Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dodi Ardiansyah
Abstrak :
Tujuh puluh persen dari seluruh penduduk Indonesia adalah pekerja. Produktivitas kerja serta kelangsungan hidup para pekerja sangat dipengaruhi oleh derajat kesehatan yang dimiliki oleh pekerja. Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari bagian integral dari pelayanan kesehatan kerja dan merupakan unsur penting dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja. Dari hasil laporan menunjukkan bahwa dengan adanya promosi kesehatan di tempat kerja berdampak pada kesehatan pekerja, pekerja yang sehat hanya sedikit sekali kehilangan hari kerja karena mengalami sakit. Tujuan penelitian ini adalah diketahui gambaran faktor yang mempengaruhi absensi sakit dan prilaku Pekerja hidup pekerja terhadap kejadian absensi sakit di PT.X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisa bivariat yaitu variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian absensi karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 adalah usia (p = 0,030), jenis pekerjaan (p = 0,017), kebiasaan merokok (p = 0,014), pola tidur. ...... Seventy percent of the entire population in Indonesia is worker. Work productivity and the survival of the workers is strongly influenced by the degree of health which is owned by workers. Health promotion in the workplace is one of the integral part of occupational health services and is an important element in the maintenance and improvement of health status of workers. From the results of the report shows that with the existence of health promotion in the workplace affects the health of workers, health workers has very little loss of working days due to an illness. The purpose of this study is to be seen the illustration Factors Related to sick absenteeism of worker at PT X during time period of March 2009-March 2010. This research is quantitative research with cross sectional design. Results obtained based on bivariate analysis are variables associated with the incidence of absenteeism due to illness of workers at the PT. X during the time period March 2009-March 2010 were age (p = 0.030), occupation (p = 0.017), smoking (p = 0.014), sleep pattern (p = 0.003). Researchers suggest to do health promotion in the workplace.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T41347
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudith Gunawan
Abstrak :
Turnover tinggi pada Generasi Y menjadi masalah serius bagi perusahaan. Berdasarkan tinjauan pustaka, peneliti menemukan salah satu penyebab turnover pada Generasi Y yaitu perbedaan antar generasi (Generasi X dan Generasi Y) yang dapat memicu konflik karena perbedaan work ethics (Society for Human Resource Management, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan work ethics pada kedua generasi tersebut. Secara teoritis, work ethics adalah suatu kumpulan sikap dan keyakinan individu terkait pekerjaannya (Miller dkk., 2002). Konstruk work ethics terdiri dari tujuh dimensi, yaitu hard work, centrality of work, self-reliance, wasted time, delay of gratification, leisure dan morality/ethics. Hasil pengolahan data menggunakan independent sample t-test, dari 303 responden karyawan Generasi X dan Generasi Y, diukur dengan Multidimensional Work Ethics Profile – Short Form (MWEP-SF), pada sektor aneka industri dan pertambangan, dua dimensi work ethics, yaitu leisure dan delay of gratification terbukti signifikan mempengaruhi perbedaan work ethics di tempat kerja. Sementara itu, lima dimensi work ethics, yaitu hard work, centrality of work, self reliance, wasted time dan morality/ethic tidak signifikan mempengaruhi perbedaan work ethics pada Generasi X dan Generasi Y. ...... High Generation Y turnover of poses serious problems for the companies. Previous researches show that one of the causes is differences between generations (Generation X and Generation Y) due to differences in work ethics (Society for Human Resource Management, 2004). This study aims to determine differences of work ethic between Generation X and Generation Y. Work ethics is defined as dividual attitudes and beliefs related to work (Miller et al., 2002), consists of seven dimensions: hard work, centrality of work, self-reliance, wasted time, delay of gratification, leisure and morality/ethics. 303 subject (102 of Generation X and 201 of Generation Y) filled out the Multidimensional Work Ethic Profile - Short Form (MWEP-SF). Independent sample t-test showed that Generation X’s score significantly different in leisure and delay of gratification significantly differs in work ethics. There are no significant differences on the remaining dimensions (hard work, the centrality of work, self-reliance, wasted time and morality/ethics) between Generation X and Generation Y.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tunastiya Retna Wandansari
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang proses pelaksanaan rekrutmen dan seleksi tenaga kerja di Rumah Sakit Annisa Tangerang tahun 2015, untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Rumah Sakit Annisa Tangerang ini mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Pada Januari ? Mei 2015 ini terdapat 318 pelamar, akan tetapi yang diterima hanya 40 kandidat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan desain deskriptif yang diperoleh dengan cara wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi. Hasil penelitian ini menyarankan tim rekrutmen dan seleksi untuk melakukan pertemuan antara bagian SDM, dan unit terkait untuk menentukan jadwal seleksi yang akan dilakukan, perlu adanya tes praktek untuk kandidat yang memiliki keahlian tertentu, melakukan job fair, menambah tes buta warna dan tes pendengaran untuk kandidat. ...... This Paper is discussing about recruiting and selecting process for
employee at An-Nisa Hospital Tangerang in 2015 to obtain qualified employees fit to the hospital needs. In January to May 2015, 318 applicants enrolled the proposals but only 40 of the applicants met the qualification. This Paper is using qualitative research, by descriptive design through intensive interview, document comprehension and observation. This research recommend the recruitment and selection team to have a meeting between the Human Resources Department and
the related unit to decide the schedule for the selection, provide practice test for the candidates who have particular ability, do the job fair, and add color blind and hearing test for the candidates.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: ILO, 1976
331 INT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zeth Akobiarek
Abstrak :
Pekerja Sosial Masyarakat adalah warga masyarakat yang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang kesejahteraan sosial.Dalam prakteknya, mereka belum sepenuhnya menggerakkan Sumber Daya Manusia dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial (disamping jangkauan pembangunan di berbagai sektor makin bervariasi, serta kurangnya peralatan kerja). Sehubungan dengan keterbatasan kualitas PSM, salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkannya adalah melalui pelatihan dengan dasar pemikiran"kualitas PSM dapat ditingkatkanmelalui pelatihan". Setelah pelatihan dilaksanakan di Kabupaten Jayapura (selama Pelita VI), hasilnya belum optimal. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perumusan dan penyampaian materi pelatihan tersebut serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Hasilnya adalah: program yang dilaksanakan, belum dirumuskan secara optimal. Oleh karena itu dalam perumusan dan penyampaian materi serupa berikutnya, perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, siapa pesertanya, materi latihan yang dilatihkan, dan dengan demikian dapat dipilih pelatih, lingkungan pelatihan, serta alat pelatihan yang sesuai.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cri Puspa Dewi Motik Pramono
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pekerja wanita pada industri garmen dapat berperan aktif untuk pembangunan dalam rangka peningkatan ketahanan nasional.Populasi penelitian adalah pekerja pada industri garmen Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Sampel terdiri dari pekerja wanita yang berjumlah 89, yang bekerja di PT Arrish Rulan, PT Fauzi Motik dan Home Industri Dewi Motik. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket yang diberikan kepada responden. Data primer berasal dari jawaban responden, data sekunder diperoleh dari literatur, dokumen, para nara sumber di kalangan instansi pemerintah, data tahunan Biro Pusat Statistik (BPS). Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, dengan menganalisa data kuantitatif, dimana kecenderungan jawaban disusun dalam suatu tabel frekuensi. Analysis hasil penelitian yang diperoleh dari tabulasi data tentang alasan wanita bekerja dinyatakan bahwa 70,7B% beralasan untuk memperbaiki ekonomi, tidak memiliki pengetahuan lain 1,357., 15,737. berasalan untuk memperbaiki masa depan, 2,257. untuk mencari pengalaman, 5,62% untuk mencoba hidup mandiri, 1,13% untuk menyalurkan ilmu, 4,49% untuk mengisi waktu luang. Adapun hasil penelitian tentang alasan memilih pekerjaan 23,557 disebabkan mengisi waktu lowong, 39,33% karena sesuai dengan keahlian, 11,247 karena tidak mempunyai keahlian yang lain, 16,85% karena upah dapat mencukupi, 5,62% karena dekat dengan tempat tinggal, 3,37% karena alasan lain. Dengan adanya peran aktif pekerja wanita pada industri garmen, maka ekspor hasil industri garmen meningkat yaitu 4,14% pada tahun 1988, 5,2% pada tahun 1989-1990, 6,5% pada tahun 1990-1991, pada tahun 1991-1992 dan 7,2% pada tahun 1992-1993 - 7,65%. Hal ini berarti bahwa peran pekerja wanita untuk pembangunan dalam rangka peningkatkan ketahanan nasional cukup bermakna.
ABSTRACT The purpose of this research is to know the woman worker's aspiration, perception, expectation, existence and also the cause of problem among them. To know the role of woman worker and their perception about the influence of the rising garment industry to them, not only in social and economics sector, but also increase the national resilience. The research is done in DKI Jakarta. The population of this research is the most of the woman worker who work at the garment industry in DKI Jakarta. The questioners are taken 89 respondents by purposive sampling of homogen population from PT. Fauzi Motik and Dewi Motik Home Industry. The data collected in observation technique, references study, structured interviewed, questioner and also short inspection. While type of the research is descriptive analyses. To prove this postulate, the data collected are analyzed descriptively and data tabulation are arranged in frequency table. The result of this research are as follows: 1. Reasoning of woman worker to job are shows: The highest reasoning to job is to improve the family income condition (70,78%). The lowest reasoning to job is to share knowledge (1,13%), (15,,737.) is to improve the future living, (2,25%) is to get the experience, (5.62%) went to try to fulfill living need by their se1ves (4,49%) to fill the leisure time. 2. Reasoning on job choices are shows: The highest reasoning on job choices is according to their ability (39,33%) (23,59%) to fill the formation, (16,8%) caused by the salary sufficient, (11,24%) are caused by having no other skill and knowledge, (5,62%) caused by close to their living places, (3,37%) etc. In 1988, export garment industry was increased 4,14%/year, 5,2%/year in 1989-1990, 6,5% year in 1990-1991. In 1991-1992 was 7,2% /year, and 7,85% /year in 1992-1993. The growth of industry, means that they are able to addapt and get profit from its industry. Export production of garment industry was increased by the role of woman worker activity and here for can increase the national resilience.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmiyati Hodijah Saleh
Abstrak :
Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang mengungkapkan masalah ketenagakerjaan pada umumnya tidak terlepas dari adanya pertambahan penduduk yang sangat pesat setiap tahunnya dengan berbagai akibat yang ditimbulkannya. Seperti di Indonesia salah satu masalah yang sedang dihadapi adalah melimpahnya tenaga kerja terutama yang belum memperoleh kesempatan kerja. Dan juga adanya kelebihan tenaga kerja disatu pihak adalah sebagai akibat langsung dari adanya pergeseran 'mar dari dekade sebelumnya, yang berarti merupakan potensi sumberdaya manusia untuk pembangunan, di lain pihak penciptaan kesempatan kerja masih lauan dibandingkan dengan pesatnya laju pertumbuhan angkatan kerja.

Keadaan yang tidak seimbang antara pertumbuhan angkatan kerja dan kemampuan untuk menciptakan kesempatan kerja akan menimbulkan akibat buruk terhadap pembangunan suatu bangsa, sebab prestasi pembangunan suatu bangsa bukan hanya diukur dengan pertumbuhan ekonomi semata, tetapi lebih daripada itu yakni, dapat menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas, mensejahterakan masyarakatnya dan pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Hasih dalam konteks ketenagakerjaan di atas, permasalahan angkatan kerja di Indonesia yang sebagian besar memiliki kualitas yang rendah sebagai akibat pendidikan yang rendah. Selain itu juga, tingkat partisipasinya tidak sepenuhnya sesuai dengan penghasilan yang didapatnya. Terutama pekerja wanita. Adanya kualitas tenaga kerja yang rendah tersebut diduga sebagai akibat dari output atau produktivitas yang dihasilkan masih rendah, yang mengakibatkan penghasilan/upah yang diterimanya juga rendah, sehingga mereka terperangkap dalam lingkaran kemiskinan.

Karena output yang dihasilkan adalah cerminan produktivitas pekerja yang dinilai dengan tingkat upah yang diterimanya, maka tingkat produktivitas dari pekerja dapat berbeda-beda berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Hal yang demikian menarik perhatian penulis untuk melihat adanya perbedaan tersebut yang dituangkan dalam tujuan penelitian ini yakni, untuk melihat adanya perbedaan pola penawaran tenaga kerja wanita berdasarkan status atau perannya dalam rumah tangga di Sumatera Selatan sebagai daerah asal penulis.

Dengan memperhatikan keadaan Propinsi Sumatera Selatan di mana dapat diketahui distribusi penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang termasuk dalam angkatan kerja cukup besar jumlahnya, maisalnya untuk angkatan kerja wanita diketahui adalah sebesar 3808 responder dan wanita yang telah bekerja sebanyak 1645 responden, sisanya diketahui belum bekerja. Dan juga dari yang bekerja tersebut diketahui sebanyak 157 responden adalah merupakan wanita bekerja dan menerimn upah, serta 1478 responden yang merupakan wanita bekerja tetapi tidak menerima upah. Sehingga adanya konstribusi seperti ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mempelajari penawaran tenaga kerja tersebut.

Dari kondisi ketenagakerjaan seperti di atas, maka untuk mempelajarinya timbul pertanyaan-pertanyaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui masalah mendasar tentang keadaan ketenagakerjaan didaerah tersebut. Adapun pertanyaan itu antara lain; apakah wanita yang tidak bekerja di luar rumah tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghasilan atau upah?, Kalau wanita itu tidak bekerja di luar rumah faktor apa penyebabnya?, mungkin disebabkan oleh upah yang tidak memadai, anak masih kecil (untuk wanita yang berperan sebagai ibu dalam rumah tangga), atau kurangnya ketrampilan yang dimiliki wanita untuk masuk pasar kerja, dan lain sebagainya. Sehingga adanya penetrapan teori Backer tentang alokasi waktu dapat dipelajari disini. Di mana teori tersebut menunjukkan bahwa pengaruh faktor sosial ekonomi dan demografi mempunyai peran besar dalam menentukan penawaran tenaga kerja. Selain itu faktor penentu lainnya yang sangat panting adalah tingkat upah (simanjuntak, 1985). Dikatakannya bahwa banyaknya waktu yang disediakan untuk bekerja sangat tergantung pada tingkat upah yang berlaku. Di mana dalam hal ini jumlah tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah jam kerja.

Melalui gambaran latar belakang seperti di atas, maka pokok permasalahan yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini juga akan melihat apakah adanya variasi upah ataupun adanya perubahan upah akan menentukan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh para pensupplai tenaga kerja wanita tersebut. Disamping faktor upah apakah ada faktor lain yang juga mempengaruhi jumlah jam kerja yang ditawarkannya.

Dalam mempelajari fungsi penawaran tenaga kerja yang merupakan hubungan antara jumlah jam kerja dan upah, dan juga adanya faktor-faktor sosial ekonomi dan demografi lainnya yang dapat mempengaruhi hubungan tersebut, pendekatan yang digunakan di sini adalah mengunakan model statistik berdasarkan data terputus, dengan menggunakan data sakernas tahun 1987 untuk daerah Sumatera Selatan. Selain itu juga analisa dilakukan secara statistik deskriptif dan statistik infrensial.

Model statistik yang dipakai untuk memperkirakan fungsi penawaran yang menggunakan data sakernas dimana variabel bebas yang diamati adalah variabel upah, serta variabel individu lainnya seperti umur, pendidikan, tempat tinggal, dll, yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh pekerja wanita tersebut, menimbulkan suatu analisa data terputus. Hal ini disebabkan karena variabel upah bersifat simultan, dimana variabel upah disatu sisi sebagai variabel bebas dan disisi lain sebagai variabel tak bebas. Sehingga untuk mendapatkan koefisien estimasinya diperlukan analisa regresi bertahap. yaitu regress, fungsi penghasilan sebagai tahap pertama dan regresi fungsi penawaran tenaga kerja sebagai tahapan selanjutnya. Tetapi dalam melakukan estimnsi fungsi penghasilan analisa terbatas pada pekerja yang memperoleh penghasilan saja, sehingga dalam hal ini kita harus memperhatikan sepasang model yang pada dasarnya digunakan untuk mendapatkan "Heckman Lamdha" atau yang sering di kenal denga Mills Rasio. Setelah mendapatkan Mills Rasio, maka didapat model dengan memasukkan Mills Rasio tersebut sesuai dengan model Heckman untuk mengatasi adanya bias selektif tersebut.

Beberapa penemuan dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

I). Keadaan angkatan kerja di Sumatera Selatan diketahui bahwa % tase angkatan kerja wanita adalah 50,61% yang di ketahui bahwa % tase tersebut adalah lebih besar dari % tase angkatan kerja prianya yaitu sebesar 40,39% .

2). % tase Pekerja wanita menurut kelompok-kelompok yang diperhatikan berdasarkan status atau perannya dalam rumah tangga di ketahui bahwa % tase yang bekerja di desa lebih besar dari pada % tase yang bekerja di kota, yakni 88,27% pekerja yang tinggal di desa, dan 11,73% yang tinggal di kota, hal ini sesuai dengan dinamika penduduk yang mendapakan bahwa penduduk yang tinggal di desa lebih besar bila dibanding dengan penduduk yang tinggal di kota. Disamping itu juga untuk memasuki kerja di desa lebih mudah daripada di kota yang banyak di tuntut persyaratan tertentu.

Sedangkan berdasarkan status upah juga diketahui rata-rata upah yang di terimanya di kota lebih besar dari pada rata-rata upah yang di terima di desa. Untuk tingkat pendidikan yang di tamatkan di ketahui bahwa % tase pekerja wanita tidak gnat SD yang paling besar jumlahnya yaitu sebesar 52,10% , untuk yang tamat SD sebesar 39,98%, untuk yang tamat SLTP sebesar 3,35% dan untuk yang tamat SLTA sebesar 4,57% . Gambaran seperti itu menunjukkan bahwa rendahnya produktivitas yang dihasilkan sebagai akibat rendahnya kualitas pekerja tersebut yang % tasenya masih banyak terdapat pada tingkat pendidikan yang rendah yaitu tidak tamat SD. Sedangkan menurut kelompok umur diketahui bahwa % tase pekerja wanita yang menawarkan kerja paling banyak terdapat parka kelompok umur tua, 45 tahun ke atas, yaitu sebesar 23,67% , dan yang paling sedikit menawarkan kerja yaitu terdapat pada kelompok umur muda, 10-19 tahun yaitu sebesar 9,01 % .

3). Untuk masing-masing kelompok wanita berdasarkan status atau peranya dalam rumah tangga diketahui bahwa rata-rata jam kerja yang ditawarkannya hampir sama yaitu berkisar 30-40 jam per minggu. Dan menurut kelompok umur diketahui juga bahwa rata-rata jumlah jam kerja yang di tawarkan % tasenya terlihat mempunyai bentuk seperti huruf u terbalik, dimana pada kelompok umur muda jumlah jam kerja yang di tawarkan sedikit, kemudian pada kelompok umur selajutnya jumlah jam kerja yang di tawarkan meningkat, tetapi setelah mencapai kelompok umur tertentu yakni 30-34 tahun maka jumlah jam kerja yang di tawarkan akan berkurang_ Hal ini dapat dipandang bahwa makin lanjut usia produktivitasnya akan makin berkurang. Sedangkan rata-rata upah yang di terima menurut kelompok umur ini diketahui bahwa upah yang tertinggi diterima oleh kelompok umur 35-39 tahun yaitu sebesar Rp26.255,- per minggunya.

Selain itu bila kita perhatikan menurut kelompok pendidikan yang di tamatkan di ketahui bahwa rata-rata jumlah jam kerja yang ditawarkan juga hampir sama untuk masing-masing kelompok yang di perhatikan yaitu berkisar 30-35 jam per minggu. Dan untuk pekerja wanita di Sumatera Selatan terlihat tingkat pendidikan tamat SLTA+ diketahui % tase jumlah jam kerja yang di tawarkannya paling besar yakni 34 jam perminggu dibandingkan dengan mereka yang tamat pendidikan lain dibawahnya. Disini dapat katakan bahwa wanita di daerah ini bukan wanita pekerja, karena mereka baru akan menawarkan kerja dengan pendidikan SLTA+. Dapat dimungkinkan karena merasa sayang dengan pendidikan tersebut bila tidak bekerja. Dan untuk rata-rata upah yang diterima menurut kelompok pendidikan yang di tamatkan diketahui makin tinggi tingkat pendidikan maka upah yang diterimapun makin besar yakni; untuk pekerja wanita yang tidak tamat SD rata-rata upah yang diterimanya sebesar Rp7.840,- per minggunya, untuk pekerja wanita yang tamat SD rata-rata upah yang di terimanya sebesar Rp9.797,- per minggunya, untuk pekerja wanita yang berpendidikan tamat SLTP rata-rata upah yang di terimanya adalah sebesar Rp 12.222,- per minggunya, dan yang terakhir untuk mereka yang berpendidikan tamat SLTA+ rata-rata upah yang di terimanya adalah sebesar Rp18.445,- per minggunya.

4). Berdasarkan model yang diperhatikan dari hasil temuan empiri menunjukkan bahwa, upah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh pekerja wanita di Sumatera Selatan. Hubungan antara jam kerja dan upah serta variabel individu lainnya seperti; umur, pendidikan, tempat tinggal, dan rasio dependensi yang diasumsikan berbentuk parabola pada akhirnya diketahui bahwa mempunyai pola yang berbeda untuk masing-masing kelompok yang diperhatikan yakni, kelompok wanita berdasarkan status atau perannya dalam rumah tangga. Di mana pola tersebut ada yang berbentuk parabola yang menutup kebawah dan ada juga yang berbentuk parabola yang membuka keatas.

Untuk bentuk parabola yang menutup kebawah berarti grafik fungsi penawaran tenaga kerja wanita didaerah ini mempunyai titik maksimum, di mana apabila upah naik maka, jumlah jam kerja yang ditawarkanpun bertambah, tetapi setelah upah mencapai tingkat upah yaitu yang merupakan titik maksimum tersebut maka, jam kerja yang ditawarkan akan mulai berkurang walaupun upah naik. Sebaliknya, untuk pola penawaran tenaga kerja yang berbentuk parabola yang membuka keatas, seperti untuk kelompok wanita yang berperan sebagai anak atau menantu dalam penelitian ini, diketahui bahwa pola seperti itu berarti grafik fungsi penawarannya mempunyai titik minimum, di mana pada tingkat upah yang rendah jumlah jam kerja yang ditawarkannya cukup tinggi, tetapi dengan adanya perubah upah, upah naik jumlah jam kerja yang ditawarkannya akan makin berkurang. Dan mereka akan menawarkan kerja lagi apabila tingkat upah sudah mencapai pada tingkat upah minimum tersebut. Jadi pada pola penawaran tenaga kerja seperti ini dapat diartikan bahwa kelompok ini tidak akan bekerja atau menawarkan kerja apabila tingkat upahnya tidak atau balm sesuai dengan tingkat upah yang diharapkan mereka yakni setelah mencapai tingkat upah maksimum tersebut.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parkit Handono
Abstrak :
Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi bekerja anak dan intensitas bekerjanya, terutama dilihat dari latar belakang sosial ekonomi demografi rumah tangga. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Susenas Kor tahun 2006. Batasan usia pekerja anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 - 14 tahun. Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan inferensial. Analisis inferensial menggunakan model regresi logistik untuk melihat determinan partisipasi bekerja anak dan analisis regresi (OLS) untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas bekerja anak yang diiihat melalui lamanya jam kerja. Hasil analisis menunjukkan karakteristik kepala rumah tangga yaitu: pendidikan, status kesehatan, lapangan usaha, status pekerjaan, umur dan jenis kelamin juga berpengamh terhadap resiko munculnya pekerja anak Status kemiskinan rumah tangga dan rasio anak dan dewasa dalam rumah tangga juga memiliki pengaruh terhadap resiko anak untuk bekerja. Selain itu daerah tempat tinggal dan jenis kelamin anak berpengaruh terhadap peluang anak untuk bekerja. Intensitas bekerja anak dipengaruhi oleh karakteristik kepala rumah tangga yaitu: pendidikan dan status pekerjaan. Faktor kemiskinan rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas bekerja anak. Karakteristik pekerja anak mempunyai pengaruh yang kuat terhadap intensitas bekerja. Menurut status pekerjaan, pekerja anak dengan status pekerjaan sebagai buruh atau pekerja bebas, bekerja 16 jam lebih lama dalam seminggu daripada anak berstatus pekerja tak dibayar. Dari karakteristik demografi anak, semakin bertambah usia anak intensitas bekerjanya semakin tinggi, sedangkan faktor jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jam kerja anak. Pekerja anak yang tinggal di perdesaan bekerja dua jam lebih pendek daripada pekerja anak yang tinggal di perkotaan. ......This thesis is focused on the determinant of participation and intensity of work of child, especially from the demographic aspect of the house hold. This study uses the 2006 SUSENAS. This study uses description and inferential analysis. The inferential analysis was conducted by two models, ie. The First model uses logistic regression to ind out the determination of child work participation and the the second model uses regression analysis (OLS) to find the factors influencing work intensity of child. Result shows that the household head characteristic such as education, health status, kind of job, job status, age and gender influences the risk of child sent to work. The child’s gender also has significant effect on the probability of going to work. The finding also shows that poverty status and child-adult ratio in the household also determine child being sent to work. The work intensity of child is determine by househo1d’s head characteristic such as education and job status. Poverty status of household also significantly influences the work intensity of the child. Chi1d’s characteristic has strong influence to their work intensity. The older child the the higher the hours spent at work. The result shows that gender of the child doesn't significantly influence their hours spent at work. Child worker living in the rural areas are found to spend two hours less time on work than urban child worker.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33984
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hayatti Rissa
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pajanan debu pada pekerja controller di area grinding dan packing PT Semen Padang. Jenis penelitian ini adalah anlisis deskriptif cross sectional dengan menggunakan metode risk analysis paradigm untuk menentukan risiko pada pekerja. Sampel dari penelitian ini adalah 16 orang pekerja controller untuk personal dust sampling dan 50 orang pekerja controller untuk mengetahui karakteristik antropometri dan pola aktifitas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak ada pajanan debu yang melebihi nilai ambang batas berdasarkan standar Permenaker No. 13/2011 dan OSHA. Pajanan tertinggi umumnya berada di area kerja cement mill. Berdasarkan nilai RQ realtime respirabel dust,pekerja yang berisiko terhadap pajanan respirabel dust mulai dari awal bekerja sampai pada saat dilakukannya penelitian ini adalah sampel pekerja no 14 dan no 12 di area kerja Cement Mill II-III, nomor 1 di area kerja Cement Mill IV, nomor 17 di area kerja Raw Mill V dan nomor 15 di area kerja Cement Mill V. Sementara berdasarkan nilai RQ lifetime menunjukkan peningkatan risiko pada pekerja, dari 16 pekerja hanya 1 pekerja yang tidak berisiko terhadap pajanan selama bekerja 30 tahun. Disarankan pada perusahaan untuk melakukan monitoring dan evaluasi pajanan di debu di area kerja dan personal secara rutin, melakukan engineering control terhadap pajanan debu, menerapkan sistem area basah pada saat pembersihan area, serta meningkatkan kegiatan maintenance. ......This study aim to see picture of dust exposure on controller workers at grinding and packing area PT Semen Padang. This type of reasearch is descriptive analytic cross sectional using risk analysis paradigm method. The sample for this study is 16 controller workers for personal dust sampling and 50controller workers for anthropometric characteristics and activity patterns. Based on the results of the study showed no dust exposure exceeds a threshold value based on the standar Permenaker No. 13/2011 and OSHA. Exposure is generally highest in the cement mill area. Based on the value of RQ realtime respirable dust, workers at risk of exposure to respirable dust from first time until the time this study was a sample of workers No. 14 and No. 12 in the area Cement Mill II-III, No. 1 in the area Cement Mill IV, number 17 in the area Raw Mill V and number 15 in the area Cement Mill V. While based on the lifetime value of RQ showed an increased risk to workers, the workers only sample no 11 in the Raw Mill II-III who are not at risk of exposure while working 30 years. It is suggested to company to conduct monitoring and evaluation in the area of dust exposure in the workplace and personal, perform the engineering control of exposure to dust, apply a wet area systems when area cleaning, as well as increased maintenance activities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Sukmariana
Abstrak :
Stigma yang melekat pada perempuan pekerja seks dan perempuan yang dilacurkan tidak lepas dari norma yang ada di masyarakat patrarki yang menggunakan seksualitas sebagai alat dominasi dan kapitalisme yang seringkali mendorong perempuan pada prostitusi maupun menjadi korban trafficking Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan resistensi melawan stigma yang dilakukan melalui organisasi. Terdapat 3 (tiga) organisasi yang dijadikan studi kasus: OPSI, KPI, dan Yayasan Bandungwangi. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumen. Teori feminis radikal dan feminis posmodern digunakan, dengan analisis feminis naratif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekerasan dan stigma yang dialami pekerja seks menghasilkan upaya resistensi kolektif yang didasari atas kesadaran akan viktimisasi yang terjadi, hak asasi manusia, dan kesehatan reproduksi. Tiap organisasi yang hadir menjawab kebutuhan yang berbeda dari tiap kelompok perempuan pekerja seks dan pedila, dan didasari oleh perspektif terhadap prostitusi dan sex work yang berbeda. Bentuk resistensi organisasi tidak hanya didasari oleh perspektif yang mendasari, namun juga sumber daya dan jangkauan organisasi. Resistensi ini berdampak pada penyusunan kebijakan yang memihak, akses pelayanan kesehatan dan administratif, pendampingan hukum, dan pada stigma diri. Dengan demikian, perempuan pekerja seks dan pedila membangun kesadaran dan mengambilalih agensi diri sebagai kelompok terpenting dalam diskursus tentang prostitusi. ......Stigma forced upon female sex workers and the prostituted came from patriarchal societal norms that uses sexuality to dominate women and capitalism that often pushes women into prostitution and trafficking victims. This thesis aims to elaborate on their resistance to stigma through sex worker’s organization and prostitute-serving organization. 3 (three) organizations are studied: OPSI, KPI, and Yayasan Bandungwangi. This research uses in-depth interview, participatory observation, and document studies to gain relevant data. The radical and postmodern feminist theories are used along with a feminist narrative descriptive analysis technique. Results show that violence experienced by female sex workers and the prostituted resulted in resistance efforts, one of them is to organize, pushed by the consciousness of their victimization, human rights, and reproductive health. Each organizations address the different needs of different groups of female sex workers and the prostituted, based on their different perspectives on prostitution and sex work. Resistance strategies chosen are closely linked organization’s resources and reach. Resistance efforts have impacted regulations, healthcare and administrative services access, legal assistance, and self-stigma amongst sex workers and the prostituted. Therefore, female sex workers and the prostituted built their conscience and reclaimed their agency as the most integral group of prostitution discourse. 
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>