Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liza Dwi Ratna Dewi W.
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam berkomunikasi, komunikator selalu berusaha agar tujuan pesan dapat tercapai semaksimal mungkin. Untuk itu komunikator biasanya melakukan komunikasi persuasi yang diciptakan manusia sendiri. ini kemudian berkembang melalui simbol-simbol Komunikasi antar manusia untuk berbagai tujuan. Salah satunya adalah komunikasi dilakukan perusahaan kepada masyarakat melalui meningkatkan citra perusahaan di masyarakat dan masyarakat akan adanya perusahaan yang logo untuk mengingatkan atau produk tertentu. Logo bila digunakan secara konsisten akan memiliki efek berganda (snonbalIing effect). seseorang terhadap logo sebetulnya juga sikap seseorang terhadap sesuatu yang itu sendiri. Sikap seseorang terhadap obyek-obyek yang ada Sikap cerminan diwakili di sekitarnya dipengaruhi oleh status sosial ekonomi yang dimilikinya. Dalam penelitian yang berjudul Logo Sebagai Lambang Komunikasi Visual dengan studi kasus sikap masyarakat Yogyakarta terhadap logo Pegadaian ini diperoleh beberapa kesimpulan. Dari segi kognitif, masyarakat masih rancu antara logo Pegadaian dan logo Kejaksaan / Pengadilan. Dari segi afektif Pegadaian dapat dikatakan berhasil mengkomunikasikan falsafah yang dianut dalam logo barunya. Dalam segi konatif terbukti bahwa masyarakat tidak memberikan pendapat berdasar pada logo tetapi pada sesuatu yang diwakili logo, dalam hal ini lembaga atau jasa Pegadaian. Dalam penelitian ini juga terungkap bahwa Pegadaian merupakan lembaga yang sangat dikenal masyarakat, namun belum menjadi pilihan masyarakat bila memerlukan uang. Belum dijadikannya Pegadaian sebagai pilihan ini karena citra Pegadaian di masyarakat kurang baik. Pegadaian memiliki citra sebagai tempat orang bawah. Untuk meningkatkan citra dan memperluas pasar Pegadaian pada masyarakat strata menengah harus dilakukan terobosan baru. Salah satunya dengan diversifikasi produk, yang dalam strategi pemasarannya lebih menonjolkan nama produk daripada nama lembaga. Bila produk telah diterima masyarakat kelas menengah, maka citra lembaga dapat juga terangkat.
1993
S 3864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Dwi Ratna Dewi W.
Abstrak :
Dalam berkomunikasi, komunikator selalu berusaha agar tujuan pesan dapat tercapai semaksimal mungkin. Untuk itu komunikator biasanya melakukan komunikasi persuasi melalui simbol-simbol yang di ciptakan manusia sendiri. Komunikasi antar manusia ini kemudian berkembang untuk berbagai tujan. Salah satunya adalah komunikasi yang dilakukan perusahaan kepada masyarakat melalui logo untuk meningkatkan citra perusahaan di masyarakat dan mengingatkan masyarakat akan adanya perusahaan atau produk tertentu. Logo bila digunakan secara konsisten akan Sikap seseorang terhadap logo sebetulnya juga cerminan sikap seseorang terhadap "sesuatu" yang diwakili itu sendiri. Sikap seseorang terhadap obyek-obyek yang ada di sekitarnya dipengaruhi oleh status sosial ekonomi yang dimilikinya. Dalam penelitian yang berjudul "Logo Sebagai Lambang Komunikasi Visual'' dengan studi kasus sikap masyarakat. Yogyakarta terbadap logo Pegadaian ini diperoleh beberapa kesimpulan. Dari segi kognitif, masyarakat masih rancu antara logo Pegadaian dan logo segi afektif Pegadaian Kejaksaan / Pengadilan. Dari dapat d ikatakan berhas i 1 mengkomunikasikan falsafab yang dianut dalam logo barunya. Dalam segi konati f terbukt i bahwa mas ya r akat t i dak memberikan pendapat berdasar pada logo t etapi pada "sesuatu'" yang diwakili l ogo, dalam ha l ini lembaga atau jasa Pegadaian . Dalam penelitian ini juga terungkap bahwa Pegadaian merupakan lernoga yang sangat dikenal masyarakat, namun belum menjadi pilihan masyarakat bila , memerlukan uang. Belum dijadikannya Pegadaian sebagai pilihan: ini karena citra Pegadaian di masyarakat kurang baik. Pegadaian memiliki citra sebagai pendapat orang "bawah". Untuk meningkatkan citra dan rnemperluas pasar Pegadaian pada masyarakat strata menengah harus di lakukan terobosan baru. Salah satanya dengan diversifikasi produk, yang dalam strategi pemasarannya lebih menonjolkan nama produk daripada nama lembaga Bila produk telah diterima masyakat kelas menengah, maka citra lembaga dapat juga terangkat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S4086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kleon, Austin
Yogyakarta: Bentang, 2016
658.452 KLE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Saal ini bukan hanya perkembangan IT saja yang sangat pesat,melainkan juga perkembangan akan media promosi dan informasi yang hampir disemua bidang membutuhkan media media cetak ataupun elektronik yang digunakan sebagai sarana penunjang penyelengaraan kegiatan promosi. Media promosi sebelumnya adalah dalam bentuk media kounikasi visual yang berupa Spanduk, Stiker, Umbul-umbul, Buku Tamu, Kartu Nama, Baliho, Banner, Id Card, Counselling card, Packaging, dan design background Desktop Semuanya itu berfungsi sebagai sarana penunjang kegiatan promosi yang sudah ada untuk mempromosikan dan memberikan informasi tenlang kegiatan-kegiatan. Dari media- media tersebut tidak menyampaikan informasi yang terbaru (update) karena pada tiap tahunnya akcn mengalami perubahan informasi dan dari segi tampilan visualnya harus ada pergantian atau penyegaran. Beberapa media tersebut dikembangkan sebagai sarana penunjang penyelenggaraan kegiatan kampus yang meliputi promosi dan informasi yang dapat memberikan nilai lebih dalam menarik minat calon mahasiswa baru dan kalangan civitas akademik. Hasil dari penelitian ini adalah desain media komunikasi visual yang berisi kegiatan kegiatan Prospek 201 I, Raharja Career 2011, desain penunjang kegiatan pemasaran dan desain Wallpaper dinding dengan slogan AMC dan visi, misi manajemen untuk menunjang kegiatan Misi Akreditasi.
005 JEI 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Made Bayu Wedagama
Abstrak :
Suatu perubahan yang dilakukan meskipun hanya sedikit ataupun terlihat kecil (atau dapat dikatakan tidak terlalu mencolok), tetapi tetap saja akan sangat berpengaruh kepada banyak hal; untuk saat ini dan nantinya. Penelitian ini mengambil studi kasus mengenai perubahan logo yang telah dilakukan oleh Unilever terhadap merek / produk AXE. Perubahannya hanya sebatas pada karakteristik huruf AXE itu sendiri dimana dari observasi respondensi yang dilakukan sebelum mengarah pada sampel populasi yang lebih representatif, ternyata kebanyakan orang yang mengetahui (setidaknya pernah melihat ataupun mendengar) tentang merek AXE; baik buyer maupun user, menunjukkan kecenderungan tidak menyadari akan perubahan logo tersebut. Berdasarkan fenomena ini dilakukanlah konstruk penelitian dengan acuan Brand Element (yang memiliki kriteria pembentukan: Memorability, Meaningfulness, Likeable, Transferable, Adaptability, dan Protectability) terhadap keseluruhan performa dari logo baru AXE dibandingkan dengan logonya yang lama.
A change taken even just a little (less significant), but still it would be devastating to many things; now or other time. This research takes a case study on the logo's change which has been carried out by Unilever on AXE's brand / product. The change is limited to the characteristics of the AXE letter itself where correspondence from the observations made before leads to a more representative population samples, most people who know (or at least had seen or heard) about the AXE's brand; both buyers and users, showed a tendency not aware of the change in the logo. Based on this phenomenon conducted this study to construct a reference Brand Element (its formation criterias: Memorability, Meaningfulness, Likeable, Transferable, Adaptability, and Protectability) to the overall performance of the new logo of AXE compared with its old logo.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32286
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aggie N. I. Sumantrie
Abstrak :
Salah satu tujuan program diversifikasi atau penganekaragaman pangan adalah berusaha meningkatkan kuali tas konsumsi pangan dan gizi penduduk. Dalam pengembangannya, program ini menintik beratkan pada peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat pekarangan. Kampanye kesadaran memanfaatkan pekarangan yang juga sekaligus kampanye peningkatan gizi masyarakat, akan dikomunikasikan lewat suatu iklan layanan masyarakat (ILM). Dalam mengkomunikasikan pesan tersebut dipilih tehnik visualisasi, berupa suatu ilustrasi yang menarik mengenai pekarangan yang dimanfaatkan. Ada dua versi ILM yang diuji dalam penelitian ini. ILM versi pertama menggunakan ilustrasi bergaya naturalis dan ILM versi kedua bergaya dekoratif. Penelitian ini melihat mana dari penggunaan kedua versi visualisasi ini yang dapat mengkomunikasikan pesan lebih baik, yang dilihat dari persepsi dan pemahaman khalayaknya. Sifat penelitian disini bersifat deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey dengan studi kasus pada masyarakat desa Kukusan kecamatan Beji, Kotip Depok. Dari penggunaan ilustrasi naturalis, didapat seluruh respondennya memiliki kesesuaian persepsi. Responden mudah menterjemahkannya dan memahaminya sebagai dengan sebuah pekarangan yang dimanfaatkan. Terciptanya kesesuaian persepsi ini turut pula menciptakan pemahaman yang baik . Sebaliknya, ilustrasi dekoratif kurang dapat menggambarkan sebuah pekarangan yang dimanfaatkan. Hanya sebagian respondennya memiliki kesesuaian persepsi. Pemahamannyapun tidak sebaik ILM naturalis. Dari peranan unsur—unsur iklannya, warna-warna yang dekoratif lebih disukai dari warna-warna yang naturalis. Judul ILM dekoraatif "Manfaatkan Pekarangan untuk Menghasilkan Pangan Bergizi" cenderung lebih dipahami dari judul ILM naturalis "Jadikan Pekarangan Kita Sumber Gizi yang Utama. Masing-masing penggunaan ilustrasi yang berbeda mempunyai kekurangan dan kelebihan, tetapi dari penelitian ini ditemukan bahwa ILM naturalis lebih dapat mengkomunikasikan pesan pemanfaatan pekarangan secara lebih baik.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S3962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Depok: Jurusan Arsitektur FTUI, 2000
UI-KILAS 2 (1-2) 2000
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nazhira Idzni
Abstrak :
Keterbatasan fungsi indera pendengaran penyandang tunarungu menyebabkan munculnya budaya-budaya yang hanya dapat dirasakan oleh mereka. Dalam melangsungkan budayanya yang unik ini mereka membutuhkan ruang yang accessible layaknya penyandang difabel yang lain. Oleh karena itu, prinsip deaf space dihadirkan agar kebutuhan penyandang tunarungu dapat dipertimbangkan dalam perancangan ruang bangunan/urban. Prinsip deaf space dirumuskan oleh komunitas tunarungu di Gallaudet University, Amerika Serikat. Prinsip deaf space ini dibuat berdasarkan pengalaman dan kondisi yang berlaku pada komunitas tunarungu yang merancangnya, padahal komunitas tunarungu dapat mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Salah satu bentuk perkembangan yang dialami komunitas ini adalah penggunaan alat bantu dengar dan perkembangan komunikasi verbal oleh pemanfaatan alat bantu dengar. Perkembangan yang dialami oleh komunitas ini dapat mempengaruhi kebutuhan ruangnya, sehingga prinsip deaf space ini juga harus disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Pengetahuan tentang penyesuaian prinsip deaf space ini membuktikan bahwa pendekatan desain yang dibutuhkan oleh kedua tipe komunitas tunarungu tersebut sangat berbeda. Apabila pendekatan desain yang dibutuhkan oleh komunitas tunarungu yang berkomunikasi visual lebih berfokus pada pengoptimalan kualitas visual oleh bukaan, komunitas tunarungu yang berkomunikasi verbal lebih berfokus pada pengoptimalan kualitas akustik ruang.
Their sense of hearing limitation causes the forming of cultures that can only be felt by their own community. In carrying out this unique culture they need an accessible space like the other difable. Therefore, deaf space is presented so deaf rsquo s needs can be considered in the building urban design. Deaf space principle was formulated by Deaf community at Gallaudet University, USA. This principle is made based on experiences and conditions that apply to their own community, meanwhile Deaf community can evolve over time. One of the change that happened in Deaf community is the use of hearing aids and the development of verbal communication by it. The development experienced by this community can affect their needs of space, so the deaf space principles is also need to be adapted with these developments. Knowledge on the adaptation of deaf space principle proves that design approach required by the two types of Deaf communities is very different. If the design approach required by the visual communicating community is more focused on optimizing the visual quality by the openings, the verbal communicating community is more focused on optimizing the acoustic quality of space.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>