekatan model gravitasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekspor nonmigas dipengaruhi oleh variabel GDP Indonesia dan negara mitra dagang, nilai tukar rill, jarak, dan tarif MFN yang terbukti signifkan mempengaruhi ekspor nonmigas, sedangkan pada ekspor migas, GDP negara dagang dan jarak geografis terbukti signifikan mempengaruhi ekspor migas. Hasil dari identifikasi ini akan dianalisis dan diharapkan dapat memberikan masukan agar Indonesia dapat meningkatkan perdagangannya, terutama dalam bidang ekspor. ......This study aims to determine the factors that determine Indonesia's exports to Major Destination Countries by using the gravity model approach. Performance of export is divided into real non-oil and gas exports and real oil and gas exports. Exports are key drivers of economic growth in Indonesia. Given the importance of exports in the economy, then analyze the factors that affect export flows between Indonesia and its trading partners is important to do. The data used is secondary data of 9 sample countries which are United States of America, China, Japan, India, South Korea, Singapore, Malaysia, Thailand, and Philippines with period used of 2000 through 2011, by applying panel data method. The results show that the flow of exports from Indonesia to major destination countries in the model of real non-oil and gas exports is significantly influenced by the real GDP of Indonesia, the real GDP importing countries, the distance between two countries, real exchange rate between the Rupiah against the U.S. Dollar, and the simple average of MFN Tariffs. Meanwhile, Indonesia's real GDP, real exchange rate between the Rupiah against the U.S. Dollar, and the simple average of MFN Tariffs proved not significant in affecting the flow of exports in the model of real oil and gas exports from Indonesia to major destination countries. The results of this identification will be analyzed and is expected to provide input so that Indonesia can increase its trade, especially in the field of export.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisty Dwi Lestari
Abstrak :
Permintaan ekspor non migas Indonesia oleh Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh Gross Domestic Product (GDP) Amerika Serikat dan Real Exchange Rate (RER) kedua negara bertujuan untuk menganalisis apakah krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 akan berdampak pada kinerja ekspor non migas Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Johansen Cointegration Test dan Vector Error Correction Model (VECM) untuk mengetahui hubungan ekspor non migas Indonesia dengan Amerika Serikat dalam jangka panjang maupun jangka pendek, serta kecepatan ekspor Indonesia untuk kembali ke kondisi keseimbangan. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah pengaruh dari GDP dan RER terhadap ekspor Indonesia signifikan di jangka panjang, namun dalam jangka pendek GDP tidak signifikan, dan ekspor Indonesia bergerak cukup lambat untuk kembali ke kondisi keseimbangan setelah triwulan pertama. ......Indonesia non-oil & gas export demand from United States that affected by United States Gross Domestic Product (GDP) and Real Exchange Rate among both countries is to analyze the United States crises which was held in 2008 will be affecting Indonesia non oil & gas export performance This research using Johansen Cointegration Test and Vector Error Correction Model (VECM) method for knowing Indonesia non-oil & gas export relationship with United States in the long and short term, in addition we could understand how fast Indonesian export to return to equilibrium condition. The result of this research are both GDP and RER have a significant effect toward Indonesia export in long term, in contrast GDP variable have no significant effect in short term, and Indonesia export move slowly to return to equilibrium condition after first quarter.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6730
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Banda's nutmeg oil is one of the moluccas export commodities beside seeds and mace. Nutmeg oil is produced by steam distilation of the dried seeds that do not fulfill export quality...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Salim
Abstrak :
Perubahan sistem kebijakan nilai tukar di Indonesia pada 14 Agustus 1997 lalu, dari sistem mengambang terkendali ke sistem mengambang total, telah meningkatkan fluktuasi nilai tukar rupiah. Peningkatan fluktuasi nilai tukar ini akan menyebabkan peningkatan pada ketidakpastian nilai-nilai tukar untuk masa mendatang. Peningkatan ketidakpastian yang juga merupakan peningkatan resiko untuk sektor ekonomi yang berkaitan dengan nilai tukar diduga mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Variabel ketidakpastian nilai tukar diwakili oleh varian dari nilai tukar riil. Varian nilai tukar riil ini diolah menggunakan metode ARCH. Sedangkan model yang dipakai merupakan model kesetimbangan parsial pasar ekspor yang di-run menggunakan metode OLS. Persamaan ekspor dibagi kedalam empat skenario, ekspor total (dengan migas), ekspor tanpa migas sedangkan dua lagi adalah kombinasi kedua ekspor tersebut saat ada dan tidak ada regresor impor. Kesimpulan akhir yang didapat adalah ketidakpastian nilai tukar di Indonesia signifikan negatif mempengaruhi kinerja ekspor non migas dan tidak signifikan untuk ekspor total (dengan migas). Selain itu, impor bahan baku dan barang modal signifikan positif mempengaruhi ekspor Indonesia. Hal ini berarti bahwa kandungan impor dari barang-barang ekspor Indonesia masih sangat besar.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
S19276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>