Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwita Oktaria
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Umpan balik memiliki peran penting pada proses pembelajaran
seseorang. Konsep mengenai perilaku mencari umpan balik telah banyak diteliti
tetapi masih terdapat gambaran yang belum lengkap mengenai berbagai aspek
terkait perilaku mencari umpan balik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi perilaku mencari umpan balik mahasiswa kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) secara mendalam.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui FGD (focus group
discussion) dengan mahasiswa FK Unila Angkatan 2012, 2013 dan 2014.
Triangulasi data dilakukan melalui FGD dengan staf pengajar, wawancara dengan
ketua tim Medical Education Unit dan studi dokumen yang dilakukan selama
bulan April sampai dengan Mei 2015. Hasil FGD dan wawancara dituliskan
dalam bentuk transkrip verbatim lalu dilakukan analisis tematik dan koding.
Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa dan staf
pengajar mengenai umpan balik masih belum tepat. Motivasi mahasiswa untuk
mencari umpan balik disebabkan oleh keinginan untuk mendapatkan informasi
yang berguna bagi dirinya dan mengontrol kesan orang lain. Faktor penghambat
tersering mahasiswa dalam mencari umpan balik kepada staf pengajar adalah rasa
segan dan takut untuk mendapatkan komentar negatif mengenai dirinya.
Mahasiswa akan mencari umpan balik kepada orang yang memiliki hubungan
kedekatan dan kredibilitas yang baik dalam konteks lingkungan yang privat.
Kesimpulan: Belum adanya pemahaman yang sama mengenai pengertian umpan
balik menyebabkan proses pencarian dan pemberian umpan balik di FK Unila
belum berjalan secara efektif. Sistem pendidikan kedokteran yang hirarkis, faktor
budaya dan kesibukan staf pengajar merupakan beberapa faktor penghambat.
Institusi perlu membuat suatu kebijakan yang bertujuan untuk menumbuhkan
kesadaran dan menciptakan atmosfer bagi mahasiswa dan staf pengajar akan arti
penting umpan balik.

ABSTRACT
Background: Feedback has many important roles in an individual learning
process. The concept of feedback-seeking behaviour has been widely studied but
there is still lack of information on the aspects related to it. This study is aimed to
explore feedback-seeking behaviour of undergraduate medical students at Faculty
of Medicine University of Lampung.
Method: This study used qualitative research methods with phenomenological
approach. Data was collected through focus group discussion (FGD) with students
in Faculty of Medicine University of Lampung class of 2012, 2013 and 2014.
Similar method was used with faculty members to triangulate the data, and also an
in-depth interview with the head of Medical Education Unit and document
analysis. The result of FGD and interview were transcribed verbatim, analysed
thematically and coded, to reduce and present the data.
Result: The results obtained in this study indicate that the understanding of
students and lecturers of feedback is still incorrect. Students are motivated to seek
feedback because they want useful information and have the desire to control the
impressions of others. One of the biggest factors that inhibit students to seek
feedback from the lecturer is their fear in getting negative comments. Students
will look for feedback from people who have close relationships with them and
good credibility in the context of a private environment.
Conclusion: The absence of a common understanding of the meaning of feedback
causes the feedback-seeking and feedback-giving process on FK Unila not run
effectively. Hierarchical system of medical education, cultural factors and
lecturers? busy schedule are some factors that hinder feedback-seeking process.
Institutions need to make a policy to raise awareness and create an atmosphere for
students and faculty members on the importance of feedback, Background: Feedback has many important roles in an individual learning
process. The concept of feedback-seeking behaviour has been widely studied but
there is still lack of information on the aspects related to it. This study is aimed to
explore feedback-seeking behaviour of undergraduate medical students at Faculty
of Medicine University of Lampung.
Method: This study used qualitative research methods with phenomenological
approach. Data was collected through focus group discussion (FGD) with students
in Faculty of Medicine University of Lampung class of 2012, 2013 and 2014.
Similar method was used with faculty members to triangulate the data, and also an
in-depth interview with the head of Medical Education Unit and document
analysis. The result of FGD and interview were transcribed verbatim, analysed
thematically and coded, to reduce and present the data.
Result: The results obtained in this study indicate that the understanding of
students and lecturers of feedback is still incorrect. Students are motivated to seek
feedback because they want useful information and have the desire to control the
impressions of others. One of the biggest factors that inhibit students to seek
feedback from the lecturer is their fear in getting negative comments. Students
will look for feedback from people who have close relationships with them and
good credibility in the context of a private environment.
Conclusion: The absence of a common understanding of the meaning of feedback
causes the feedback-seeking and feedback-giving process on FK Unila not run
effectively. Hierarchical system of medical education, cultural factors and
lecturers’ busy schedule are some factors that hinder feedback-seeking process.
Institutions need to make a policy to raise awareness and create an atmosphere for
students and faculty members on the importance of feedback]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anyta Pinasthika
"Pendahuluan: Umpan balik yang efektif menjadi semakin penting dalam pembelajaran tahap klinis. Umpan balik dapat tersedia di berbagai bentuk, isi dan diberikan oleh berbagai pihak untuk perbaikan performa mahasiswa. Umpan balik yang efektif hanya dapat dicapai dengan melibatkan mahasiswa sebagai pemeran aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana umpan balik dimanfaatkan oleh mahasiswa kedokteran tahap klinik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi fenomenologi pada mahasiswa kedokteran tahap klinik, staf pengajar klinis dan pengelola modul tahap klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dipilih dengan pendekatan maximum variation sampling. Sebanyak tujuh focus group discussion dan empat in-depth interview dilakukan hingga saturasi data tercapai. Studi dokumen buku rancangan pengajaran dilakukan sebagai triangulasi. Analisis data dilakukan menggunakan analisis tematik.
Hasil Penelitian: Mahasiswa memanfaatkan umpan balik melalui proses identifikasi, penerimaan dan tindak lanjut umpan balik. Performa mahasiswa menjadi indikator untuk identifikasi umpan balik. Proses penerimaan umpan balik diawali dengan reaksi emosi, refleksi konten umpan balik dan refleksi pengalaman, yang dipengaruhi oleh faktor mahasiswa dan staf pengajar. Umpan balik dapat diterima, ditolak, diterima atau dilupakan. Umpan balik yang diterima akan ditindaklanjuti oleh mahasiswa. Keseluruhan proses ini dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, seperti adaptasi pembelajaran klinis saat pandemi, lingkungan pembelajaran (termasuk hubungan antar staf pengajar, budaya, regulasi dan kurikulum modul serta institusi), supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Pencarian umpan balik juga ditemukan sebagai proses umpan balik, namun terbatas akibat faktor budaya.
Kesimpulan: Penelitian ini memberikan gambaran mengenai bagaimana mahasiswa kedokteran tahap klinik memanfaatkan umpan balik yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, yang perlu dipertimbangkan saat memberikan umpan balik dan pengembangan budaya umpan balik di fakultas.
Kata Kunci: pemanfaatan umpan balik, mahasiswa kedokteran, pembelajaran klinis, faktor sosial budaya umpan balik
......Background: Effective feedback has become even more important in clinical rotations, as feedback comes in many forms, contents, and providers to aid improvement of performance. This could only be achieved by acknowledging students’ active role in feedback. This study aims to explore how feedback is utilized in undergraduate clinical settings.
Methods: This study is a qualitative phenomenology study involving medical students on their clinical clerkships, clinical teachers, and clinical rotation coordinators in Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Respondents were selected through maximum variation sampling approach. A total of seven focus groups and four in-depth interviews were conducted and data saturation was reached. Document study was conducted as triangulation. Thematic analysis approach was used in data analysis.
Results: Students use feedback by identifying, receiving, and acting on feedback. Performance was used as indicators to identify feedback. Receiving feedback involved a process of emotional reaction, reflection of feedback content and reflection of performance, also influenced by student and teacher factors. Feedback might be accepted, rejected, remembered, or forgotten. Accepted feedback could be acted upon by students. The process of using feedback was influenced by sociocultural factors, such as modified learning opportunities driven by pandemic, learning environment (including relationship between students and supervisors, culture, clinical rotation, and faculty regulations also curriculum), supervision, and evaluation of learning process. Feedback-seeking behavior was found to be limited due to cultural factors.
Conclusion: This study provides insights on how students use feedback in clinical setting influenced by sociocultural factors, which must be considered in feedback provision and development of feedback culture in the faculty.
Keywords: using feedback, medical students, clinical education, sociocultural factors of feedback"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Elitha
"Berdasarkan studi awal, diketahui bahwa karyawan unit Area PT X merasa kurang puas dengan proses komunikasi yang terjalin dengan atasan sehingga berdampak pada penurunan kinerja. Hal ini disebabkan kurangnya kualitas umpan balik dari atasan karena atasan belum mengetahui cara memberikan umpan balik secara efektif kepada anggota tim. Penelitian ini dilakukan dalam dua studi yaitu Studi 1 dengan desain korelasional dan Studi 2 dengan desain pretest-posttest. Studi 1 bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terkait kualitas umpan balik dan kepuasan terhadap komunikasi pengawasan pada karyawan unit Area PT X. Pengambilan data Studi 1 dilakukan kepada 230 karyawan unit Area PT X menggunakan kuesioner persepsi terkait kualitas umpan balik dari Steelman, Levy, & Snell (2004) dan kuesioner kepuasan terhadap komunikasi pengawasan dari Ramirez (2012). Hasil Studi 1 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara persepsi terkait kualitas umpan balik dan kepuasan terhadap komunikasi pengawasan (r = 0.364, p < 0.01). Selanjutnya, hasil tersebut ditindaklanjuti pada Studi 2 dengan memberikan intervensi pelatihan pemberian umpan balik kepada 9 Facility Manager di unit Area PT X. Studi 2 bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi tersebut dalam meningkatkan pengetahuan manajer terkait proses pemberian umpan balik secara efektif kepada anggota tim. Hasil Studi 2 menunjukkan bahwa sesudah pelatihan, terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan pada manajer dalam memberikan umpan balik secara efektif dengan peningkatan sebesar 45% (t = -7.031, p < 0.05). Dengan demikian, hasil ini dapat menjadi dasar peningkatan persepsi terkait kualitas umpan balik dan kepuasan terhadap komunikasi pengawasan pada karyawan unit Area PT X.
......Based on preliminary study, employees of unit Area PT X were found not satisfied with communication established with their superiors, resulted in decreased performance. This is due to lack of feedback quality provided by superiors because they do not know how to provide effective feedback to team members. This research was conducted in two studies which Study 1 represents correlational design and Study 2 represents pretest- posttest design. Study 1 aims to determine relationship between perceived feedback quality and satisfaction with supervisory communication among employees of unit Area PT X. Study 1 was conducted on 230 employees of unit Area PT X using perceived feedback quality questionnaire from Steelman, Levy, & Snell (2004) and satisfaction with supervisory communication questionnaire from Ramirez (2012). Results of Study 1 indicated that there was significant and positive relationship between perceived feedback quality and satisfaction with supervisory communication (r = 0.364, p < 0.01). Furthermore, these results were followed up in Study 2 by providing feedback training intervention to 9 Facility Managers in unit Area PT X. Study 2 aims to determine effectiveness of interventions in increasing manager's knowledge about how to give feedback effectively to team members. Results of Study 2 showed that after training, there was significant increase in managers’ knowledge about how to give an effective feedback, with an increase of 45% (t = -7.031, p < 0.05). Thus, these results can be the basic step for increasing perceived feedback quality and satisfaction with supervisory communication on employees of unit Area PT X."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darraugh, Barbara
"Performance management relies on good coaching and feedback. This issue covers both the coaching process and how to provide feedback that encourages the learning process. You will find clear definitions of what constitutes coaching and detailed explanation of the skills and behaviors needed for successful coaching. In addition, the various roles of a coach are discussed as well as how to deliver both positive and negative feedback."
Alexandria, VA: [American Society for Training and Development Press, American Society for Training and Development Press], 1998
e20428808
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Harliana Liswati
"ABSTRAK
Pelajaran matematika sampai saat ini masih menjadi momok bagi para pelajar di
berbagai belahan dunia. Materi matematika yang kompleks, guru yang galak, ditambah
lagi teknik pengajaran yang tidak menyenangkan seringkali dijadikan alasan atas
rendahnya motivasi belajar siswa di bidang. Hal ini dapat rnerugikan siswa karena
telah terbukti bahwa ilmu matematika dibutuhkan di berbagai bidang kehidupan manusia.
Motivasi belajar matematika yang rendah pada akhirnya dapat membawa dampak buruk
bagi siswa itu sendiri, terutama pada prestasi belajar matematika mereka. Menyadari
pentingnya motivasi belajar matematika, para tokoh pendidik mencoba mengajukan
beberapa cara untuk mengatasi hal tetsebut, salah satunya adalah dengan praktek
pemberian umpan balik kepada siswa. Menurut Cole dan Chan (1987), bentuk-bentuk
umpan balik yang sering dipraktekkan di sekolah adalah umpan balik positif dan
knowledge of result. Dari berbagai hasil penelitian terbukti bahwa knowledge of result
lebih efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa karena selain mengandung
umpan balik positif jenis umpan balik ini juga melibatkan umpan balik negatif. Dengan
demikian, knowledge of result akan memberikan gambaran lengkap tentang kelebihan
dan kelemahan siswa sehingga siswa diharapkan dapat memperbaiki kekurangannya.
Secara teoritis pemberian kedua bentuk umpan balik ini dapat memotivasi siswa
untuk belajar. Namun dalam prakteknya praktek umpan balik tidak selamanya berhasil
meningkatkan motivasi belajar siswa. Pada penerapannya, umpan balik -terutama yang
bersifat negatif- harus diterapkan dengan sangat hati-hati sesuai dengan kebutuhan siswa,
khususnya terhadap siswa dengan harga diri akademik rendah. Mereka sangat rentan
dalam menerima evaluasi dari orang lain terutama yang bersifat negatif terhadap unjuk
kerja yang mereka tampilkan. Mereka dengan harga diri rendah ini memiliki kebutuhan
yang besar akan penghargaan terhadap dirinya. Oleh karena itu umpan balik seyogyanya
diberikan kepada mereka dengan tujuan memuaskan kebutuhan harga diri tersebut. Jika
kebutuhan akan harga diri telah terpuaskan maka diharapkan kebutuhan intelektul siswa
(dalam hal ini motivasi belajar) akan bangkit. Hal ini sejalan dengan pemikiran Maslow
mengenai hirarki kebutuhan. Dengan demikian siswa tidak dapat diharapkan
menampilkan motivasi belajar jika kebutuhan pada tingkat sebelumnya, yakni harga diri
belum terpenuhi. Harga diri, sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar matematika harus diperhatikan dengan seksama oleh guru sebelum menerapkan
umpan balik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk menjawab
permasalahan ?Apakah ada pengaruh pemberian umpan halik terhadap motivasi belajar
pada anak yang memiliki harga diri rendah ?? Lebih khusus, ?pemberian umpan balik manakah yang menghasilkan motivasi belajar yang lebih balk pada siswa dengan harga
diri rendah ; jenis umpan balik yang positif atau knowledge of result ?". Hipotesa yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah "mean gained score motivasi belajar matematika
pada kelompok siswa SLTP dengan harga diri rendah yang memperoleh umpan balik
positif lebih tinggi secara signifikan daripada mean gained score motivasi belajar
matematika pada kelompok siswa SLTP dengan harga diri rendah yang memperoleh
knowledge of result.
Penelitian ini melibatkan satu jenis variabel independen (independent variable),
yaitu pemberian umpan balik (umpan balik positif dan knowledge of result ) yang ingin
dilihat perbedaan efektivitasnya pada peningkatan motivasi belajar siswa (sebagai
variabel dependen) dengan harga diri rendah. Untuk itu maka peneliti bermaksud
menyusun rancangan penelitian dengan menggunakan desain Randomized Two-Group
Design Pretest-Postrest dan melakukan pengujian statistik dengan t-test terhadap
perbedaan mean gained score kedua kelompok.
Dalam penelitian ini yang secara khusus akan dilihat adalah motivasi belajar pada
mata pelajaran Matematika pada siswa tingkat SLTP kelas I dengan harga diri rendah.
Dipilihnya siswa tingkat SLTP ini selain karena pada tingkat tersebut sering terjadi krisis
motivasi belajar, juga karena siswa tersebut berada pada tahap remaja, dimana pada
tahap ini remaja sering melakukan proses evaluasi diri. Harter (1990) dan Santrock
(1990) menyatakan bahwa evaluasi terhadap pengalaman keberhasilan dan kegagalan
adalah salah satu faktor yang membantu terbentuknya harga diri. Ahli lain menambahkan
bahwa masa remaja, terutama remaja awal (12-15 tahun) adalah suatu massa yang rawan,
karena adanya transisi baik dari segi fisik, kognitif lingkungan, dan sebagainya. Pada
masa ini remaja yang masih terheran-heran dengan berbagai perubahan dalam dan harus
membiasakan diri dengan perubahan tersebut dituntut pula untuk beradaptasi dengan
perubahan situasi sekolah. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan stress bagi remaja yang
jika tidak teratasi dapat membawa dampak negatif dan akan terbawa ke tahap
perkembangan selanjutnya.
Dari penelitian ini terbuki bahwa ?mean gained score motivasi belajar
matematika pada kelompok siswa SLTP dengan harga diri rendah yang memperoleh
umpan balik positif tidak lebih tinggi secara signifikan daripada mean gained score
motivasi belajar matematika pada kelompok siswa SLTP dengan harga diri rendah yang
memperoléh knowledge of result. Dengan demlkian hipotesa nol dalam penelitian ini
diterima. Meskipun perbedaan efektivitas kedua umpan balik tersebut tidak terlacak,
namun terlihat bahwa kedua umpan balik tersebut berhasil meningkatkan motivasi belajar
matematika siswa dengan harga diri akademik rendah.
Di akhir penelitian akan dikemukakan beberapa saran sehubungan dengan hasil
penelitian. Saran-saran yang diajukan dalam penelitian ini berupa saran metodologis dan
saran praktis. Saran metodologis diajukan untuk dijadikan pertimbangan dalam
penyempurnaan penelitian selanjutnya, sementara saran praktis diperuntukkan bagi pihak
sekolah dan orang tua agar lebih memperhatikan kebutuhan remaja awal, terutama yang
berkaitan dengan proses pembelajaran."
1998
S2512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Kurniawan
"Latar belakang: Umpan balik konstruktif merupakan komponen esensial dalam proses pembelajaran mahasiswa kedokteran. Keberhasilan dalam menyampaikan umpan balik berperan dalam meningkatkan performa dan keterampilan klinis mahasiswa. Kurikulum pendidikan kedokteran yang terbagi menjadi tahap preklinik dan klinik memungkinkan adanya perbedaan persepsi mahasiswa terkait umpan balik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan persepsi umpan balik yang diterima oleh mahasiswa fakultas kedokteran tahap preklinik dan klinik.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan pada mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan Likert-scale 1-5 tentang peran penting (5 pertanyaan), metode (12 pertanyaan), dan hambatan (5 pertanyaan) penyampaian umpan balik konstruktif. 209 mahasiswa preklinik dan 129 mahasiswa klinik berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hasil: Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik terhadap respon pertanyaan pada domain peran penting, metode, dan hambatan umpan balik konstruktif (p>0.05). Terdapat perbedaan persepsi secara signifikan (p<0.05) pada pertanyaan umpan balik berfokus pada tingkah laku dibandingkan individunya, umpan balik diberikan kapanpun selama proses pembelajaran, dan pengetahuan untuk memberikan umpan balik konstruktif kurang memadai.
Kesimpulan: Mahasiswa kedokteran tahap preklinik dan klinik menyatakan setuju bahwa umpan balik konstruktif berperan penting dalam meningkatkan pembelajaran mahasiswa. Sementara persepsi mahasiswa terhadap domain metode dan hambatan pemberian umpan balik menunjukkan respon yang bervariasi. Tidak terdapat perbedaan persepsi mahasiswa preklinik dan klinik terhadap umpan balik konstruktif secara signifikan.
......Background: Constructive feedback is an essential component in the medical student learning process. The important role of constructive feedback is to improve student performance and clinical skills. The medical education curriculum is divided into preclinical and clinical medical years allows for differences in student perceptions regarding feedback. This study aims to compare the perception of feedback received by preclinical and clinical medical students.
Methods: This cross-sectional study was conducted on medical students at the University of Indonesia. The Likert-scale questionnaire consisted of 22 questions about the important role (5 questions), methods (12 questions), and barriers (5 questions) to constructive feedback. 209 preclinical students and 129 clinical students participated in this study.
Results: The results showed that there was no significant difference between the perceptions of preclinical and clinical medical students on the questions of importance, methods, and barriers to constructive feedback (p<0.05). There was a significant difference in perception (p<0.05) on the question, feedback focuses on behavior rather than the person, Feedback is provided at any time during the learning process, and There is inadequate knowledge for providing constructive feedback.
Conclusion: Preclinical and clinical medical students agree that constructive feedback plays an important role in improving student learning. Preclinical and clinical students perceptions of the methods and barriers to providing feedback showed varied responses. There is no significant difference in the perception of preclinical and clinical students to constructive feedback."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
DeForest, Holly
"Giving feedback, especially negative feedback, is one of the most difficult duties of a manager or supervisor. This Infoline describes the process of giving and receiving feedback and shows you how to improve these skills. The issue offers a feedback effectiveness self-assessment, a feedback readiness assessment, and an 8-step process for developing and enhancing your feedback delivery skills."
Alexandria, VA: [American Society for Training & Development Press, American Society for Training & Development Press], 2005
e20428923
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Eryananda
"Pemberian umpan balik dan social comparison erat kaitannya dalam menentukan performa akademik siswa di sekolah. Penelitian eksperimental di sebuah SMA Di Jakarta dilakukan untuk mengetahui jenis umpan balik, jenis social comparison mana yang paling mempengaruhi performa akademik dan apakah social comparison memoderasi efek dari perbedaan jenis umpan balik terhadap performa. Penelitian dilakukan pada anak SMA kelas X (N=102). Partisipan dibagi atas dua kondisi yaitu yang mendapat umpan balik deksriptif (berisi komentar berupa informasi tentang apa yang sudah sesuai dan belum sesuai, mengapa sudah sesuai, apa yang perlu ditambahkan agar sesuai) atau umpan balik evaluatif (komentar singkat apakah jawaban sudah atau belum tepat, serta poin dari jawaban tersebut). Siswa diminta mengerjakan ujian pelajaran kewarganegaraan dalam bentuk esai 5 soal, lalu diberikan umpan balik. Dari hasil ujian tersebut, partisipan yang mendapat nilai tinggi akan diberi tanda bintang dan melakukan downward comparison, dan yang tidak mendapat bintang akan melakukan upward comparison. Lalu, partisipan diminta merevisi ujian berdasarkan umpan balik yang diberikan.
Hasil penelitian menunjukkan partisipan yang mendapat umpan balik deskriptif memiliki performa akademik yang signifikan lebih tinggi dibanding partisipan yang mendapat umpan balik evaluatif dengan F (102) = 30,645, p"<.05, begitu juga dengan siswa yang melakukan upward comparison dengan F (102) ="11,648, p <.05. Namun, tidak ditemukan pengaruh yang signifikan dari interaksi antara jenis umpan balik dan jenis social comparison terhadap performa akademik dengan F (102) = 0,181, p>.05. Selain itu, hasil penelitian ini menemukan bahwa jenis kelamin, rasa suka terhadap pelajaran Kewarganegaraan, dan nilai UAS di semester sebelumnya memiliki korelasi yang signifikan dengan performa akademik.

Feedback and social comparison closely related in determining student's academic performance at school. An experimental study in high school in Jakarta was conducted to determine the type of feedback, the kind of social comparison which most effect on academic performance and whether social comparison moderating the effects of different types of feedback on performance. The study was conducted on first grader (N""= 102). Participants were divided into two conditions; participants received descriptive feedback (content an information about which one is correct and incorrect, why it is correct, what needs to be added to make it correct) or evaluative feedback (comments whether the answer is correct or not, as well as the points of the answer). Participants will be asked to take an essay test about Citizenship, and given feedback. From the results of the test, participants who get high scores will be marked with a star and do downward comparison and student who did not get the star will do upward comparison. Then, participants will be asked to revise the exam based on the feedback given.
As a result, participants who receive descriptive feedback perform at a significantly higher than participants who receive evaluative feedback F (102) = 30.645, p <.05, as well as students who perform upward comparison F (102) = 11.648, p <.05. However, no significant effect interaction between the type of feedback and the kind of social comparison on academic performance F (102) = 0.181, p >.05. In addition, the results of the study found that gender, interest towards Citizenship lessons, and the results of UAS in the previous semester are significantly correlated with academic performance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library