Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hembing Wijayakusuma
Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2005
959.8 HEM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sumadi
"Tesis ini menguraikan tentang kegiatan organisasi-organisasi preman di Muara Angke, Jakarta Utara. Fokus dalam tesis ini adalah pola-pola hubungan preman dalam membangun, memantapkan, dan menggunakan kekuatannya, yaitu melalui hubungan kekerabatan, hubungan patron-klien, hubungan kekuatan, dan hubungan kerja sama sehingga preman tetap ada dan dapat beroperasi di tengah-tengah kehidupan serta aktivitas para nelayan, pedagang ikan, pengusaha ikan, dan aparat pemerintah (polisi, tentara, dinas perikanan, kelurahan, kecamatan, dan walikota).
Pola-pola hubungan sesama anggota preman dalam satu kelompok adalah hubungan kekerabatan karena mereka memiliki kesamaan dalam hal suku bangsa dan daerah asalnya. Di samping itu, dalam perekrutan dan penempatan para pelaksana di lapangan, pimpinan preman mengutamakan kepada orang-orang yang masih ada hubungan kerabat, kawan dekat, keluarga kawan dekat, orang-orang sekampung atau tetangga kampung dan dikenal baik oleh pimpinan preman tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencari dukungan atas kepemimpinannya, menjaga kekompakan dan keutuhan kelompok preman serta sebagai upaya untuk mempermudah mekanisme kontrol terhadap kegiatan-kegiatan, uang masuk dan uang keluar sehingga tidak timbul konflik di antara mereka.
Hubungan antarkelompok preman dipengaruhi oleh hubungan antar sukubangsa, di mana masing-masing sukubangsa sering menonjolkan identitas kesukubangsaannya yang muncul sebagai kekuatan sosial. Kelompok preman Bugis-Makassar menonjolkan identitas suku bangsa dan daerah asalnya yang dikenal dengan istilah siri'.
Kelompok preman Kulon menonjolkan identitas suku bangsanya sebagai pendekar atau jawara, sedangkan kelompok preman Madura memperlihatkan budayanya tersendiri yang dikenal dengan istilah carok. Penonjolan identitas kesukubangsaannya ini terlihat dalam memperebutkan dan mempertahankan sumber-sumber daya yang ada di dalam pelabuhan Muara Angke.
Hubungan patron-klien berlangsung dalam kelompok preman, yaitu antara pimpinan (sebagai patron) dengan para pelaksana (sebagai kliennya). Hubungan patron-klien juga berlangsung antara preman yang memberikan perlindungan dan rasa aman kepada kliennya, yaitu, para nelayan, pedagang ikan, dan pengusaha ikan, yang membutuhkan perlindungan dan jaminan rasa aman dari preman.
Sementara itu, hubungan patron-klien terjadi juga antara preman dengan aparat pemerintah (polisi, tentara, dinas perikanan, aparat kelurahan, kecamatan, dan aparat dari kantor walikota Jakarta Utara). Preman (klien) membutuhkan perlindungan dari aparat pemerintah (patron) dengan konsekuensinya preman memberikan sejumlah "uang setoran" kepada aparat pemerintah.
Di samping itu, terdapat juga oknum-oknum aparat pemerintah yang sengaja bekerja sama, melindungi, memelihara, dan memanfaatkan kelompok preman untuk kepentingan dinas dan kepentingan pribadi dari oknum-oknum aparat pemerintah tersebut.
Akibatnya, preman dapat dengan leluasa melakukan aksinya tanpa ada yang berani mencegahnya. Dengan demikian, preman tetap ada dan dapat melakukan kegiatannya di tengah-tengah kehidupan dan aktivitas para nelayan, pedagang ikan, pengusaha ikan, dan aparat pemerintah di Muara Angke."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T11011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Oktaviani
"Infeksi akibat cacing dapat mengakibatkan terjadinya anemia, gangguan gizi, pertumbuhan, dan kecerdasan yang dalam jangka panjang akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepadatan lalat dengan kejadian kecacingan dan untuk mengetahuan hubungan antara variabel risiko (jenis kelamin, umur, ketersediaan jamban, kebersihan kuku, kebiasaan memakai alas kaki, pendidikan orang tua, kondisi sosial ekonomi, kondisi lantai, sanitasi makanan). Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 97 orang yang diambil dari umur 7-15 tahun. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan bahwa siswa yang positif infeksi kecacingan sebanyak 5 orang (5,2%) dan negatif sebanyak 92 orang (94,8%). Angka kepadatan lalat di wilayah Muara Angke masih tergolong tinggi. Berdasarkan hasil di atas diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara kepadatan lalat, jenis kelamin, umur, ketersediaan jamban, kebersihan kuku, kebiasaan memakai alas kaki, pendidikan orang tua, kondisi sosial ekonomi, kondisi lantai dan sanitasi makanan.
......
Infection due to worms can lead to anemia, nutritional disorders, growth, and intelligence which in the long run will reduce the quality of human resources. This study aims to determine the relationship of density of flies to helminthiasis and to know the relationship between risk variables (gender, age, latrine availability, cleanliness of nails, footwear habits, parental education, socio-economic conditions, floor conditions, food sanitation). This study was an observational analytic study with a cross sectional approach with a total sample of 97 people taken from the age of 7-15 years. Based on the above results it was concluded that there was no relationship between fly density, gender, age, latrine availability, hygiene of nails, footwear habits, parental education, socio-economic conditions, floor conditions and food sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gambuh Triwikrama
"Penelitian ini berfokus pada administrasi pemungutan retribusi tempat pelelangan ikan di TPI Muara Angke Provinsi DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan administrasi pemungutan retribusi tempat pelelangan ikan di TPI Muara Angke dengan menggunakan teori administrasi penerimaan daerah yang dikemukakan Devas, serta menganalisis permasalahan yang timbul dalam proses pemungutan retribusi tempat pelelangan ikan di TPI Muara Angke. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data secara studi lapangan dan studi literatur dengan teknik analisis data secara kualitatif.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa upaya retribusi dilakukan dengan membuat peraturan daerah yang mengatur retribusi, pihak pengelola berusaha memberikan pelayanan sebaik mungkin dan pengelola telah melakukan kegiatan retribusi secara efektif berdasarkan tinjauan IKR dan efesien berdasarkan perhitungan REBP. Permasalahan yang timbul dalam proses pemungutan retribusi tempat pelelangan ikan di TPI Muara Angke antara lain sarana dan prasarana pemberian pelayanan di TPI Muara Angke terbatas, keterbatasan modal dari pembeli ikan, dan masih terdapat bongkar ikan di luar TPI Muara Angke.
......The focus of this study is to analyze administration of fish auction retribution collection at Muara Angke fish auction place (FAP) in DKI Jakata Province. The purpose of this study are to analize administration of fish auction collection based on theory administration of local revenue by Nick Devas and also analize set of problems in collecting fish auction retribution. The research's approach is the quantitative approach, the method data's collection is field research and literature research, the analyze data is qualitative.
The result of this study suggest that there are charge effort in administration of fish auction retribution, first formulating upcoming local government rule about fish auction retribution and second local goverment try to improve services provided. The goverment has managed retribution procedure effectively based on index of retribution performance (IKR) and efficciently for efficiency ratio of collection cost (REBP). The problems of fish auction retribution collection are limited amount of facilities, limited amount of fish buyer?s capital and there are loading and unloading of fishes outside Muara Angke fish auction place."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Ida Sunaryo Purwiyanto
"Kawasan reklamasi mangrove Muara Angke Kapuk merupakan kawasan reklamasi yang tidak lepas dari imbas pencemaran sampah dan limbah di sekitar Cengkareng, Jakarta. Hal tersebut terlihat dari hampir seluruh sedimen yang berada di bawah pohon mangrove tertutup oleh timbunan plastik. Meski demikian, kawasan reklamasi ini masih memiliki beragam biota, sehingga diduga lingkungan ini masih memiliki daya dukung internal, terutama nutrien dari sedimen. Tujuan penelitian adalah mengkaji kondisi nutrien pada sedimen kawasan reklamasi mangrove. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel air poros menggunakan modifikasi cawan bertingkat pada kedalaman sedimen 0-15 cm dengan interval kedalaman 2,5 cm, serta sampel sedimen dengan menggunakan ring tanah. Sampel air poros diukur Dissolve Oxygen (DO) dan konsentrasi amoniak, nitrit, nitrat, dan fosfat. Sampel sedimen digunakan untuk memperoleh nilai porositas. Data yang diperoleh digunakan dalam pembuatan profil konsentrasi secara vertikal, analisis fluks nutrien vertikal. Analis is fluks nutrien secara vertikal dilakukan dengan bantuan software QUAL2K version 2.11. Hasil penelitian menunjukkan distribusi vertikal dan fluks nutrien yang berbeda-beda, di mana amoniak dan fosfat mengalami influx dan peningkatan seiring dengan bertambahnya kedalaman sedimen, sedangkan nitrat mengalami efflux dan penurunan konsentrasi. Penghitungan fluks nitrit yang merupakan nutrien peralihan tidak dilakukan, namun konsentrasinya mengalami penurunan setelah kedalaman 2,5 cm. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingginya pencemaran di permukaan tidak menghalangi proses kimia alami sehingga kawasan reklamasi tersebut masih dapat memberi dukungan nutrisi bagi biota.

The reclaimed mangrove estuary in Muara Angke Kapuk is a reclaimed area that has not evaded the impacted of pollution and waste in the areas surrounding Cengkareng, Jakarta. This is apparent from the fact that almost all sediments under the mangrove trees are buried under heaps of plastic trash. However, the reclaimed region still has variety of organism, which indicating that the region still has an internal carrying capacity, especially nutrients from sediment. The purpose of this research was to examine the condition of sediment nutrients in this mangrove reclamation region. The research was conducted by taking water samples using a modification of the stratified cup at a sediment depth of 0-15 cm with depth intervals of 2.5 cm, and taking sediment samples using the sediment ring. Pore water samples were measured for dissolved oxygen (DO) and concentrations of ammonia, nitrite, nitrate, and phosphate. Sediment samples were used to obtain porosity values. The data obtained is used to make vertical concentration profiles and analysis of vertical nutrient flux. Vertical nutrient flux analysis was performed with the aid of QUAL2K software version 2.11. The results showed different vertical distributions and flux of nutrients, where influx for ammonia and phosphate and an increase inline with increasing sediment depth, while nitrate efflux and a decreased concentration. The flux calculation of nitrite as transitory nutrient was not done, but the concentration decreased after a depth of 2.5 cm. This indicates that the high contamination on the surface does not prevent the natural chemical processes so the reclaimed region can still provide nutritional support for its organism."
Universitas Sriwijaya. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2012
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Subahar
"Fecal contamination is a serious environmental problem at Angke River Jakarta. A cross-sectional study was conducted
during April-June 2007 and the aim of the study is to assess the water quality of Angke River by detection of Ascaris
lumbricoides eggs and the protozoan cysts. A total 24 L water of Angke River was collected from 8 sampling locations
consisted of Kembangan/Duri Kosambi (upper reaches of river), Pesing Polgar (lower reaches of river), Teluk Gong
(lower reaches of river), Pantai Indah Kapuk (estuary), River Mouth, left side of River Mouth, right side of River
Mouth, and outer side of River Mouth. The water specimen was examined microscopically for A. lumbricoides eggs and
protozoan cysts using a concentrated technique. Of 8 locations, 4 locations (50 %, 4/8), Kembangan/Duri Kosambi,
Teluk Gong, Pantai Indah Kapuk and left side of river mouth were positive for A. lumbricoides eggs and 2 locations
(25%, 2/8), Kembangan/Duri Kosambi and Pesing Polgar positive for Entamoeba histolytica cysts. Overall, 60 A.
lumbricoides eggs and 2 E. histolytica cysts were found in 24 L water specimens. Among sampling locations, the most
number of A. lumbricoides eggs were found at eastuary. The water of Angke River, Jakarta, has been contaminated by
human feces contained A. lumbricoides eggs and E. histolytica cysts. The water was unsafe for drinking water."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Muchairina
"Sebagai ekosistem peralihan antara wilayah darat dan laut, pengelolaan mangrove harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan dan melalui berbagai pendekatan. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif melalui studi kepustakaan. Peneliti turut melakukan wawancara dengan sejumlah narasumber untuk sebagai data pendukung. Terdapat dua permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini, yaitu mengenai kelembagaan dan tata kelola hutan mangrove di Indonesia serta penerapan pengelolaan mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke (SM Muara Angke) dan Taman Wisata Angke Kapuk (TWA Angke Kapuk) sebagai bagian dari Kawasan Hutan Mangrove Angke Kapuk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mangrove memiliki berbagai macam fungsi dan manfaat. Akan tetapi, pengelolaan terhadap mangrove di Indonesia belum dilaksanakan secara terpadu. Kemudian, dalam pengelolaan mangrove di kawasan SM Muara Angke dan TWA Angke Kapuk ditemui beberapa kendala, seperti keterbatasan anggaran, sarana prasarana, dan sumber daya manusia, kurangnya koordinasi antar para pihak, permasalahan batas kawasan, rendahnya keterlibatan masyarakat, serta kegiatan masyarakat di sekitar kawasan.

As mangroves are an ecosystem at the interface between land and sea, their management involves various stakeholders as well as various approaches. Therefore, an integrated management of mangroves is required to protect and preserve them. This normative juridical research study uses materials derived from literature. The researcher also conducted several interviews to obtain supporting data. There are two questions that will be discussed in this study, namely the authority and management of mangrove forest in Indonesia, and the implementation of mangrove management in Muara Angke Wildlife Reserve and the Angke Kapuk Nature Recreation Park, which are part of the Angke Kapuk Mangrove Forest. The results show that mangroves have important functions and uses. However, the management of mangroves in Indonesia has not been yet integrated. The implementation of mangrove management in both the Muara Angke Wildlife Reserve and the Angke Kapuk Nature Recreation Park has faced several obstacles, such as limited budget, infrastructure, and facilities as well as lack of personnel and coordination, boundary issues, limited engagement from the local community, and human activities."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Arifin Senjaya
"One of the environmental changes which caused by the environmental activities is contaminated river and sea by mercury. In the water mercury is changed into methylmercury and through a food chain accumulated in the fish body. Therefore, there will be a methylmercury exposure to human being through the consumption of the fish.
This research aims to obtain information on the amount of methyl mercury which go into the human's body through the consumption of the contaminated fresh sea fish. On the other hand, it is important to know the type of fresh sea fish, the consumption of the fish in average, individual characteristic which influences the consumption and the clinical symptoms that cause the symptoms of the mercury chronicle poisoning.
The design of the research is cross sectional with the population of adult men of Muara Angke, Jakarta, age between 17 to 60 years. The involving samples in the research are 160 respondents, taken with multi stage random sampling. The data is drawn by interview and neurological test. The collected data are run by computer, followed by data analyst of univariat, bivariat and multivariat with SPSS for Windows.
It is found that the concumption of all types of fresh sea fish in average is 211,77 gram/person/day. The types that mostly consumed are Kembung, Tongkol, and Bandeng Fish. The amount of the exposure of methlmercury from the consumption of 13 types of fresh sea fish which checked by Rachmadhi et all (1997) is 12,12 ug/person/day. Some respondent positively certain about the clinical sign and symptoms of cronicle mercury poisoning which are: 56 clinical symptoms (35%) respondents, 49 ataxia (30,6%) respondents and 66 tremor (41,3%) respondents.
In the bivariat analysis it is found that there is a meaningful correlation between the fresh sea fish which has mercury concentration and the intake total amount of methylmercury. The individual characteristic in general does not associate meaningfully with the consumption of the fresh sea fish, or with the methylmercury intake. In the t-test, it is found that there is a meaningful association between clinical symptoms with age and consumption of all types of fress sea fish, and tremor with the length of stay and consumption all types of fresh sea fish. In the multivariat analysis, it is found that the length of stay associates meaningful with clinical symptoms; the length of stay and age associates meaningful with ataxia; and the length of stay and age associates meaningful with tremor.
Although, means the methylmercury exposure on adult men of Muara Angke population is based on few assumptions which used under the secured limit regulated by WHO (1979). Nevertheless, it is found that some respondents which mercury intake over limit, the secured limit and some respondents whose clinical symptoms would cause the clinical symptoms of mercury cronicle poisoning. It is advisable to follow those respondents up to able to have a necessary action. Furthermore, in order to detect that there may be an effect of the mercury cronicle poisoning, it is important to have the similar research with analytical design.

Salah satu perubahan lingkungan yang diakibatkan pembangunan adalah pencemaran sungai dan laut oleh merkuri. Merkuri di air sebagian besar diubah menjadi metil merkuri dan melalui rantai makanan dapat terakumulasi di dalam tubuh ikan. Selanjutnya akan terjadi pemajanan metil merkuri terhadap manusia melalui konsumsi ikan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang jumlah metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui konsumsi ikan laut segar tercemar metil merkuri. Disamping itu ingin pula diketahui jenis ikan laut segar yang dikonsumsi, rata-rata konsumsi ikan tersebut, karakteristik individu yang mempengaruhi konsumsi ikan but segar serta ada tidaknya gejala/tanda klinis yang dapat merupakan gejala/tanda klinis keracunan kronis merkuri.
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi penelitiannya laki-laki dewasa penduduk Muara Angke Jakarta, yang berusia 17-60 tahun. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini 160 responden, yang diambil dengan metoda multi stage random sampling. Data diambil dengan wawancara dan uji neurologis. Data-data yang terkumpul diolah dengan bantuan komputer, selanjutnya dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariat, menggunakan SPSS for Windows.
Ditemukan rata-rata konsumsi semua jenis ikan laut segar adalah 211,77 gram/orang.hari. Jenis ikan yang paling sering dikonsumsi adalah Kembung, Tongkol dan Bandeng. Besar pajanan metil merkuri dari konsumsi 13 jenis ikan laut segar yang diperiksa kadar merkurinya oleh Rachmadhi dkk (1997) adalah 12,12 ug/orang/hari. Sejumlah responden positip mengalami gejala/tanda klinis keracunan kromis merkuri, yaitu: gejala klinis 56 (35%) responden, ataxia 49 (30,6%) responden dan tremor 66 (41,3%) responden.
Pada analisis bivariat diketemukan adanya korelasi yang bermakna antara ikan laut segar yang diperiksa kadar merkurinya dengan total asupan metil merkusi. Karakteristik individual pada umumnya tidak berasosiasi secara bermakna dengan konsumsi ikan laut segar, maupun dengan asupan metil merkuri. Pada uji-t ditemukan asosiasi yang bermakna antara gejala klinis dengan umur dan konsumsi semua jenis ikan laut segar, serta tremor dengan lama menetap dan konsumsi semua jenis ikan laut segar. Pada analisis multivariat ditemukan lama menetap berasosiasi secara bermakna dengan gejala klinis, lama menetap dan umur berasosiasi secara bermakna dengan ataxia, serta lama menetap dan umur berasosiasi secara bermakna dengan tremor.
Walaupun rata-rata pajanan metil merkuri pada laki-laki dewasa penduduk Muara Angke berdasarkan beberapa asumsi yang dipergunakan masih di bawah batas aman yang ditetapkan oleh WHO (1979). Namun ditemukan sejumlah responden yang asupan merkurinya melebihi batas aman tersebut dan sejumlah responden memiliki gejala/tanda klinis yang dapat merupakan gejala/tanda klinis keracunan kronis merkuri. Disarankan untuk menindak lanjuti responden-responden tersbeut agar dapat diambil tindakan yang memadai. Selanjutnya untuk memastikan adanya efek keracunan kronis merkuri perlu dilakukan peneltian sejenis dengan desain analitik."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rahmat Idnal
"ABSTRAK
Tesis ini tentang membahas tentang kegiatan penertiban permukiman liar di Muara Angke yang dilakukan oleh petugas tramtib dan Polisi. Perhatian utama dalam penulisan tesis ini adalah bahwa kegiatan penertiban yang dilakukan oleh petugas tramtib dan polisi di Muara Angke selama ini dengan memberdayakan keberadaan para preman yang dianggap tokoh oleh warga penghuni liar. Pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode etnografi. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, pengamatan terlibat dan wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Hasil penelitian menunjukan: 1) Kawasan permukiman liar yang terdapat di Muara Angke pada awalnya merupakan penguasaan sebagian lahan yang dilakukan oleh orang-orang kaum pendatang yang memanfaatkan lahan-lahan yang masih kosong milik Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PT PKPP & PPI) Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta; 2) kegiatan penertiban yang dilakukan di permukiman liar Muara Angke selama ini dilakukan dengan dua metode yang berbeda, pertama dilakukan oleh aparat tramtib kecamatan Penjaringan Jakarta Utara dan kedua dilakukan oleh UPT PKPP & PPI dengan menggunakan komunitas preman yang dianggap tokoh oleh warga hunian liar, yang selama ini dikenal dengan sebutan tramtib india; 3) kelompok preman yang terdapat di permukiman liar adalah kelompok preman dari bugis-makasar dan kelompok preman dari kulon; 4) para korban penertiban permukiman liar mendapatkan kompensasi dari UPT PKPP & PPI berupa uang kerohiman yang jumlahnya sama dengan tidak melihat kondisi dan fisik bangunan; 5) Cara kerja para preman di permukiman liar Muara Angke adalah dengan mengunig lahan-lahan yang masih kosong kemudian menjualnya kepada warga hunian liar baru yang akan menempatinya; 6) pola hubungan patron klien yang terjadi di permukiman liar Muara Angke adalah patron klien antara preman dengan warga hunian liar dan patron klien antara polisi dengan para preman; 7) metode pendekatan yang dilakukan oleh Polsek KP3 Pelabuhan Sunda Kelapa terhadap para preman di kawasan permukiman liar adalah dengan metode pendekatan persuasif dengan cara melibatkan para preman untuk menjaga dan mengawasi sarana dan prasarana milik UPT PKPP & PPI Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, seperti penjagaan blongblong ikan, penjagaan tambak-tambak dan pejagaan kapal-kapal hasil sitaan Polsek KP3 Pelabuhan Sunda Kelapa. Implikasi kajian dari tesis ini adalah: 1) Ketegasan dalam penegakan Perda DKI Jakarta No. 11 tahun 1988 tentang Ketertiban Umum Wilayah DKI Jakarta terhadap bangunan liar yang ditempati oleh para pendatang liar di Muara Angke harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan agar jumlahnya tidak terus bertambah; 2) perlu adanya kejelasan status dan pemberian kekuatan hukum yang tetap kepada pihak UPT PKPP & PPI Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DK1 Jakarta, sehingga setiap kegiatan penertiban yang akan dilakukan oleh pihaknya memiliki dasar hukum yang kuat dan tidak rawan terhadap gugatan PTUN dari pihak lain; 3) Setiap kegiatan penertiban dan penggusuran yang akan dilakukan, hendaknya selalu dipikirkan dampak konflik yang ditimbulkan dari penertiban tersebut, yaitu mengenai relokasi ternpat tinggal selanjutnya dan memperbanyak pembuatan rumah-rumah sederhana layak huni atau rumah susun yang harganya sebagian merupakan subsidi dari pemerintah; 4) penerapan sanksi sesuai Perda harus diterapkan kepada para warga hunian liar yang masih memanfaatkan lahan kosong yang telah dilakukan penertiban.

ABSTRACT
This thesis discusses about the order enforcement activities at illegal settlement in Muara Angke conducted by public order officers and police officers. The main concern in this thesis writing is that the law enforcement activities conducted by public order officers at Muara Angke during the time by empowering the existence of thugs considered as figures by the squatters. The approach used is qualitative method with ethnography method. Data collection carried out through observation, participatory observation and structured and non structured interviews. The research results indicate: (1) Illegal settlement located at Muara Angke in the beginning was control of land conducted by migrants utilizing the unoccupied land belong to Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PT PKPPP & PPI) Husbandry, Fishery and Marine Agency Capital Jakarta; 2) the order enforcement conducted in the illegal settlement of Muara Angke during the time conducted with to different methods, first conducted by public order officers of Penjaringan District North Jakarta and second conducted by UPT PKPP & PPI by using thugs community considered as figure by squatters, which during the time known with India public order enforcers; 3) thugs groups in the illegal settlement are thugs groups from Bugis-Makassar and thugs group from Kulon, 4) the eviction victims received compensation from UPT PKPP & PPI in form of kerohiman money which the amounts were the same without considering the building conditions and physic; the work method of thugs at the illegal settlement Muara Angke was by dividing the unoccupied land then sold them to the new squatters who will place them; 6) relations pattern of patron client occurred in illegal settlement Muara Angke are patron client between thugs and squatters and patron client between police and thugs; 7) the approach method conduced by Precinct Police Station KP3 Sunda Kelapa Port toward the thugs in the illegal settlement is by persuasive method by involving the thugs to safeguard and oversee the means and facilities belong to UPI PKPP & PPI of Fishery and Maritime Agency of Capital Jakarta, such safeguarding fish catching, embankments, and vessels of confiscation result of Precinct Police Station KP3 Sunda Kelapa Port. Research implications of this thesis are : 1) Decisiveness in enforcement Bylaw of Capital Jakarta No. 11/1988 concerning Public Orderliness of Jakarta Region toward illegal buildings occupied by the illegal migrants at Muara Angke should be conducted in consistent and sustainable way in order that their number does not increase; 2) it requires clarification of status and permanent legal force granting to the to UPT PKPP & PP Husbandry, Fishery and Maritime Agency of Capital Jakarta, so each orderliness activities to carry out by its side has a strong legal basis and not vulnerable to administrative legal suit from other party; 3) Each order enforcement and eviction to conduct should be always considered their conflict impacts emerged from order enforcement, namely, concerning relocation their next homes and increase the number of simple and decent homes or flats which the prices a part is subsidy from the government; 4) the imposition of sanctions pursuant to Bylaw should be applied to the squatters who still utilize the vacant lands which have been ordered."
2007
T20481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharma Susanto
"Sebagaimana diketahui pencemaran merkuri menyebabkan suatu penyakit pada manusia yang dikenal sebagai penyakit Minamata, yang telah mengakibatkan banyak orang meninggal atau cacat seumur hidup seperti telah pernah terjadi di Jepang. Sampai saat ini belum dapat dipastikan apakah sudah ada penduduk Teluk Jakarta yang terserang penyakit Minamata, karena diagnose penyakit ini sulit sekali.
Gejala klinis harus jelas menunjukkan gejala penyakit Minamata dan pemeriksaan laboratorium pada organ tubuh menunjukkan kadar merkuri yang tinggi. Sering terjadi kejanggalan dimana orang dengan gejala klinik positip menunjukkan Radar merkuri yang rendah dalam tubuhnya atau sebaliknya yaitu orang dengan kadar merkuri
tinggi tapi tak menunjukkan gejala klinik, sehingga keduanya tak memenuhi syarat untuk disebut penyakit Minamata.
Tujuan penelitian :
a. Didapatkan indikator biologis untuk menentukan derajat tercemarnya suatu daerah oleh merkuri
b. Didapatkan gambaran derajat pencemaran merkuri di pesisir Teluk Jakarta pada tahuh 1985 ini."
Jakarta: Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>