Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nita Fathiani Rahma
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah. Tingginya kadar glukosa darah yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan munculnya komplikasi. Komplikasi yang paling sering pada diabetes melitus yaitu ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum disebabkan karena terjadinya neuropati perifer dan penyakit arteri perifer. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum. Intervensi keperawatan yang diberikan yaitu melakukan perawatan kaki. Selain itu juga, dilakukan pengontrolan glukosa darah dan pemberian edukasi kesehatan. Hasil evaluasi dari implementasi keperawatan yang diberikan yaitu sel-sel kulit mati pada kaki berkurang, kulit kaki tidak kering, pulsasi baik, dan kadar glukosa darah stabil.Kata Kunci: Diabetes melitus, glukosa darah, perawatan kaki
Diabetes mellitus is a chronic disease caused by high blood glucose levels. The high levels of blood glucose that occur continuously can lead to the emergence of complications. The most frequent complication of diabetes mellitus is diabetic ulcers. Diabetic ulcers are caused due to the occurrence of peripheral neuropathy and peripheral arterial disease. This paper aims to analyze the provision of nursing care to clients with diabetes mellitus to prevent the occurrence of diabetic ulcers. Nursing intervention is given that is doing foot care. In addition, controlled blood glucose and health education. The results of evaluation of the nursing implementation that is given are dead skin cells in the leg is reduced, the skin of the foot is not dry, good pulsation, and blood glucose levels stable "
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Bagus Ropyanto
"Praktik residensi di ruang ortopedi untuk memberikan asuhan keperawatan pada gangguan muskuloskeletal menggunakan teori keperawatan Self Care Orems, menerapkan praktik keperawatan berdasarkan pembuktian, dan melakukan inovasi keperawatan. Kasus kelolaan utama pada gangguan sistem muskuloskeletal adalah osteomielitis kronis. Masalah keperawatan paling banyak adalah nyeri dan mobilitas fisik untuk universal self care requisites serta kurang pengetahuan untuk developmental self care requisites. Intervensi keperawatan berdasarkan pembuktian yang telah diterapkan adalah cold compression therapy yang dapat meningkatkan proses penyembuhan dengan indikator penurunan nyeri dan edema, serta peningkatan rentang gerak sendi. Inovasi keperawatan yaitu penggunaan Clinical Practice Guidline untuk melakukan asuhan keperawatan berdasarkan clinical pathway pada pasca ORIF ekstremitas bawah. Perawat dapat menerapkan teori Self Care Orems, cold compression therapy, serta melakukan kegiatan inovasi untuk meningkatkan kompetensi perawat dan kualitas pelayanan keperawatan.

The advanced clinical practice in orthopaedic ward involved the planning of nursing care for musculoskeletal disorders patients with Orem?s Self Care theory, the implementation of evidenced based nursing practice, and the implentation of nursing innovations. The primary case management of the musculoskeletal system disorders is chronic osteomyelitis. Most nursing problems for the universal selfcare requisites are pain and physical mobility, while for the developmental self care requisites is knowledge deficit. The evidence based nursing intervention implemented was cold compression therapy. It can improve the healing process with the indicators of decreased pain and edema, and increased range of motion. The nursing innovation implemented was the use of Clinical Nursing Practice Guidline in giving nursing care based on the clinical pathways post-ORIF lower extremities. Nurses can apply the Orem?s Self Care Theory, cold compression therapy, and innovation activities to improve their competency and also quality of nursing services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
TA6004
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Herlina
"Residensi Keperawatan Medikal Bedah merupakan aplikasi praktek pada program spesialis yang menggali ilmu sesuai dengan peminatan, dalam hal ini adalah sistem perkemihan. Kegiatan yang dilakukan selama residensi adalah melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan model teori Konservasi Levine. Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan adalah kelebihan volume cairan, ketidakpatuhan, nyeri, retensi urin dan kelelahan. Kegiatan berikutnya adalah pemberian intervensi berbasis bukti (evidence based nursing) dengan memberikan perawatan kateter indwelling untuk mencegah terjadinya bakteriuri. Hasilnya adalah dengan menggunakan jenis carian sabun air dan NaCl 0,9% sama efektifnya untuk menurunkan bakteriuria, hanya NaCl 0,9% memiliki kelemahan yaitu waktu yang lebih lama untuk dekontaminasi dan tidak bisa menghilangkan bau. Kegiatan berikutnya adalah dan melaksanakan program inovasi tentang inisiasi dialisis menggunakan media booklet, leaflet dan video. Hasilnya adalah 75 % pasien menerima keputusan untuk melaksanakan hemodialisis. Disimpulkan bahwa model Teori Konservasi Levine dapat diterapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawatan kateter dengan menggunakan sabun dan air lebih cost effective dibandingkan NaCl 0,9%, dan pemberian edukasi tentang inisiasi dialisis membantu pasien dalam memperkuat keputusan dialisis.

Residency Medical Surgical Nursing is a practical application that explores the science specialist program in accordance with the specialization, in this case is the urinary system. Activities undertaken during the residency had been implemented nursing care to the Levine Conservation theoretical modeling approach. Nursing problems that often arise in patients with the urinary systemdisorders were the fluid volume excess, non-compliance, pain, urinary retention and fatigue. The next activity was the provision of evidence-based interventions ( evidence based nursing) with indwelling catheters delivering care to prevent the occurrence of bacteriuria. The result revealed was the type of lookups using soapy water and NaCl 0.9 % as effective as to reduce bacteriuria, only 0.9 % NaCl has the disadvantage of a longer time for decontamination and could not remove the smell. The next activity was implementation of innovative programs on the initiation of dialysis using media booklets, leaflets and videos. The result revealed 75 % of patients received & decided taking hemodialysis. The conclusion it can be concluded the Levine Conservation Model Theory can be applied in the implementation of nursing care for urinary disorder patients, catheter care using soap water much better cost effective than normal saline, and the provision of education on initiation of dialysis helps patients in strengthening dialysis decision.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saetia Listiana
"Berbagai komplikasi yang dialami penyandang DM menyebabkan timbulnya gangguan psikologis seperti kecemasan dan stress. Kecemasan dan stres ini apabila tidak ditangani secara baik maka akan menimbulkan masalah tersendiri yang akan semakin menyulitkan dalam pengelolaan penyakit diabetes mellitus. Kemampuan menghadapi stres berbeda pada setiap individu tergantung dari koping yang dimiliki. Mekanisme koping yang digunakan secara umum bersifat adaptif dan bersifat maladaptif. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil asuhan keperawatan yang diberikan pada salah satu klien diabetes melitus tipe 2 dengan masalah psikososial koping individu tidak efektif. Evaluasi yang didapatkan bahwa klien DM dengan koping individu yang adaptif dapat menjaga kestabilan glukosa darah. Saran yang diberikan agar dapat di implementasikannya asuhan keperawatan fisik yang terintegrasi dengan asuhan keperawatan psikososial untuk mempercepat pemuliahan klien.

Various complications experienced by persons with diabetes mellitus cause psychological disorders such as anxiety and stress. Anxiety and stress if not handled properly it will cause problems of its own that will be increasingly difficult in the management of diabetes mellitus. The ability to deal with stress is different for each individual depending on coping owned. coping mechanisms used in general to be adaptive and maladaptive nature. This paper aims to present the results of nursing care given to one client type 2 diabetes mellitus with psychosocial problems coping ineffective individual. The evaluation found that the client said it is willing to change the individual coping is maladaptive and adaptive. Advice given in order to implement it physical nursing care that is integrated with psychosocial nursing care for clients accelerate pemuliahan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amri Husna
"Pendekatan model adaptasi Roy menggunakan penanganan stimulus terhadap perubahan perilaku fisik, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi membantu pasien berperilaku adaptif terhadap perubahan status kesehatan yang terjadi. Respon fisiologis yang khas dikaji pada pasien kelolaan yaitu berfokus pada fungsi respirasi. Pasien mengalami gangguan respirasi yang disebabkan oleh adanya infeksi kronik pada paru oleh Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, pasien juga memiliki penyakit penyerta yaitu Diabetes Melitus tipe 2, dan komplikasi berupa piopneumotoraks. Berdasarkan hasil pengkajian menggunakan pendekatan model adaptasi Roy, didapatkan tiga masalah keperawatan diantaranya gangguan pertukaran gas, resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dan resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. Selama 12 hari perawatan, pasien mengalami perkembangan perilaku inefektif menuju perilaku adaptif dari hari ke hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model adaptasi Roy efektif diterapkan pada pasien dengan tuberkulosis karena dapat mengkaji pasien secara komprehensif hingga evaluasi perilaku adaptif dan inefektif selama perawatan di rumah sakit.

Roy's adaptation model approach uses stimulus handling to changes in physical behavior, self-concept, role function and interdependence to help patients behave adaptively to changes in health status. The typical physiological response was examined in managed patients, focusing on the function of respiration. Patients experienced respiratory problems caused by chronic infection of the lungs by Mycobacterium tuberculosis. In addition, patients also had comorbidities of type 2 diabetes mellitus, and the complications was pyopneumothorax. Based on the results of the study using Roy's adaptation model approach, there were four nursing problems including gas exchange disorder, risk of fluid and electrolyte imbalance, and risk of instability in blood glucose levels. During the 12 days of nursing care, patients showed improvement from ineffective behavior towards adaptive behavior day by day. It can be concluded that Roy's adaptation model is effectively applied to patients with tuberculosis because it can comprehensively assess patients and can evaluate adaptive and ineffective behavior during hospital care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suluh Tri Utomo
"Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien DM tipe 2 dengan ulkus DM yang mengalami penurunan intake oral. Intervensi dilakukan dengan cara menerapkan pemberian nutrisi secara intermittent enteral feeding. Intervensi tersebut bertujuan membantu mengatasi gangguan pemenuhan nutrisi harian klien. Hasil yang tercapai melalui intervensi pemberian nutrisi secara bertahap adalah tercukupinya kebutuhan nutrisi harian klien dan kestabilan kadar gula darah klien. NGT yang terpasang pada klien selalu mebutuhkan evaluasi lebih lanjut untuk menjamin adekuasi nutrisi yang diberikan. Peran perawat selain memastikan kecukupan kebutuhan nutrisi klien yaitu mengevaluasi faktor yang beresiko mengakibatkan intoleransi penerimaan makanan pasien. Oleh karena itu pelayanan rumah sakit diharapkan senantiasa saling berkerjasama melakukan pengkajian dan analisa secara berkesinambungan mengatasi permasalahan kondisi klien setiap hari."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Permata Sari
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah salah satu kegiatan Farmasi klinis yang merupakan peran apoteker di Rumah Sakit menurut PMK no.72 tahun 2016. Peran fundamental apoteker adalah mengidentifikasi ROTD yang potensial maupun aktual, memecahkan masalah ROTD aktual, dan mencegah ROTD yang potensial terjadi. Berdasarkan Global Status Report on NCD World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, Diabetes Melitus menduduki peringkat ke-6 penyakit yang menyebabkan kematian. Peningkatan insidensi penyakit DM diiringi dengan peningkatan komplikasi dan penyakit penyerta seperti komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki diabetik (15%) (Purwanti, 2013). Pengamatan pada Pasien Rawat Inap dengan diagnosa Diabetes Melitus disertai dengan penyerta Ulcer DM perlu dilakukan untuk memantau terapi obat yang diterima oleh pasien tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mencegah terjadinya ROTD akibat komplikasi dari pemakaian obat yang banyak. Pemantauan terapi obat dilakukan dengan metode PCNE untuk memastikan akar permasalahan (cause) yang menyebabkan masalah (problem). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan empat permasalahan yang selanjutnya diselesaikan dengan pemberian rekomendasi kepada dokter terkait pemilihan obat.

Medication Therapy Monitoring (MTM) is one of the clinical pharmacy activities that falls under the role of pharmacists in hospitals, as stated in Ministerial Regulation No. 72 of 2016. The fundamental role of pharmacists is to identify potential and actual Drug-Related Problems (DRPs), resolve actual DRPs, and prevent potential DRPs from occurring. According to the World Health Organization's (WHO) Global Status Report on Non-Communicable Diseases (NCD) in 2010, Diabetes Mellitus ranked 6th among the diseases causing death. The increasing incidence of diabetes is accompanied by an increase in complications and comorbidities such as neuropathy (63.5%), retinopathy (42%), nephropathy (7.3%), macrovascular (16%), microvascular (6%), and diabetic foot ulcers (15%) (Purwanti, 2013). Observations on hospitalized patients diagnosed with Diabetes Mellitus, accompanied by Diabetic Ulcers, need to be conducted to monitor the medication therapy received by patients in accordance with applicable regulations and to prevent DRPs resulting from the use of multiple medications. Medication therapy monitoring is performed using the PCNE method to ensure the identification of the root cause that leads to a problem. Based on the observations conducted, four problems were identified and subsequently addressed by providing recommendations to the relevant doctor regarding medication selection.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa Harlika Chandra
"Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu masalah kesehatan global yang memiliki persentase kasus yang semakin meningkat setiap tahunnya. Diabetes merupakan ancaman serius terhadap masalah kesehatan yang sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup seperti pola makan tidak sehat dan kurang aktivitas fisik. Aktivitas fisik dilakukan dengan teratur dapat memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh. Aktivitas fisik merupakan salah satu intervensi pilihan untuk mencegah dan mengontrol diabetes. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes melalui intervensi keperawatan edukasi pengetahuan diabetes, peningkatan aktivitas fisik dengan senam kaki, dan diet 3J (jumlah, jenis, jadwal) pada keluarga di Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah case study. Intervensi keperawatan unggulan yang dilakukan selama 3 minggu adalah latihan fisik senam kaki. Aktivitas fisik senam kaki dilakukan setiap hari dengan waktu 30 menit. Hasil menunjukkan terjadi penurunan dari pertama kali pertemuan dibandingkan dengan akhir setelah diberikan intervensi senam kaki selama 3 minggu dengan diet 3J dari kadar gula darah 343 mg/dL menjadi 121 mg/dL. Dapat disimpulkan bahwa latihan fisik senam kaki dapat menjadi alternatif intervensi untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes.

Type 2 diabetes mellitus is a global health problem which has an increasing percentage of cases every year. Diabetes is a serious threat to health problems which are mostly caused by lifestyle such as unhealthy eating patterns and lack of physical activity. Regular physical activity can provide health benefits for the body. Physical activity is one of the interventions of choice to prevent and control diabetes. The aim of writing this scientific paper is to provide an overview of nursing care for families with diabetes through nursing interventions, education on diabetes knowledge, increasing physical activity with foot exercises, and the 3J diet (amount, type, schedule) for families in Depok City. The research method used is a case study. The leading nursing intervention carried out for 3 weeks was physical foot exercise. The physical activity of foot exercise is carried out every day for 30 minutes. The results showed that there was a decrease from the first meeting compared to the end after being given foot exercise intervention for 3 weeks with the 3J diet from blood sugar levels from 343 mg/dL to 121 mg/dL. It can be concluded that physical exercise with leg exercises can be an alternative intervention to reduce blood sugar levels in diabetes sufferers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abd Gani Baeda
"ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik akibat kurangnya produksi dan penggunaan insulin oleh tubuh, sehingga menyebabkan hiperglikemia kronik. Salah satu terapi yang sudah terbukti untuk mengontrol gula darah adalah Insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat, pengetahuan, dan sikap dengan perilaku perawat dalam pemberian insulin pada pasien diabetes melitus. Metode penelitian menggunakan rancangan Cross-sectional yang melibatkan 103 perawat di ruang bedah dan interna. Hasil penelitian diperoleh terdapat hubungan yang signifikan pada pelatihan p = 0,029 . Umumnya sekitar 67 responden memiliki pengetahuan cukup, 50 responden memiliki sikap positif, 61,2 responden berperilaku memuaskan dalam pemberian terapi insulin. Pelatihan yang diperoleh perawat berdampak positif dan meningkatkan profesionalitas dalam bekerja. Dibutuhkan pelatihan manajemen diabetes melitus dan pengelolaan insulin secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku yang memuaskan.

ABSTRACT
AbstractDiabetes mellitus is a metabolic disorder disease caused by ineffective production of insulin and its used by the body that causing chronic hyperglycemia. Blood sugar is controlled by insulin. One of the therapies in control blood sugar is insulin. The aim of this study was to find out the correlation among characteristics, knowledge, and attitudes to nurses behaviors in handling and administering of insulin therapy for diabetic mellitus patients in non critical situation. A Cross sectional design study involving 103 nurses in the surgery and internal room applied to this study. The results showed that, there was a significant correlation in training p 0,029 . A majority of respondents have 67 moderat knowledge, 50 of respondents have positif attitude, and 61,2 of respondents have satisfactory behaviour. The training followed by the nurses has a positive impacts and improve the professionalism in working. Therefore, a training of handling and administering insulin are required to improve knowledge and satisfactory behaviour."
Depok: 2018
T49315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dayan Hisni
"Latar belakang: Prevalensi komplikasi DM semakin meningkat termasuk di Indonesia. Untuk mencegah komplikasi DM diperlukan perubahan perilaku. Setiap pasien DM memiliki kebutuhan dan tujuan kesehatan yang bervariasi, maka person-centered approach perlu diberikan sebagai strategi yang menjanjikan untuk mengubah perilaku dalam mencegah komplikasi DM. Salah satu strateginya adalah dengan coaching. Melalui coaching, diharapkan dapat meningkatkan efikasi diri dan penerimaan diri sebagai mediator dalam mengubah perilaku dalam mencegah komplikasi DM. Tujuan: dikembangkannya model coaching keperawatan berdasarkan analisis eksploratori tentang pengalaman perilaku pencegahan komplikasi dan efektivitasnya terhadap efikasi diri, penerimaan diri, perilaku pencegahan komplikasi dan metabolik markers pada pasien DM tipe 2. Metodologi: Penelitian ini menggunakan mixed-method dengan desain eksploratori sekuensial melalui tiga tahap. Purposive sampling digunakan untuk pengambilan sampel. Tahap pertama melibatkan lima belas pasien DM tipe 2 sebagai partisipan, tahap kedua melibatkan tiga orang sebagai pakar, dan tahap ketiga melibatkan 70 pasien DM tipe 2 sebagai responden. Hasil: Teridentifikasi empat tema yang menjadi dasar pengembangan model. Tersusun empat modul sebagai penjelasan model dan pedoman implementasi model coaching keperawatan. Hasil menunjukkan adanya efektivitas intervensi model coaching keperawatan terhadap efikasi diri, penerimaan diri, perilaku pencegahan komplikasi DM, dan tekanan darah sistol (p < 0,001), serta GDP (p = 0,014), namun tidak efektif terhadap HbA1c, kolesterol total, dan tekanan darah diastol (p > 0,05). Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak ada efek variabel perancu terhadap efikasi diri, penerimaan diri, perilaku pencegahan komplikasi DM, GDP dan tekanan darah sistol (p > 0,05), namun ada efek usia terhadap perilaku pencegahan komplikasi DM (p = 0,011), dan ada efek jenis kelamin terhadap tekanan darah sistol (p = 0,018). Simpulan: Setelah mengontrol variabel perancu, intervensi model coaching keperawatan mampu meningkatkan skor rerata efikasi diri, memperbaiki penerimaan diri, meningkatkan perilaku pencegahan komplikasi DM, menurunkan skor rerata GDP, dan tekanan darah sistol. Saran: Intervensi model coaching keperawatan dapat diadopsi sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam mencegah komplikasi DM tipe 2.

Background: The prevalence of DM complications is increasing, including in Indonesia. To prevent DM complications, behavior change is needed. Each DM patient has varied health needs and goals, so a person-centered approach needs to be provided as a promising strategy to change behavior in preventing DM complications. One of the strategies is coaching. By implementing coaching, it is expected to increase self-efficacy and self-acceptance as mediators in changing behavior in preventing DM complications. Aim: to identify the effectiveness of nursing coaching model intervention on self-efficacy, self-acceptance, prevention DM complications behaviors and the impact on metabolic markers in patients with type 2 DM. Methods: A mixed-method approach with exploratory sequential steps was conducted. Purposive sampling was used to approach the participants. The first step involved fifeteen participants with type 2 DM; the second step involved three experts, and the third step involved 70 participants with type 2 DM. Results: The results showed there were four themes as a basis for developing a model. There were four modules as part of the nurse coaching model. There was an effect of nursing coaching model intervention on self-efficacy, self-acceptance, prevention DM complications behaviors, and systolic blood pressure (p < 0,001), as well as fasting blood glucose (p = 0,014); however, there was no effect of nursing coaching model intervention on HbA1c, total cholesterol, and diastolic blood pressure (p > 0,05). Furthermore, there was no effect of confounding variables on self-efficacy, self-acceptance, prevention DM complications behaviors, fasting blood glucose, and systolic blood pressure (p > 0,05). Conclusion: After controlling confounding variables, a nursing coaching model intervention improves the mean score of self-efficacy self-acceptance, prevention DM complications behaviors, and decreasing the mean score of FBG and systolic. Suggestion: A nursing coaching model intervention can be adopted as one of the nursing interventions to prevent DM complications, especially at the Public Health Center."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library