Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulianto Poerwodihardjo
Abstrak :
ABSTRAK
Tantangan bagi Garuda Indonesia di dalam menghadapi persaingan bisnis di dalam industri airline baik di pasar domestik maupun internasional pada tahun-tahun mendatang akan semakin berat. Hal tersebut dipengaruhi oleh cepatnya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada industri airline dewasa ini, terutama disebabkan karena industri airline di hadapkan pada issue-issue penting seperti deregulasi, liberalisasi, privatisasi, multirateral agreement dan strategi aliansi yang telah mendorong munculnya mega carrier yang berskala global.

Bagi Garuda Indonesia, prospek usaha pada dunia bisnis penerbangan yang dihadapai saat ini dan di masa yang akan datang, mempunyai potensi yang besar untuk berkembang. Pasar yang ada di berbagai kawasan masih dapat ditumbuh kembangkan lebih lanjut, diperkirakan pasar Garuda Indonesia tumbuh sebesar +/- 5.7% pertahun. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat baik di dalam negeri maupun di kawasan Asia Pasifik. Namun demikian, tanpa persiapan yang matang serta penetapan strategi korporasi yang terpadu secara menyeluruh, maka Garuda Indonesia bisa tenggelam justru ditengah maraknya industri penerbangan dalam masa recovery setelah masa perang teluk dewasa ini.

Meskipun kemungkinannya masih akan ada proteksi pemerintah yang dilakukan untuk melindungi airline domestik termasuk Garuda Indonesia, akan tetapi di masa yang akan datang tampaknya hal tersebut akan segera dilepaskan, mengingat adanya desakan ?open sky? baik melalui multilateral agrrement seperti GATT maupun bilateral agreement yang semakin kuat, serta pertimbangan ekonomi bahwa sumbangan dunia bisnis penerbangan kurang lebih hanya sebesar 7% dan perekonomian secara keseluruhan. Sebagai contoh pembebasan proteksi tersebut adalah dengan dikeluarkannya PP-20 baru-baru ini, yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi swasta asing (PMA) untuk mendirikan perusahaan airline di Indonesia, serta adanya kerjasama antara Pemerinlah Indonesia dengan Pemerintah Singapura di bidang pariwisata, yang telah membuka jalur penerbangan langsung di beberapa kota di Indonesia dengan Singapura, baik oleh Singapore Airline maupun carrier di Indonesia dan pemberian fifth freedom kepada Singapore Airline untuk penerbangan ke Australia.

Oleh karena itu jalan satu-satunya bagi Garuda Indonesia adalah mempersiapkan diri melalaui penetapan strategi secara menyeluruh dan terpadu termasuk penetapan strategi di bidang keuangan seperti ?Cost Leadership? misalnya. Salah satu cara untuk unggul di bidang cost leadership adalah dengan menekan alternatif investasi yang tepat dan berbiaya rendah. Untuk itu dipenlukan satu strategi keuangan yang menyeluruh dan terkait dengan strategi korporasi, disamping diperlukan juga cara perhitungan keuangan yang matang untuk setiap investasi yang akan di lakukan dengan menggunakan model analisis dan proyeksi keuangan atas dasar ?Fleet Plan? yang telah disepakati. Kendala utama yang di hadapi adalah justru dalam pembuatan ?Fleet Plan? ¡tu sendiri yang masih banyak terpenganik path faktor-faktor eksternal. Namun dernikian, path akhirnya kembali kepada komitmen top manajemen Garuda yang alcan memutuskan bagaimanakah bentuk ?Fleet Plan? yang tepat.

Model analisis dan proyeksi keuangan yang di terapkan dalam karya akhir (thesis) ini menggunakan analisis makro, yang di namakan ?Macro Spreadsheet Methodology Diagram?. Model dimaksud merupakan penjabaran danipada model umum analisis pada airline yang kompleks dan komprehensif kedalam bentuk diagram spreadsheet dengan menggunakan bantuan software komputer Lotus for Window 4.01. Tehnik-tehnik yang digunakan di dalam analisis tersebut, juga menggunakan tehnik ?capital budgeting? dan metode easiblliçy study? yang sesuai dengan kriteria umum seperti ?Net Present Value?, ?Rate of Return? dan sebagainya khususnya yang cocok untuk airline.

Dari hasil perhitungan dengan model analisis dan proyeksi keuangan Garuda Indonesia atas ?Fleet PIan? tahun 1994 - 2004, yang meliputi investasi pembeian 2 (dua) pesawat 1.3747-400 dan 7 (tujuh) pesawat B737-400, 3er14 pcnycwaaan pcsawat (leasing) yang dilakukan cperti pesawat Airbus300-600 dan MD-il, diperoleh hasil proyeksi keuangan yang menyeluruh, baik berupa proyekai anis kas, proyeksi rugi laba, proyeksi neraca dan proyeksi rasio keuangan. Di dalam proyeksi keuangan tersebut bila di ukur dati evaluasi proyck dengan mcnggunakan Net Present Value, diperoich angka yang positif sebesar USS 2472,749.OOE sehingga dapat dikatakan bahwa ?Fleet Plan? Garuda Indonesia tahun 1994 - 2004 cukup byak dan feasible

Akan tetapi bila diukur dengan menggunakan analisis tasio, posisi keuangan Garuda Indonesia pada tahun-tahun awal sarnpai dengan tahun 1999 dalam tingkat yang kurang menguntungkan, hal tersebut disebabkan karena beban bunga dan depresiasi yang cukup tinggi. Tingginya beban bunga dan depresiasi tersebut disebabkan karena tingginya biaya investasi untuk pembeian sembilan buah pesawat baru yang mencapal USS 650 juta Meskipun demikian, Dan segi financial exposure peneiimaan Garuda Indonesia yang multi currency cukup membantu memperkuat posisi keuangan perusahaan, terutama didalam rangka memenuhi kewajiban keungan kepada pihak-pihak lender di luar negeri.

Keuntungan lain dengan penerapan model analisis dan proyeksi keuangan ini adalah, dapat diketahui pula mengenai proyeksi statistik produksi dan operasi Garuda Indonesia, yang dapat di gunakan sebagal pedoman dalam penyusunan budgetlanggaran tahunan selama periode proyeksi tersebut. Disamping itu dengan penerapan model analisis dan proyeksi keuangan seperti ini, akan dapat di adakan simulasi terlebih dahulu sebingga diperoich alasan yang kual untuk memilih ?Fleet Plan? dengan kondisi yang paling baik dengan komposisi fleet yang menguntungkan.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Novijanto; Bambang Eko Priyanto
Abstrak :
ABSTRAK
industri penerbangan adalah suatu iridustri yang sangat padat modal, terutama untuk pengadaan armada (pesawat) yang harganya setiap tahun meningkat dengan tajam. Kenaikan harga tersebut disebabkan karena adanya tambahan tehnologi baru pada pesawat sehingga baik segi kenyamanan, keselamatan dan efi siensi pengoperasiannya.

Seiring dengan kenaikan harga yang sangat pesat tersebut maka kebutuhan dana yang diperlukan untuk pengadaan armada menjadi beban yang makin berat bagi perusahaan. Disisi lain keuntungan yang diperoleh industri penerbangan secara keseluruhan makin berkurang mengingat persaingan yang sangat tajam di industri penerbangan memaksa perusahaan untuk bersaing dalam harga sehingga marjin yang diperoleh makin tipis.

Dengan kondisi-kondisi tersebut di atas menjadikan hitungan untuk pengadaan armada menjadi makin komplek mengingat dana yang dipertaruhkan sangat besar dan jika terjadi kesalahan dampaknya bagi perusahaan sangat fatal karena seperti diketahui pada umumnya sebagian besar dana yang dimiliki perusahaan terserap di pesawat.

Dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pesawat baik karena adanya penggantian pesawat-pesawat yang telah tua maupun karena adanya kebutuhan untuk memenuhi pasar yang terus berkembang ada beberapa alternatif yang bisa dipilih oleh perusahaan antara lain : dengan pembelian yang dibiayai oleh hutang, dengan projek

finance, atau dengan menggunakan leasing baik operating lease ataupun financial lease.

Karya akhir ini berusaha untuk membandingkan alternatif antara membeli pesawat dengan leasing dengan tujuan untuk mencari biaya yang paling efisien bagi perusahaan.

Dari hasil analisa kami diketahui bahwa alternatif leasing secara finansial lebih menguntungkan dibanding dengan jika perusahaan harus membeli sendiri. Disamping keuntungan secara finansial, leasing juga memberikan keuntungan antara lain : off balance sheet (operating lease), menghindari loan covenant, tidak mengikat batas kredit dan masih ada beberapa keuntungan lainnya.
1995
T5224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Adi Putra S.
Abstrak :
PT.Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan nasional dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Departemen Perhubungan yang saat ini memberikan jasa pelayanan penerbangan ke beberapa kota di dalam negeri maupun penerbangan internasional. Dengan semakin gencarnya dorongan globalisasi khususnya di Indonesia, maka pemerintah sudah mengantisipasi dampak makro yang berhubungan dengan pertumbuhan perekonomian di dalam negeri sehingga timbul kebijakan penghapusan monopoli bagi Garuda Indonesia serta kebijakan Open Sky Policy yang membuka kesempatan bagi perusahaan asing urituk ekspansi memasuki wlayah Indonesia dan merubah struktur industri ke dalam pasar yang bersaing. Dalam bidang jasa perhubungan udara, dampak yang paling nyata adalah semakin kuatnya kompetisi persaingan dengan perusahaan-perusahaan penerbangan swasta baik yang berasal dan dalam negeri maupurt yang berasal dan luar negeri dalam melayani jalur-jalur penerbangan domestik maupun internasional. Kondisi ini merupakan pemicu bagi Garuda Indonesia untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan dalam mempertahankan bahkan meningkatkan pasarnya, serta agar mampu bersaing dengan para kompetitor. Strategi bisnis dan strategi pemasaran yang dibentuk merupakan hash analisa Iingkungan eksternal untuk mencari peluang dan menghadapi ancaman serta analisa lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaa relatif terhadap pesaing utamaflya, yang ditujukan kepada strateg fokus dan strategi bauran pemasaran (marketing mix) jasa angkutan udara. Disamping berusaha meningkatkan kualitas produk dan pelayanan, sebaiknya Garuda Indonesia juga meningkatkan kemampuan manajemennya dengan tujuan agar strategi pemasaran yang dibentuk dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kiat agar strategi tersebut berjalan dapat dicapai melalul : pemanfaatan sumber daya yang tepat untuk setiap jaririgan rute sehingga menghasilkan kontribusi yang maksimum yang berorientasi kepada pelanggan, peningkatan daya tank produk dan jasa untuk dapat meningkatkan pangsa pasar, konsistensi di dalam menjaga kualitas produk dan pelayanan, peningkatan efisiensi pada penyampalan produk dan jasa dengan fleet plan yang ramping, melakukan perubahan paradigma sumber daya manusia di segala bidang dan di segala lapisan agar tercipta manajemen yang efektif dan etisien, perwakilan setempat proaktif untuk mempertahankan dan menggali peluang bisnis di wilayahnya, dan sedikit investasi berupa advertising dan promosi untuk mempertahankan I meningkatkan pangsa pasar, serta pemantauan untuk mendapat umpan balik agar dapat clievaluasi dan digunakan untuk studi lanjutan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Nurcahyani
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prijastono Purwanto
Abstrak :
ABSTRAK
Saat ini PT Garuda Indonesia menghadapi persaingan yang semakin ketat, baik di pasar domestik maupun regional/internasional. Dari segi manajemen transportasi udara, Garuda memiliki beberapa alternatif alat yang strategis (strategic tools). Alternatif tadi dapat digunakan untuk membangun strategi bersaing yang dapat memberikan hasil pangsa pasar yang baik. Di antara alternatif alat strategis tersebut, yang paling dekat dengan bisnis ini (core business) Garuda adalah struktur rute dan armada pesawat terbang.

Suatu perusahaan penerbangan hams selalu menyesuaikan kapasitas angkutnya dengan perkembangan yang teijadi di pasar. Penlngkatan kapasitas angkut itu sendiri dapat dilakukan melalui cita cara, yaitu frekuensi penerbangan, baik pada rute yang sudah ada, atau dengan pembukaan rute barn untuk inemperhias wilayah pelayanannya. Agar operasi penerbangan pada suatu jaringan rute dapat mendatangkan keuntungan, maka perusahaan penerbangan perk memilili jenis pesawat yang paling sesuai untuk menerbangi rute yang mempunyth karakteristik tertentu.

Sampai tahun 1997, Garuda melakukan kerjasama dengan Merpati untuk menerbangkan penumpang Garuda ke tujuan-tuluan domestik yang tidak dilayani Garuda. Namun dewasa ini proses pemisahan operasi Merpati dan Ganada telah mencapai tahap akhir. Hal ini menjadikan Garuda perlu mengembangkan jaringan rute domestiknya sendiri untuk mendukung rute regional Asia dan Internasionalnya. Selain itu, Garuda juga perlu mengambil alih kendali atas kualitas dan daya tarik produknya di pasar domestlk. Untuk itu, Garuda harus menerbangi kembali domestiknya yang pada tahun 1988 pernah diserahkan ke Merpati.

Sebagai bahan pembahasan, studi ini memilih empat pasar penumpang sekunder, yaitu pasangan kota dengan tingkat permintaan di bawah 100.000 tempat duduk per tahun. Keempat pasar tersebut adalah pasangan kota Jakarta-Palu dan Jakarta-Kendari dltambah dengan pasangan kota Ujungpandang-Palu dan Ujungpandang Kendari. Struktur rute yang dibangun menghubungkan Jakarta dengan Palu dan Kendari dengan Ujungpandang sebagai kota persinggahan.

Untuk segmen rute Ujungpandang-Palu dan ujungpandang-Kendari, dari segi kapasitas dan waktu tempuh, jenis pesawat regional ternyata efektif untuk melayani tuntutan pasar. Dari segi kapasitas, penggunaan pesawat regional dapat menjamin ringkat load factor paling tidak 58.5%. Dari segi waktu tempuh, penerbangan dengan pesawat regional, walaupun bermesin turboprop namun dapat menghasilkan waktu tempuh yang kompetitif. Atas dasar hasil analisis tersebut, maka armada Garuda sebaiknya dilengkapi dengan sejumlah pesawat regional berkapasitas di bawah 100 seats untuk keperluan penetrasi ke pasar sekunder.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Setyopurnomo
Abstrak :
ABSTRAK Kecenderungan jangka panjang dari jasa angkutan udara selalu dipengaruhi dan konsisten terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun dunia penerbangan secara keseluruhan menunjukkan angka yang menggembirakan, pada dasarnya profitability perusahaan penerbangan adalah marginal. Perusahaan penerbangan mempunyai keterbatasan dalam gerakannya, antara lain karena peraturan pemerintah. Demikian pula persaingan antar perusahaan penerbangan sangat ketat dan keras karena sifat dari business tersebut. Perencanaan armada dengan metoda kuantitatif memerlukan data yang baik, relevan dan konsisten. Aspek yang penting dalam pembentukan model adalah pemilihan spesifikasi yang berdasarkan pada teori, empiris dan pertimbangan kepentingan pemakai. Metoda kualitatif dapat juga dipakai untuk merencanakan armada tetapi harus dilakukan dengan metoda yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan yang mempunyai armada . yang besar sudah seyogyanya memiliki Biro Perencanaan dan Pengembangan yang berfungsi dengan aktif dalam merencanakan armadanya. Dalam tiap divisi perlu dikembangkan bidang Reseach & Development untuk dapat mengantisipasi perubahan lingkungan dengan cepat, dan terkoordinasi dengan Pusat Perencanaan & Pengembangan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Sumantri
Abstrak :
ABSTRAK
Era globalisasl memberi dampak positlp atas pertumbuhan peranan transportasi udara dewasa ini rnaupun dimasa mendatang, dimana tingk.at pertumbuhan mencapai 6,6% per tahun. Pertumbuhan transportasl udara ini akan berdampak langsung pada pertumbuhan perawatan pesawat udara itu sendiri.

PT. Garuda Indonesia merupakan perusahaan penerbangan nasional Indonesia dengan fokus jalur penerbangan luar negri. Dalam mendukung kelancaraan operasional penerbangan pesawat udara Garuda Indonesia, Garuda Maintenance Facility (GMF) merupakan pusat perawatan pesawat udara Garuda Indonesia.

Dalam mengantlsipasi persaingan penerbangan yang semakin ketat, Garuda Miantenance Facility selalu berusaha untuk mengembangkan kapabilitas dan kapasitasnya. Hal ini telah dilaksanakan melalui perluasan hanggar dan fasilitasnya, serta peningkatan kemampuan dari para personelnya.

Jumlah personel Garuda Maintenance Facility telah mencapai 2981 pegawai dengan aneka ragam profesi. Jurnlah personel yang demikian besar rnerupakan asset perusahaan yang sangat vital yangakan menentukan masadepan perusahaan. Sumber Daya Manusia di Garuda maintenance Facility merupakan critical succes factor, yang harus dikelola, dibina dan dik.embangkan demi mas a de pan perusahaan. Garuda Maintenance Facility harus mampu untuk membina para personelnya untuk menjadi pegawai-pegawai yang profesional, yang memiliki kemampuan tinggi dalam perawatan pesawat udara dan komponennya. Tantangan untuk Gruuda Maintenance Facility tidak h~ya untuk perawatan pesawat udara yang dimiliki Garuda Indonesia, tapi juga pesawat-pesawat luar dalam rangka sebagai profit centre

Dalam upaya pembinaan para personelnya tersebut, Garuda Maintenance Facility harus mengadakan pembenahan yang serius khususnya pada hal-hal yang sangat rawan dibidang SDM. Hal-hal yang saat ini merupakan permasalahan utama dibidang SDM Garuda Maintenance Facility adalah tentang tidakadanyajenjang pegawai fungsional, Pola pendidikan dan latihan, sistim Production Planning & Control/PPC dan budaya kerja.

Fokus penekanan pada tulisan ini adalah tentang penyusunan jenjang karir fungsional, dimana melalui pengaturan pola ini maka akan termasuk pengaturan Pola pendidikan dan latihan, peningkatan produktifitas kerja yang (selanjutnya harus dikaitkan pada sistim PPC) dan budaya perusahaan serta sebagai sarana dalrun pembinaan dan motivasi pegawai yang efektif.

Jenjang karir jabatan fungsional di Garuda Maintenance Facility mencakup jabatan Teknisi, Inspector, Planner dan Engineer, yang secara organisatoris dibawahkan oleh pejabat struktural tapi sistim k.epangkatan berdasarkan profesinya dan tidak dibatasi oleh pejabat struktural yang membawahkannya. Sistim jenjang karir ini bersifat terbuka, dalam arti memungkinkan teljadinya perubahan profesi antara jabatan fungsional itu sendiri atau antara jabatan fungsional dan struktural.

Pembinaan jenjang karir fungsional ini merupakan upayastrateglsdibidangbisnis penerbangan. Tampaknya tidak akan pen1ah te:tjadi suatu perusahaan penerbangan akan memiliki keunggulan dari para pesaingnya dengan mengabaikan pembinaan sumber daya manusia.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Insan Nur Cahyo
Abstrak :
ABSTRAK Garuda Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa transportasi udara sekarang ini tengah menghadapi tingkat persaingan yang tajam, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Adanya deregulasi kebijaksanaan pemerintah di sektor perhubungan udara yang meliputi jetisasi perusahaan swasta nasional dan kebijaksanaan limited open sky semakin menambah tingginya persaingan. Persaingan juga diwarnai dengan perang tarif baik oleh maskapai penerbangan nasional maupun maskapai penerbangan asing, disamping adanya tuntutan penumpang terhadap layanan yang memuaskan dan maskapai penerbangan.

Agar bisa bertahan dan unggul dalam kondisi persaingan tersebut, tidak ada jalan lain bagi setiap airline untuk berusaha menjadi airline yang efisien (low-cost airline) untuk bisa memperoleh keuntungan yang wajar. Salah satu upaya yang ditempuh Garuda Indonesia dalam menghadapi persaingari tersebut adalah dengan melakukan pembenahan dalam jajaran armada. Perencanaan armada ditinjau kembali dengan tujuan untuk merampingkan jenis armada yang dimiliki dan melalui peremajaan armadanya.

Strategi pengadaan pesawat yang sebelumnya dilakukan melalui pembelian secara langsung, sekarang ini cenderung dirubah menjadi pembiayaan secara leasing dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja laporan keuangannya yang dimana pada tahun-tahun belakangan ini tidak menunjukkan hasil yang baik.

Oleh karena pengadaan pesawat melibatkan dana yang sangat besar dimana pembiayaannya dalam bentuk valuta asing maka Garuda Indonesia merencanakan untuk go publik di bursa internasional. Untuk kepentingan tersebut, maka Garuda harus mempunyai kinerja (performance) yang baik di mata para investor. Salah satu ukuran kinerja perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya yang berkaitan dengan aspek akuntansi.

Pembiayaan pengadaan pesawat dan sudut pandang lessee dapat dibedakan kedalam dua jenis, yaitu operating lease dan capital lease. Sehingga timbul permasalahan mengenai jenis leasing yang akan dipilih apabila dihubungkan dengan adanya tujuan untuk meningkatkan kinerja laporan keuangan.

Perlakuan akuntansi untuk setiap jenis leasing mempunyai perbedaan dalam hal pencatatan, pelaporan dan penyajiannya. Sehingga dampak ditimbulkannya juga akan berlainan. Dalam capital lease manfaat dan resiko yang terjadi dalam pemakaian pesawat berada pada lessee (subtance over form), sehingga aktiva leasing, kewajiban yang timbul, biaya bunga dan biaya penyusutan harus diakui dan disajikan dalam laporan keuangan.

Berbeda halnya dalam operating leasing, transaksi ini diperlakukan seperti halnya sewa menyewa biasa, sehingga hanya biaya sewa saja yang diakui dan dilaporkan. Sedangkan aktiva dan kewajiban tidak dilaporkan (off-balance sheet financing).

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dengan membandingkan perlakuan leasing terhadap kedua jenis leasing tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kinerja laporan keuangan dengan pendekatan akuntansi operating lease Iebih baik dibandingkan dengan capital lease. Namun demikan rnanfaat operating lease yang disebabkan off balance sheet financing tersebut tidak dapat dinikmati selama jangka waktu leasing akan tetapi dengan berlalunya waktu manfaat yang diperoleh semakin menurun dan akhirnya hal sebaliknya terjadi.

Dengan demikian para pemakai laporan keuangan baik pihak internal maupun eksternal harus berhati-hati dalam mengintrepretasi dan menilai kinerja laporan keuangan. Dengan harapan dapat digunakan sebagai salah satu dasar bagi pengambilan keputusan.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Prasetya
Abstrak :
ABSTRAK
Genderang perang harga yang dimulai oleh sejumlah maskapai penerbangan baru telah menyulut kegerahan maskapai-maskapai lainnya yang sudah sejak lama bermain di industri penerbangan nasionaL Kegerahan tersebut timbul karena adanya kekhawatiran dan maskapai-maskapaj penerbangan lama yang merasa takut kehilangan konsumennya oleh ulah masakapal-maskapal baru yang menetapkan harga yang sangat murah bahkan hingga mencapai batasan harga minimum INACA. Agar tidak tersisih dan persaingan, mau tidak mau maskapai-maskapaj penerbangan yang lama pun akhirnya ikut-ikutan menetapkan harga yang semurah-murahnya bagi konsumen. Akibatnya hampir seluruh maskapai penerbangan nasional saat ini ikut dalam perlombaan saling memperebutkan konsumeri dengan cara-cara yang dapat dikatakan sudah tidak sehat lagi. Fenomena seperti inilah yang menggambarkan persaingan di industri penerbangan nasional saat ini.

Untuk tetap bertahan di dalam persaingan seperti itu tidaklah mudah. Beban biaya operasional yang tinggi, ditambah dengan beban kurs mata uang rupiah terhadap dollar yang belum membaik, akan memberatkan kelangsungan hidup suatu maskapai. Star Air sebagai salah satu dan sekian banyak pemain baru sudah merasakan dampaknya. Beberapa rute penerbangannva sudah nilai tidak dioperasikan karena besamya beban biaya operasional yang tidak dapat ditutupi lagi dengan harga tiket yang diberlakukannya saat ini. Beratnya beban biaya operasional yang tinggi ini juga mulai dirasakan efeknya oleh Merpati dan Garuda. Kedua maskapal tersebut terpaksa harus menaikkan harga tiketnya akibat kenaikan harga premi asuransi pasca pemboman WTC. Padahal persaingan saat ini menuntut mereka untuk mengefisienkan segala bentuk biaya agar dapat memberlakukan harga yang kompetitif untuk beraing dengan maskapai lainnya.

Terlepas dari fenomena perang harga yang terjadi saat ini, langkah berani Pelita, Mandala, Bouraq, dan DAS dalam membentuk strategi aliansi untuk meminimalisir dampak persaingan harga tersebut, nampaknya perlu diacungi jempoL. Berbagai manfaat seperti efisiensi biaya dan peningkatan jumlah konsumen yang diperoleh keempat maskapai semakin mempertegas prospek yang menguntungkan dan strategi aliansi ini.

Melihat aksi rnaskapai-maskapai penerbangan nasional saat ini dengan berbagai macam strateginya mulai dari strategi perang harga sampai dengan strategi aliansi, maka pada karya akhir ini akan dibuat suatu usulan strategi aliansi yang melibatkan kerjasama dua maskapai penerbangan nasional, yaitu Merpati dan Garuda. Adapun maksud dari usulan ini adalah untuk menciptakan maskapai penerbangan nasional yang mempunyai daya saing di rute domestik dan internasional dalam rangka menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri penerbangan nasional.

Usulan strategi aliansi Merpati ? Garuda ini díbuat berdasarkan tiga tahapan analisis, yaitu analisis manajemen strategik, analisis pembentukan sinergi, dan analisis kesiapan internal perusahaan Pada analisis manajemen strategik dilakukan analisis untuk mengetahui competitive positions dan Lingkungan ekstemal perusahaan dalam rangka menyusun strategi aliansi yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing masing perusahaan. Kemudian, pada analisis pembentukan sinergi dibahas mengenai cakupan penghematan biaya dan peningkatan pendapatan yang dapat diperoleh, khususnya pada hal-hal yang berhubungan dengan pensinergian masing-masing rute penerbangan dan pemanfaatan secara bersama-sama fasilitas operasional dan resources yang dimiliki kedua maskapai. Terakhir, pada analisis kesiapan internal perusahaan dibahas tiga hal penting yang perlu dipersiapkan dalam menjalankan proses pembentukan aliansi tersebut, yaitu budaya dan struktur perusahaan, sistem administrasi dan informasi, dan kualitas jasa pelayanan penerbangan.

Dari hasil ketiga analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa aliansi Merpati ? Garuda akan memberikan dampak positif bagi kedua maskapai. Adapun dampak positif yang dimaksud adalah tercapainya penghematan biaya operasional dan meningkatnya pendapatan perusahaan dan kegiatan usahanya. Dan kedua dampak positif tersebut, balk Merpati maupun Garuda, kini dapat bersama-sama meningkatkan kual itas dan kuantitas pelayanannya untuk kemudian memantapkan posisinya dalam persaingan di industri penerbangan nasional.

Untuk melengkapi usulan strategi aliansi yang telah dibuat tersebut, maka pada bagian akhir dan karya akhir inI diberikan beberapa saran untuk mendukung keberhasilan strategi aliansi Merpati ? Garuda. Adapun saran-saran tersebut dimaksudkan agar usulan strategi ini nantinya dapat benar-benar diaplikasikan ke dalam strategi perusahaan dan memberikan benefit jangka panjang yang sesuai dengan tujuan semula dan pembentukan strategi aliansi, yaitu untuk meningkatkan daya saing maskapai penerbangan nasional baik pada rute domestik maupun intemasional.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maramis, Eddy; Syahnun
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalah harga. Tidaklah tnudah untuk menetapkan suatu strategi penentuan barga. Kesalahan umum yang sering teiadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehingga untuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelas ekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomi sehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulang pokok bahkan tidak clapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasi kepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek. Kebijakan barga juga dapat merupakan saLah satu senjata yang tersedia bagi manajer untuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untuk bauran produk berdasarkan produk uni, diferensiasi, dan lain-lain.

Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh fakior eksternal yaitu IATA (International Air Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordinasikan penetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yang dimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yang ada.

Didalam perulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasa angkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalab rute Jakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia.

Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesia, dipilib disini karena sumber permintaan pasar Jakarta - Singapura adalab berasal clad Indonesia dan Garuda Indonesia menguasal pangsa pasar yang terbesar, yaitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarik adalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misi yang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitu melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintab di bidang pembangunan dan ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa perigangkutan udara dan bidang Lainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi pada bisnis karena misi yang diembannya tersebut.

Lingkup strategi penetapan barga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanya pada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dan kelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar, kualitas produk; analisis atas misi, tujuan, strategi barga yang tepat; seda ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemerintab yang akan meningkatkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar. Telab dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarab operasional Garuda Indonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergi dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesia seperti: strategi penetapan barga, pangsa pasar GA dan STA, dan nilai kurs dollar Singapura. Ditemukan bahwa ada dua cara strategi barga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dan kedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi dan pulang.

Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi barga dengan pemberian reduksi akan menurunkan pendapatan Ganada sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 11,5%. Sedangkan bila dilakukan strategi inenaikan barga, maka pendapatan Garucla akan tunan lebih sedikit yaitu 7,9% tetapi pangsa pasar Garuda akan turun drastis 28%.

Pacla sektor Singapura - Jakarta, strategi barga dengan pemberian reduksi akan menurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%. Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%, dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%.

Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta - Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. fiai ini cukup logis kareria sebagian besar penumpang melakukan peijalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata. Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapi sensitif terhadap penurunan harga.

Dengan mengetahui hat ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitas strategi bisnis Ganada dalam melakukan aictivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalah untuk tneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapat dilakukan strategi kenaikan barga. Jika obyckiif dan strategi barga adalah untuk memperbesar pangsa pasar, maka sebaiknya Garuda metakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasar tersebut.

Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Ganada akan memiliki citra yang balk bagi penumparig. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangka panjang akan tercapal. Jadi keuntungan yang akan diperoleb Garuda adalah keuntungan untuk jangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing dan mudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu, maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yang terkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan harga yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan strategi harga bundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisata untuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumen Jakarta-Singapura bertujuan untuk wisata termasuk dengan penerbangan lanjutan dan sebagian dikombinasikari dengan bisnis.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>