Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Nur Shafira
"Usia mahasiswa termasuk dalam fase emerging adulthood yang berpotensi tinggi untuk mengalami ketidakstabilan psikologis akibat banyaknya perubahan di masa transisi. Mahasiswa keperawatan atau kesehatan lainnya dianggap memiliki risiko stres yang tinggi akibat beban studi dan padatnya kegiatan perkuliahan di setiap tingkatannya. Tidak jarang mahasiswa kesulitan dalam beradaptasi hingga akhirnya menghindar atau melakukan hal berbahaya seperti menyakiti diri yang dianggapnya sebagai mekanisme koping untuk melepas beban. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional sederhana dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm behavior) pada mahasiswa keperawatan. Penelitian ini melibatkan 236 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan teknik probability proportional sampling. Instrumen yang digunakan adalah Self-Harm Behavior Questionnaire versi Bahasa Indonesia yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan terlibat dalam self-harm behavior, yang termasuk didalamnya perilaku self-harm (34.3%), percobaan bunuh diri (8.1%), ancaman bunuh diri (7.2%), dan ide bunuh diri (30.5%). Adanya gambaran self-harm behavior pada mahasiswa keperawatan sangat diperlukan untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan di tingkat universitas.
......The majority of college students are in the phase of emerging adulthood of human development. In this transition period, the students are susceptible to experiencing psychological instability due to many changes in their lives. Nursing students are presumed to be at risk of high-stress levels because of the high demands, expectations and activities during their study. Therefore, some students struggle to adapt to their college life and choose to avoid their responsibilities or make some dangerous decisions (self-harm behavior) as it is believed to be a form of coping mechanism to release their stress. This study used a cross sectional approach with the aim of finding the prevalence of self-harm behavior among nursing students. This study involved 236 students from Faculty of Nursing, University of Indonesia with probability proportionate sampling technique. The instrument used is the modified Indonesian version of Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). The results showed that nursing students engaged in self-harm behavior, including self-harm (34.3%), suicide attempted (8.1%), suicide threat (7.2%), and suicide ideation (30.5%). The existence of prevalence of self-harm behavior among nursing students is needed to improve prevention and treatment at the university level"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Jeihan Mazaya
"Toleransi menjadi hal yang penting untuk ditelusuri lebih lanjut, melihat semakin maraknya kasus-kasus intoleransi yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi empati dan pendidikan terhadap toleransi dan menentukan prediktor yang paling kuat diantara keduanya. Sebanyak 297 partisipan pada tahapan emerging adulthood dengan pendidikan mahasiswa dan lulusan SMA mengikuti penelitian ini. Penelitian ini menggunakan Miville Guzman Universality Diversity Scale Short Form M-GUDS-S untuk mengukur toleransi partisipan, dan David Interpersonal Reactivity Index IRI untuk mengukur empati partisipan. Analisis regresi berganda digunakan untuk melihat kontribusi empati dan pendidikan terhadap toleransi dan melihat manakah yang memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap toleransi. Hasil penelitian menunjukan empati dapat memengaruhi terbentuknya toleransi secara signikan, namun tidak diikuti oleh pendidikan yang ditemukan tidak dapat memengaruhi terbentuknya toleransi. Empati memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap terbentuknya toleransi dibandingkan pendidikan, dimana dimensi perspective taking ditemukan sebagai prediktor terkuat dalam toleransi keberagaman. Dengan demikian, pembelajaran dan peningkatan faktor intrapersonal seperti empati dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah dan menghentikan perilaku intoleran yang terjadi sekarang maupun di kemudian hari. Kelemahan dari penelitian ini adalah pemilihan partisipan yang kurang tepat yaitu individu lulusan SMA dan mahasiswa dimana partisipan memiliki kompetensi yang tidak setara dan individu lulusan SMA yang kebanyakan telah bekerja.
......Tolerance to diversity is important to explore further. This study aims to look at the influence of empathy and education on tolerance and determine the strongest predictor of the two variable. A total of 297 emerging adulthood participants with an educational background as a college student and high school graduates participated in this study. This study uses the Miville Guzman Universality Diversity Scale Short Form M-GUDS-S to measure tolerance, and the David Interpersonal Reactivity Index IRI to measure empathy. Multiple regression analysis is used to see the effect of empathy and education on tolerance and see which one has a greater contribution to tolerance. The results showed that empathy can significantly influence the formation of tolerance, but not followed by education that was found to not be able to influence the formation of tolerance. Empathy has a greater contribution to the formation of tolerance than education, where the perspective taking dimension is found as the strongest predictor of tolerance to diversity. The limitation of this study comes from the selection of participants that are not quite accurate, like high school graduates and college students as participants have unequal competencies and for high school graduates that most of whom have worked."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Ratna Umaro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen dan forgiveness pada emerging adult yang sedang berpacaran. Pengukuran forgiveness menggunakan alat ukur Inventori TRIM (Transgression-Related Interpersonal Motivation) yang terdiri dari subskala avoidance, revenge, dan benevolece. Pengukuran komitmen menggunakan alat ukur Commitment Inventory (CI). Total responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 190 responden berusia 18-25 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen dan forgiveness yang ditandai dengan korelasi negatif antara skor total Inventori TRIM dan skor total CI (r = - 0,284, p < 0,01). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi komitmen yang dimiliki, semakin tinggi forgiveness terhadap pasangan.

ABSTRACT
The aim of this research was to examine the relationship between commitment and forgiveness among dating emerging adult. Forgiveness was measured by TRIM (Transgression-Related Inventory Motivation) Inventory which consists of avoidance, revenge, and benevolence subscales. Commitment was measured by Commitment Inventory. There were 190 participants aged 18 to 25. The result indicates that there is a positive significant relationship between commitment and forgiveness which is marked by negative correlation between total score of TRIM Inventory and total score of Commitment Inventory (r = .-284, p < .01). In other words, the more commited to their relationship, the more forgiving someone is.
"
2015
S60291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sulistiani Adi Pekerti
"Perkembangan teknologi yang semakin maju tidak hanya memberikan manfaat, melainkan juga dapat memberikan dampak negatif, salah satunya phubbing. Phubbing merupakan suatu istilah baru yang menggambarkan suatu tindakan dimana seseorang terdorong untuk memberikan atensi pada telepon genggamnya secara berlebihan sehingga cenderung mengabaikan lawan bicaranya dalam situasi sosial. Phubbing dapat memberikan banyak dampak dalam interaksi sosial, khususnya kepuasan pertemanan yang penting pada periode emerging adulthood sebagai pengguna paling aktif telepon genggam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara phubbing dengan kepuasan pertemanan pada emerging adulthood. Responden dari penelitian ini sebanyak 166 orang mahasiswa berusia 18-25 tahun yang berdomisili di Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Data diperoleh dengan menggunakan metode accidental sampling.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara phubbing dengan kepuasan pertemanan namun berbeda dengan hipotesis awal karena hubungan yang terjadi positif (r=.187, p<0,05). Keterbatasan dari penelitian ini dan arahan untuk penelitian selanjutnya di diskusikan lebih lanjut.
......
The development of technology not only give benefits but also give negative effect, such as phubbing. Phubbing is a new term that refer to an action in which someone compulsively giving attention to their mobile phone until they tend to snubbing someone in social setting. Phubbing can give many impacts in social interaction, especially friendship satisfaction which is important during emerging adulthood period, as an active mobile phone users.
The purpose of this study is to find the relationship between phubbing and friendship satisfaction in emerging adulthood. This research involve 166 student in 18-25 years old who stay in Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, and Bekasi. The data are collected using accidental sampling method.
The result of this research show that the relationship between phubbing and friendship satisfaction relationship are different from initial hyphotesis because the correlation is positive (r=.187, p<0,05). Limitations of this research and directions for the future research are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aviva Lutfiana
"Kebahagiaan merupakan tujuan setiap individu. Emerging adulthood usia 18-29 tahun memiliki tugas perkembangan yang sangat penting dan hal tersebut dapat memengaruhi pemaknaan kabahagiaannya. Salah satu cara untuk memenuhi tugas perkembangan dan kebahagiaan pada emerging adulthood adalah dengan mengikuti kegiatan kerelawanan. Akan tetapi, manfaat yang dirasakan dari kegiatan kerelawanan bergantung pada motivasi kerelawanan yang mendasarinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara motivasi kerelawanan dan kebahagiaan pada emerging adulthood. Responden dalam penelitian ini merupakan relawan yang berjumlah 2001 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Motivasi kerelawanan diukur dengan menggunakan alat ukur Volunteer Function Inventory VFI dan kebahagiaan diukur dengan menggunakan Subjective Happiness Scale SHS . Keduanya telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerelawanan pada dimensi values, understanding, social berhubungan positif dan signifikan dengan kebahagiaan. Sementara, dimensi protective berhubungan negatif dan signifikan dengan kebahagiaan, dan dimensi career dan enhancement tidak berhubungan signifikan dengan kebahagiaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa motivasi kerelawanan yang berbeda memiliki hubungan yang berbeda dengan kebahagiaan pada relawan emerging adulthood.
......Happiness is the purpose of every individual rsquo s life. Emerging adulthood age 18 29 have an important developmental task and it can affect their meaning of happiness. One of the way to fulfil that developmental task and happiness among emerging adulthood is with join in volunteering activities. But, benefits from volunteering activities is depends on their motivation to volunteer. 2001 volunteer around Indonesia had participated in this study. Motivation to volunteer were measured by Volunteer Function Inventory VFI and happiness were measured by Subjective Happiness Scale SHS . Both of instrument had adopted to Bahasa Indonesia.
The result indicated there were significant positive correlations between values, understanding, and social motivation to volunteer dimension with happiness. It was also found that there was significant and negative correlation between protective dimension with happiness, and there wasn rsquo t significant correlation between career and enhancement dimension with happiness. This result indicates that different motivation to volunteers have a different relationship with happiness in emerging adulthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Almaputri Lestario
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran neurotisisme terhadap kecanduan aktivitas seksual daring dengan mengontrol jenis kelamin dan lama penggunaan internet sebagai variabel kovariat. Partisipan penelitian berjumlah 181, yang terdiri dari 102 perempuan dan 79 laki-laki. Karakteristik individu pada periode emerging adulthood yang berumur 18-25 tahun dan aktif dalam menggunakan internet. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian adalah International Personal Pool Big Five Factor Model version 50 items (IPIP-BFM-50) untuk mengukur neurotisisme dan Internet Sex Screening Test (ISST) yang digunakan untuk mengukur kecanduan aktivitas seksual daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa neurotisisme tidak memiliki peran yang signifikan terhadap kecanduan aktivitas seksual daring (β= .057, t(181) =1.539, p<.05). Analisis terhadap variabel kovariat menemukan bahwa  jenis kelamin dan lama penggunaan internet memiliki hasil yang signifikan terhadap kecanduan aktivitas seksual daring. 
......This study aims to examine the role of neuroticism in cybersexual addiction with controlling gender and duration internet use as covariate variables. This study was conducted on 181 participants, which consisted of 102 women and 79 men. The characteristics of individuals were in the emerging adulthood period aged 18-25 and active in using the internet. The measurement instruments used are International Personal Pool Big Five Factor Model version 50 items (IPIP-BFM-50) for measuring neuroticism and Internet Sex Screening Test (ISST) for measuring cybersexual addiction. The result of this study showed that neuroticism did not have a significant role in cybersexual addiction, (β= .057,t(181) =1.539, p<.05). Analysis of the covariate variables found that gender and duration of the internet use had significant results on cybersexual addiction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Nada Fatharani
"Dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Di Indonesia ditemukan data bahwa tingkat pernikahan sekaligus perceraian didominasi oleh pasangan dari kelompok dewasa awal. Untuk mengurangi perceraian, dibutuhkan kesiapan menikah. Salah satu aspek dalam kesiapan menikah adalah agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah religiusitas berhubungan dengan kesiapan menikah pada dewasa awal di Indonesia. Sebanyak 610 dewasa awal berusia 19-30 tahun di Indonesia menjadi partisipan pada penelitian ini. Perhitungan menggunakan Spearman Correlation dan ditemukan koefisien korelasi sebesar r=0.0373, N=610, P<0.00. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara religiusitas dengan kesiapan menikah. Hal tersebut menandakan bahwa semakin religius seseorang, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah yang dimilikinya.
......Emerging adulthood is a period of transition from adolescence to adulthood. In Indonesia, it was found that the rate of marriage and divorce is dominated by couples from emerging adulthood. To reduce divorce, it takes readiness to marry. One of the aspect that can influence marriage readiness is religion. This study aims to determine whether religiosity is related to readiness for marriage in emerging adulthood in Indonesia. A total of 610 early adults aged 19-30 years in Indonesia were participants in this study. Calculations using Spearman Correlation and found a correlation coefficient r=0.0373, N=610, P<0.00. Based on these findings, it can be concluded that there is a significant and positive relationship between religiosity and marriage readiness. This indicates that the more religious a person is, the higher his marriage readiness will be."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah Agustin
""Quarterlife crisis adalah sebuah fenomena yang umum terjadi pada" "u di rentang usia 18-29 tahun. Kelompok usia ini dikenal dengan istilah "individu" emerging adulthood dan pertama kali dicetuskan oleh Arnett (2001). Pada tahap perkembangan tersebut, individu mulai memperoleh banyak perubahan-perubahan dan tuntutan dari lingkungannya sebagai tanda masa transisi dari remaja menuju dewasa. Adanya kebutuhan untuk mengeksplorasi diri juga membuat tahap ini penuh dengan ketidakstabilan. Bila individu tidak mampu mengatasinya - ditandai dengan munculnya reaksi emosi seperti rasa cemas, frustrasi, dan perasaan tidak berdaya karena tidak mampu keluar dari zona nyaman kehidupannya, maka individu tersebut dapat dikatakan mengalami quarterlife crisis (Robbins & Wilner, 2001). Area permasalahannya meliputi pekerjaan, pendidikan hingga yang paling sering dialami oleh perempuan yakni masalah relasi interpersonal yang erat kaitannya dengan keinginan atau tuntutan untuk menikah.
Faktor norma sosial budaya, keluarga dan pertemanan mempengaruhi pandangan individu terhadap permasalahannya. Semakin memperoleh tekanan, individu akan mulai membangun emosi-emosi dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Padahal di sisi lain, banyak aspek positif yang sebenarnya ia miliki namun tidak disadari, akibatnya produktivitas dan fungsi sosialnya menjadi terganggu. Hal inilah yang menjadi sasaran intervensi berupa sebuah terapi dengan pendekatan solution-focused. Asumsi-asumsi dasar dari solution-focused menitikberatkan pada potensi positif individu dan orientasi pada masa depan dianggap sesuai untuk mengatasi quarterlife crisis. Terdapat 4 (empat) sesi individual dengan tujuan untuk membantu individu membangun solusi dari masalahnya sendiri. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perubahan yang positif dari ketiga individu dalam upaya mengatasi quarterlife crisis yang dialaminya. Partisipan yang belum memiliki pasangan lebih mudah keluar dari krisis bila dibandingkan dengan partisipan yang sudah memiliki pasangan. Teknik-teknik yang terbukti efektif antara lain mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan, miracle question, serta survei mengenai potensi positif diri.
......Quarterlife crisis is a common phenomena founded in individuals age 18-rs old. This group of age is known as emerging adulthood, and Arnett 30 yea "(2001) is the first person who introduce it as the new stage of development. At this stage, individuals start to have many changes and demands from others in their society as the sign of the transition from adolescence to adulthood. People at this stage are also like to have self-exploration, that?s why their life is full of instability. If the individuals can?t handle it, which marked by having lots of negative emotions such as anxiety, frustration and helpless because they can?t move from their own comfort zone, then we can says that those individuals are having quarterlife crisis (Robbins & Wilner, 2001). The area of problems contains career problem, academic and even romance or interpersonal relationship which mostly women?s concerned because it?s related to the demands of getting married.
Socio-cultural, peers and family factor have been influence people?s perspective about their problems. The more they?re getting demand from others, the more they build some negative emotions and perspective about themselves. While on the other side, there are a lot of positive things which they?re actually have but they didn?t realize it. By the result of that, they can?t perform productively and easily got troubles in social functioning. That?s the reason behind the decision to build an intervention with solution-focused approach. The basic assumptions from this approach is to believe that all individuals are having positive potensial inside them and the future-orientation might help them to build some solutions from their problem. The therapy itself contains 4 (four) individual sessions, and all of it focusing on how their work to build some goals and solution to achieve it. Some of the reluts are : there are significant changes in positive way founded in all 3 (three) participants in terms of handling quarterlife crisis related to interpersonal problem. Specifically, participant who doesn?t have a partner yet is handling the crisis easily and she successfully move on from quarterlife crisis compare to participant who already have a partner. Some of the techniqes that proven to be effective are the miracle questions, worksheet about positive personality survey and how to identify problems and setting the goals."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30360
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyatun Ni`mah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perceived partner affirmation dengan forgiveness pada emerging adulthood. Sebanyak 191 responden dengan kriteria individu berusia 18 sampai 25 tahun dan sedang berpacaran minimal 6 bulan, mengisi kuesioner alat ukur partner affirmation (Partner Affirmation Scale) dan forgiveness (TRIM). Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki perceived partner affirmation rata-rata dan forgiveness yang tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara perceived partner affirmation dengan forgiveness (r = -0,208 , p < 0,05).
......
The aim of this research was to examine the relationship between perceived partner affirmation and forgiveness among emerging adulthood. A total of 191 respondents age 18-25 years old, currently involved in a dating relationship for minimum 6 months, complete questionnaires on partner affirmation (partner affirmation scale) and forgiveness (TRIM Inventory). In this research, the results points out that the respondents have moderate perceived partner affirmation and high motivation on forgiveness. The result of this research also indicate a positive and significant relationship between perceived partner affirmation and forgiveness (r = -0,208 , p < 0,05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rahmawati
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara self-esteem dan adiksi cybersex pada mahasiswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuantitatif. Dalam penelitian ini, pengukuran self-esteem menggunakan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) yang telah diadaptasi di Indonesia (Ariyani, 2004). Untuk pengukuran adiksi cybersex, peneliti menggunakan alat ukur Internet Sex Addiction Screening Test (ISST). Sampel penelitian ini adalah 860 mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan emerging adulthood dengan usia 18-25 tahun yang terlibat dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara self-esteem dan adiksi cybersex.;The purpose of this research is to find out the relationship between self-esteem and cybersex addiction in college students. The method of this research is a quantitative. This research used Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) Indonesian version to measure self-esteem. To measure cybersex addiction, this research used Internet Sex Addiction Screening Test (ISST). The respondents of this research is 860 college students who is currently in emerging adulthood age range (18-25 years old). The result showed that there is a significant correlation between self-esteem and cybersex addiction, The purpose of this research is to find out the relationship between self-esteem and cybersex addiction in college students. The method of this research is a quantitative. This research used Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) Indonesian version to measure self-esteem. To measure cybersex addiction, this research used Internet Sex Addiction Screening Test (ISST). The respondents of this research is 860 college students who is currently in emerging adulthood age range (18-25 years old). The result showed that there is a significant correlation between self-esteem and cybersex addiction]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>