Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: EGC, 1995
614 WOR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Julitasari Sundoro
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor jenis pekerjaan yang berpengaruh terhadap infeksi Virus Hepatitis B (VHB). Sumber data untuk penelitian ini adalah data sekunder di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan Puskesmas Kedung Halang, Cirimekar, Gunung Putri dan Citeureup, tahun 1991. Setelah melalui proses pembersihan data, diperoleh jumlah responder sebanyak 83 orang pada kelompok medis dan 71 orang pada kelompok non medis. Dari kelompok pertama sejumlah 83 orang yang melakukan praktek (berhubungan dengan alat suntik, produk darah, merawat pasien, menggunakan sarung tangan, riwayat tertusuk jarum) sejumlah 61 orang yang dianalisis lebih lanjut.
Dari hasil analisa data diperoleh hasil bahwa pemakaian jarum suntik daur ulang kemungkinan terinfeksi VHB adalah 11,24 kali dibandingkan dengan pemakaian jarum sekali pakai dan tingkat signifikan p = 0,007. Walaupun terdapat peningkatan pada variabel umur > 30 tahun, jenis kelamin pria, jenis pekerjaan (kelompok medis), riwayat terapi akupunktur dan lama kerja > 6,5 tahun, perbedaan tersebut secara statistik ternyata tidak bermakna.
Dalam upaya menurunkan kemungkinan terinfeksi VHB pada kelompok medis karyawan kesehatan maka yang panting adalah :
1. Pendidikan dalam perilaku pekerjaan sehari-hari, mengenali alat sekali pakai,
2. Menghimbau kepada DepKes untuk mengganti alat suntik daur ulang dengan sekali pakai,
3. Dan yang paling penting perlindungan untuk tenaga kesehatan dengan imunisasi terhadap hepatitis B."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurza Mulyani
"Penelitian ini membahas mengenai perbedaan pola aktivitas fisik pada tenaga kesehatan dengan sindroma metabolik dan tanpa sindroma metabolik. Sindroma metabolik adalah suatu sindrom yang terdiri dari sekumpulan gejala meliputi peningkatan ukuran lingkar pinggang, peningkatan kadar trigliserida darah, penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol, tekanan darah tinggi dan intoleransi glukosa.Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan desain deskriptif kategorik. Hasil penelitian dengan menggunakan metode Bouchard dan NCEP-ATP III modifikasi Asia didapatkan bahwa prevalensi sindroma metabolik meningkat pada tenaga kesehatan dengan pola aktivitas fisik banyak duduk.
......The research discusses about the difference between physical activity pattern of medical worker with metabolic syndrome and without metabolic syndrome. Metabolic syndrome is a syndrome which consists of a set symptoms increasing in the size of the waits circumference, blood triglyceride levels, decreasing of high density lipoprotein (HDL) cholesterol, high blood pressure and glucose intolerance. This study was a cross sectional study with a design categorical description. The results of the study that use Bouchard and NCEP- ATP III methods Asian modifications found that the prevalence of metabolic syndrome increased in pattern with lots of sitting physical activity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Rusdhy Hariawan Hamid
"ABSTRAK
Analisis Penerimaan Profesional Pemberi Asuhan TerhadapKebijakan Pemeriksaan Serologis HIV Ibu Hamil Di Rumah Sakit Umum DaerahProvinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2018Salah satu metode untuk mencegah penularan HIV/AIDS adalah ProgramPencegahan Penularan dari Ibu ke Anak PPIA dengan skrining universal untukkehamilan. Telah dikeluarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan NomorGK/MENKES/001/I/2013 sebagai dasar bagi Direktur RSUD Prov. NTB untukmengeluarkan surat edaran Nomor: 824/15/RSUDP/2017 Tentang Layanan PPIA.Penelitian ini bertujuan menganalisis penerimaan profesional pemberi asuhanterhadap kebijakan pemeriksaan serologis HIV ibu hamil di RSUD Prov. NTB,yang dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif-eksploratif. Pengambilan datadilakukan melalui wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi lapanganserta triangulasi sebagai upaya untuk menjaga validitas data. Analisis dipertajamdengan kerangka Five Stages of Grief dan Second Victim. Para pemberi asuhansecara umum mendukung kebijakan surat edaran, meskipun ada pula yang beradadalam posisi netral. Kegiatan PPIA sudah berlangsung dan proses pelaksanaannyaamat ditentukan oleh pelayanan pada poli VCT . Posisi para pemberi asuhanberada dalam situasi atau fase yang berbeda-beda, mulai dari fase depresi sampaikesiapan berdamai dalam penerimaan penugasan pelayanan PPIA. Perlupenanganan khusus berupa konsultasi psikologis pada profesional pemberi asuhanyang cenderung berada dalam fase depresi. Optimalisaasi pengelolaan sumber dayamanusia melalui pelatihan khusus merupakan rekomendasi yang dapatditindaklanjutiKata kunci:HIV/AIDS, PPIA, profesional pemberi asuhan.

ABSTRACT
Analysis of Professional Health Worker Acceptance on Policy ofSerologic HIV Screening on Expectant Mother in West Nusa Tenggara ProvincePublic Hospital in 2018Prevention from Mother to Child Transmission PMTCT is one of the program toreduce the transmission of HIV AIDS, including universal screening for pregnantwomen. Based on circular letter from The Minister of Health No.GK MENKES 001 I 2013 , the director of West Nusa Tenggara Province Hospitalhas signed a circular that regulates the PMTCT in the Hospital surat edaranNomor 824 15 RSUDP 2017 Tentang Layanan PPIA . The aim of this study is toanalyze the acceptance of professional health worker to the Regulation of universalscreening of HIV on expectant mother in the hospital, using a descriptiveexplorative analysis with in depth interview, document survey and observation,including triangulation in order to have a valid data. Five stages of grief and secondvictim theory was used to make a precise analysis. The professional health workersupports the regulation of PMTCT in the hospital generally, few of them stands inneutral position. PMTCT program is running on condition the dependency on VCTclinic support in counseling. The health workers are in the different depressionstage of grief, including bargaining and depression stage in order to accept theobligation on PMTCT. Particular recommendation of psychology consultation fordepression stage. Need more effort to optimalyze the management of humanresources with special training as a strong recommendation.Keywords HIV AIDS, PMTCT, professional health worker"
2018
T50773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Aryawati
"Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu salah satu hal yang dinilai dalam Quality assurance adalah tingkat kepatuhan petugas. Tingkat kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan pasien ISPA merupakan penilaian terhadap kinerja petugas. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah proyek penerapan QA. Dan Laporan Puskesmas uji coba tingkat kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan masih rendah yaitu 56,0 %.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan petugas standar pemeriksaan ISPA di Puskesmas Kota Bandar Lampung tahun 2002. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan jumlah sampel total populasi sebanyak 102 petugas pemeriksa di Balai Pengobatan. Pengumpulan data untuk memperoleh gambaran faktor yang berhubungan dengan kepatuhan, petugas diminta mengisi kuesioner, sedangkan untuk memperoleh tingkat kepatuhan petugas dengan mengamati petugas selama memeriksa pasien ISPA dengan menggunakan daftar tilik.
Hasil penelitian memperlihatkan dari 102 petugas pemeriksa pasien di BP yang diteliti maka hanya 30,4 % petugas yang patuh, pendidikan berlatar belakang medis 28,4 %, yang memiliki beban kerja ringan hanya 19,6 %, kepala Puskesmas yang mempunyai kepemimpinan kondusif hanya 59,8 %, pengetahuan tentang program ISPA 55,9 % pengetahuan baik, 62,7 % petugas mempunyai motivasi baik, 40,2 % pernah mengikuti pelatihan, 40,2 % petugas mengatakan pernah memperoleh pembinaan dan sarana minimal pemeriksaan dipuskesmas yang lengkap 27,5 %. Dari 8 variabel yang diuji stastististik dengan kai kuadrat diperoleh hubungan yang bermakna antara kepatuhan dengan kepemimpinan, pengetahuan petugas, motivasi, pelatihan, pembinaan dan sarana minimal dengan nilai P < 0,05. Sedangkan untuk analisis multivariat dengan regresi logistik ganda hanya tiga variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan yaitu kepemimpinan, pelatihan dan sarana minimal, dengan nilai P<0,05. Kepemimpinan merupakan variabel yang paling dominan dengan OR 19,8361 kali. Untuk uji interaksi antara ketiga variabel dipemleh hasil yaitu tidak ada hubungan interaksi antara ketiga variabel tersebut.
Kesimpulan secara umum kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan pasien ISPA di Puskesmas Seluruh Kota Bandar Lampung masih rendah, disarankan kepada Depkes untuk menyederhanakan daftar tilik agar dalam penerapan dilapangan lebih operasional. Kepada Dinas Kesehatan hendaknya dalam penempatan kepala puskesmas harus benar-benar kepala puskesmas mempunyai visi untuk kemajuan puskesmas dan dalam melakukan pembinaan kepada puskesmas secara rutin dan terstruktur dan untuk semua petugas harus membudayakan budaya mutu dalam setiap kegiatannya.

In order to improve the quality of health service the one that should be examined in quality assurance is the level of the health worker compliance. The level of health worker compliance to the examining standard of ARI patient is assessment to health worker?s performance. Lampung City is one of the rural projects in implementing the QA. Based on the report of Health Center model to the standard of examining is still low, that was 56,0%.
The objective of this study is to obtain the information on the factors that related with the level compliance of the health worker, who giving the examining standard of ARI patient at the Health Center of Bandar Lampung in 2002. This study design used cross-sectional, with qualitative and quantitative approaches. The number of sample and population was 102 examiner workers at the Health Center. The data were collected to obtain the description of factor that related with the compliance, the worker asked to fill-out the questionnaire, while to obtain the level of worker compliance by observation to the worker during the examining of ARI patient, the observation used checklist.
The result of this study shows that out of 102 patients who examining by the workers at the Health Center which studied, it was only 30,4% whose compliance. Their education background in medical was 28.4%. The ones who having light work loading are 19,6%. Head of the Health Center who's having conducive leadership only 59.8%, the knowledge on ARI program was good 55,9%. The workers who having good motivation was 62,7%, 40,2% ever followed the training, 40,2% workers said that they ever obtained the development and minimal utility of full examining at the Health Center was 27,5%.
Four variables, that are education, staffs knowledge, the facility of examining, leadership, work load, supervision, training, and motivation statistically significant associated with compliance, and minimum equipment with p<0,05. While for multivariate analysis by double logistic regression, only three variables that significantly having relationship to compliance, i.e. leadership, training and minimal utility, with p<0,05. The leadership was variable those the most dominant with OR 19,8361 times. For interaction test among the three variables, it obtained the result; i.e. there was not any relation among those three variables.
The conclusion in general, the health worker compliance to the examining standard of ARI patient at the Health Center throughout Bandar Lampung City was still low, It is suggested to the MOH to make simple the examining list in order the implementation at the field more professional. To Local Health Office, when he placed the head of Health Center should be the real of head of Health Center who's having vision to the development of the Health Center and in doing the development to Health Center routinely and structurally. For entire of the health workers should be socialized the quality in each activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subandji Sadeli
"Jaminan kesehatan bagi karyawan dan keluarganya yang ditanggung pengobatannya oleh perusahaan dan dengan adanya karyawan sub kontraktor yang bekerja di PT Semen Padang serta masyarakat di sekitar Pabrik akan meningkatkan jumlah kunjungan khususnya unit rawat jalan dari tahun ke tahun. Hal ini akan berdampak pada bertambahnya lama waktu yang dibutuhkan di unit rawat jalan di RS SP, bila tidak dilakukan antisipasi terhadap faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut.
Dengan memperhatikan pengamatan tersebut, maka perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap hubungan karakteristik tenaga kesehatan dengan lama waktu yang dibutuhkan di unit rawat jalan RSSP. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dan bagaimana hubungan karakteristik petugas kesehatan dengan waktu yang dibutuhkan pasien di unit rawat jalan tersebut.
Penelitian ini merupakan suatu studi Deskriptif analitik bersifat kuantitatif dengan metode pengumpulan data dilaksanakan secara Cross sectional pada unit rawat jalan RSSP. Dengan sampel petugas kesehatan total populasi sebesar 19 orang dan banyaknya sampei 365 orang yang terdiri dari keluarga karyawan dan pihak ketiga (pada penelitian ini karyawan dikeluarkan karena mempunyai alur proses yang berbeda). Pengumpulan data lama waktu yang dibutuhkan pasien rawat jalan dengan menggunakan pengamatan waktu yang obyektif Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang. Analisis data dengan Soft ware Program SPSS, dengan uji Chi Square, dengan tingkat kemaknaan p = 0,05.
Hasil yang didapat Lama waktu yang dibutuhkan pasien rawat jalan di RSSP terbanyak katagori Cepat (4-60) 86,6 %, dan paling sedikit Lama (>60) 13.4 %. Hubungan antara variabel karakteristik petugas Admission dengan lama waktu yang dibutuhkan pasien rawat jalan di RS SP yang bermakna adalah usia, pendidikan, dan lama waktu pendaftaran. Hubungan antara variabel karakteristik Asisten dokter dengan Lama waktu yang dibutuhkan pasien rawat jalan di RSSP yang bermakna adalah usia dan lama waktu pencatatan anamnesa. Hubungan antara variabel karakteristik petugas dokter umum/pesialis dengan variabel Lama waktu yang dibutuhkan pasien rawat jalan di RSSP yang bermakna adalah Usia, Jenis kelamin, Jeis pendidikan, pola aktifitas, ketepatan mulai bertugaslkedatangan dan lama waktu pemeriksaan pasien.
Dari penelitian tersebut ternyata kondisinya sangat berbeda dengan pada waktu residensi, dimana pada penelitian ini didapatkan dari pelayanan di bagian admission sampai dengan pemeriksaan dokter lamanya waktu yang dibutuhkan masing-masing bagian terbanyak dengan katagori cepat. Hal ini dimungkinkan karena dengan adanya penelitian ini masing-masing petugas ingin memperlihatkan performancenya sebaik mungkin. Dengan demikian peneliti akan berusaha selalu melakukan evaluasi kinerja di unit rawat jalan dengan cara di atas, supaya kondisi yang baik ini akan dipertahankan dari waktu ke waktu.
Khususnya pada lama pemeriksaan oleh dokter umum/spesialis mempunyal dua sisi yang berlawanan, disisi lain berpengaruh terhadap lama waktu yang dibutuhkan pasien di unit rawat jalan, akan tetapi kontak dokter dengan pasien sangat singkat, sehingga hal ini dapat mengurangi kepuasan terhadap pelanggan oleh karena interaksi yang tidak cukup tersebut, sehingga perlu dicarikan solusi yang ideal berapa lama waktu yang seharusnya dibutuhkan.
Disarankan kepada manajemen Rumah Sakit perlu dilakukan pengkaderisasian petugas kesehatan, dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang paling dominan yang mempengaruhi lama waktu yang dibutuhkan pasien rawat jalan di RSSP.
......Characteristic Relation of Health Worker With Waiting Time Required by Patient in Ambulatory Healthcare of PT. Semen Padang Hospital in 2001.Health guarantee for family and employees which the responsibility of medication by company and employees of subcontractor and also community public around company will improve amount of visit to Hospital especially ambulatory healthcare from year to year.
This matter will increasing waiting time required in ambulatory healthcare of Semen Padang Hospital, when there is not anticipation to that influencing condition.
With paying attention to the perception, hence need presumably be done a furthermore research to relation of characteristic health worker with waiting time required in ambulatory healthcare of Semen Padang Hospital. How long the time required and how is the characteristic relation of health worker with time required by patient in ambulatory healthcare.
This research represent a Analytic Descriptive study have the character of quantitative by method of data collecting executed in cross sectional in ambulatory healthcare Semen Padang Hospital. With total population 19 persons and the number of sample 365 persons which consist of family of employees and third party ( this research employees released since having different process ). Data collecting waiting time required by patient in ambulatory healthcare by using objective time perception. Data presentation done in frequency distribution tables and crossed tables.
Analyze data with software program SPSS, with chi square test, with degree mean p = 0,05.
The result got a waiting time required by patient in ambulatory healthcare Semen Padang Hospital a lot of quickly category is ( 4 - 60) 86,6 °/s, and least longer ( 121 -- 180) 3.3 %.
Relation between variable characteristic admission worker with waiting time required in ambulatory healthcare Semen Padang Hospital having a meaning is age, education and registration waiting time. Relation between variable characteristic of doctor assistant with waiting, time of patient in ambulatory healthcare Semen Padang Hospital having a meaning is age and time to record of anamnesa .Relation between variable characteristic of general doctor /specialist with variable of waiting time required by patient in ambulatory healthcare in Semen Padang Hospital having a meaning is age, gender, education type, pattern activity, accuracy start to work or arrival and waiting time of patient inspection.
From the research really its condition is very different from when residency, where this research got from service in shares admission up to doctor inspection of time duration required by each shares of a lot of with quickly category. This matter is enabled by since with this research existence each worker wish to show performance as good as possible. There by the researcher will try always conduct performance evaluation in ambulatory healthcare will be defended from time to time. Specially at long inspection by general doctor/ specialist have adversative two sides, on the other side having an effect on to waiting time required by patient in ambulatory health care , however doctor contact with patient too short, so that this matter can reduce client satisfaction, because of the insufficient interaction, so that require to be looked for a ideal solution how long time which ought to be required.
To be suggested to management of Hospital required to regeneration of health worker, and require to be done by a furthermore research about most dominant factor influencing waiting time required by patient in Semen Padang Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Maulidiyah
"Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sikap Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPN1) terhadap kebijakan Departemen Kesehatan mengenai pembentukan program Diploma IV Kesehatan di Indonesia. Studi ini menarik dilakukan karena secara tidak Iangsung terjadi diskriminasi pendidikan terhadap profesi perawat. jika profesi dokter dan dokter gigi memiliki basic pendidikan Sarjana, maka seharusnya profesi perawat juga memiliki basic pendidikan Sarjana.
Teori-teon yang digunakan sebagai slat analisis dalam penelitian ini, yaitu: Teori Demokrasi, Teori Negara dan Masyarakat Sipil dan Teori Kebijakan Publik. Adapun metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan menggunakan instrumen penelusuran literatur dan studi lapangan (field research) melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masalah pendirian Diploma IV Kesehatan ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Persatuan Perawat Nasional Indonesia menolak kebijakan Departemen Kesehatan tersebut. Penolakan ini teijadi karena kebijakan yang dibuat oleh Negara tidak memperdulikan aspek Good Governance, yakni tidak melibatkan masyarakat, dalam hal ini organIsasi profesi, dalam proses pembuatannya. Sikap ini juga diambil PPN1 bergandar pada kepentingan pengembangan profesi sesuai standard intemasional guna mengantisipasi era global. PPNI meminta pihak-pihak yang berkepentingan terhadap tenaga kesehatan (perawat) untuk tetap konsisten dengan Struktur Sistem Pendidikan Keperawatan profesi yang telah dibuat pada tahun 1996. PPNI juga meminta dukungan terhadap program konversi yang dibuat (Iulusan D III menjadi Sarjana Keperawatan).
Penelitian ini juga memperlihatkan terjadinya dualisme pengelolaan pendidikan tenaga kesehatan antara Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan. Jika pendidikan profesi perawat harus memiliki basic pendidikan sarjana, berarti pengelolaan harus dilakukan Departemen Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, pendirian Diploma IV ini disinyalir sebagai upaya Departemen Kesehatan agar tidak kehilangan hak pengelolaan pendidikan tenaga kesehatan. Dengan kata lain, Departemen Kesehatan tidak ingin kehilangan sumber pemasukannya dari sektor pendidikan.
Teori-teori yang digunakan, yakni Teori Demokrasi, Teori Negara dan Masyarakat Sipil, dan Teori Kebijakan Publik, tidak terbantahkan. Teori-teori tersebut sesuai dengan temuan lapangan. Dengan demikian, implikasi teoritis atas penelitan ini adalah berupa penegasan (confirmation).

This study is aimed to explore the attitude of the Indonesian Nurses National Association (PPNI) towards the Health Department's policy on the founding of the 4th DipIoma in Health education program in Indonesia. This study is important because it relates indirectly to the discrimination happened in education for professional nurses, where professional medical doctor and dentist need to have a bachelor level of education, the professional nurses should also have the same level of education.
Theories used as analytical tools in this research are theories on democracy, state and civil society and on public policy. This research used a qualitative method by using literature study and field research through in-depth interview with sources related to the founding of this education program.
This research shows that the PPNI rejected this policy due to the ignorance of the state towards the good governance aspect by not including the society, particularly the professional organizations in its policy making process. PPNI took a stand on the interest of developing the nursing profession according to the international standard in order to anticipate the rapid globalization. PPNI demands those who have interests in health workers (nurses) to consistently implement the 1996 Professional Nurses Education System. PPNI also demands for a conversion program for those graduated from 3rd Diploma the same as a bachelor degree in nursing.
This research also shows the dualistic education management of health worker between the National Education Department and the Health Department. If the nursing professional education has to have a bachelor degree as its basic education level, it means the management has to be done by the National Education Department. Hence, the forming of the 41h Diploma may be considered as a way of the Health Department to retain its rights in education management of health workers. In other words, the Health Department does not want to lose its income source from educational sector.
Theories used in this research such as theories on democracy, state and civil society, and public policy are unchallenged. These theories are confirmed by the findings from the study. Hence, this research has a confirming theoretical implication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca May Henita
"ABSTRAK
Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang
memandang bahwa keselamatan merupakan hak bagi setiap pasien dalam
menerima pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan disain
penelitiancross sectional yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
sample 100 tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kinerja tenaga kesehatan dalam upaya pelaksanaan program keselamatan pasien
(patient safety). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja tenaga kesehatan
dalam pelaksanaan program keselamatan pasien (patient safety) antara lain
ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan
pengurangan risiko pasien jatuh sudah tercapai secara optimal.

ABSTRACT
Patient safety is a fundamental principle of health care that considers that safety is
a right for every patient in receiving health care. This study used across-sectional
study design that uses a quantitative approachwith a sample of 100 health
professionals. This study aims to analyze the performance of health workers in the
implementation of patient safety programs (patient safety). The results showed
that the performance of health workers in the implementation of patient safety
programs (patient safety), among others, the accuracy of patient identification, an
increase ineffective communication, the increase indrug safety’s supervision,
right-certainty of the location, right-procedure, right-surgery patients, the risk
reduction healthcare associated infections and patient falls risk reduction has been
achieved optimally."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainuddin Noor
"Factors Which Deal With Puskesmas Health Worker Compliance In Writing Ispa Recipe Non Pneumonia Based On Medication Guidance Book In Puskesmas Palembang Year 2003Drug Use non according to medication guidance is often met at central public health service (Puskesmas). From the result of several researches indicate that most ISPA patient of non pneumonia given antibiotic which shouldn't require to gave.
The research aim is to get the picture of Puskesmas health worker compliance and factors that deal with Puskesmas health worker compliance in applying medication guidance in Puskesmas.
The Research Type is cross sectional conducted in Puskesmas all over Palembang, research sample is the entire commissioned health worker in poly MTBS in 36 Puskesmas Palembang are 72 health worker. Analysis used Chi square and logistics regression.
Result of this research indicate that Puskesmas health worker compliance in Palembang still low that is 47 non obedient Puskesmas health worker (65,3%), while the rest 25 Puskesmas health worker (34,7%) is obedient From the Chi square result test known that factor relate with compliance of Puskesmas health worker in writing the ISPA recipe non pneumonia based on medication guidance book are work time, knowledge and supervise. From multivariate analysis known that the most dominant variable relates to Puskesmas health worker compliance is knowledge.
From this research result suggested that The Head of health in Palembang and The head of Puskesmas conducting the guide (Technical tuition) periodically to increase Puskesmas health worker knowledge in rational medication and rational drug use according to Puskesmas medication guidance book.
Reading enlists: 37 (1975-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Meiliyana
"COVID-19 merupakan jenis penyakit menular baru, yang ditemukan pada Desember 2019 dan menjadi pandemi di tahun 2020. Tenaga kesehatan merupakan garda depan yang berjuang melindungi masyarakat melawan pandemi COVID-19. Tingkat kematian nakes di Indonesia sangat tinggi. Belum ada obat untuk penyakit ini, dan satu-satunya cara adalah dengan mencegah paparan penyakit dengan protokol kesehatan tepat dan konsisten. Teori perilaku yang digunakan pada penelitian ini adalah health belief model. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan puskesmas, dalam masa pandemi di Indonesia tahun 2020. Metode penelitian: kuantitatif dengan desain cross sectional, menggunakan data sekunder, hasil survei PPPKMI yang bekerja sama dengan PPK FKM UI, di bulan Juni 2020. Variabel independen yang dipilih: faktor modifikasi, persepsi kerawanan, persepsi keseriusan, persepsi hambatan, dan isyarat bertindak, dengan variabel dependennya perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan puskesmas di Indonesia. Hasil: Sampel didapatkan 651 responden yang bekerja di Puskesmas, dengan perempuan 82%, usia terbanyak 20-29 tahun, PNS 54,7% dan wilayah kerja pulau Jawa 62,7%. Proporsi tindakan yang dilakukan yaitu selalu memakai masker saat keluar rumah 93,7%, ditempat kerja 96,2%, selalu mencuci tangan 90%, selalu menjaga jarak 86,7%, dan ketersediaan masker harian≥3 buah 81,6%. Deskripsi mempraktikan perilaku pencegahan sebesar 97,75%. Variabel yang signifikan adalah jenis kelamin, pengetahuan dan persepsi hambatan, dengan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan di Puskesmas adalah persepsi hambatan dengan p-value =0,0001 OR.2,080.
......Background: COVID-19 is a new contagious disease that was emerging in December 2019 and became a pandemic in 2020. Both morbidity and mortality rates have hit worldwide due to this disease. Health workers as the frontliner had to protect public from the COVID-19 infection. This study used Health belief model framework. Objective: To analyze the prevention behavior of COVID-19 among health workers at health centers, during the pandemic in Indonesia in 2020. Method: This study using cross-sectional approach on secondary data of the Indonesian Society for Health Promotor and Educator (PPPKMI) and Center of Health Researches Public Health Faculty of Universitas Indonesia (PPKFKM UI) in June 2020 survey. Selected independent variables consist of modification factors, perceived threats, perceived barriers, and cues to action. Results: The total sample used was 651 respondents consist of 82% female, 20-29 years old, 54.7% civil servants and 62.7% working area in Java. Proportion of always wearing mask when leaving the house 93,7%, at work 96.2%, always wash hands 90%, always keep a distance 86.7 and the availability of personal masks≥3 pieces is above 91,6%. The average of practicing preventive behavior was 97,75 points. Independent variables that have a significant relationship with COVID-19 prevention behavior are gender, knowledge and perceived barriers. Conclusion: this study found that perceived barriers were the most influencing factor on COVID-19 prevention behavior among health workers at Puskesmas p-value =0,0001 OR.2,080."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>