Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudista Atmaji, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi data terus berkembang dengan pesat, saat ini teknologi informasi memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi dan sharing informasi tentang pelanggan, produk dan proses segera ketika dibutuhkan. Beberapa contoh aplikasi yang mengintegrasikan antara teknologi informasi dan telekomunikasi seperti :internet, automatic teller machine (ATM), reservasi tiket pesawat.

Disamping itu, sector lain yang tidak kalah menarik adalah industri televisi dan hiburan (multimedia) dengan permintaan sebelumnya hanya peningkatan jumlah kanal dan kualitas gambar yang saat dapat dilayani melalui kabel (TV cable) berkembang menjadi TV digital dan TV interaktif seperti video on demand dan pay per view TV.

Dengan memanfaatkan media transmisi saluran digital berkapasitas besar (broadband access) yang sudah ada, timbul konvergensi an tara telekomunikasi (suara), computer (computing) dan industri televise hiburan (entertainment) yang akan terus berkembang mengikuti kebutuhan pelanggan yang tidak terbatas.

Industri telekomunikasi di Indonesia berkembang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia yang semakin terbuka dan be bas, sehingga Pemerintah pada tahun 1999 mengeluarkan Undang-Undang Telekomunikasi No.36 tahun 1999 yang berlaku efektif tanggal 8 September 2000, untuk menggantikan Undang-Undang Telekomunikasi No.3 tahun 1989, Undang-Undang baru tersebut bertujuan untuk mendorong efisiensi pada sector telekomunikasi dan kualitas layanan yang lebih baik dan menjabarkan hal-hal prinsip dari reformasi di bidang telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, provisi bagi investor baru serta peningkatan yang luas dari struktur persaingan industri telekomunikasi.

Potensi yang tersimpan dalam industri telekomunikasi dan komunikasi data adalah sangat besar. Pengembangan produk dan jaringan tetap dilaksanakan oleh perusahaa-perusaahaan agar ketika krisis tersebut berakhir dan daya beli perusahaan yang semakin baik permintaan untuk produk dan jasa telekomunikasi akan meledak dan hampir semua perusahaan membutuhkan sarana telekomunikasi, dan informasi data.

Untuk menunJang bisnisnya sebagai perusahaan listrik, PLN telah membangun, mengopersikan dan memelihara infrastruktur telekomunikasi sendiri, yang terdiri dari kabel bertegangan, jaringan radio microwave, dan sejak 1994 mengembangkan jaringan broadband fiber optik digital. Sistem telekomunikasi ini digunakan untuk komunikasi internal dan transmisi data bagi keperluan operasi tenaga listrik PLN di pulau Jawa.

Sampai akhirnya pada tanggal 3 Oktober 2000 berdirilah PT Indonesia Comnet Plus sebagai anak perusahaan dari PT PLN (Persero). ICON+ didirikan untuk mendukung perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi di Indonesia.

Pada karya tulis ini, dicoba untuk mengembangkan strategi pemasaran saat ini bagi PT Indonesia Comnet Plus (ICON+) yang bergerak di dalam industri jasa komunikasi data dan. informasi teknologi. Analisa strategi itu dimulai dari analisa eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada di industri ini. Kemudian, analisa internal perusahaan digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Kemudian hasil dari analisa internal dan ekstemal tersebut diselaraskan melalui analisa TOWs yang hasilnya akan diseleseksi menggunakan matriks QSPM.

Pada karya tulis ini, strategi yang paling atraktif adalah strategi penetrasi pasar untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas dan peningkatan penjualan.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis moneter telah menurunkan pasar industri otomotif hingga lebih dari 20% dibandingkan sebelum krisis moneter. Namun pada tiga tahun terakhir pergerakan pasar pada industry otomotif ini telah menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Industri otomotif ini mengalami peningkatan sebesar 6.14% pada periode 2001-2002 dan meningkat sebesar 11.32% pada periode 2002-2003. Peningkatan pangsa pasar industri otomotif ini, juga diikuti oleh peningkatan jumlah pemain dalam industri ini. Pada saat ini terdapat 17 ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) dengan 28 merek mobil. Banyaknya ATPM dan merek mobil ini akan membuat persaingan dalam industri otomotif ini menjadi sangat ketat. Kondisi seperti ini menyebabkan para pemain dalam industry otomotif harus memberikan kualitas produk yang terbaik dan kualitas pelayanan yang profesional untuk konsumen.

Pada saat ini kepuasan pelanggan (customer satisfaction) telah menjadi indikator yang sangat penting. Meskipun demikian masih banyak perusahaan yang kurang memberikan perhatian terhadap kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat berusaha secara unggul agar dapat meraih sukses di dalam kompetisi global, dimana konsumen memiliki pilihan yang semakin banyak dan kekuatan tawar menawar (bargaining power) yang semakin kuat. Perusahaan yang berfokus pada kepuasan pelanggan akan memenangkan persaingan karena mereka bisa memberikan nilai yang unggul kepada pasar sasarannya.

Untuk mengetahui apakah perusahaan telah memberikan kepuasan yang tinggi kepada pelanggannya, dibutuhkan suatu penelitian mengenai tingkat kepuasan pelanggan. Informasi yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan tingkat kepuasan pelanggan serta sebagai bahan masukan dalam penyusunan strategi peningkatan kepuasan pelanggan dan kinerja perusahaan secara umum.

PT Astra Daihatsu Motor merupakan salah satu divisi otomotif PT Astra Intemasional Tbk yang memproduksi dan menjual kendaraan Daihatsu, komponen dan bisnis lainnya yang berhubungan dengan merek Daihatsu. PT Astra Daihatsu Motor memiliki komitmen yang tinggi dalam memberikan kualitas produk dan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya. Komitmen terhadap kualitas tersebut dituangkan dalam dimensi kualitas produk, kualitas pelayanan purna jual dan jaringan penjualan yang luas dimana ketiga dimensi tersebut selalu berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif tentang tingkat kepuasan pelanggan dan analisis strategi dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelanggan sudah cukup puas terhadap kualitas produk dan proses pengirimannya, yang disurvai melalui DVSDS (Daihatsu Vehicle Sales and Delivery Survey), yang tercermin dari nilai CSI sebesar 78.94. Sedangkan untuk kualitas pelayanan purna jual, yang disurvai melalui DPSS (Daihatsu Parts and Service Survey), menyatakan bahwa pada umumnya pelanggan Daihatsu sudah cukup puas dengan produk dan pelayanan yang diberikan perusahaan dengan nilai CSI sebesar 77.59. Namun nilai tersebut masih berada dibawah yang ditargetkan oleh perusahaan yaitu 80, sehingga perusahaan masih harus meningkatkan nilai pencapaian tersebut.

Pada survai DVSDS terdapat empat elemen kepuasan pelanggan yang memiliki tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi (nilai CSI diatas 80) yaitu keramahan dan kesopanan wiraniaga, lokasi ruang pamer, keseluruhan penanganan wiraniaga, pengetahuan dan penjelasan wiraniaga tentang produk. Sedangkan elemen yang memiliki tingkat kepuasan pelanggan terendah adalah penjelasan jaminan/garansi, penjelasan dan demonstrasi peralatan pada kendaraan, penjelasan tentang bengkel dan suku cadang. Sedangkan tiga elemen terpenting menurut pelanggan adalah keseluruhan penanganan wiraniaga, keramahan dan dan kesopanan wiraniaga dan ketepatan janji wiraniaga selama proses penjualan.

Pada survey DPSS terdapat enam elemen kepuasan pelanggan yang memberikan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi (nilai CSI diatas 80) yaitu lokasi bengkel, ketuntasan perawatan/ perbaikan saat pertama kali masuk bengkel, keramahan dan kesopanan petugas bengkel, kenyamanan dan kebersihan bagian bengkel dan suku cadang, penampilan petugas bengkel, perhatian petugas bengkel terhadap keluhan. Sedangkan elemen yang dianggap memberikan kualitas yang kurang baik adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan, penjelasan petugas bengkel mengenai jaminan pekerjaan, kewajaran harga suku cadang asli dibandingkan dengan kualitas suku cadang bergaransi, kebersihan kendaraan setelah perawatan / perbaikan, kewajaran ongkos kerja dibandingkan dengan kualitas yang bergaransi. Selain itu tiga elemen terpenting yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah perhatian petugas bengkel terhadap keluhan / kebutuhan pelanggan, kecepatan penyelesaian pekerjaan, dan penjelasan petugas bengkel tentang perawatan / perbaikan yang akan dilakukan dan biayanya.

Untuk dapat meningkatkan kepuasan pelanggan PT Astra Daihatsu Motor menerapkan strategi-strategi yang berkaitan dengan strategi pengembangan produk, strategi pemasaran, dan strategi peningkatan image dari Daihatsu. Strategi-strategi tersebut temyata mampu meningkatkan nilai CSI pada periode berikutnya. Peningkatan tersebut harus ditunjang oleh usaha dalam mencapai target yang lebih baik.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gideon
Abstrak :
ABSTRAK
Proses pembuatan keputusan pada konsumen merupakan suatu misteri yang sangat menarik untuk diteliti, keputusan demi keputusan terkadang tidak dapat diprediksi sesuai dengan teori yang ada, hal ini terjadi hampir di semua produk seperti halnya yang terjadi pada industri susu. Industri susu secara spesifik juga mempunyai konsumen-konsumen yang mempunyai perilaku bermacam-macam. Sejalan dengan perkembangan penduduk dan kemudahan informasi yang diperoleh pada saat ini temyata baik langsung ataupun tidak langsung membawa pengaruh pada naiknya konsumsi susu di Indonesia. Hal ini bisa merupakan bukti bahwa tingkat edukasi seseorang dan juga gaya hidup dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengkonsumsi produk.

Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel, faktor-faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam tiap faktor di dalam tiap tahap pembuatan keputusan konsumen dalam pembelian susu. Tingkat signifikansi tiap tahap terhadap tahap yang lain juga diukur untuk mengetahui efektifitas tahapan pengambilan keputusan dalam konsumen pengkonsumsi susu. Perbandingan juga akan dilakukan pada beberapa karakteristik konsumen untuk melihat perbedaan pengaruh dari tiap atribut, tiap faktor dan tahapan pada proses pengambilan keputusan dalam pembelian susu.

Model yang dipakai penelitian ini adalah model proses pembuatan keputusan yang banyak dipakai di dalam bahan-bahan pembelajaran mata kuliah pemasaran, dimana terdapat lima tahapan proses sebelum konsumen melakukan pembelian yaitu Problem Recognition, Information Search, Alternative Evaluation, Purchase Decision, dan Post Purchase Evaluation. Hanya empat tahapan awal yang akan dibahas pada penilitian ini

Model pembuatan keputusan disusun berdasarkan kumpulan dari beberapa referensi karena penelitian ini tidak memakai suatu merek tertentu sebagai bahan referensi yang dioleh menggunakan Analisis Faktor secara bertingkat dan Analisis regresi sehingga dapat diketahui masing-masing pengaruh dari variabel yang diteliti terhadap faktor yang berhubungan dan pengaruh dari faktor-faktor yang ada terhadap tahapan yang berhubungan. Langkah terakhir adalah melihat hubungan tiap tahapan yang ada untuk memastikan perilaku konsumen di dalam pembuatan keputusan pembelian.

Responden yang diteliti adalah warga Kelapa Gading dimana didapatkan 111 orang berpartisipasi di dalam pengisian kuisioner yang disediakan, dimana pada pengolahan data didapatkan hasil bahwa perilaku responden pria dalam pembuatan keputusan tidak mempunyai alur yang jelas dan terputus pada tiap tahapannya sedangkan responden wanita memberikan gambaran bahwa proses pembuatan keputusan pada wanita lebih teratur dan berhubungan pada tiap tahapannya.

Kelompok responden lain yang diteliti adalah pada tingkat pendidikannya, dimana didapatkan bahwa responden berpendidikan SLTA tidak mempunyai alur yang jelas di dalam proses pembuatan keputusannya, untuk responden berpendidikan D3 memiliki awal pembentukan motivasi yang baik pada tahapan Problem Recognition yang dihubungkan dengan pembentukan persepsi pada tahapan Information Search, namun setelah itu proses tidak berlanjut dengan baik sehingga alur yang dimiliki menjadi tidak jelas. Pada responden berpendidikan S1 memiliki alur yang paling baik, dimana tahap demi tahap mempunyai hubungan yang kuat, sedangkan reponden berpendidikan S2 dalam pembentukan motivasi di tahapan Problem Recognition tidak berhubungan dengan pembentukan persepsi di tahapan Information Search namun setelah itu hubungan tercipta dengan alur yang sangat baik, dimana tahap demi tahap mempunyai hubungan yang kuat.

Kelompok lain yang diteliti adalah menurut jenis susu yang dikonsumsi, dari pengolahan data didapatkan responden yang mengkonsumsi susu kental manis tidak mempunyai alur yang baik, dimana tahap demi tahap tidak mempunyai hubungan yang kuat. Selanjutnya responden yang mengkonsumsi susu bubuk dimana pada awal pembentukan motivasi di tahapan Problem Recognition tidak mempunyai hubungan yang kuat dengan pembentukan persepsi di tahapan Information Search namun tahapan selanjutnya menunjukkan adanya alur yang baik, dimana tahap demi tahap mempunyai hubungan yang kuat. Sedangkan responden yang mengkonsumsi susu cair juga tidak mempunyai alur yang baik, meskipun pada pembentukan persepsi di tahapan Information Search tetjadi hubungan dengan pembentukan sikap di tahapan Alternative Evaluation, namun hasil pembentukan sikap tidak berhubungan dengan integrasi pemikiran dalam memutuskan pilihan pembelian.

Proses pembuatan keputusan merupakan hal yang harus diketahui oleh produsen dan khususnya marketer karena dari sinilah dapat diketahui kegiatan pemasaran yang efektifyang dapat menjangkau tiap segmen secara tepat dan pemikiran-pemikiran heuristic apa saja yang harus diantisipasi oleh marketer agar program pemasarannya berhasil.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Irfan
Abstrak :
ABSTRAK
Real Estate Bumi Serpong Damai (BSD) yang terietak di Barat kota Tangerang saat ini menghadapi persaingan yang sangat kompetitif dengan banyaknya pengembang menawarkan produk perumahannya di wilayah Tangerang. Pengembang tersebut masuk dengan menawarkan pemukiman dengan skala kota dan konsep kota yang beraneka ragam pula. Tingkat persaingan yang cukup tinggi ini menyebabkan pesaing banyak menawarkan produk dengan harga murah. Pembeli juga mempunyai banyak altemative pilihan yang lebih banyak hingga ada tuntutan akan perumahan dengan fasilitas dan kondisi lingkungan yang lebih baik.

Adanya peraturan pemerintah mengenai lingkungan berimbang juga merupakan hal yang harus dipertimbangkan mengingat selama ini segmen pasar yang dituju oleh Bumi Serpong Damai merupakan multi segmen dimana pengembangan rumah cenderung dialokasikan kepada perumahan segmen menengah keatas.

Analisa SWOT yang dilakukan mengidentifikasikan adanya peluang untuk merebut pasar segmen menengah kebawah disertai dengan kemampuan perusahaan untk membangun dan mengembangkan perumahan untuk segmen tersebut dengan fasilitas yang disesuaikan. Ancaman ada pada segmen menengah ke atas dimana daya serap untuk segmen tersebut mengalami penurunan yang tajam sebagai akibat penurunan daya beli konsumen. Terbatasnya kredit sector konstruksi bagi pengembang merupakan ancaman perusahaan dalam pembiayaan. Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa real estate Bumi Serpong Damai mempunyai kekuatan seperti reputasi sebagai pengembang kota mandiri pertama, luas lahan yang cukup besar. Lingkungan yang ramah dan fasilitas kota yang sangat lengkap. Kelemahan yang cukup menonjol dibandingkan Kompetitor adalah akses ke perumahan yang sering teijadi kemacetan, promosi yang tidak terarah, dantidak fokusnya manajemen Bumi Serpong Damai dalam membangun produk perumahan.

Alternatif-alternatif strategi didapatkan dengan menggunakan matriks- TWOS yang mencocokkan peluang atau ancaman yang ada dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki BSD. Dari alternatif-alternatif strategi tersebut akan dipilih strategi bersaing dengan menggunakan matriks perencanaan strategi secara kumulatif (QSPM). Pengembangan lahan baru untuk pembangunan rumah sederhana mempakan salah satu strategi yang dapat dipertimbangkan untuk menarik minat pembeli dari kalangan segmen menengah kebewah. Untuk rumah sederhana bagi segmen tersebut pembangunan rumah dengan tipe kecil dilokasi baru dapat memberikan keunggulan bersaing dalam harga mengingat harga tanah di lokasi BSD berada masih relatif lebih murah dibandingkan lokasi perumahan pengembang lainnya yang semakin terbatas dan mahal. Memfokuskan pengembangan dan pembangunan rumah sederhana dapat dijadikan strategi perusahaan dalam mengantisipasi pergeseran pasar pembelian rumah dimana pertumbuhan daya serap rumah sederhana tersebut cukup pesat dibandingkan rumah menengah keatas.

Penyediaan mmah sederhana dan sangat sederhana harus dilakukan dengan ikut memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah yang menjadi pengawas dalam pengelolaan perumahan nasional. Menurunnya suku bunga Kredit Perumahan Rakyat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki rumah sehingga BSD perlu memikirkan lebih lanjut temtama mengenai system pembelian agar semakin mudah.

Selain itu usaha meningkatkan inovasi, infrastruktur, fasilitas, dan lingkungan yang berkualitas harus disertai dengan media promosi yang tepat dan efektif . Sehingga memberikan kesan bagi konsumen terhadap rasa nyaman dan benar-benar menciptakan sebuah kota mandiri yang lengkap merupakan hal yang sangat penting mengingat semakin kompetitifnya tingkat persaingan di dalam bisnis real estate. Karena dengan usaha tersebut maka kebutuhan konsumen terhadap sebuah konsep kota mandiri akan terpenuhi.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Rohadi Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK PT Astra International Tbk - Isuzu Sales Operation (PT AI-ISO) merupakan jembatan PT Pantja Motor dan pelanggannya, melaksanakan distribusi, penjualan, layanan purna jual clan servis bagi Isuzu di Indonesia. Produk Isuzu yang ditawarkan meliputi: Isuzu Panther, Isuzu Elf (light truck), Borneo (medium truck), dan C-Series (CBU truck). Sebelum krisis, pasar mobil pick-up di Indonesia sempat mencapai angka 6.000 unit per tahun. Pada saat krisis pasar mobil ini merosot tajam dan baru mulai pulih pada tahun 2002 setelah pasar bebas AFTA diberlakukan. Persaingan yang ketat di dunia otomotif melahirkan ban yak hal baru termasuk model kendaraan. Salah satu contoh model terbaru adalah mobil kabin ganda (pick up double cabin). Pasar mobil kabin ganda berpenggerak empat roda (4 x 4) yang di Indonesia dipelopori Ford Ranger 4 x 4 pada bulan Maret 2002 kini semakin ramai. Kemudian disusul Mitsubishi L200 Strada, Mazda B2500 dan Nissan Frontier. Pada tahun 2004 pasar mobil ini diperkirakan sekitar 4.000 unit. Pengembangan model I produk baru merupakan bagian dari strategi pasar. Ketika satu jenis mobil begitu laku di pasaran, produsen lain akan meluncurkan produk sejenis. Melihat adanya peluang tersebut, PT Pantja Motor selaku ATPM Isuzu bersama PT AI-ISO meluncurkan Isuzu D-Max. Isuzu D-Max resmi hadir di tanah air pada tanggal 17 Juli 2003 di Jakarta. Belum lama ini, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang telah tertuang dalam PP Nomor 43 Tahun 2003 tentang Pajak Penjualan Barang Mewah (PPt1-BM) untuk mobil berkabin ganda sebesar 20%. Hal ini tentu saja berpengaruh bagi perusahaan dalam menjual produknya, terutama di saat daya beli masyarakat masih belum pulih. Dengan adanya kenaikan PPn-BM ini, perusahaan tidak bisa mempertahankan harga penjualan yang lama dan mulai melakukan penghitungan kembali untuk menentukan harga jual yang baru. Kebijakan ini diberlakukan pemerintah justru pada saat mobil kabin ganda ini disukai oleh masyarakat Indonesia, kendati mobil ini tidak difungsikan secara maksimal. Dengan mencermati persaingan di pasar otomotif yang semakin ketat, maka focus studi pada karya akhir ini adalah menganalisa dan mengusulkan strategi bersaing bagi PT AIISO dalam memasarkan Isuzu D.-Max berdasarkan keunggulan produk dan layanan purna jual. Dari basil penelitian ini menggambarkan persaingan di pasar mobil kabin ganda di Indonesia. Penerapan strategi bersaing yang tepat bagi PT AI-ISO dalam rangka memasarkan produk baru mereka yaitu Isuzu D-max diharapkan akan menghasilkan pengembangan dan penguasaan pasar yang meningkat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Widyadi, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Industri perbankan Indonesia masih sangat potential untuk berkembang di tengah persaingan yang semakin ketat terutama dengan hadimya pemodal asing yang membeli beberapa Bank lokal. Setelah sempat mengalami pertumbuhan negative selama krisis ekonomi pada tahun 1998, kini industri perbankan telah kembali mencatat pertumbuhan positif yang cukup pesat.

Untuk dapat bersaing dalam industri ini, setiap Bank harus memiliki modal yang kuat yang mana ditunjukkan dari nalai CAR (Capital Adequacy Ratio). Selain dari ketentuan modal tersebut, Bank harus didukung oleh COF (Cost of Fund) yang murah serta peningkatan LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sehat agar dapat bersaing dengan perbankan lain. Hal ini tentunya merupakan tantangan yang tidak mudah yang harus dihadapi oleh setiap Bank, dimana setiap perusahaan berlomba-lomba untuk merebut dan menata komposisi DPK (Dana Pihak Ketiga) berupa Giro, Tabungan, dan Deposito agar memiliki COF yang paling kompetitif. Sedangkan dari segi LDR, dengan masih lemahnya sektor sektor riil yang Bank berlomba untuk masuk ke pasar kredit konsumtif seperti KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan KPM (Kredit Pemilikan Mobil) yang dianggap memiliki prospek yang cukup baik dan resiko yang lebih rendah daripada kredit Korporasi.

Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan proses identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah yang mayoritas didominasi oleh pedagang dari Bank Jasa Jakarta dalam pengambilan keputusan untuk menitipkan dananya di Bank sekaligus melakukan peminjaman jenis fasilitas kredit konsumtif. Setelah dilakukan proses identifikasi, maka dapat dilakukan analisa dan menarik kesimpulan mengenai altematif strategi pemasaran yang perlu dikembangkan di kemudian hari khususnya dalam rangka meningkatkan komposisi simpanan giro dan nilai kredit konsumtif di masa mendatang.

Melalui proses analisa dan pembahasan, tampak bahwa PT. Bank Jasa Jakarta yang telah saat ini sudah berusia 20 ( dua puluh) tahun pada tahun 2004 memiliki peluang yang baik untuk senantiasa bersaing dengan perbankan lain. "Modal utama" yang dimiliki adalah kinerja keuangan yang baik dan transparansi perihal penyebaran informasi mengenai kinerja keuangan tersebut kepada nasabah. Sehingga pada akhimya dapat menunjang strategi untuk terus menjaring dana pihak ketiga (DPK) dari nasabah. Sedangkan fitur dalam produk simpanan giro perlu dimodifikasi untuk: lebih mengakomodasi needs dan wants dari nasabahnya yang mayoritas pedagang berupa tranfer antar Bank melalui mesin ATM (automatic teller machine). Penambahan jumlah kantor cabang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan tersebut.

Sedangkan dari segi kredit konsumtif, kerjasama dengan broker rumah dan dealer mobil perlu terus ditingkatkan dan dipublikasikan melalui iklan di media massa. Strategi ini perlu dijalankan terus menerus secara konsisten agar dapat meningkatkan market share kredit tersebut di tengah persaingan yang ketat dikemudian hari. Saat ini kerjasarna yang telah di-iklankan melalui media cetak yang terbaru yaitu kerjasarna dengan main dealer Honda, PT. Imora Motor untuk pemasaran Honda Accord dan dealer Mercedes Benz, PT. Dipo Motor untuk paket "Honeymoon and Wedding Package". Untuk media cetak dan elektronik, seperti telah digencarkan iklan di surat kabar Kompas pada saat akan dilaksanakan kerjasama dengan salah satu pihak dealer atau broker rumah, serta dipasang iklan di radio Sonora dan Carawala yang diharapkan dapat menjangkau masyarakat luas.

Dalarn perkembangannya, strategi ini perlu dipantau dan kemudian dievaluasi keberhasilannya, karena tentunya selera konsumen selalu berubah dari masa ke masa akibat perkembangan teknologi. Perubahan selera tersebut sudah pasti menuntut perusahaan untuk dapat mengembangkan strategi pemasaran yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi terkini berupa SMS Banking, Internet Banking, dll. Ada kemungkinan strategi ini berkembang untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada nasabah.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Hapsari Suryani
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang dimulai pada akhir tahun 1997, banyak terjadi perubahan-perubahan pada industri khususnya industri telekomunikasi. Salah satunya adalah penjualan saham INDOSAT sebagai operator telekomunikasi Indonesia yang mendapatkan minat yang cukup besar pada proses penjualannya. Terjadinya peningkatan pertumbuhan industri telekomunikasi menjadi 7,4 persen menunjukkan adanya penggunaan sektor telekornunikasi sebagai sarana penunjang dunia usaha di Indonesia dimana seiring juga dengan pertumbuhan perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan multinasional yang membutuhkan sarana telekomunikasi dalam berhubungan dengan pihak luar maupun antar cabang-cabangnya Melihat potensi pasar industri telekomunikasi khususnya komunikasi data ini ditunjang juga dengan adanya deregulasi dari industri telekomunikasi mebuat semakin terbukanya peluang bagi investor luar maupun investor lokal untuk ikut terjun ke industri ini.

Dengan terbukanya peluang di industri telekomunikasi ini menyebabkan semakin tingginya persaingan di industri ini. Salah satu tolak ukur bagi pelanggan untuk memilih penyelenggara komunikasi data diukur berdasarkan tingkat kepuasan dari pelanggan yang rata-rata adalah perusahaan small-medium enterprise sampai dengan perusahaan enterprise itu sendiri. Guna untuk memperoleh faktor kepuasan pelanggan tersebut diperlukan strategi pemasaran yang tepat sasaran dimana orientasinya adalah pada pelanggan (customer oriented). Sebagai perusahaan jasa, PT. XYZ memiliki strategi pemasaran yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods. Dalam melakukan penelitian ini, penulis mencoba untuk mengidentifikasi penemuan masalah-masalah yang akan menjadi penghambat perusahaan dalam melakukan penetrasi pasar khususnya dalam bersaing di industri komunikasi data ini.

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan pengambilan data sekunder yang diperoleh dari data-data internal perusahaan ditambah dengan data literatur yang diperoleh dari internet maupun data laporan keuangan perusahaan persaing. Terkait dengan analisis yang dilakukan penulis yaitu dengan menggunakan analisis 3C yaitu competitor, customer dan corporate, maka perlu untuk mengetahui besar potensi pasar industri komunikasi data ini dimana potensi pertumbuhan pasar sebesar 35 persen dan perkiraan pendapatan sebesar 5 persen menunjukkan bahwa pasar tersebut memiliki potensi besar untuk dapat digarap. Dengan mengacu pada tiga produk utama dari PT. XYZ yaitu Frame relay, VSAT dan VPN IP diperoleh data mengenai posisi produk-produk tersebut relatif terhadap kompetitornya dengan menggunakan analisis portofolio produk (Boston Consulting Group). Hasil analisis ini menunjukkan .posisi Frame relay pada star dimana kedua produk lainnya pada posisi question mark Mengingat pada produk Frame relay yang merupakan produk sejak tahun 1996 perlu dipertimbangkan kedua produk lainnya sebagai produk pengganti yang akan berada di posisi star. Analisis Product Life Cycle dari ketiga produk tersebut menunjukkan bahwa ketiganya masih menempati posisi produk growth dimana pada posisi ini perusahaan perlu menfokuskan pada strategi Segmenting Targeting Positioning (STP) serta strategi bauran pemasaran dari setiap produk tesebut. Dengan melihat PT. XYZ sebagai perusahaan jasa, maka digunakan analisis bauran pemasaran 8 P dimana 4 P lainnya adalah faktor People, Productivity and Quality, Process dan Physical evidence. Saat ini perusahaan tidak membedakan secara signifikan untuk strategi bauran pemasaran ketiga produk tersebut. Perbedaan yang terjadi adalah pada fitur- fitur yang diberikan pada setiap produk.

Setelah dilakukan analisis strategi pemasaran pada ketiga produk tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa PT. XYZ melakukan perbedaan di pasar komunikasi data dengan memberikan total solusi end-to-end bagi pelanggannya yang merupakan perwujudan dari positioning produknya. namun terkait dengan segmeming yang dilakukan perusahaan yaitu pada segmen industri perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap SIP ini dengan memperhatikan juga pada faktor pendekatan terkait produk (product-related approaches). Sedangkan jika melihat pada ketiga produk yang dijalankan perusahaan selama ini, produk VPN IP dengan tingkat life cycle yang sangat tinggi memerlukan pendekatan yang lebih spesifik khususnya pada faktor proinosi dan edub.si dimana produk ini masih merupakan produk yang baru bagi pasar. Secara keseluruhan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah pada proses delive1y produk yang masih rendah tingkat kepuasannya jika dilihat dari hasil survey terhadap pelanggan-pelanggan PT. XYZ. Peningkatan pada proses delive1y serta peninjauan ulang terhadap program pemasarannya diharapkan dapat menjadikan PT. XYZ sebagai perusahaan komunikasi data yang terbesar di Indonesia.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. G. Retno Tyas Pranarti
Abstrak :
ABSTRAK
Semakin maraknya media yang tumbuh di Indonesia sebagai akibat longgarnya regulasi pemerintah dalam pemberian izin penerbitan memacu kompetisi yang semakin ketat dalam dunia media di Indonesia terutama media cetak. Kondisi ini mendorong perusahaan penerbit hams semakin fokus dan tajam melihat peluang target pasar yang dibidik serta materi atau isi media yang variatif dan tepat sasaran. Femina sebagai salah satu media segmented untuk wanita aktif yang menjadi market leader di Indonesia juga menempuh berbagai cara untuk bertahan dan berkembang. Femina mengembangkan pemasaran yang bukan hanya berhenti pada transaksi saja, tetapi juga membina suatu hubungan (Relationship Marketing). Salah satu cara untuk dapat menjalin hubungan jangka panjang yang menyenangkan sehingga memberikan dampak loyalitas ditempuh Femina dengan mengembangkan Program Kepelangganan Langsung. Pembaca dapat berlangganan langsung kepada penerbit tanpa melalui jalinan Agen-Pengecer, dalam suatu kontrak kerjasama (transaksi) selama satu satuan waktu tertentu. Dengan menjadi anggota kelompok kepelangganan ini, pelanggan mendapatkan suatu manfaat yang optimal lebih dari sekedar membeli majalah eceran di pasar. Manfaat tersebut dibiayai dari harga program kepelangganan yang dibayarkan oleh pelanggan pada awal berlangganan (bayar di muka).

Tujuan akhir program kepelangganan bagi perusahaan tentu saja adalah keuntungan. Dengan program pelayanan yang tepat selama hubungan kontraktual jangka panjang ini diharapkan pelanggan menjadi loyal. Pelanggan yang loyal diasumsikan sebagai pelanggan yang menguntungkan (Profitable customer). Namun demikian perlu dianalisis lebih lanjut apakah effort (biaya) perusahaan yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan sebanding dengan nilai masing-masing pelanggan.

Penelitian ini dimaksudkan menganalisis aktivitas transaksi. pelanggan langsung (kontraktual) majalah Femina, yaitu analisis terhadap loyalitas yang terkait dengan nilai profitabilitas pelanggan. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data sekunder yang dimiliki oleh Divisi Pelayanan Pelanggan Femina Group, pada periode transaksi bulan Januari 2000 hingga Desember 2002. Data sebanyak 24.991 transaksi dianalisis dengan menggunakan Program SPSS dengan distribusi frekuensi dan cross tabulasi antar variable yang diduga saling berhubungan untuk mengetahui tingkat loyalitas dan profitabilitas pelanggan. Penelitian juga didukung dengan membuat kuesioner dari responden sampel pelanggan sebanyak 120 responden. Kuesioner dimaksudkan untuk mendapatkan data demografi pelanggan serta menganalisis persepsi pelanggan mengenai layanan kepelangganan, harapan pelanggan, kepuasan pelanggan, serta keinginan untuk memperpanjang kepelangganan (renewal). Data pendukung ini digunakan untuk memperkuat analisis data sekunder aktivitas transaksi pelanggan (nilai dan term / masa kepelangganan) yang sudah ada. Dari hasil analisis tersebut diharapkan dapat digunakan untuk membuat pengelompokkan pelanggan menurut tingkat profitabilitasnya sehingga dapat disusun strategi pemasaran atau layanan yang lebih tepat sasaran.

Hasil penelitian data primer menunjukkan bahwa dari persepsi kualitas layanan kepelangganan menunjukkan 87,5% responden menyatakan puas dan 12,5% belum puas. Sementara itu pemyataan untuk perpanjangan kepelangganan adalah 74,2% menyatakan ingin memperpanjang, 18,3 % menyatakan pikir-pikir, dan 9% menyatakan tidak ingin memperpanj ang kepelangganan. Hasil cross tabulasi kepuasan pelanggan dengan keinginan renewal menunjukkan hubungan yang sangat sangat signifikan (p = 0,002). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara kepuasan dan loyalitas.

Analisis data sekunder untuk mengetahui hubungan variabel yang terkait dengan loyalitas dan profitabilitas dengan menggunakan uji korelasi dan regresi menunjukkan hubungan yang sangat signifikan dengan p = 0,000. Selanjutnya diperoleh data tingkat profitabilitas yang diperoleh dari mengukur tingkat benefit yang diterima oleh pelanggan dan lama waktu berlangganan.

Dari kedua variabel ini dibuat suatu matriks yang dapat digunakan untuk mengelompokkan pelanggan. Pengelompokkan pelanggan menghasilkan 29% sebagai kelompok yang cukup loyal dan cukup menguntungkan (Middle- Moderate), 24% cukup loyal dan memberikan keuntungan tinggi (Middle- High). Sementara itu terdapat 21% pelanggan yang tidak menguntungkan, dan kelompok ini sebaiknya diabaikan atau dibuatkan suatu strategi pelayanan tepat yang dapat meningkatkan nilai profitabilitasnya. Pengelompokkan pelanggan dapat disesuaikan dengan kebijakan perusahaan. Berdasarkan pengelompokkan ini Femina dapat mengetahui lebih baik jenis dan karakteristik kelompok pelanggan sehingga pelayanan yang diberikan tepat sasaran serta bemilai ekonomis (menguntungkan).
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Githa Astridia
Abstrak :
ABSTRAK
Maraknya fenomena metroseksual di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, telah menimbulkan daya tarik yang besar baik bagi dunia gaya hidup maupun dunia pemasaran. Gaya hidup ini telah membuka mata pemasar produk dan jasa perawatan tubuh dan wajah maupun fesyen akan adanya segmen pasar baru yang potensial.

Dengan menggunakan definisi yang megambil intisari dari beberapa versi yang sebena mya memiliki pengertian tidak jauh berbeda, pria metroseksual adalah pria yang mencintai diri sendiri dan gaya hidup kota besar yang dijalaninya serta merasa nya man akan sisi femininnya sehingga mereka sangat memperhatikan penampilan dan memiliki kecenderungan untuk merawat tubuh dan wajah sebagai bentuk gaya hidup.

Secara u mum, topik karya akhir ini adalah mencari peluang pe masaran produk baru bagi konsumen metroseksual baik kelas atas (dalam hal ini SES A++) maupun kelas menengah (SES A+, A, B) di Indonesia. Untuk itu, karya akhir ini juga mempunyai e mpat tujuan utama, yaitu mengenali tren gaya hidup metroseksual serta pertumbuhan pasarnya, menggali kebutuhan dan keinginan kalangan metroseksual, mengenali perbedaan segmen metroseksual kelas atas dengan kelas menengah, dan menemukan peluang pemasaran produk baru bagi segmen metroseksual di Indonesia.

Karya akhir ini menggunakan studi kepustakaan serta analisis tehadap penelitian­ penelitan yang telah dilakukan oleh berbagai pihak di Indonesia maupun di dunia, yaitu MarkPlus&Co, AC Nielsen, Majalah SWA, dan Euro RSCG. Berdasarkan penelitian­ penelitian tersebut, diprediksi bahwa 30-35% kaum pria di A merika Serikat adalah metroseksual. Sedangkan penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa 15.7% dari responden yang me mpakan pria kelas atas (SES A++) juga tergolong metroseksual.

Pertumbuhan ini juga tercermin dengan meningkatnya penjualan kosmetik pria baik di dunia barat maupun di Asia Pasifik selama kurun waktu 1997-2001 sebesar 11%. Bahkan pada tahun 2002-2003 tercatat pertumbuhan sebesar 11% untuk kategori deodoran pria, padahal untuk kategori deodoran wanita hanya meningkat sebesar 5%.

Segen metroseksual adalah basil dari segmentasi berdasarkan gaya hidup. Menurut kategorisasi oleh MarkPlus&Co, pasar pria di Indonesia dibagi menjadi tiga segmen, yaitu metroseksual, status oriented, dan konservatif.

Hal yang membedakan keinginan dan kebutuhan kaum metroseksual kelas atas dengan kelas menengah berawal dari perbedaan kemampuan ekonomi. Superioritas ekonomi kalangan atas memungkinkan mereka untuk lebih tidak price sensitive serta sangat mementingkan citra eksklusif. Sedangkan kalangan menengah sudah cukup puas dengan citra pria masa kini yang dina mis. Hal ini menyebabkan mayoritas pemasar yang membidik kalangan metroseksual kelas atas adalah merek impor sedangkan kelas yang lebih menengah dibidik oleh pemasar lokal.

Terdapat beberapa persamaan pada produk metroseksual yang membidik kelas atas, yaitu harga premium dengan citra eksklusif. Walau konsumen metroseksual umumnya memiliki selera dan merek favorit masing-masing, proses seleksi mereka akan sangat dipengaruhi oleh citra merek, citra diri yang mereka peroleh dengan menggunakan produk tersebut, keterikatan personal dengan merek, serta pengaruh emosional. Mereka juga termasuk konsumen yang over demanding, karena paham benar akan keinginan dan kebutuhannya.

Terdapat beberapa keunggulan serta kelemahan dalam memasarkan produk metroseksual bagi kalangan atas dan menengah. Pada kalangan atas, bagi pemain lokal akan sulit untuk mengeluarkan produk yang dapat bersaing dengan merek impor, karena tidak dapat dipungkiri bahwa sampai saat ini citra eksklusif masih sangat melekat dengan label impor. Pangsa pasar metroseksual-ini walau mengalami pertumbuhan, tetap tergolong niche market sehingga akan semakin sulit untuk berebut konsumen dan biaya pemasaran yang dikeluarkan pun akan menjadi sem:-1kin besar Keunggulan dari segmen ini adalah daya beli mereka yang tinggi sehingga cenderung tidak price sensitive dan mereka juga dapat mengimplementasikan paham metroseksual secara total tanpa dibatasi oleh batasan ekonomi.

Untuk segmen yang lebih menengah, pasamya masih sangat luas dan belum tergarap dengan baik. Pemainnya relatif masih sedikit karena terpaku oleh pemahaman bahwa kaum metroseksual adalah kalangan sangat mapan. Namun dengan memandang bahwa metroseksual adalah suatu paham, maka pasar inipun sebenamya sangat potensial jika dipahami dan digarap dengan baik. Bagi pemasar produk lokal yang kalah bersaing dengan produk impor pada pasar metroseksual kelas atas, metroseksual lapis kedua adalh pangsa pasar yang sangat potensial. Walaupun daya beli konsumen metroseksual kelas menengah tidak sekuat kalangan atas, tapi pasamya sangat besar serta pemainnya pun masih sedikit. Apalagi umu mnya kalangan ini merupakan yang paling rentan akan pengaruh role model serta budaya wannabe yang meniru kalangan yang lebih mapan.

Secara keseluruhan, penulis berpendapat terdapat empat kelompok kategori produk metroseksual, yaitu produk perawatan tubuh dan wajah, wangi-wangian, fesyen, dan jasa perawatan tubuh dan wajah. Tiga kategori produk pertama memiliki peluang pemasaran lebih besar dari pada produk jasa bagi konsumen metroseksual lapis kedua, terutama bagi produk deodoran, karena deodoran merupakan produk pertama yang digunakan seorang pria ketika mereka mulai mementingkan perawatan dan penampilan.

Selain itu, terdapat beberapa perbedaan antara cara pandang kaum pna akan penokohan terhadap sosok yang dianggap layak sebagai role model di kalangan intemasional dengan idola nasional. Hal ini merupakan cerminan dari perbedaan kalangan metroseksual di Indonesia dengan di barat yang berawal dari perbedaan budaya dan tradisi.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Ferdinand N.
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan akan air bersih adalah suatu kebutuhan yang sangat penting didalam kehidupan manusia dan mempunyai sumber yang sangat terbatas. Oleh karena itu teknologi pengolahan air menjadi sangat penting untuk masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih tersebut. Kebutuhan akan air bersih tidak saja hanya untuk melayani masyarakat dalam konsumsi masyarakat tetapi juga untuk melayani kebutuhan industri dalam memenuhi kebutuhan konsumsi produksi.

PT Guna Elektro (GAE) dalam salah satu bidang usahanya berusaha untuk memmenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat dan industri. Dalam menjalankan usahanya salah satu yang paling berperan dalam penyediaan unit instalasi air bersih adalah unit bisnis strategis mechanical. Dukungan kerjasama dengan kelompok usaha asing dalam persaingan bisnis unit pengolahan air telah dilakukan oleh PT GAE untuk memperkuat posisi persaingan usahanya. Kelompok usaha asing yang menguasai teknologi pendukung unit pengolahan air bersih membentuk usaha joint venture , dalam produksi dan pemasaran di Indonesia dengan PT GAE seperti AEG, Torishima Pump Manufacture, dan Hoppecke.

Privatisasi Perusahaan Daerah Air Minum saat ini sangat berperan dalam kelangsungan usaha PT GAE dalam unit instalasi air bersih di seluruh Indonesia. Hal ini sangat mewarnai pemilihan strategi usaha PT GAE mengingat keinginan dari tiap pemerintahan lokal untuk merangsang pertumbuhan usaha pada masing-masing daerah dengan menggunakan kekuatan perusahaan daerah.

Dalam pemilihan strategi alternatif untuk menghadapi persaingan di bidang usaha unit pengolahan air, dilakukan analisis lingkungan eksternal dan lingkungan internal dari perusahaan. Analisis faktor strategis lingkungan eksternal yang dilakukan menghasilkan titik berat persaingan terletak pada keinginan untuk meningkatkan usaha mengingat adanya peluang yang timbul akibat perbaikan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Namun dari analisis ini juga terlihat bahwa adanya ancaman peluang masuknya kontraktor EPC (Engineering, Procurement dan Contracting) dan kontraktor konstruksi nasional untuk mengerjakan paket pekerjaan unit pengolahan air bersih bersama dengan paket pekerjaan lainnya. Ancaman kontraktor asing pun sudah mulai dirasakan mengingat mudahnya mereka berusaha di Indonesia dan tingkat penguasaa teknologi dan sumber daya yang mereka miliki.

Analisis faktor strategis lingkungan internal yang dilakukan untuk memberikan strategi alternatif terbaik bagi PT GAE dalam strategi persaingan usahanya memperlihatkan adanya kelemahan dalam jaringan pemasaran secara nasional. Kelemahan ini sangat perlu diperhatikan untuk diatasi mengingat kuatnya semangat otonomi daerah di Indonesia saat ini. Analisis ini juga memberikan kelemahan lainnya yaitu kurangnya reputasi PT GAE dalam segmen industri dan ketidakmampuan dalam mengerjakan pekerjaan konstruksi dimana hal ini sangat melemahkan posisi persaingan dengan perusahaan konstruksi nasional.

Strategi alternatif yang dapat dikemukakan adalah strategi yang mempertimbangkan faktor-faktor strategis dari lingkungan internal dan eksternal. Strategi-strategi tersebut dapat digambarkan dengan menggunakan TOWS matriks sehingga didapat strategi SO (StrengthOpportunities), strategi WO (Weakness-Opportunities), strategi ST (Strength-Threats), dan strategi WT (Weakness-Threats) dimana diharapkan strategi ini mampu memberikan posisi persaingan yang lebih baik untuk PT GAE dalam persaingan bisnisnya.

Hasil Analisis SWOT digunakan untuk menentukan strategi yang tepat untuk digunakan oleh PT GAE. Pada analisis tersebut didapat strategi yang sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh PT GAE adalah Strategi SO. Diantaranya adalah peningkatan kemampuan PT GAE dalam menjalin kerjasama internasional untuk memperbaiki strategi cost leadership pada unit bisnisnya, pengembangan jaringan ketjasama dengan perusahaan daerah dan pemerintah daerah dalam mengahadapi maraknya otonomi daerah, juga PT GAE harus meningkatkan kerjasama dengan perusahaan konstruksi dan EPC ( Engineering, Procurement, Contracting) multinasional di Indonesia. PT GAE juga harus mampu untuk terus melakukan pembaharuan teknologi yang mereka miliki.

Untuk persaingan unit bisnis mekanikal sendiri dari PT GAE dapat memilih strategi untuk memasuki pasar unit pengolahan air untuk industri yaitu dengan menggunakan strategi focus differentiation yang dapat dilakukan dengan mengimplementasikan teknologi terbaik yang memberikan efisiensi operasi dari konsumen. Sementara strategi cost leadership yang diintegrasikan dengan strategi differentiation untuk melayani kebutuhan air bersih untuk sector masyarakat. Pemilihan strategi ini dilakukan dengan mempertimbangkan core competences yang dimiliki oleh PT GAE.

Saran yang dapat diberikan kepada PT GAE dalam memperbaiki kemampuan daya saingnya adalah bahwa PT GAE harus lebih mampu untuk membangun kerjasama dengan pihak lain seperti kontraktor unit pengolahan air bersih lokal, kontraktor konstruksi skala nasional, perusahaan EPC skala nasional dan membangun jaringan kerjasama pula dengan pihak asing untuk menghadirkan teknologi tinggi yang tepat dan efisien.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>