Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Fitrotul Ummah
"Sesajen adalah salah satu komponen terpenting di setiap upacara, termasuk upacara penetapan Sīma, yaitu upacara yang dilakukan sebagai peresmian perubahan status dari desa milik raja menjadi desa yang otonom. Penelitian ini membahas seputar bagaimana sesajen digunakan untuk media komunikasi antara manusia dengan dewa dalam upacara penetapan Sīma, termasuk: jenis-jenisnya, cara penyajiannya, dan orang-orang yang terlibat dalam penyajian sesajen. Secara umum penelitian dilakukan menggunakan tiga tahap: pengumpulan, pengolahan, dan interpretasi data. Data primer untuk penelitian ini berasal dari prasasti keluaran abad 8-10 M. Jenis sesajen dikategorikan menjadi tiga: flora dan fauna, logam, dan lainnya. Sesajen dipersembahkan ke tiga ikon yang menjadi representasi para dewa: lingga, yoni, dan api. Berdasarkan perlengkapan dan jenis sesajen yang digunakan, dapat dikatakan bahwa upacara penetapan Sīma pada masa ini bukanlah jenis upacara yang dilaksanakan dengan aturan yang sangat rigid. Sesajen dan runtutan upacara di beberapa prasasti tidak semuanya sama. Meskipun keseluruhan sesajennya ditujukan kepada dewa-dewi Hindu, namun bangunan suci yang diresmikan dengan upacara sīma tidak semuanya Hindu. Hal ini dapat menunjukkan adanya pluralisme dalam kehidupan beragama di masa Jawa Kuno.
......Sesajen (offerings) is one of the most essential thing in every religious ceremony, including a sīma ceremony. Sīma ceremony is a ceremony to celebrate the changing status of land from king-owned land to an autonomous land. Sesajen in this ceremony used as a medium between humans and spirit powers in the form of offering. The main concern of this research is how sesajen were presented as an offering for the spirits in sīma ceremony. This also include types of sesajen, people who involved in presenting sesajen, and the spirits whom they worship. This research also was done in three steps: collecting data, processing data, and interpretation. Primary data for this research is Old Javanese inscriptions especially from 8th to 10th century. Based on its materials, sesajen were divided into three: natural-based, metal tools, and others. These sesajen would be offered to these three entitites as manifestation of Gods: Sang Hyang Watu Sīma, representated with the lingga stone; Sang Hyang Kulumpang, representated with the yoni stone; and Sang Hyang Brahma, representated with fire. These entities were named as “Sang Hyang” which mean “the deity” in Sanskrit. There’s no standard provision for sesajen offering. So, the amount and variety of sesajen offering were varied in each ceremony. Sesajen offering in sima ceremony is a great example of how a religion practices and nature intertwined in ancient practices."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Artina Letaresia
"Penawaran Umum Saham merupakan salah satu alternatif pembiayaan jangka panjang untuk suatu perusahaan, yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Pasar Modal Nomor.8 Tahun 1995 dengan jangka waktu yang diatur oleh BAPEPAM yang dibagi atas 3 (tiga fase) yaitu; sebelum emisi, masa emisi dan sesudah emisi. Pelaksanaan Penawaran Umum harus dilaksanakan oleh Emiten dengan prinsip disclosure yang tidak hanya full tetapi juga fair. Hal ini diterapkan sebagai bentuk perlindungan investor publik. Untuk menerapkan prinsip disclosure tersebut, peran otoritas BAPEPAM sangat penting antara lain untuk mengawasi dan memberikan sanksi apabila Emiten tidak melaksanakan kewajiban lanjutan Emiten maupun insidental terhadap fakta-fakta penting telah diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal. Dalam proses pelaksanaan Penawaran Umum, Perusahaan yang selanjutnya disebut Emiten, menunjuk Penjamin Emisi Efek, Self Regulatory Organization, Lembaga Penunjang Pasar Modal dan Profesi Penunjang Pasar Modal untuk membantu berjalannya Penawaran Umum. Notaris sebagai salah satu Profesi Penunjang Pasar Modal dalam pelaksanaan tugasnya antara lain menyiapkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham luar Biasa, Perjanjian Penjaminan Emisi Efek dan Perjanjian Pengelolaan Administrasi Saham. Sedangkan dalam melakukan pengalokasian dan penjualan saham Emiten dibantu oleh Penjaminan Emisi Efek yaitu suatu Perusahaan Efek yang memiliki ijin usaha dari BAPEPAM. Tugas Penjamin Emisi Efek adalah merupakan hal penting sebagai tolak ukur suksesnya Penawaran Umum. Penjamin Emisi Efek dalam melakukan pejatahan akan menunjuk seorang Manager Penjatahan yang bertugas melakukan penjatahan saham terhadap calon investor sebagaimana diatur dalam ketentuan Peraturan IX.A.7. Dalam prakteknya, mekanisme Penjatahan dapat dilakukan dengan metode lain yang disepakati antara Emiten dan Penjamin Emisi Efek sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan BAPEPAM. Apapun bentuk penjatahan saham dalam suatu Penawaran Umum yang dilakukan oleh Penjamin Emisi Efek dan Emiten, harus dilakukan dengan itikad baik yaitu dengan mementingkan kepentingan para investor sehingga tidak mencari keuntungan untuk kepentingan dari Penjamin Emisi Efek dan Emiten. Dengan demikian kelangsungan hidup Pasar Modal sebagai salah satu penopang perekonomian negara dapat berjalan dengan terbuka dan adil."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Fitriati
"Penelitian mengenai pasak-pasak (persembahan yang biasanya diberikan pada waktu upacara penetapan sima) telah dilakukan terutama berdasarkan data prasasti dari masa pemerintahan raja Balitung dan Sindok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur pasak-pasak apa raja yang terdapat pada prasasti dari masa Balitung dan Sindok, untuk kemudian melihat hubungan antara pasak-pasak tersebut dengan si penerima maupun dengan tanah sima yang bersangkutan. Hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan Balitung dan Sindok dikeluarkan pasak-pasak yang berbeda-beda baik dalam jenis maupun jumlahnya hampir dalam setiap prasasti. Faktor-faktor yang Menyebabkan terjadinya perubahan itu kemudian dapat diketahui berdasarkan: 1. jumlah orang yang menerima 2. jenis jabatan yang menerima. tetapi kemudian ternyata suatu jenis jabatan yang sama dapat menerima pasak-pasak. dengan jenis atau jumlah yang berbeda pula, oleh karena itu masih diperlukan faktor-faktor penyebah lainnya, yang kemungkinan antara lain adalah luas dari suatu sima atau tingkat dari kemakmuran suatu desa. Terlepas dari masalah perbedaan dari Pasak-pasak itu sendiri, yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa pemberian pasak-pasak merupakan suatu ketentuan dalam kehidupan masyarakat Jawa Kuno."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin F. Nur
"ABSTRAK
PT. Persero Jakarta Industrial Estate Pulogadung (PT. Persero JIEP) merupakan badan usaha
milik negara yang sahamnya dimiliki Departemen Keuangan RI dan Pemerintah DKI Jakarta.
Berlokasi di daerah Pulogadung, PT. Persero JIEP mengelola Kawasan Industri Pulogadung,
yang merupakan pioneer kawasan industri di Indonesia. Pendapatan utama perusahaan ini adalah
dari penjualan tanah kapling industri dan penyediaan sarana dan prasarana bagi investor yang
ingin berbisnis di kawasan ini. Namun dalam perkembangannya, pendapatan utama perusahaan
mulai bergeser dan penjualan tanah kapling industri yang semula memberikan kontribusi terbesar
kini bergeser dengan pendapatan dan penyewaan bangunan yang disebabkan oleh persediaan
lahan industri yang semakin terbatas.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan Indonesia, PT. Persero JIEP
semakin memantapkan diri menjadi pengembang properti kawasan industri dan bisnis terkemuka
untuk mengembangkan kawasan bisnis dengan basis industri bernilai tambah tinggi. Hal ini
sejalan dengan RUTR DM Jakarta tahun 1985 ? 2005 yang menetapkan orientasi pembangunan
dan pengembangan di wilayah timur dan barat, sehìngga Kawasan Industri Pulogadung yang.
berada di sentra timur menjadi makin berada di pusat kegiatan bisnis dan pemukiman.
Kondisi tersebut menuntut langkah antisipatif dan kegiatan yang terfokus agar dapat
memberikan kontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan kota Jakarta sebagai service city,
khususnya di wilayah Jakarta Timur. Sejalan dengan visi dan misi perusahaan serta berbekal
pengalaman dalam mengembangkan Bangunan Pabrik Siap Pakai, serta memenuhi permintaan
pasar untuk melakukan kegiatan bisnis, perdagangan, distribusi dan kantor secara terpadu
berbasis hightech yang non polutan PT. Persero JIEP merencanakan untuk membangun Multi
Used Building (MIJB).
Penyelesaian masalah restrukturisasi perbankan yang sampai saat ini masih tertunda-tunda,
mengakibatkan sulitnya pemberian kredit baik itu untuk pembebasan tanah, pematangan dan
pembangunan prasarana proyek skala menengah dan skala besar. Sehingga pilihan pendanaan
bagi sektor properti bertumpu pada modal sendiri, atau dari dana strategic partner melalui
penjualan saham (Privat placement) atau bersumber dari hasil pencatatan saham di Bursa Efek.
Karya akhir ini membahas kelayakan PT. Persero JIEP untuk melakukan initial Public
Offering, sebagai alternatif pembiayaan proyek tersebut diatas yang rencananya akan dibiayai
100% dan pengumpulan dana hasil Go Public .Kelayakan Go Public bagi PT. Persero JIEP
ditinjau dari berbagai segi, antara lain kondisi makro Indonesia, kemungkinan pertumbuhan
perusahaan dan penghitungan saham perdana.
Kondisi ekonomi makro Indonesia tidak saja dipengaruhi oleh faktor dari dalam negeri,
tetapi juga dari luar negeri. Serangan terhadap Gedung World Trade Centre di Amerika Senkat
pada bulan November 2001, juga memberikan implikasi yang kurang baik bagi Indonesia karena
merosotnya perekonomian dunia. Imbas dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998,
dan tertundanya penyelesaian masalam di dalam negeri dan ketidak konsistensian pemerintah
dalam mengeluarkan kebijakan yang memberikafl rangsangan terhadap investasi mengakìbatkan
optimisme pasar terhadap sektor properti kurang. Hal ini tercermin dalam kinerja emiten properti
di bursa saham per Qktober 2001, hampir semua mengalami kerugian rata-rata 26%.
Dan segi pertumbuhan1 PT. Persero JIEP memiliki prospek yang cukup baik. Laba
perusahaan dari tahun ke tahun niengalami peningkatan, bahkan saat Indonesia dilanda krisis
ekonomi, laba setelah pajak perusahaan tetap menunjukkan peningkatan. Hal ¡ni dibarengi
dengan kondisi perusahaan yang selalu dalam kondisi ?Sehat Sekali?.
Salah satu aspek yang cukup menentukan keberhasilan go publik adalah harga saham.
Perhitungan harga saham dilakukan dengan menggunakan metode Discounted Freecashflow
mendapatkan nilai per lembar dengan range harga Rp 1.231,- sampai dengan Rp 1.284,-
Sedangkan dengan metode P/B Rasio, yaitu berturut-turut sebesar Rp 1.704 per lembar. Satu
satunya perusahaan yang sejenis yang telah masuk bursa yaitu PT. Jababeka,Tbk menawarkan
saham pada harga perdana sebesar Rp 4.950 dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar. Dalam
perkembangan tiga tahun terakhir harganya terus turun, bahkan berada dibawah harga nominal.
Pada tahun 2001 rata-rata harga saham berada dibawah kisaran Rp 200 per lembar. Future value
harga sahani KIJA tahun 2003 dengan r 14% adalah sebesar Rp 294,-.
Dengan melihat kondisi tersebut diatas, penulis menyarankan PT. Persero JIEP untuk
mencari alternatif pembiayaan lain dengan biaya yang lebih murah. Go publik tidak selalu
berhasil seperti yang diharapkan, selain itu biaya go publik juga tidak sedikit. Pendanaan
pembangunan Multi Used Building disarankan dengan penawaran obligasi. Hal ini
mempertimbangkan kondisi pertumbuhan perusahaan yang cukup baik, serta komparatif
advantage perusahaan yang berlokasi di daerah yang sangat strategis.
"
2002
T5011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Seasoned equity offering (SEO) is an additional public offering of a company's shares in order to generate extra financing for business expansion or fulfillment of its liability......"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Wijanarko Alexsaputra
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas pengaruh sustainable disclosure melalui terhadap IPO performance. Sustainable Disclosure adalah keterbukaan informasi perusahaan tentang kebijakan, strategi, dan komitmen aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2021 – Juni 2024 dengan menggunakan teknik penarikan sampel purposive sampling dan melakukan pairwise sampling pada populasi dengan jumlah sampel akhir 100 perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data panel yang diolah menggunakan Stata 17. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol total assets, proceeds, total revenue, age, offering shares, overhang, leverage, auditors reputation, dan underwriter reputation. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan sustainable disclosure terhadap IPO dengan pengukuran underpricing. Variabel kontrol proceeds dan offering shares berpengaruh positif terhadap IPO underpricing dan variabel auditors reputation berpengaruh negatif signifikan terhadap IPO underpricing.
......This study aims to discuss the effect of sustainable disclosure through IPO performance. Sustainable Disclosure is the disclosure of company information about policies, strategies, and commitments in environmental, social, and economic aspects. This study uses a sample of companies that conducted IPOs on the Indonesia Stock Exchange in the period January 2021 - June 2024 using purposive sampling technique and pairwise sampling on the population with a final sample size of 100 companies. The type of data used in this study is panel data processed using Stata. This study uses control variables of total assets, proceeds, total revenue, age, offering shares, overhang, leverage, auditors reputation, and underwriter reputation. The results of this study indicate that there is no significant effect of sustainable disclosure on IPO with underpricing measurement. The proceeds control variable and offering shares have a positive effect on IPO underpricing and the auditors reputation variable has a significant negative effect on IPO underpricing."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Martin Joel H.O
"ABSTRAK
Dalam situasi krisis ekonomi seperti saat ini, setiap perusahaan akan mengalami
kesulitan untuk mendapatkan dana dan pihak perbankan untuk melakukan ekspansi.
Sedangkan bila ekspansi tidak dilakukan maka perusahaan tidak akan mampu
mempertahankan pertumbuhan penjualan yang diinginkan. Oleh karena itu, penerbitan
saham baru perusahaan yang ditawarkan kepada publik pada harga Rp 550 per lembar
merupakan cara yang mudah untuk mendapatkan dana. Namun perusahaan juga harus
menerima konsekuensi atas tindakannya tersebut yaitu selalu memberikan informasi
perusahaan kepda publik sejelas-jelasnya.
Sebaliknya investor sebagai pihak yang menananamkan modalnya melalui pembelian
saham baru tersebut perlu menilai kewajaran harga saham yang ditawarkan perusahaan.
Pembelian saham yang overvalued akan memberikan kerugian bagi kalangan investor
karena pasar akan menyesuaikan harga saham tersebut pada harga wajarnya. Karya Akhir
ini berusaha menilai kewajaran harga saham tersebut dengan menggunakan dua metode
yaitu discounted cash flow dan P/E multiple.
Hasil perhitungan yang diperoleh dari metode discounted cash flow memperlihatkan
harga wajarnya sebesar Rp 678 per lembar. Sedangkan metode P/E multiple
memperlihatkan harga wajamya sebesar Rp 476 per lembar. Sehingga dengan adanya
hasil dari kedua metode perhitungan tersebut maka harga wajar saham PT Alfa Retailindo
Tbk berada pada range Rp 476 hingga Rp 678 per lembar. Bila harga saham PT Alfa
Retailindo, Tbk yang ditawarkan pada penawaran saham perdana dìbandingkan dengan
harga wajarnya maka harga saham yang ditawarkan tersebut berada pada range harga
wajarnya atau dengan kata lain harga saham tersebut fair price.
OIeh karena ¡tu investor yang berniat untuk menanamkan modainya di PT Alfa
Retailindo, Tbk dapat membeli saham tersebut.
"
2001
T3318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hudiyanto
"ABSTRAK
Karya akhir ini merupakan penclitian kembali fenomena underpricing pada penawaran
umum saham perdana yang terjadi di Bursa Efek Jakarta. Beberapa penelitian sejenis telah
dilakukan pada waktu sebelumnya, sebagaimana oleh Hanafi dan Husrian (1991), Hanafi
(1997), Rufitialfian (1999), Daijono (2000), Herniawan (2000), serta Kusumaningtyas (2000).
Dalam berbagai literatur keuangan disebutkan bahwa harga penawaran perdana
(offering price) pada penawaran umum saham perdana (IPO) Iebih rendah dan nilai wajarnya
atau mengalami underpriced. Hal ini menyebabkan diperolehnya first-day abnormal return
yang positif dan siginifikan bagi pembeli saham di pasar perdana dan menjual kembali saham
tersebut di hari pertama atau kedua setelah diperdagangkan di pasar sekunder.
Karya akhir ini rnempunyai tiga tujuan utama, yaitu untuk mengetahui keberadaan dan
besarnya underpricing saham perdana, perilaku saham perdana, serta menentukan variabel
variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Kajian karya akhir ini
juga ingin meneliti hubungan antara besaran underpricing dengan kondisi pasar modal
Indonesia yang terpengaruh oleh krisis moneter yang mulal berdampak pada bulan Juil 1997.
Penelitian mengambil sampel dari emiten-emiten yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta
dad tahun 1996 sampai dengan 2000.
Hasil penelitian menunjukan bahwa selama periode tahun 1996 sampai dengan tahun
2000, saham perdana mengalami derpricing sebesar 21 96% secara rata-rata dan siginifikan
pada saat pertama kali perdagangan. Perhitungan tersebul menggunakan metode market
adjusted abnormal return.
Penelitian juga mendapalkan fakta bahwa kondisi bursa yang terpengaruh oleh krisis
moneter Juli 1997 mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Jika pada
periode 1996 sampai dengan JuIi 1997 tingkat underpricing IPO yang terjadi sebesar 14,77%,
maka pada periode Agustus 1997 sampai dengan 2000 tingkat underpricing meningkat tajam
sebesar 109,07% menjadi 30,88%. Hal ini menyimpulkan bahwa semakin besar risiko
investasi di pasar modal maka semakin besar pula tingkat underpricing IPO.
Perilaku saham perdana yang dapat dilihat dari pola CAAR menunjukan bahwa tingkat
underpricing yang terbesar hanya terjadi pada hari pertama. Pada hari kedua, saham perdana
mengalami koreksi yang signifikan. AAR yang diharapkan positif pada hari-hari berikutnya
nampak tidak selalu terjadi. Yang terjadi adalah pola CAAR yang cenderung menurun
meskij,un tidak besar dan signifikan. Pada bulan ketiga, saham perdana menunjukan pola yang
menurun dan terjadi sampai akhir bulan ke enam. Lebih jauh lagi, penelitian yang mengkaji
tiga variabel yang diduga berpengaruh penting terhadap tingkat underpricing menyimpulkan
bahwa vaniabel kondisi bursa-lah yang mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat
underpricing. Sedangkan vaniabel besaran ROE dan DER tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap tingkat underpricing.
Fenomena underpricing pada saham perdana menjadi hal yang menarik karena
mempunyai implikasi yang luas. Bagi para akademisi hal ini dapat melemahkan teori hipotesa
pasar modal yang efisien, khususnya bentuk setengah kuat (semi strong). Bagi para pelaku
pasar modal, hal ini dapat dijadikan referensi untuk menyusun strategi yang tepat, bijaksana
dan rasional dalam merespon peristiwa penawaran saham perdana di masa depan.
"
2002
T2393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahusuly, Samuel James
"ABSTRACT
Penelitian ini menyelidiki hubungan porsi saham yang ditawarkan ke publik oleh perusahaan pada saat melakukan initial public offering (IPO) dengan kinerja jangka panjang saham perusahaan di Indonesia. Sampel penelitian meliputi 140 IPO perusahaan non-keuangan di Indonesia pada periode 2000-2010. Metode pengukuran kinerja jangka panjang saham menggunakan market-adjusted cumulative abnormal returns dan buy-and-hold returns. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan nonlinear antara porsi kepemilikan saham publik (free float) dengan kinerja jangka panjang saham pada periode 36 bulan setelah IPO dilakukan. Hubungan nonlinear antara free float dengan kinerja jangka panjang saham bertahan setelah dikontrol terhadap kinerja operasional perusahaan satu tahun sebelum IPO

ABSTRACT
This research aims to investigate the relationship between percentage of stocks offered to the public by firms (public float) at the time they went public and their long-term aftermarket performances. Research sample includes 140 IPOs of Indonesian non-financial listed companies within 2000-2010 periods. Market-adjusted cumulative abnormal returns and buy-and-hold returns methods are used to measure the long-term performance. The research finding shows the existence of a nonlinear relationship between public float percentage and long-term aftermarket performance 36-months after the IPO. This nonlinear relationship persists even after controlling pre-IPO operating performance."
2014
S55999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak IPO terhadap return industrinya, secara umum menunjukkan bahwa IPO memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap return industrinya, dari dampak secara umum IPO terhadap return industrinya tersebut yang tidak signifikan secara statistik, penelitian ini mencoba mengklasifikasikan IPO berdasarkan 2 dampak yang berbeda yang menyebabkan IPO tidak signifikan (secara umum) terhadap industrinya, 2 dampak ini dipisahkan menjadi 2 model efek yaitu information effect dan competitive effect, masing – masing model mengklasifikasikan IPO sesuai dengan karakternya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan setelah IPO diklasifikasikan sesuai dengan karakternya masing – masing, IPO tetap tidak signifikan mempengaruhi return industrinya., Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak IPO terhadap return industrinya, secara umum menunjukkan bahwa IPO memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap return industrinya, dari dampak secara umum IPO terhadap return industrinya tersebut yang tidak signifikan secara statistik, penelitian ini mencoba mengklasifikasikan IPO berdasarkan 2 dampak yang berbeda yang menyebabkan IPO tidak signifikan (secara umum) terhadap industrinya, 2 dampak ini dipisahkan menjadi 2 model efek yaitu information effect dan competitive effect, masing – masing model mengklasifikasikan IPO sesuai dengan karakternya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan setelah IPO diklasifikasikan sesuai dengan karakternya masing – masing, IPO tetap tidak signifikan mempengaruhi return industrinya.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library