Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deden Djuanda
Abstrak :
Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang proses pelayanan anak asuh pada Panti Sosial Asuhan Anak "Bayi Sehat" Muhammadiyah dan kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pelayanan tersebut. Penelitian ini dilatar belakangi oleh peran organisasi sosial yang menonjol dalam menangani permasalahan anak terlantar khususnya yang dilakukan oleh Yayasan Muhammadiyah. Berdasarkan konsistensi dan peran Muhammadiyah dalam ikut menangani permasalahan anak terlantar melalui pendirian panti-panti yang ada, maka penelitian mencoba mengkaji proses pelayanan yang dilakukan oleh salah satu panti yang bemaung dibawah Yayasan Muhammadiyah yaitu PSAA "Bayi Sehat " Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai proses pelayanan yang dilakukan serta kendalakendalanya berdasarkan kebijakan yang sudah diterapkan oleh lembaga maupun berdasarkan praktek terbaik menurut perspektif proses pertolongan dalam pekerjaan sosial. Data-data tersebut diperoleh melalui pars informan melalui teknik penarikan non random sampling secara purposive yang meliputi pimpinan/staf, para pengasuh dan anak asuh yang ada. Untuk mengumpulkan data dari para informan peneliti menggunakan teknik wawancara tidak berstruktur (indepth interview), observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pelayanan terhadap anak asuh yang dilakukan dalam panti mengacu pada apa yang telah digariskan dalam kebijakan lembaga dalam hal ini pedoman yang dibuat oleh PP Muhammadiyah, walaupun dalam beberapa hal masih perlu adanya penyempurnaan-penyempumaan sehingga pelayanan yang dilakukan lebih optimal. Sedangkan berdasarkan standar praktek pekerjaan sosial, maka tahapan yang dilakukan maupun prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya pada dasarnya sudah terpenuhi walaupun pada beberapa aspek masih perlu peningkatan serta pada pelaksanannya terlihat adanya penyesuaian dengan keadaan maupun karakteristik anak asuh yang ada. Karakteristik yang menonjoI dimana anak asuh yang ada sebagian besar merupakan anak asuh yang berada di panti sejak bayi sehingga proses pelayanan memiliki karakteristik tersendiri dalam pelaksanaannya Keadaan tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap proses pelayanan yang dilakukan. Hat ini terlihat dalam proses rujukan, pembinaan maupun pemutusan pelayanan yang dilakukan sehingga menyebabkan munculnya sebagian kendala-kendala yang disebabkan karakteristik anak asuh tersebut antara lain identitas anak yang tidak jelas dan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap panti. Upaya proses pelayanan juga terlihat dari upaya pemenuhan kebutuhan anak asuh yang meliputi kebutuhan jasmani/kesehatan, pendidikan, mental keagamaan dan sosial yang merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi sehingga dapat hidup secara wajar sebagaimana layaknya anak-anak dalam keluarga normal. Pada pelaksanaannya pembinaan yang dilakukan untuk balita lebih menekankan pada upaya perawatan jasmani dan kesehatan serta tumbuh kembang anak secara wajar. Kendala-kendala yang dihadapi menyangkut masalah internal yaitu berupa kondisi fisik, emosional dan intelektuaI anak serta masalah eksternal berupa kuantitas dan kualitas petugas. Walaupun pelayanan yang dilakukan telah memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan anak asuh tetapi untuk lebih meningkatkan pelayanan yang diberikan, maka beberapa upaya perlu dilakukan yaitu dengan pelaksanaan proses monitoring yang lebih optimal dan mengacu pads rencana pelayanan yang tidak hanya terbatas pada pedoman secara umum, tetapi hendaknya tujuan baik antara maupun akhir ditentukan ukuran yang secara spesifik guna memantau perkembangan klien secara sistematis berdasarkan tujuan pembinaan itu sendiri serta efek intervensi yang dilakukan, dan dalam proses pembinaan sebagai bagian pelaksanaan rencana pemecahan masalah diperlukan keterlibatan para profesional yang lebih intensif sehingga peran pengasuh lebih terbantu dalam proses pembinaan anak asuh. Upaya ini dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas tenaga melalui pelatihan atau melibatkan tenaga profesional pemerintah untuk diperbantukan sehingga masalah kekurangan dana relatif bisa terpecahkan. Adapun dalam proses terminasi, terkait dengan kesiapan anak asuh maka pembinaan melalui pemberian keterampilan hendaknya diberi kesempatan untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang lebih luas sehingga memudahkan proses penyaluran dan terminasi. Dengan demikian maka tujuan proses pembinaan yang dilakukan dapat dicapai secara optimal.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbullah
Abstrak :
Panti Sosial Asuhan Anak sebagai institusi pengganti fungsi keluarga diharapkan mampu memainkan peranannya dalam membina dan mengasuh anak-anak yang karena sesuatu dan lain hal mengalami kondisi keterlantaran. Salah satu kondisi kehidupan dalam panti yang mendukung atau menghambat perkembangan kepribadian anak adalah mutu pengasuhan yang diberikan oleh para pengasuh. Itulah yang melatarbelakngi penulis untuk melakukan kajian tentang praktik pengasuhan anak yang selama ini dilakukan di panti-panti sosial asuhan anak. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam pengkajian tersebut berangkat dari 7 (tujuh) prinsip pengasuhan anak, yaitu keakraban, kepedulian, kebebasan, kemandirian, kedisiplinan, kestabilan emosi, dan realistik. Bertalian dengan itu, maka penelitian ini bertujuan memperoleh data yang berkaitan dengan penerapan prinsipprinsip pengasuhan tersebut dalam praktik pengasuhan anak, dan bagaimana tanggapan mengenai penerapan prinsip-prinsip pengasuhan tersebut, serta bagaimana kaitannya dengan perumusan dan pengembangan program pendidikan dan pelatihan. Sehingga dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penyusunan rencana dan prorgam pelatihan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM), khususnya pengelola dan pengasuh Panti-Panti Sosial Asuhan Anak. Penelitian ini dilakukan pada enam buah panti sosial yang secara geografis dapat mewakili seluruh panti sosial yang ada di Kalimantan Selatan, yakni PSAA Budi Rahayu di Amuntai, Putera Harapan di Barabai, Budi Akhlaqul Karimah di Rantau, PSAA Puteri Harapan Ibu di Banjarmasin, Budi Mulia di Banjarbaru, dan Harapan Rita Tamban Barito Kuala, dengan jumlah responden sebanyak 30 orang pengasuh dan 90 orang anak asuh. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa prinsip-prinsip pengasuhan anak yang menjadi kerangka pemikiran dalam penelitian ini pada dasarnya telah dilaksanakan oleh para pengasuh di panti-panti sosial ini yang terimplementasi dalam beberapa bentuk perlakuan pengasuh terhadap anak-anak asuh. Hanya raja secara teoritis para pengasuh belum tahu atau bahkan sama sekali tidak tahu, bahwa yang mereka praktikkan selama ini adalah penerapan prinsip-prinsip pengasuhan dimaksud. Hal ini, mungkin saja disebabkan sebagian besar (46,67%) dari pengasuh belum pernah mengikuti diktat yang berkaitan dengan pengasuhan anak maupun pelayanan panti. Berdasarkan pandangan pengasuh dan anak asuh terdapat kesenjangan dalam beberapa perlakuan yang diberikan oleh pengasuh kepada anak-anak asuh. Kesenjangan dimaksud adalah antara kenyataan yang diberikan oleh para pengasuh dengan kenyataan yang dirasakan dan dialami oleh anak-anak asuh. Kesenjangan dalam penerapan prinsip-prinsip tersebut, memerlukan adanya penyelarasan dan penyesuaian sehingga ada peningkatan wawasan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap prinsip-prinsip pengasuhan anak tersebut melalui 2 (dua) jenjang pelatihan bagi pengasuh panti, yakni pelatihan teknis tingkat dasar dan pelatihan teknis tingkat pengembangan, dengan muatan materi tentang profesi dan praktik pekerjaan sosial. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi peningkatan kinerja pelayanan dan pengasuhan di Panti-Panti Sosial Asuhan Anak.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atun Dwihandayani
Abstrak :
Semakin meningkat populasi lanjut usia akhir-akhir ini memerlukan penanganan yang lebih serius baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun organisasi-organisasi sosial. melalui kebijakan pemerintah bagi para lansia yang tidak mempunyai keluarga maupun yang mempunyai keluarga tetapi kurang memperoleh perhatian maka pada lansia tersebut di santuni melalui sistem panti seperti PSTW "Budhi Dharma" yang ada di Bekasi. Penelitian ini berangkat dari permasalahan dalam pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan lansia, dimana Petugas Panti mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan strategis karena merekalah yang berhadapan langsung dengan klien yang dilayani sehingga permasalahan yang dialami klien segera mereka ketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan yang dilakukan Petugas Panti dalam pelayanan terhadap lansia dan mengetahui hambatan yang ditemui oleh Pekerja Sosial dalam melaksanakan peran-peran tersebut. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif Pengumpulan datanya melalui studi kepustakaan, pengamatan, dan wawancara yang ditujukan kepada 13 orang informan terdiri dari 8 orang informan Pekerja Sosial dan 5 orang informan lansia. Penelitian menggunakan kerangka Petugas Panti menurut buku panduan yang dikeluarkan oleh Depsos 1998, yaitu bahwa ada 7 peran yang dilakukan oleh petugas panti dalam membantu individu dan keluarga. Temuan penting dari penelitian ini menunjukan bahwa para Petugas Panti di PSTW "Budhi Dharma" telah berusaha melaksanakan perannya. Dalam memberikan pelayanan terhadap lansia Petugas Panti berperan sebagai koordinator, yakni berkoordinasi dengan sesama Petugas Panti untuk melayani para lansia, sebagai penghubung yakni menghubungkan klien dengan sistem sumber, sebagai perantara untuk menengahi konflik yang terjadi antar klien, dan sebagai edukator yakni membimbing/melatih para lansia untuk pengembangan sikap mental dan keterampilan para lansia. Namun disadari bahwa Petugas Panti belum maksimal melaksanakan perannya, karena terbentur pada beberapa faktor hambatan, baik tingkat pendidikan profesi, faktor klien, maupun kondisi lembaga itu sendiri. Saran yang dapat diajukan adalah ; perlunya peningkatan profesionalisme para Petugas Panti, perlu membangun jaringan kerjasama dengan organisasi sosial atau lembaga lain yang menangani atau mendukung pelayanan terhadap lansia seperti psikolog, dokter, ahli gizi dan lain-lain, serta perlunya hubungan dengan keluarga lansia dilakukan secara efektif oleh Petugas Panti guna membantu pemecahan masalah yang dihadapi lansia. xiv, 124 halaman, V bab, 9 tabeI, 5 lampiran, 24 buku,1 jurnal, 2 makalah dan 14 dokumen.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwanto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara obyektif mengenai peranan panti sosial dalam penanganan penyandang masalah sosial perkotaan di DKI Jakarta dengan studi kasus P561 Bangun Daya 02 Ceger. Isinya menggambarkan kehidupan sosial dalam pelayanan sosial terhadap PMKS di PSBI Ceger, permasalahan yang dihadapi dan upaya mengatasinya. Dari hasil penelitian di PSBI Ceger ternyata menghadapi beberapa permasalahan seperti keterbatasan sarana prasarana dan petugas sehingga pelayanan sosial masih kurang memadai. Atas dasar dan permasalahan tersebut pertanyaan penelitian adalah: Bagaimana pelayanan terhadap PMKS hasil trantib yang diserahkan di PSBI Bangun Daya 02 Cipayung? Bagaimana masalah yang dihadapi dan upaya optimalisasi pelayanan terhadap PMKS hasil trantib yang diserahkan di PSB1 Bangun Daya 02 Cipayung? Berapa besar peran PSBI Bangun Daya 02 Ceger Cipayung terhadap pembangunan sosial di DKI Jakarta? Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif analistis dan metode pendekatan kualitatif, yaitu melakukan observasi dan wawancara mendalam terhadap 4 orang informan guna menggali data dan inforrnasi yang diperlukan. Selanjutnya untuk mempertajam analistis penelitian ini didukung oleh data kuantitatif melalui kegiatan survei dengan memberikan kuisioner kepada sampel sebanyak 100 responden. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengungkapkan bagaimana upaya mengatasi permasalahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sosial secara optimal dan pandangan responden terhadap pelayanan yang ada di PSBI. Disamping itu diajukan suatu alternatif penanganan PMKS di lingkungan tempat tinggalnya (komunitas lokal) oleh partisipasi komunitas setempat, sehingga PMKS terentaskan dan tidak sampai turun ke jalan. Upaya-upaya tersebut dilandasi kerangka berpikir/teori sebagai berikut. Saat ini penanganan PMKS telah menjadi sosial isue. Tujuannya untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Maka pemda mengeluarken kebijakan penanganan PMKS berupa penyelamatan, pemulihan dan kemandirian. Disamping itu Pemda mengeluarkan Peraturan tentang penanganan PMKS - Penanganan PMKS dilakukan bersama antara perintah dan masyarakat. Kemandirian diikuti dengan social welfare sebagai upaya penanganan PMKS. Salah satunya melalui PSBI tempat penelitian ini dilakukan. Saat ini pelayanan sosial di PSBI Ceger hasilnya masih kurang memadai. Cara mengatasinya melakukan peningkatan kualitas pelayanan sosial. Dengan melakukan manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management/TQM (Vincent Gasperz, 1997), dengan cara meningkatkan performance secara terus menerus pada setiap level proses pelayanan. Untuk itu panti melakukan manajerial operasional (MO) dan Strategi Operasional (SO) seperti dikemukakan Freddy Rangkuti (2002). Dengan MO menghasilkan nilai tambah pelayanan dan SO menghasikan komitmen karyawan terhadap suksesnya program yang direncanakan PSBI Ceger dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Dengan TQM menghasilkan peningkatan pelayanan sosial lebih optimal. Pelaksanaan SO diikuti dengan program strategi berdasarkan teori SWOT (Robbin, SP - 2002, Rajan, Das -- 2000). Program tersebut meliputi koordinasi dengan unit terkait dan masyarakat, sosialisasi peraturan kebijakan pelayanan, pembentukan tim restrukturisasi pelayanan dan optimalisasi pelayanan. Tujuannya mendukung tercapainya peningkatan kualitas pelayanan. Beberapa temuan dalam penelitian ini adalah hasil pelayanan di PSBI Ceger dalam tahun 2002 sebesar 2.421 PMKS dan tahun 2003 sebesar 2.428 atau selama dua tahun sebesar 4.849 PMKS, ini berarti memberikan kontribusi sebesar 2,16% terhadap penanganan PMKS DKI Jakarta. Temuan lainnya adalah menghadapi PMKS yang kornpleks maka pelayanan sosial di PSBI Ceger masih kurang memadai. Berdasarkan analisis studi, upaya peningkatan kualitas pelayanan dengan manajemen mutu terpadu. Alternnatif lain adalah penanganan PMKS berbasis komunitas lokal. Artinya PMKS ditangani mulai di tingkat komunitas - tempat tinggal mereka, karena merupakan problem sosial yang harus diatasi bersama (Rubbin, 1992: 7, 111 - 128) sebagai wujud partisipasi komunitas lokal (James Medgley, 1986), yang dilembagakan sebagai sistem pengembangan komunitas dengan pendekatan community based service (Jim ife, 2002: 9). Bila PMKS dan problem sosial sudah tertangani berarti komunitas tersebut warganya sejahtera atau social welfare (Segal, A. Elizabeth: 1998). Kesimpulannya PSBI Ceger dengan kondisi pelayanan sosial kurang memadai, telah berupaya peningkatan kualitas pelayanan sosial dengan cara melakukan manajemen kualitas terpadu.Secara keseluruhan hasil penanganan PMKS oleh PSBI masih relatif kecil sehingga perannya terhadap pembangunan kesejahteraan sosial DKI Jakarta juga masih kecil. Rekomendasi yang diajukan adalah pemerintah hendaknya segera melengkapi sarana dan tenaga profesi yang diperlukan oleh PSBI serta melakukan alternatif penanganan PMKS melalui model penanganan PMKS berbasis komunitas lokal. Isi 156 hlmn. Pola 2, 1 model, 8 tabel. 13 grafik, 16 gambar. 60 Bibliografi, tahun buku 1973 --2003.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christiana Farida E.
Abstrak :
Panti asuhan sebagai badan yang memberikan substitutive service menjadi tempat tinggal alternatif bagi anak-anak terlantar. Panti asuhan memiliki ruang-ruang semipublik yang terbatas untuk anak yang jumlahnya banyak sehingga terjadi berbagai persoalan dalam berkegiatan di dalamnya. Kajian teori menunjukkan bahwa dalam kegiatan bertinggal, manusia berusaha membangun ikatan positif dengan hunian yang berujung pada pemaknaannya sebagai home. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemaknaan itu, apakah panti asuhan telah dimaknai sebagai home oleh anak-anaknya dan bagaimana makna tersebut terjadi atau tercapai. Hasil analisis menunjukkan parameter home hadir dalam Panti Asuhan Vincentius Putri. Sebagian besar anak menanggap panti asuhan sebagai home. Kehadiran home itu sendiri tidak lepas dari bagaimana mereka menggunakan ruang-ruang dalam panti asuhan. ......Orphanage is an institution that provides substitutive service and shelter for abandoned children. The rooms in orphanage are semipublic and limited compared to large numbers of orphans, causing numerous problems to do daily activities. Theoretical studies showed that human basically tries to build a positive bond with his shelter. This bonding leads to deeper meaning in the residence, as home. Therefore, the purpose of this study is to determine how far the conception of orphanage as home by the orphans and how the conception is achieved. The results show most of parameters present in Panti Asuhan Vincentius Putri. Most of orphans perceive orphanage as a home. The presence of home can not be separated from how they use space in this orphanage.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ido Damos Joel
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai Gambaran Proses Labeling PadaPeserta Didik Yang Berasal Dari Panti Asuhan Putra Utama 01 Jakarta Di SDN Klender 14 Pagi Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan penedekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus deskriptif. Penelitian ini bertujuan menggambarkan proses terjadinya labeling, faktor pendorong labeling, dan dampak labeling pada peserta didik yang berasal dari panti asuhan . Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa permasalahan labeling yang terjadi di SDN Klender 14 Pagi Jakarta Timur berawal dari interaksi antara guru dengan peserta didik dan berdampak pada peserta didik yang berasal dari panti asuhan. ......This thesis discuss about labeling process of student from Putra Utama 01 Jakarta orphanage in SDN Klender 14 Pagi Jakarta Timur. This research uses qualitative with the kind descriptive case studies types. The purpose of this research is to describe process of labeling, reinforcing factors, and impacts of labeling. The result of this research shows that labeling in SDN Klender 14 Pagi Jakarta Timur was starting from interaction between teacher and students and impacts to students from the orphanage.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Rizki Pontania
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang program intervensi bercerita menggunakan flannelboard stories untuk meningkatkan pemahaman empati pada anak usia dini di Panti Asuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas bercerita menggunakan flannelboard stories dalam meningkatkan pemahaman empati pada anak usia dini di Panti Asuhan. Partisipan untuk penelitian ini terdiri dari 25 anak usia dini yang tinggal di Panti Asuhan X. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Empathy Scale for Children (ESC) yang berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman empati pada anak usia dini. Penelitian ini menggunakan disain penelitian eksperimental dengan bentuk one group pre-test post-test design. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan 2 related sample t-test, khususnya teknik Wilcoxon, didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan yang signifikan antara pre-test dan post-test 1 (Z= 4.318, p < 0.01) artinya terdapat peningkatan pemahaman empati anak setelah program intervensi dilakukan. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa bercerita menggunakan flannelboard stories terbukti efektif untuk meningkatkan pemahaman empati pada anak usia dini. Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak melakukan randomisasi dalam pengelompokan partisipan, evaluasi pada setiap akhir sesi sebaiknya dilakukan secara individu, validasi pemilihan alur cerita oleh ahli, dan ketidakhadiran observer ketika program intervensi berlangsung.  ......This research presented an intervention program of storytelling using flannelboard stories to increase the understanding of empathy in early childhood in orphanage. The purpose of this research is to look at the effectiveness of storytelling using flannelboard stories to increase the understanding of empathy in early childhood in orphanage. The research`s respondents comprised of 25 children who live in the Orphanage X and were measured using Empathy Scale for Children (ESC) which is used to measure children`s understanding of empathy. The research design in this study was a group pre-test post-test design. Based on the results of statistical tests using 2 related t-test samples, specifically the Wilcoxon technique, it was found that there was a significant increase between pre-test and post-test 1 (Z = 4,318, p <0.01). The results of this research analysis prove that storytelling using flannelboard stories is effective in increasing the understanding of empathy in early childhood in orphanage. Limitations of this study are lack of randomization in assigning the participant into groups, group evaluation at the end of each session, the storyline could have been assessed by experts prior to the research, and the absence of the observer during intervention program. 
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nadira Avianti Susardi
Abstrak :
Panti asuhan merupakan tempat tinggal sementara yang menggantikan peran rumah untuk anak yatim. Namun, kurangnya kesempatan untuk mencapai privasi yang disebabkan oleh tingginya populasi anak di dalam panti asuhan kerap terjadi. Dalam pencapaian kebutuhan privasi, cara pandang anak yatim terhadap ruang akan berbeda dengan perilaku anak yang masih memiliki orang tua. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk mengetahui cara anak yatim berusia 5 sampai 12 tahun mempersepsikan dan menggunakan ruang di panti asuhan untuk mencapai kebutuhan privasi mereka sebagaimana privasi dapat diperoleh dari proses bermain. Berdasarkan analisis dan studi kasus yang dilakukan di SOS Children’s Villages Lembang, kebebasan dalam memilih dan bermain menciptakan privasi yang didasari oleh pengendalian prilaku serta cara menggunakan elemen-elemen yang tersedia didalam ruang. ......Orphanage is a temporary dwelling-space that replace the role of home for orphans. But, lacking of the possibility to achieve privacy that is caused by the high populated is happening. In the process of gaining the sense of privacy, orphans’ perception towards the space would be different than those whom still under parental care. This thesis is aimed to understand the way orphans from 5 to 12 years old perceive and utilize the space in the orphanage to get their needs such as privacy, as it is known that privacy can be achieved through the process of playing. According on the analysis and case study that is done in SOS Children’s Villages Lembang, the freedom of choosing and play creates privacy that is based on behavioural control and the utilization of the elements provided in the space.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahma Murbowo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi self-compassion terhadap subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi subjective well-being adalah tercapainya tujuan atau goal dan harapan Diener Scollon, 2003. Permasalahan di kehidupan panti asuhan menunjukkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan dan harapan remaja saat mereka masuk ke panti asuhan. Saat tujuan dan harapan tersebut tidak tercapai, maka akan muncul emosi negatif yang dapat menurunkan subjective well-being Zessin, Dickhauser, Garbade, 2015. Self-compassion dapat mengurangi pengaruh emosi negatif yang ditimbulkan oleh kegagalan tersebut sehingga tingkat subjective well-being tetap baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan jumlah partisipan 100 orang 51 perempuan berusia 14-18 tahun yang tinggal di panti asuhan di Jakarta. Alat ukur yang digunakan yaitu Self-Compassion Scale Neff, 2003 untuk mengukur self-compassion, The Satisfaction with Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985, dan Positive and Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 untuk mengukur subjective well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-compassion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap kepuasan hidup R2 = 0.006, p =0.445, berkontribusi secara signifikan terhadap afek positif R2= 0.091, p = 0.002 dan afek negatif R2= 0.155, p = 0.000 pada remaja panti asuhan di Jakarta.
This research was conducted to investigate the self compassions contribution to subjective well being among orphanage adolescents at Jakarta. The factor that could influence subjective well being are goals and expectations Diener Scollon, 2003 . The troubles that occur in daily life of orphanages show the possibility of goals and expectations which do not achieved. When one experienced failure on goal achievement, negative emotion would appear and lowered the subjective well being Zessin, Dickhauser Garbade, 2015. Self compassion could alleviate the negative emotional influence of failure, so the subjective well being stayed positive. There were 100 participants 51 female from orphanages at Jakarta aged 14 to 18 for this study. The data were collected using Self Compassion Scale Neff, 2003 to measure self compassion, The Satisfaction With Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985 and Positive Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 to measure subjective well being. Result from this study indicated that self compassion does not significantly contribute to life satisfaction R2 0.006, p 0.445, significantly contributes to positive affect R2 0.091, p 0.002 and also to negative affect R2 0.155, p 0.000 of subjective well being among orphanage adolescents in Jakarta.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>