Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Efi Rachmani
"Fear of fat merupakan suatu fenomena yang umum terjadi pada remaja. Saat ini data penelitian di Indonesia mengenai perilaku fear of fear dirasakan sulit diperoleh, oleh karena im penelitian melalcukan penelitian mengenai perilakufear of far. Desain penelitian yang digunakan ialah deskriptif sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 85 siswa kelas X, XI yang diperoleh dengan menggunakan metode simple random sampling. Jenis variabel penelitian ini adalah variabel kategorik sehingga analisis data yang digunakan yaitu dengan mencari nilai frekuensi dam prosentase. Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh dari responden (49.9%) melakukan perilaku fear or fat. Perilaku fear or fat yang dilakukan responden yaitu melakukan aktivitas fisik atau olahraga (49.9%), perilaku membatasi asupan makanan (4?.l%), perilaku bulimia nervosa (40.0%) anoreksia nervosa (6.5%) dan mengkonsumsi obat pelangsing (35.5%) Penelitian ini merekomendasikan perlu kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua siswa untuk melakukan screening perilaku fear of fat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5592
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nina Liche Seniati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S2317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerzon, Robert
New York: Bantam Books , 1998
150 GER f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mitea Kaniraras
"Hubungan perkawinan orangtua yang tidak harmonis atau berkonflik dapat berdampak buruk pada anak mereka. Persepsi anak terhadap hubungan orangtuanya dapat menimbulkan fear of intimacy, yang nantinya dapat berakibat buruk di saat anak dewasa. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran ada atau tidaknya hubungan antara persepsi hubungan perkawinan orangtua dengan fear of intimacy pada dewasa muda, serta arah dari hubungan tersebut. Sebanyak 103 partisipan mengisi alat ukur Conflict Tactics Scale: Father-Mother Resolution dan Fear of Intimacy Scale yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia. Untuk mengetahui hubungan kedua variabel dari data yang diperoleh, digunakan teknik perhitungan pearson correlation. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa persepsi hubungan perkawinan orangtua tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap fear of intimacy (reasoning ayah p = 0,124 > 0,05 dan ibu p = 0,880 > 0,05; verbal aggression ayah p 0,225 > 0,05 dan ibu p = 0,992 > 0,05; physical aggression ayah p = 0,120 > 0,05 dan ibu p = 0,094 > 0,05). Dengan demikian, temuan ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi hubungan perkawinan orangtua dan fear of intimacy.

Conflict in parental marital relationship can have a negative impact on their children. Children?s perception of their parent relationship can cause fear of intimacy which can be dangerous when children become young adults. This study used quantitative approach to see if there is any relation between perception of parental marital relationship and fear of intimacy in young adults, as well as the direction of the relationship. A total of 103 participants filled Conflict Tactics Scale: Father-Mother Resolution and Fear of Intimacy Scale which were adapted into Indonesian. Chi square technique was used to determine the relationship between the two variables from the data obtained. The results showed that the perception of parental marital relationship doesn?t have a significant relationship to fear of intimacy (father?s reasoning p = 0,124 > 0,05 and mother?s p = 0,880 > 0,05; father?s verbal aggression p 0,225 > 0,05 and mother?s p = 0,992 > 0,05; father?s physical aggression p = 0,120 > 0,05 and mother?s p = 0,094 > 0,05) Thus, these findings indicate that there is no relation between perception of parental marital relationship and fear of intimacy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Nova Fortuna
"Latar Belakang : Rasa takut pada saat melakukan perawatan gigi menimbulkan hambatan yang signifikan untuk menerima perawatan gigi dan  hambatan bagi setiap dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi khususnya pada masyarakat. Hingga saat ini, masyarakat masih banyak yang menunda ke dokter gigi karena perasaan takut. jika tidak ditangani, dan dapat terus memengaruhi kesehatan mulut, sistemik, dan psikologis.
Tujuan : untuk mengetahaui karakteristik rasa takut dalam perawatan gigi pada siswa SMA 64 Jakarta.
Metode : Studi cross-sectional kepada 444 siswa SMA 64 Jakarta pada September hingga November 2022 menggunakan kuesioner online yang berisi 15 pertanyaan. 
Hasil : nilai Cronbach Alpha adalah 0,901. hasil uji korelasi mann whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan riwayat kunjungan ke dokter gigi pada dental fear siswa SMA 64 Jakarta (p<0.05). Hasil uji kruskall walls menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan terakhir orang tua dan frekuensi ke dokter gigi pada dental fear siswa SMA 64 Jakarta  (p>0.05). Empat faktor dengan nilai eigen di atas 1,00 diidentifikasi, yang secara kolektif menjelaskan 68,93% dari varians. Faktor-faktor tersebut adalah faktor 1 yaitu ‘takut pada prosedur gigi biasa’ yang terdiri dari 5 item, faktor 2 adalah takut prosedur gigi kurang invasif yang terdiri dari 4 item, Faktor 3, 'Ketakutan terhadap aspek medis umum pengobatan dan penyuntikan', terdiri dari 4 item. Faktor 4, 'takut pada orang asing', terdiri dari 2 item. Lebih lanjut, empat faktor juga dental fear ditemukan pada siswa perempuan dan laki-laki.
Kesimpulan : Mayoritas siswa SMA 64 Jakarta yang merupakan perempuan mempunyai dental fear yang lebih tinggi daripada  laki - laki. Terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan riwayat kunjungan ke dokter gigi pada dental fear siswa SMA 64 Jakarta. Serta, teridentifikasi empat faktor kekuatan berbeda yang berkaitan dengan dental fear pada siswa SMA 64 Jakarta.

Background : Dental fear pose a significant barrier to receiving dental treatment and obstacles for every dentist in efforts to improve dental health, especially in the community. Until now, there are still many people who delay going to the dentist because they are afraid. if unaddressed, and can continue to affect oral, systemic, and psychological health.
Objective : To know the characteristics of dental fear among students in SMA 64 Jakarta. 
Methods : A cross-sectional study of 444 students at SMA 64 Jakarta from September to November 2022 used an online questionnaire containing 15 questions.
Results : The Cronbach’s alpha was 0.901. Mann whitney correlation test shown that there was a significant difference with gender and history of visits to the dentist in dental fear of SMA 64 Jakarta students (p<0.05). Kruskall walls correlation test shown that there was no significant difference with parents' last education and the frequency of going to the dentist in dental fear of SMA 64 Jakarta students (p>0.05). Four factors with eigenvalues above 1.00 were identified, which collectively explained 68,83% of the variance. These factors were as follows: Factor 1, ‘fear of usual dental procedures’ consisted of 5 items, factor 2, ‘fear of less invasive dental procedures’ consisted of 4 items, factor 3, ‘ Fear of general medical aspects of treatment and injections’, consisted of 4 items. Factor 4, ‘fear of strangers’, consisted of 2 items. Notably, four factors of dental fear were found in girls and boys.
Conclusion : the majority students of SMA 64 Jakarta who are women have higher dental fear than men. There is a significant difference with gender and history of visits to the dentist in dental fear of SMA 64 Jakarta students, and four factors of different strength pertaining to dental fear were identified in students of SMA 64 Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewie Mardhani
"Keamanan berawal dari bahasa latin secures yang bermakna terbebas dari bahaya, ketakutan, dan ancaman yang terdiri dari pendekatan keamanan tradisional dan keamanan non tradisional. Pertahanan diartikan sebagai instrumen utama sebuah negara untuk menciptakan keamanan nasional. Ketahanan nasional didefinisikan sebagai kondisi dinamik suatu negara yang mencakup semua aspek kehidupan nasional untuk menghadapi ancaman. Sedangkan keamanan nasional mencakup keamanan negara, masyarakat dan individu. Hingga saat ini masih terdapat beberapa definisi dari beberapa ahli tentang konsep keamanan (security) dan pertahanan (defence). Artikel ini menganalisis bentuk ancaman kontemporer terkait keamanan dan pertahanan serta menjelaskan persamaan dan perbedaannya dalam studi ketahanan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan sistem keamanan nasional serta perkembangan sistem keamanan nasional di negara lain. Artikel ini menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif melalui studi kepustakaan dan wawancara. Artikel ini menjelaskan bahwa bentuk ancaman yang terjadi di Indonesia, antara lain masalah di perbatasan, intoleransi SARA, ketimpangan reformasi birokrasi, belum optimalnya penegakan hukum, dan kejahatan transnasional. Persamaan dan perbedaan konsep security dan defence dapat dilihat dari regulasi, konsep yang digunakan, kelembagaan dan konstitusinya. Artikel ini menunjukkan bahwa ketahanan nasional dipengaruhi oleh pertahanan dan keamanan nasional. Kondisi aman suatu negara tidak terlepas dari hanya keamanan dan pertahanan saja melainkan saling bersinergi dengan faktor lain yakni ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, ideologi, geografi, demografi dan sumber daya alam."
Bogor: Universitas Pertahanan, 2020
355 JDSD 10:3 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Aulia Ainani
"Latar Belakang: Kecemasan dental merupakan suatu perasaan negatif yang tidak beralasan saat berkunjung ke dokter gigi untuk melakukan perawatan gigi. Kecemasan dental ini dapat menjadi hambatan bagi pasien anak maupun dewasa dalam melakukan perawatan gigi. Pengalaman buruk dental seperti rasa sakit saat perawatan, sikap tim dokter gigi yang kurang ramah, serta adanya rasa malu yang timbul akibat kondisi gigi geligi dapat menjadi faktor yang menimbulkan kecemasan dental. Pengalaman dental tersebut dapat terjadi pada masa anak-anak, remaja, dan dewasa. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan kecemasan dental dengan pengalaman dental sebelumnya, salah satunya telah dibuktikan bahwa tidak adanya hubungan antara kecemasan dental dan pengalaman dental.
Tujuan: Menganalisis hubungan kecemasan dental saat ini dan pengalaman dental pada anak yang pernah berkunjung ke dokter gigi.
Metode: Data diambil secara daring dengan studi potong lintang pada siswa/i Bimbingan Belajar Nurul Fikri di seluruh wilayah DKI Jakarta menggunakan alat ukur berupa kuesioner CFSS-DS (Children’s Fear Survey Schedule-Dental Subscale) yang telah dimodifikasi urutannya dengan total subjek berjumlah 82 orang. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan SPSS.
Hasil:  Persentase terbesar tingkat kecemasan dental tinggi terdapat pada pencabutan gigi atau ekstraksi gigi sebesar 15,52% dan berdasarkan Uji Chi-square terlihat terdapat hubungan yang tidak bermakna (p > 0,05) antara kecemasan dental saat ini dan jenis perawatan dental yang pernah dilakukan.
Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna pada hubungan antara kecemasan dental saat ini dan pengalaman dental pada siswa/i Bimbingan Belajar Nurul Fikri di seluruh wilayah DKI Jakarta.

Background: Dental anxiety is an unreasonable negative feeling when visiting the dentist for dental treatment. Dental anxiety can be an obstacle for pediatric and adult patients in performing dental care. Bad dental experiences such as pain during treatment, the unfriendly attitude of the dental team, and the embarrassment that arises due to the condition of the teeth can be factors that cause dental anxiety. These dental experiences can occur in childhood, adolescence, and adulthood. Many studies have been conducted on the correlation between dental anxiety and previous dental experiences, one of which has proven that there is no correlation between dental anxiety and dental experience.
Objective: To analyze the correlation between current dental anxiety and dental experience in children who have visited the dentist.
Methods: Data were collected online by cross-sectional study on Nurul Fikri Tutoring students throughout DKI Jakarta using a measuring instrument in the form of a CFSS-DS (Children's Fear Survey Schedule – Dental Subscale) questionnaire which has been modified in order with a total of 82 subjects. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis using SPSS.
Results: The largest percentage of high dental anxiety levels was found in tooth extraction by 15.52% and based on Chi-square tests, it was seen that there was a non-significant correlation (p > 0.05) between current dental anxiety and types of dental treatment ever performed.
Conclusion: In this study, it was found that there was a non-significant correlation between current dental anxiety and dental experience in Nurul Fikri Tutoring students throughout DKI Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiana Budiarti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S2009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doran, Bruce J.
"This book reports on research conducted over the past eight years, in which efforts have been made to pioneer the combination of techniques from behavioural geography with Geographic Information Systems (GIS) in order to map the fear of crime.
The first part of the book outlines the history of research into fear of crime, with an emphasis on the many approaches that have been used to investigate the problem and the need for a spatially-explicit approach. The second part provides a technical break down of the GIS-based techniques used to map fear of crime and summarises key findings from two separate study sites. Issues discussed include fear of crime in relation to housing prices and disorder, the use of fear mapping as a means with which to monitor the impact of Closed Circuit Television (CCTV) and fear mapping in transit environments.
"
New York: Springer, 2012
e20400688
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fayi Firjatullah Widyadhana
"TikTok telah menjadi salah satu platform media sosial terbesar di dunia yang mengubah cara kita bersosialisasi di internet. Dorongan untuk tetap mendapat informasi tentang apa yang dilakukan orang lain adalah karakteristik yang menentukan dari rasa takut ketinggalan (FOMO), yang didefinisikan sebagai kekhawatiran berulang bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga dimana individu tersebut tidak terlibat di pengalaman tersebut (Przybylski et al., 2013). Sedangkan menurut Dictionary of Psychology yang diterbitkan oleh American Psychological Association (n.d.), materialisme adalah seperangkat keyakinan yang mengutamakan kesuksesan dan kenyamanan finansial. Penelitian ini membahas hubungan antara mengonsumsi TikTok dengan FOMO, dan materialisme. Peserta (n = 381) direkrut melalui diseminasi online. Data dihitung menggunakan Korelasi Pearson untuk menentukan signifikansi korelasi. Berdasarkan analisis, penelitian menemukan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara FOMO dan mengonsumsi TikTok dan korelasi positif yang signifikan antara materialisme dan mengonsumsi TikTok. Ini menunjukkan bahwa mengonsumsi TikTok yang tinggi mungkin dapat meningkatkan FOMO seseorang dan membuat individu tersebut lebih materialistis. Oleh karena itu, intervensi yang mungkin diperlukan untuk menangani FOMO dan materialisme sebagai efek negatif dari penggunaan TikTok sangat dibutuhkan.

TikTok has become one of the biggest social media platforms in the world, and it has changed how we socialise on the internet. The urge to stay informed about what others are doing is a defining characteristic of the fear of missing out (FOMO), which is defined as the recurrent worry that others may be having valuable experiences. At the same time, one is absent (Przybylski et al., 2013). According to the Dictionary of Psychology published by the American Psychological Association (n.d.), materialism is a set of beliefs that sets a premium on financial success and comfort. This study discusses the relationship between TikTok consumption FOMO, and materialism. Participants (n = 381) were recruited through online dissemination. The data was calculated using Pearson Correlation to determine the significance of the correlation. Based on the analysis, the study found significant data supporting the hypothesis. It was found that there is a significant positive correlation between FOMO and TikTok consumption and a significant positive correlation between materialism and TikTok consumption. This suggests that higher TikTok consumption may increase people’s FOMO and might become more materialistic. Therefore, possible intervention might be needed to handle FOMO and materialism as adverse effects of TikTok usage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>