Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anas Yulfan
Abstrak :
Sebagai bagian dari masyarakat Aceh, masyarakat Alas Kabupaten Aceh Tenggara mempunyai kebiasaan yang agak berbeda dengan daerah lainnya dalam melegalkan hubungan muda - mudi untuk mencari jodoh, yaitu kebiasaan mepakhur. Akan tetapi seiring dengan pergeseran waktu adat mepakhur sudah banyak mengalami pergeseran nilai - nilai dan norms - norma adat yang berlaku. Mepakhur telah mengalami pergeseran nilai - nilai dan norma - norma. Remaja sudah tidak lagi membiasakan dirinya untuk belajar untuk menyesuaikan diri bagaimana pentingnya kebiasaan ini di mata masyarakat setempat. Mereka sudah terpengaruh dengan kuatnya arus modernisasi sehingga sudah mencontoh pergaulan dan kebiasaan orang - orang kota dalam hubungan muda - mudi ini, kenyataan ini mengkhawatirkan banyak pihak, terutama para orang tua, sentuwe, sesepuh adat dan masyarakat setempat. Maka dari pada itu perlu adanya sebuah sosialisasi bagi para remaja setempat tentang pentingnya nilai yang terkandung dalam adat mepakhur pada masyarakat Alas di kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara. Tujuan dari penetitian adalah untuk mengetahui perkembangan kegiatan mepakhur sebagai sebuah kegiatan yang resmi dalam sebuah pasta perkawinan atau pun khitanan masyarakat Alas, sehingga sosialisasi dalam arti sebagai fungsi pendidikan dalam arti lugas mepakhur di antara para remaja dapat berjalan sesuai dengan keinginan seluruh masyarakat dan juga untuk mengetahui bentuk perkembangan dan pergeseran nilai - nilai adat mepakhur di era modemisasi saat sekarang ini. Penelitian menggunakan metode penelilian kualitatif dan dilakukan di kecamatan Babussalam dengan alasan, karena di duga masih kuat memegang tradisi dan adat istiadat Alas yang berlaku, Berdasarkan hasil penelitian di daerah ini terlihat bahwa tradisi mepakhur hanya dianggap sebagai pelengkap sebuah pesta raja dan bahkan tradisi mepakhur ini sudah mulai mengalami pergeseran nilai dan norma - norma agama yang berlaku di masyarakat Alas oleh para remaja setempat. Dengan adanya proses modemisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, tradisi mepakhur oleh para remaja sudah mulai berkurang. Fungsi dan makna mepakhur itu sendiri oleh para remaja sudah mulai luntur, yang disebabkan adanya sikap, mental dan perilaku remaja itu sendiri yang sudah mulai terpengaruh oleh masuknya budaya asing yang masuk ke Tanah Alas. Pengaruh kemajuan zaman yang ada pada masyarakat saat sekarang ini dihadapkan pada transformasi struktur sosial melalui sistem pendidikan daiam arti luas yang mengajarkan norma - norma dan nilai - nilai baru banyak sekali mempengaruhi terhadap kegiatan mepakhur itu sendiri. Bukan hanya itu saja, diharapkan melalui proses sosialisasi kepada remaja - remaja suku Alas diharapkan timbulnya suatu bentuk keterampilan sosial bagi mereka. Mereka diharuskan mampu untuk belajar cara - cara mengatasi untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain. Kegiatan mepakhur dalam lingkungan masyarakat Alas merupakan lambang identitas kelompok (group identity) masyarakat setempat. Masyarakat saat sekarang ini telah membuka diri terhadap lajunya pembangunan di segala bidang yang akhirnya berujung kepada perwujudan kesejahteraan sosial masyarakat Alas. Nilai - nilai kultural yang terkandung dalam kegiatan mepakhur sudah dianggap sebagai sebuah norma - norma yang ada dalam kehidupan masyarakat untuk tidak mau menutup diri dan keterbukaan dunia luar. Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa tradisi mepakhur yang berlaku di tengah - tengah masyarakat sudah mulai mengalami pergeseran nilai dan hanya dianggap sebagai lambang atau pelengkap sebuah pesta, sehingga dengan demikian kegiatan mepakhur harus disosialisasikan kembali kepada para remaja agar mereka diharapkan bisa belajar dengan adat - istiadat yang berlaku di lingkungan masyarakat Alas setempat. Bukan hanya itu saja diharapkan adanya pembentukan lembaga - lembaga baru untuk menggantikan kegiatan mepakhur di masa mendatang. Dengan demikian segi positif yang dapat di petik hikmahnya oleh para remaja khususnya dan masyarakat pada umunya, sehingga kegiatan ini dapat terns dilestarikan dan dipertahankan sebagai aset kebudayaan daerah Kabupaten Aceh Tenggara.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Pangarsi Dyah Kusuma Wardani
Abstrak :
Mahasiswa yang melakukan pacaran berisiko menunjukkan bahwa bentuk pacaran dari mahasiswa saat ini telah mengalami suatu perubahan dalam tujuannya (memilih pasangan). Kejadian kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan mahasiswa STIKes "X" sebagai dampak dari perilaku pacaran berisiko, meskipun ada peraturan larangan hamil saat kuliah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku pacaran, determinan perilaku pacaran mahasiswa STIKes "X" Jakarta Timur Tahun 2016, dan variabel yang paling dominan dengan menggunakan teknik penelitian kuantitatif dan desain cross sectional. Hasil penelitian diperoleh 87,1% mahasiswa memiliki perilaku pacaran berisiko. Status tempat tinggal, komunikasi dengan orang tua, dan paparan media pornografi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pacaran. Status tempat tinggal memiliki nilai p 0,020 dan OR 12,508; komunikasi dengan orang tua memiliki nilai p 0,001 dan OR =254,09; dan paparan media pornografi memiliki nilai p 0,001 dan OR = 3,440 (artinya mahasiswa yang terpapar media pornografi berpeluang 3 kali lebih besar melakukan perilaku pacaran berisiko dibandingkan dengan yang tidak terpapar pornografi). Paparan media pornografi memiliki hubungan paling dominan dengan perilaku pacaran. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian besar perilaku pacaran mahasiswa STIKes "X" adalah berisiko. ...... Students who play out risky dating shows that the shape of the current student's dating behavior has undergone a change in its objectives (choosing a partner). The incidence of unwanted pregnancies among the students Health Science Institute of "X" as the impact of risky dating behavior though there is legislation prohibiting pregnant while in college. The purpose of this study was to determine the description of dating behavior, dating behavior determinant students Health Science Institute of "X" East Jakarta 2016, and the most dominant variables using quantitative research techniques and cross-sectional design. The results showed that 87.1% of students had a risky dating behavior. Residence status, communication with parents, and exposure to pornographic media has a significant relationship with courtship behavior. Status residence has a p-value of 0.020 and OR 12,508; communication with parents has a p-value of 0.001 and OR = 254,09; and media exposure to pornography has a p-value of 0.001 and OR = 3.440 (students who are exposed to pornographic media three times greater chance of doing courtship behavior risk compared with those not exposed to pornography). Media exposure to pornography has the most dominant relationship with courtship behavior. The study concluded that most of the dating behavior of students Health Science Institute of "X" is risky.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia, 1994
306.059 83 KEB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gilchrist, Ellen
Boston: Little, Brown & Co., 2000
813.54 Gil c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawati Darmojuwono
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini memusatkan perhatian pada citra wanita Indonesia yang tercermin dalam iklan kontak jodoh. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini, bagaimanakah citra wanita Indonesia yang tercermin dalam iklan kontak jodoh ? Apakah perubahan dan pergeseran peran sosial wanita dalam keluarga dan masyarakat mengubah citra wanita Indonesia sesuai dengan peran barunya, ataukah citra wanita Indonesia tetap dipengaruhi oleh stereotip tentang perempuan yang ada dalam masyarakat dan mungkin telah sesuai dengan citra wanita Indonesia.

Dari aspek linguistis penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teori linguistik yang berkaitan dengan fungsi teks iklan yang dianggap memiliki fungsi informatif, apelatif dan persuasif. Permasalahan ini diteliti dari aspek linguistis dan sosiologis. Data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 125 iklan kontak (jodoh) yang terbit dalam tahun 1997, 1998, 1999. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa, citra wanita Indonesia yang diungkapkan oleh kaum perempuan berbeda dengan stereotip perempuan yang hidup dalam masyarakat. Sebagian besar informan telah mampu melepaskan diri dari stereotip perempuan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, namun tidak sesuai dengan citra mereka.

Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa, teks iklan kontak jodoh merupakan indikator sosiologis pengirim pesan. Fungsi informatif tidak terbatas pada penggambaran sesuatu yang diiklankan, namun juga merupakan pengungkapan perasaan, keinginan dan harapan subyek yang diiklankan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan Syaebani
Abstrak :
ABSTRAK
Romansa di tempat kerja merupakan fenomena yang niscaya terjadi dan menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika organisasi. Romansa di tempat kerja memiliki dampak ganda: positif dan negatif bagi organisasi. Oleh sebab itu, maka organisasi harus berhatihati dalam melakukan formulasi kebijakan terkait masalah ini. Banyak literatur menyatakan bahwa dalam pembuatan kebijakan terkait romansa di tempat kerja harus dimulai dari teori keadilan organisasi. Penelitian ini mencoba mengungkapkan kebijakan apakah yang dipersepsikan paling adil dalam merespon romansa di tempat kerja. Metode kuasi eksperimen melalui instrumen skenario digunakan dalam penelitian. Metode ini memungkinkan subjek eksperimen memberikan respon terkait berbagai kombinasi/variasi hubungan romansa di tempat kerja yang didasarkan pada 4 jenis kriteria (jenis hubungan - asal pasangan - dampak hubungan - jenis kebijakan). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kebijakan memberikan konseling dipersepsikan sebagai kebijakan paling adil untuk semua kombinasi/variasi hubungan. Hal ini menunjukkan bahwa respon organisasi terhadap romansa di tempat kerja haruslah kebijakan yang tidak bersifat koersif.
ABSTRACT
Romance in the workplace is a common phenomenon and inevitable from organization dynamics. Romance in the workplace has double effects to the organization: positive and negative. Therefore, organization must be careful in formulating policies concerning this phenomenon. Many literatures said that in formulation policies concerning romance in the workplace must be started from organizational justice theory. This research tries to find out what policies which perceived as the most fair. Quasi experiment method with scenario instrument is chosen. This method allows experiment subjects to give response to different combinations/varieties of romance in the workplace based on 4 criterias (type of romance – origin of couple – impact of romance – romance policies). Result shows that giving counseling is perceived as the most fair policy for all combinations/varieties of romance in the workplace. It shows that organization’s response to romance in the workplace should not coercive policies.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumentut, N. William S.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian L. Izwar
Abstrak :
ABSTRAK
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan pembahan secara fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 1990). Masa ini dikenal juga sebagai masa pubertas yang ditandai terutama dengan perkembangan karakteristik seks primer dan sekunder (Turner & Helms, 1987). Masa pubertas ini secara intrinsik berkaitan dengan seksualitas (Tolan & Cohler, 1993) sehingga pada masa ini remaja mulai tertarik pada Iawan jenisnya. Dalam perkembangan psikososial, remaja mulai memasuki tahap heterosociality dimana ia mendapatkan kesenangan dalarn berhubungan dengan teman dari jenis kelamin yang sama atau lawan jenisnya (Rice, 1990). Dalam salah satu tugas perkembangan yang dikemukakan oieh Havighurst (dalam Turner & Helms, 1987) remaja juga diharapkan untuk dapat membina hubungan yang lebih matang baik dengan teman Iaki-laki maupun dengan perempuan dan mempersiapkan diri untuk menikah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara remaja pria dan wanita merupakan hal yang wajar.

Dewasa ini fenomena pacaran pada remaja awal yang berusia antara 12-15 tahun semakin sering ditemui. Beberapa remaja putri yang masih duduk di bangku SLTP mengatakan bahwa mereka telah punya pacar. Pada penelitian ini batasan pacaran yang digunakan adalah hubungan yang tetap antara remaja putri dan remaja putra yang ditandai dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama namun belum ada komitmen untuk menikah. Rice (1990) mengemukakan tujuh tujuan pacaran, yaitu rekreasi, persahabatan tanpa adanya tanggung jawab untuk menikah, status dan prestasi, sosialisasi, memperoleh pengalaman dan kepuasan seksual, memilih teman hidup dan mendapatkan keintiman. Sementara kegiatan pacaran pada penelitian ini dlkelompokkan menjadi kegiatan bersama hanya dengan pasangan, kegiatan bersama pasangan dalam kelompok dan kegiatan yang mengarah pada tingkah Iaku seksual.

Masalah yang kemudian muncuI adalah pandangan orang tua yang berbeda terhadap masalah pacaran ini. Penelitian Gunawan (1983) menunjukkan bahwa para ibu tidak setuju jika remaja putri mereka yang berusia antara 12-15 tahun berpacaran. Sementara penelitian Winarini (1980) mengemukakan bahwa masalah yang paling banyak dialami remaja dalam hubungan heteroseksual adalah tidak punya pacar. Tema mengenai hubungan seksual ini juga merupakan tema yang sering muncul dalam fantasi anak usia puber berdasarkan penelitian Soegiharto (1986). Dari ketiga penelitian ini dapat dikatakan bahwa ibu umumnya tidak setuju remaja putri mereka berpacaran sedangkan remaja ingin punya pacar. Mengingat persepsi menentukan bagaimana individu harus menghadapi lingkungannya dan mendefinisikan situasi yang ada maka perlu diketahui bagaimana persepsi ibu dan remaja putri mengenai pacaran ini agar konflik-konflik yang mungkin timbul dapat dihindari. Yang dimaksud dengan persepsi di sini adalah kategorisasi dan interpretasi terhadap suatu stimulus yang dilakukan secara selektif oleh individu untuk memberi makna pada Iingkungannya. Dengan demikian masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimanakah persepsi ibu dan remaja putri usia 12-15 tahun terhadap tujuan dan bentuk tingkah Iaku pacaran yang dilakukan oleh remaja putri usia 12-15 tahun ?

Penelitian ini bersifat deskriptif dan alat pengumpul data yang digunakan adalah itemized rating scales unluk mengukur persepsi terhadap tujuan dan bentuk tingkah Iaku pacaran pada 50 orang ibu dengan pendidikan minimal SLTA dan 50 orang remaja putri usia 12-15 tahun.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa baik ibu maupun remaja putri mempersepsi tujuan pacaran dan remaja putri usia 12-15 tahun adalah untuk belajar mengenai aturan- aturan sosial dan bagaimana berhubungan dengan orang lain. Di samping itu bagi remaja putri kegiatan pacaran juga merupakan salah satu sarana bagi remaja putri untuk memenuhi keinginan berada bersama-sama dengan Iawan jenis, menerima afeksi dan cinta, mengembangkan keterbukaan, saling percaya dan saling menghargai. Ibu maupun remaja putri tidak mempersepsi bahwa tujuan remaja putri usia 12-15 tahun berpacaran adalah untuk memilih teman hidup. Sementara itu baik ibu maupun remaja putri tidak mempersepsi kegiatan bersama hanya dengan pasangan, kegiatan bersama pasangan dalam kelompok dan kegiatan yang mengarah pada tingkah Iaku seksual sebagai bentuk tingkah laku pacaran yang dilakukan oleh remaja putri usia 12-15 tahun. Hasil yang menarik adalah remaja putri yang pernah punya pacar mempersepsi bahwa kegiatan hanya bersama dengan pasangan dan kegiatan bersama pasangan dalam kelompok merupakan kegiatan remaja putri usia 12- 15 tahun pada waktu berpacaran sementara remaja putri yang belum pernah punya pacar tidak mempersepsi demikian. Hasil Iain menunjukkan bahwa hampir semua ibu mengemukakan bahwa putri mereka yang saat ini berusia antara 12-15 tahun belum punya pacar dan hampir semua ibu tidak mengizinkan putri mereka tersebut untuk punya pacar saat ini.

Sehubungan dengan hasil di atas hal-hal yang dapat disarankan adalah ibu dapat lebih peka terhadap perilaku putrinya, khususnya yang berkaitan dengan hubungan pria dan wanita serta membuka komunikasi dengan putrinya dan dapat menerima perasaan-perasaan remaja tersebut sehingga remaja putri dapat memperoleh arahan untuk menghadapi berbagai hal yang ditemuinya dalam menginjak masa remaja. Pendidikan seks yang benar dan orang tua diharapkan dapat rnembantu individu Iebih siap untuk memasuki masa remaja. Untuk kepentingan ilmu pengetahuan dapat dilakukan penelitian Ianjutan mengenai tujuan dan bentuk kegiatan pacaran yang dilakukan oleh remaja pada sampel yang Iebih Iuas sehingga dapat diperoieh gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pacaran yang mereka Iakukan.
1996
S2849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Widi Susanto
Abstrak :
Kehidupan manusia terbagi dalam tahapan-tahapan perkembangan sejak lahir sampai meninggal dunia, dan diantaranya adalah masa remaja. Pada setiap tahap perkembangan, ada tugas-tugas yang harus dipenuhi yang biasa disebut tugas perkembangan. Begitu pula pada masa remaja yang salah satu tugas perkembangannya adalah mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya baik yang sejenis maupun lawan jenis. Hubungan dengan lawan jenis biasanya dipenuhi atau muncul dalam perilaku berpacaran. Tugas perkembangan mempunyai peran yang penting, karena jika tidak dilalui dengan baik, seseorang akan cenderung mengalami kesulitan pada tahapan berikutnya. Berpacaran itu sendiri merupakan budaya atau fenomena yang cukup menonjol pada remaja. Berpacaran bagi remaja dapat berfungsi untuk belajar bergaul, mendapatkan identitas diri, dan lain-lain. Selain itu perkembangan seksual yang cepat mengakibatkan munculnya ketertarikan pada lawan jenisnya. Ada beberapa alasan yang mendorong remaja berpacaran seperti untuk bersenang-senang, mencari status, belajar bersosialisasi, memilih pasangan hidup, mendapatkan persaha- batan, memperoleh keintiman atau kedekatan. Selain alasan-alasan diatas, ternyata masih ada kemungkinan alasan yang lain seperti konformitas, atau berpacaran karena konform dengan teman-teman. Pada pola alasan berpacaran ada beberapa faktor yang mungkin berkaitan, yaitu jenis kelamin, usia, pengalaman pacaran, kelompok peer dan status sosial ekonomi. Kelompok peer juga menjadi ciri yang cukup menonjol. Kelompok peer mempunyai arti cukup penting bagi remaja, misalnya sebagi pendukung pengembangan identitas diri, minat, kemampuan. dan lain-1ain. Dalam kelompok peer inilah kemudian muncul konformitas. Tekanan untuk berbuat sesuai atau konform dengan kelompak terasa sangan kuat pada masa remaja. Disamping itu konformitas dapat terlihat dalam banyak dimensi kehidupan remaja seperti cara berbicara, berpakaian, minat, nilai-nilai, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja alasan berpacaran pada remaja, serta kemungkina konformitas termasuk alasan berpacaran dan juga faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan pola alasan berpacaran. Remaja yang menjadi subyek penelitian adalah remaja sekolah menengah atas yang berusia 15-17 tahun. Selain itu subyek penelitian adalah remaja yang sudah berpacaran atau pernah berpacaran, serta berasal dari golongan sosial ekonomi menengah ke atas. Penarikan sampel penelitian menggunakan metode incidental sampling yaitu sampel yang paling mudah ditemui. Instrumen untuk penelitian ini menggunakan kuesioner alasan berpacaran yang terdiri dari 32 item. Dari hasil penelitian didapatkan ada beberapa alasan berpacaran yang dikemukakan oleh remaja yang menjadi subyek penelitian yaitu, karena saling tertarik satu sama lain, untuk saling membantu dan membutuhkan, untuk belajar saling mengenal serta mencari pasangan yang cocok, untuk saling memotivasi, untuk rekreasi dan memperoleh kesenangan, koform terhadap teman-teman kelompok, serta untuk ajang prestasi dan sumber status. Diantara alasan-alasan tersebut, ternyata konformitas termasuk alasan berpacaran pada remaja. walaupun bukan merupakan alasan utama atau alasan yang paling penting bagi remaja. Faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, pengalaman pacaran, kelompok peer, status sosial ekonomi mempunyai peran atau berkaitan dengan pola alasan berpacaran pada remaja. Sedangkan khusus untuk alasan konformitas faktor-faktor tersebut tidak berkaitan atau tidak mempunyai peranan yang berarti.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Vanescy Fianny
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh kepercayaan terhadap kepuasan hubungan pacaran jarak jauh pada dewasa muda. Pengukuran kepercayaan menggunakan alat ukur trust scale (Rempel, Holmes, dan Zanna, 1985) dan pengukuran kepuasan hubungan menggunakan alat ukur Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Partisipan berjumlah 60 dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh antar negara. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh kepercayaan yang signifikan terhadap kepuasan hubungan pacaran jarak jauh pada dewasa muda (r2 = 0.396; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, peningkatan kepercayaan akan menyebabkan peningkatan kepuasan hubungan pacaran jarak jauh pada dewasa muda. ......This research was conducted to find the effect of trust towards satisfaction in long distance dating relationships among young adults. Trust was measured using trust scale (Rempel, Holmes, dan Zanna, 1985) and relationship satisfaction was measured using Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). The participants of this research are 60 young adults in long distance dating relationship across countries. The main results of this research show that trust significantly effect towards satisfaction in long distance dating relationships among young adults (r2 = 0.369; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, increased trust in one’s partner, will lead to increased satisfaction in long distance dating relationships among young adults.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>