Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gesang Ridho Subhan
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self-control baik secara umum maupun per dimensi dengan respect dalam tingkah laku civil pada remaja. Self-control diukur dengan Brief Self-Control Scale (BSCS) yang dibuat oleh Tangney, Baumeister, dan Boone (2004), sedangkan respect diukur dengan alat ukur respek pada remaja Jakarta yang dibuat oleh peneliti berdasarkan konsep respect dari Hendrick & Hendrick (2006) dan Leary (2005). Dalam penelitian ini terdapat 96 partisipan remaja dalam rentang usia 15-17 tahun dari berbagai sekolah di Jakarta yang diperoleh melalui kuesioner cetak dan online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-control dengan respect pada remaja. Selain itu, terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-control pada dimensi self-discipline dengan respect pada remaja, sedangkan pada dimensi lainnya tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan respect. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara dimensi self-discipline dengan respect pada komponen caring/supportiveness dan equality/mutuality dalam domain masyarakat, keluarga, dan peer-group/teman. Hubungan positif yang signifikan antara self-control dengan respect tersebut menunjukkan bahwa semakin mampu remaja mengesampingkan atau mengubah, menghentikan, dan menahan tingkah lakunya yang tidak diharapkan, maka remaja semakin menghormati dan menghargai orang lain atau sesuatu secara menyeluruh dalam lingkungan masyarakat, keluarga, dan peer-group/teman. ......This study aimed to examine the relationship between self-control in whole concept and each dimensions with respect in civil behavior among adolescents. Self-control was measured by the Brief Self-Control Scale (BSCS) made by Tangney, Baumeister, and Boone (2004), while respect was measured by the Jakarta adolescents respect scale made by researcher based on concept of respect from Hendrick & Hendrick (2006) and Leary (2005). In this study, there were 96 participants in the range age 15-17 years old from various schools in Jakarta obtained through printout and online questionnaires. The result indicates that there is a significant positive correlation between self-control and respect among adolescents. In addition, there is a significant positive correlation between self-control on dimension of self-discipline and respect among adolescents. The result also shows that there is a significant positive correlation between dimension of self-discipline and respect on component of caring/supportiveness and equality/mutuality in domain of society, family, and peer-group/friends. A significant positive correlation between self-control and respect means that teenagers who can exclude or modify, interrupt, and restrain undesired behavior, will be more respect to someone or something thoroughly in society, family, and peer-group/friends.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeferson Margasaputra Muchlis
Abstrak :
Remaja merupakan populasi yang rentan terhadap perilaku kekerasan fisik karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri dan emosi yang masih belum stabil serta belum matang dalam melakukan pengambilan keputusan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 382 Remaja dengan rentang usia 15-19 tahun di 2 SMA yang ada di Kota Bandar Lampung yakni SMA N 3 dan SMA N 14 Bandar Lampung. Sampel didapatkan dengan teknik probability sampling jenis simple random sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dengan nilai R hitung lebih besar daripada R tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini valid. Sementara itu uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach's Alpha 0,731. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan antara kontrol diri dengan perilaku kekerasan fisik pada remaja dengan hasil p value 0,002 (P< 0,05). Implikasi dari analisa ini adalah semakin rendah kontrol diri yang dimiliki remaja maka semakin tinggi perilaku kekerasan fisik pada remaja tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki remaja maka semakin rendah perilaku kekerasan fisik pada remaja tersebut. Hal ini disebabkan karena kontrol diri yang baik dapat membantu remaja untuk dapat menahan diri dari hal-hal yang tidak baik untuk dilakukan. Rekomendasi berkaitan dengan penelitian ini ialah Perawat perlu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya seperti pendidik, psikolog dan dinas terkait dalam penyelenggaraan program dukungan pengasuhan yang secara khusus disesuaikan dengan kondisi remaja. ......Adolescents are a population that is vulnerable to physical violent behavior because adolescence is a period of self-discovery and emotions that are still unstable and immature in making decisions when compared to adults. This research is a quantitative study with a cross-sectional research design. The research sample amounted to 382 adolescents with an age range of 15-19 years in 2 high schools in Bandar Lampung City, namely SMA N 3 and SMA N 14 Bandar Lampung. The sample was obtained using probability sampling technique of simple random sampling type. This study uses a questionnaire that has been tested for validity with a calculated R value greater than the R table, so it can be concluded that the data in this study are valid. Meanwhile, the reliability test showed a Cronbach's Alpha value of 0.731. The results of the study analyzed using the chi-square test showed that there was a relationship between self-control and physical violent behavior in adolescents with a p value of 0.002 (P <0.05). The implication of this analysis is that the lower the self-control of adolescents, the higher the physical violent behavior of these adolescents. Conversely, the higher the self-control of adolescents, the lower the physical violent behavior of these adolescents. This is because good self-control can help adolescents to be able to refrain from things that are not good to do. Recommendations related to this study are Nurses need to collaborate with other stakeholders such as educators, psychologists and related agencies in the implementation of parenting support programs that are specifically tailored to the conditions of adolescents.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati Dewi Susanti
Abstrak :
Kejadian stunting masih menjadi masalah kesehatan anak-anak bahkan hingga remaja. Dampak stunting khususnya pada remaja dapat memengaruhi mereka di sekolah dan kemungkinan juga berpengaruh pada konsep diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian stunting dengan konsep diri remaja di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif cross-sectional dengan menggunakan tabel z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) dari WHO dan kuesioner Piers-Harris Childrens Self-Concept Scale 2nd Edition (Piers-Harris 2). Penelitian ini dilakukan pada 143 responden yang dipilih dengan menggunakan cluster, stratified dan random sampling pada sekolah di 10 Kecamatan yang berada di Jakarta Selatan. Hasil penelitian ditemukan 5,6% remaja di Jakarta Selatan mengalami stunting dan 64,3% memiliki konsep diri yang negatif. Selain itu, tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian stunting dengan konsep diri remaja di Jakarta Selatan. Konsep diri yang positif terdapat pada domain behavioral adjustment dan happiness and satisfaction. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelayanan kesehatan untuk lebih meningkatkan upaya penanganan stunting hingga pada masa remaja juga kepada sekolah agar dapat mengadakan dan/atau meningkatkan program-program yang berfokus pada pengembangan konsep diri peserta didik.
The incidence of stunting is still a health problem for children and even adolescent. The impact of stunting, especially in adolescents, can affect them in school and possibly influence their self-concept. This study aims to determine the relationship between the incidence of stunting and the self-concept of adolescents in South Jakarta Region. The design of this study was correlative analytic cross-sectional using the z-score height for age tables from WHO and Piers-Harris Childrens Self-Concept Scale 2nd Edition questionnaire (Piers-Harris 2). This study was conducted on 143 respondents who were selected using clusters, stratified and random sampling at schools in 10 sub-districts located in South Jakarta Region. The results of the study found 5.6% of adolescents in South Jakarta Region were stunted and 64.3% had a negative self-concept. In addition, there was no significant relationship between the incidence of stunting and the self-concept of adolescents in South Jakarta Region. Positive self-concepts are found in the behavioral adjustment and happiness and satisfaction domains. Furthermore, the results of this study are expected to be useful for health services to further improve stunting management efforts until adolescence also for schools to be able to hold and/or improve programs that focus on developing students self-concept.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narisa Aulia Esmananda
Abstrak :
Kecurangan akademik merupakan permasalahan yang sering terjadi pada mahasiswa, terutama dengan teknologi internet yang semakin berkembang meningkatkan peluang untuk melakukan kecurangan. Salah satu faktor yang berperan dalam perilaku tersebut adalah kontrol diri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kontrol diri dan kecurangan akademik dengan internet pada mahasiswa di Indonesia. Partisipan merupakan 139 mahasiswa aktif sarjana berusia 18-25 tahun. Kecurangan akademik dengan teknologi diukur menggunakan Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) dan kontrol diri menggunakan Brief Self-Control Scale (BSCS). Hasil korelasi Spearman menemukan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dan kecurangan akademik dengan internet (r = -0,469, p < 0.05). Artinya, semakin tinggi kemampuan kontrol diri mahasiswa, maka semakin rendah kecenderungan mahasiswa untuk melakukan kecurangan akademik dengan internet. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi perilaku mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik dengan internet dengan pentingnya memiliki kontrol diri yang kuat. ......Academic dishonesty is a problem that often occurs among undergraduate students, especially as internet technology continues to develop can increase opportunities for committing academic dishonesty. One factor that plays a role is self-control. This research aims to examine the relationship between self-control and academic dishonesty with internet among undergraduate students in Indonesia. Participants were 139 undergraduate students aged 18-25. Academic dishonesty with technology was measured using the Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) and self-control using the Brief Self-Control Scale (BSCS). The result of Spearman correlation found there is a significant negative relationship between self-control and academic dishonesty with internet (r = -0.469, p < 0.05). This means that the higher a student's self-control ability, the lower the student's tendency to commit academic dishonesty with internet. This research is expected to reduce student behavior in committing academic dishonesty with internet with the importance of having a strong self-control.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lerivia Maharani
Abstrak :
ABSTRAK
Pada remaja, Psychotic-like experience memiliki asosiasi dengan internalizing problems. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Psychotic-like experience dengan internalizing problems. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur internalizing problems. Psychotic-like Experiences (PLE) digunakan untuk mengukur kecenderungan psikotik. Partisipan penelitian ini adalah remaja berusia 11-16 tahun yang tinggal di daerah rural di Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Psychotic-like experience dengan internalizing problems. Sebanyak 7% partisipan (n= 270) memiliki Psychotic-like experience. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui faktor yang berkontribusi terhadap Psychotic-like experience.
ABSTRACT
Psychotic-like experiences have been found to have association with internalizing problems among adolescents. This research aim to investigate the correlation between psychotic-like experiences with internalizing problems. The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) was used to examine internalizing problems. Psychotic-like Experiences (PLE) was used to examine psychotic tendencies. A total 270 adolescents (aged between 11-16 years old) who lives in rural area in Karawang participated in this research. In our study, 7% participants reported having more than two symptoms of PLE. The result showed that there is no significant correlation between psychotic-like experiences with internalizing problems. Further investigation are needed to examine which factor that give contribution to PLE.
2016
S63089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murti Tri Harini
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang bentuk-bentuk keterlibatan ayah pada remaja dalam pembentukan ḍabṭ al-nafs (self-control) dan self-esteem. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang keterlibatan ayah dalam pembentukan ḍabṭ al- nafs dan self-esteem pada anak remajanya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Subjek pada penelitian ini berjumlah 6 orang remaja yang berusia 16-19 tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja yang mendapatkan keteladanan dari ayahnya dan menerima internalisasi nilai keagamaan pada keterlibatan ayahnya memiliki pengendalian diri yang lebih baik dibandingkan remaja yang tidak mendapatkannya. Pada pembentukan self-esteem, keterlibatan ayah yang dilakukan pada dimensi self-competence sesuai dengan kebutuhan dalam pengembangan kompetensi anak remajanya, sedangkan pada dimensi self-liking, remaja yang mendapatkan keteladanan dari ayahnya memiliki citra diri yang baik dibandingkan yang tidak mendapatkan keteladanan. ...... This study examines appearance father involvement towards adolescent in establishing dabt al-nafs (self-control) and self-esteem. The aim of this study is to describe father involvement in establishing ḍabṭ al-nafs and self-esteem towards their adolescent. This study used qualitative methods dan case study approach. In-depth interview and observation is used as data collection techniques. Subjects in this study are 6 adolescents which aged between 16 - 19 years old. Result of this study indicated that adolescents who had examplanary from their father dan take religious value internalization on father involvement have better self control than who don’t have it. On the forming of self-esteem, self-competence dimension which is conducted by father involvement match with needs in competency development adolescents, while on self-liking dimension, adolescents who have examplanary from their father seize good self image compared who not have exemplanary.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library