Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bloland, Harland G.
New York: McGraw-Hill, 1974
061.3 BLO a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Latief
Abstrak :
Di Negara berkembang seperti Indonesia kegagalan dalam mengelola proyek konstruksi pada umumnya disebabkan oleh buruknya proses pengendalian dan pengawasan tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga sering ada kesalahan, keterlambatan dan pembengkakan biaya (cost overrun) proyek. Disamping itu kelemahan lainnya adalah kurang dokumentasi pengalaman, sehingga kurang memperhatikan risiko-risiko yang akan terjadi. Dan hal yang penting Iainnya dan perlu mendapat perhatian serius adalah kurang adaptif dengan perkembangan teknologi informasi serta kesalahan dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan. Dari permasalahan tersebut khususnya buruknya dalam proses pengendalian dan pengawasan pelaksanaan proyek akan menjadi sumber risiko dalam aspek manajemen pelaksanaan yang mengakibatkan teriadinya cost overrun pada biaya pelaksanaan khususnya pada biaya tenaga kerja, alat, material, sub kontraktor dan overhead lapangan. Kelemahan dalam kurang dokumentasi pengalaman menyebabkan tidak adanya dokumentasi lessons learned corrective action yang dapat digunakan untuk mengantisipasi jika terjadi risiko yang dikenali, Kelemahan lainnya yaitu kurang adaptif dengan perkembangan teknologi informasi dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan mengakibatkan proses pengambilan keputusan tidak berjalan secara cepat dan efektif. Dokumentasi Lessons Learned Corrective Action adalah suatu komponen umpan balik yang penting dalam usaha perbaikan atau peningkatan kinerja (performance) yang berkelanjutan dalam System atau proses pengendalian biaya proyek. Perencanaan sebuah Lessons Learned yang terprogram akan terpenuhi jika pengembangannya mengikuti alur proses pengendalian biaya proyek yaitu dari tahap Measuring , Evaluating dan Connective- Actions. Berbagi Corrective Actions dalam proses pengendalian biaya langsung proyek dapat diperoleh dari berbagai laporan-laporan proyek terdahulu dan juga dari para Pakar dibidangnya. Mengembangkan dan memanage tindakan korektif (Corrective Actions) yang berhubungan dengan Lessons Learned secara proaktif akan mengurangi risiko dan juga meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya serta dapat membantu mencegah terulangnya kembali peristiwa yang tidak diinginkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah dalam lingkup proses pengendalian biaya proyek yang difokuskan secara langsung kepada masalah penyimpangan atau pembengkakan biaya proyek (Project Cast Overrun), khususnya biaya langsung proyek konstruksi bangunan gedung yang terdiri dari biaya Tenaga Kerja, Alat Material, Subkontraktor dan Overhead lapangan berikut dampak, penyebab dan tindakan koreksi (Corrective Actions) yang diperlukan. Pengendalian biaya tahap pelaksanaan konstruksi ini dilakukan dalam rangka memilih tindakan koreksi (Corrective Actions) yang efektif guna mencegah terjadinya penyimpangan biaya dan mempunyai peluang cukup besar dalam usaha meningkatkan kinerja biaya proyek. Dimana pemilihan tindakan koreksi yang diperlukan tersebut dilakukan dengan system yang iterative dengan bantuan program yang berbasis cost control theory dan practice.

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode survey, dimana instrument penelitiannya berupa kuisioner yang digunakan untuk wawancara terstruktur kepada pakar khususnya dibidang konstruksi Bangunan Gedung dan para pelaksana proyek konstruksi. Adapun metode analisa yang digunakan adalah metode AHF, statistic dan simulasi. Untuk mengembangkan system dalam penelitian ini digunakan Ekspert system sebagai system pendukung keputusan yang berbasis cost control theory dan practice.

Dari penelitian ini telah dihasilkan 256 Dampak yang bersumber dari 270 Penyebab yang terdiri dari; 67 Dampak dengan 52 penyebab pada biaya alat, sebanyak 58 dampak dengan 57 penyebab pada biaya material, 48 dampak dengan 70 penyebab pada biaya tenaga kerja, 31 dampak dengan 48 penyebab pada biaya subkontraktor dan 52 dampak dengan 43 penyebab untuk biaya overhead Iapangan. Untuk mengantisipasi sumber risiko yang telah ditemukenali diatas telah dihasilkan 581 tindakan koreksi berikut dengan model probabilitas tingkat keberhasilannya, yang masing-masing untuk mengantisipasi sumber risiko pada biaya alat sebanyak 104 tindakan koreksi, untuk biaya material114 tindakan koreksi, untuk biaya tenaga kerja sebanyak 149 tindakan koreksi, untuk biaya subkontraktor 94 mengantisipasi sumber risiko pada biaya alat sebanyak 104 tindakan koreksi, untuk biaya material 114 tindakan koreksi, untuk biaya tenaga kerja sebanyak 149 tindakan koreksi, untuk biaya subkontraktor 94 tindakan koreksi dan terakhir untuk biaya overhead lapangan sebanyak 120 buah tindakan koreksi. Penelitian ini telah dibuat suatu system pengendalian biaya proyek dengan nama Program Knowledge Base Lessons Learned Corrective Actions Sebagai System Pendukung Keputusan yang berbasis Expert System, Cost Control Theory and Practice atau lebih dikenal dengan nama Expert Corrective Action.
Abstract
Failure in construction project management in developing countries such as Indonesia is caused by bad controlling process and lack of supervision. lt leads to fault of works, delays and project cost overrun. Other weakness factor is lack of experience documentations that leads to inattention to potential risks. Condition of less adaptive to infomation technology development that leads to faults and delays in decision making is also important factor that needs serious attention. Those problems especially bad controlling and monitoring process of project implementation are becoming risk sources in implementation management. It leads to cost overrun of implementation cost especially on elements of labor cost, equipment cost, material cost, sub-contracting cost and field overhead cost. Weakness of lack of experience documentations leads to inavailibility of documentations of lessons learned corrective actions that can be used to anticipate identified potential risks. Other weakness factors are condition of less adaptive to information technology development and delays in decision making that cause process of decision making does not works in efficient and effective way. Documentation of lessons learned corrective action is an important feed back component to sustainable effort of remedial and improvement of performance of the project cost control system. Planning of programmed lessons teamed is fulfilled only if its development follows the path of project cost control process that started from phase of measuring, evaluating and corrective actions. Various -corrective actions in controlling process of project direct cost can be gathered from historical project reports and also from experts? opinions. Developing and managing corrective actions related to lessons learned in proactive manner will minimize risks and improve level of effectiveness and efficiency of cost. It also prevents unwanted events to reoccur.

Goal of this research is in area of project cost controlling that focused directly on problems of deviation or project cost overrun, specifically on direct cost of building construction project, which consist of: labor cost equipment cost, material cost, sub-contracting cost and field overhead cost. It also includes effect, cause and needed corrective actions. Cost control in implementation phase of construction is taken in order to determine corrective actions that have effectiveness to prevent cost deviation to happen. It also provides chances in order to improve cost performance of construction project. Whereas determination of needed corrective actions is pursued an iterative system using program based on cost control theory and practice.

Research method applied in this research was survey method using questionnaire as the research instruments to do the structured interviews with experts of building construction and practitioners of construction projects. As for the analysis methods used in this research were: AHP, statistics and simulation. Expert system was also used inthis research in order to develop Decision Support System (DSS) based on cost control theory and practice.

Overall risk sources that also identified in this research are amounted of 256 (two hundred and fivety six) effects that are sourced from 270 (two hundred and seventy) causes. Those consist of 67 (sixty seven) effects with 52 (fifty two) causes on equipment cost, 58 (fifty eight) effects with 57 (fifty seven) causes on material cost, 48 (forty eight) effects with 70 (seventy) muses on labor cost, 31 (thirty one) effects with 48 (forty eight) causes on subcontracting cost and 52 (fifty two) effects with 43 (forty three) causes on field overhead cost. There are 581 (live hundred and eighty one) corrective actions complete with probability model of success level resulted in order to anticipate identified risk sources. Those consist of 104 (one hundred and four) corrective actions on material cost, 114 (one hundred and fourteen) corrective actions on material cost, 149 (one hundred and forty nine) corrective actions on labor cost, 94 (ninety four) corrective actions on sub-contracting cost and 120 (one hundred and twenty) corrective actions on field overhead cost. This research also develop a project cost control system named Program of Knowledge Based Lssous Learned Corrective Actions as Decision Support System based on expert system, cost control theory and practice or well known as Expert Corrective Action.
2006
D666
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LIPI,
016 IMII
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Fhassi Maulavi Anfiqi
Abstrak :
ABSTRAK
Manajemen pengetahuan dan pelajaran yang dipetik adalah 2 (dua) metode penting untuk meningkatkan dan meningkatkan pekerjaan untuk mencapai proyek di industri konstruksi. Kegiatan di atas akan dievaluasi sesuai dengan pelajaran yang diperoleh untuk mencapai pekerjaan yang telah dilakukan dalam pembangunan (yaitu perencanaan, implementasi dan proses penyelesaian/penyelesaian). Jadi, masalah utama adalah bagaimana mengumpulkan dan mengelola pengetahuan yang diperlukan di tingkat individu, sehingga menyebabkan tautan tunggal untuk direformasi dan diciptakan kembali dalam skala informasi organisasi untuk kepentingan asosiasi. Selanjutnya, dalam penelitian ini, ada beberapa masalah utama yang akan diangkat dan dianalisis, yaitu: hambatan potensial di studio ini, faktor pendukung dan hubungan saat ini dalam manajemen pengetahuan dan pelajaran yang diperoleh dalam industri konstruksi menggunakan elemen internasional di Indonesia. Hal-hal di atas adalah komponen untuk mencapai tujuan menganalisis peran pengetahuan dan manajemen pembelajaran dalam industri konstruksi dengan latar belakang budaya (karyawan) internasional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dikuantifikasi oleh proses statistik dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Berdasarkan, penelitian yang dilakukan, menemukan faktor pendukung, menemukan hubungan, ditemui, dan situasi saat ini di lingkungan internasional di industri konstruksi di Indonesia, yang pada akhirnya membahas tujuan penting untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan responden.
ABSTRACT
Knowledge management and lessons learned are 2 (two) important methods to improve and improve work to achieve a project in the construction industry. The above activities will be evaluated according to the lessons learned to achieve the work that has been done in development (i.e. planning, implementation and completion/completion process). So, the main problem is how to collect and manage the knowledge needed at the individual level, thus causing that single link to be reformed and recreated in the scale of organizational information for the benefit of the association. Furthermore, in this research, there are several main problems that will be raised and analyzed, namely: the potential barriers in this studio, the supporting factors and the current relationship of knowledge management and the lessons learned in the construction industry using international elements in Indonesia . The things above are components to achieve the goal of analyzing the role of knowledge and learning management in the construction industry with an international (employee) cultural background. This study uses qualitative methods that are quantified by statistical processes with the help of SPSS software. Based on, research conducted, finding supporting factors, finding relationships, being encountered, and the current situation in the international environment in the construction industry in Indonesia, which ultimately discussed the important objectives of obtaining work in accordance with the respondents.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sari Dewi
Abstrak :
Teori Goals orientation menjelaskan kinerja dan proses belajar anak dalam tugas-tugas akademik dan lingkungan sekolah (Pintrich, 1996). Lebih lanjut lagi i^oal orientation menjelaskan alasan-alasan mengapa siswa berusaha untuk mencapai prestasi akademis (Ames, 1992; Dweck & Legget, 1998; Nicholls 1984 dalam Wentzel 1998). Para ahli goal orientation menemukan dua tipe goal yang diadopsi siswa yang dapat mempengaruhi pelibatan siswa dalam tugas yaitu fask-invoh ed orientation dan ego-involved orientation (Nicholls, 1984 dalam Pintrich, 1996) yang memiliki perbedaan dalam memandang kemampuan dan usaha. Siswa yang mengadopsi task-involved oriental ion adalah yang memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi atau sukses Nan berasal dari proses belajar melalui minat terhadap pengembangan keterampilan baru, penguasaan terhadap tugas, perbaikan kemampuan dan kinerja-dan menjadikan kemajuan diri sendiri sebagai acuan kesuksesan. Sedangkan siswa yang mengadopsi ego-involved orientation memiliki keinginan mencapai sukses yang berasal dari penilaian orang lain terhadap hasil/performansi pada tugas, hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil/performansi yang tinggi disebabkan oleh kemampuan yang tinggi juga. Dilain pihak kesulitan atau kegagalan adalah hal yang biasa ditemui ketika mempeiajari sesuatu terutama peiajaran matematika. Namun sering kali terjadi bila individu mengalami kegagalan yang berulang-ulang terjadi perubahan performansi berupa kinerja- yang memburuk yang disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil yang diperoleh tidak ada hubungannya dengan usaha melainkan dipengaruhi oleh faktor diluarnya, individu yang demikian dikatakan mengalami learned helpless (Diener & Dweck, 1978 dalam Hokoda & Fincham, 1995). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua tipe goal orienfation dengan pola motivasi learned helplessness. Elliot dan Dweck (1988 dalam Hokoda &. Fincham) menyebutkan bahwa anak-anak yang berpola motivasi helpless memiliki ego-involved orienia/ion, sedangkan anak-anak dengan pola motivasi mastery-oriented memiliki task-involved orientation. Maka dapat ditegakan hipotesis bahwa taskinvolved berhubungan negatif dan sigifikan dengan learned helplessness sedangkan ego-involved berhubungan positif yang signifikan dengan learned helplessness. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap siswa kelas 1 SMP Al-Izhar, Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner goal orientation dan kuesioner learned helplessness pada pelajaran matematika. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson's Product Moment. Dari hasil perhitungan ditemukan bahwa task-involved orientation berhubungan negatif yang signifikan dengan learned helplessness (r=-0,462 los 0,05), sedangkan ego-involved tidak berhubungan secara signifikan dengan learned helplessness. Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi task-involved orientation kecenderungan helpless dalam pelajaran matematika semakin rendah. Karena perhitungan tidak dapat menunjukkan hubungan yang signifikan dengan learned helplessness peneliti menduga hal ini mungkin disebabkan oleh sampel yang homogen dan tambahan pula pengujian validitas instrumen goal orientation belum pernah diteliti menggunakan kriterion eksternal. Sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya sampel penelitian berasal dari berbagai sekolah agar diperoleh sampel yang heterogen, karena diduga latar belakang sekolah, faktor keluarga dan perlakuan guru mempengaruhi goal orientation. Untuk penelitian selanjutnya dapat berupa pengujian validitas instrumen goal orientation menggunakan kriterion eksternal.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izza Auzan Ilma
Abstrak :
Tingginya tuntutan akademik akibat Revolusi Industri 4.0 mempengaruhi stres akademik yang dimiliki oleh mahasiswa sarjana saat ini. Salah satu kemampuan yang dapat membantu mahasiswa menghadapi stres akademik adalah learned resourcefulness Terkait dengan situasi sulit, kehadiran self-compassion diprediksi berperan dalam menjelaskan kekuatan hubungan antara learned resourcefulness dan stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara learned resourcefulness dan stres akademik pada mahasiswa sarjana di Indonesia dengan self-compassion sebagai moderator. Pengambilan data pada penelitian dilakukan secara daring melalui penyebaran kuesioner yang memuat alat ukur Perception of Academic Stress Scale (PASS), Self Control Schedule (SCS), dan Self Compassion Scale (SCS). Berdasarkan hasil analisis terhadap 151 partisipan, self-compassion tidak memberikan peran signifikan pada hubungan antara learned resourcefulness dan stres akademik, F(3,147) = 14.712, p > .05. Namun demikian, hasil analisis juga menemukan adanya hubungan langsung dariĀ  variabel learned resourcefulness (b = -.073, p < .05) dan self-compassion (b = -3.3984, p < .05) terhadap stres akademik. Diskusi mengenai hasil dan implikasi penelitian ini akan dibahas lebih lanjut. ......The high academic demands due to the Industrial Revolution 4.0 affect the academic stress experienced by undergraduate students. Learned resourcefulness is one of the skills that can help students deal with academic stress. Related to difficult situations, the presence of self-compassion is predicted to play a role in explaining the strength of the relationship between learned resourcefulness and academic stress. The purpose of this study is to investigate the relationship between learned resourcefulness and academic stress in Indonesian undergraduate students, with self-compassion as a moderator. The data used for the research was collected online through the distribution of questionnaires containing Perception of Academic Stress Scale (PASS), Self Control Schedule (SCS), dan Self Compassion Scale (SCS). Based on the analysis of 151 participants, self-compassion did not significantly influence the relationship between learned resourcefulness and academic stress, F(3,147) = 14.712, p > .05. However, the results of the analysis also found a direct relationship between learned resourcefulness (b = -.073, p < .05) and self-compassion (b = -3.3984, p < .05) on academic stress. The research's findings and implications will be discussed further.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erman Surya Bakti
Abstrak :
Meningkatnya persaingan dan tuntutan efisiensi pada industri konstruksi menuntut adanya pengendalian mutu yang dikombinasikan dengan aspek ekonomis dan jadwal proyek. Hal ini memotivasi berbagai penelitian yang menghasilkan teknik-teknik peningkatan mutu dan efisiensi/efektifitas dari sebuah proyek seperti total quality management, value engineering, designability, contractability, constructability, operability, maintainability dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa salah satu peningkatan mutu proyek konstruksi yaitu penerapan peningkatan constructability pada tahap perencanaan dan perancangan proyek. Pendekatan ini dilakukan karena besarnya pengaruh perencanaan dan perancangan terhadap kualitas, biaya dan waktu pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Pelaksanaan penelitian studi kasus ini dilakukan pada sebuah perusahaan nasional yang bergerak di bidang industri konstruksi dengan pola design and build dimana penelitian difokuskan pada pemahaman, pelaksanaan, keuntungan, dan hambatan constructability di perusahaan tersebut dan dua buah proyek yang dijadikan studi kasus. Jenis penerapan constructability secara informal yang didapat pada studi kasus ini diindikasikan oleh tidak adanya prosedur tertulis tentang constructability, rendahnya tingkat lesson learned, tidak adanya koordinator constructability yang ditunjuk secara resmi, masih banyaknya hambatan pelaksanaan dan tidak adanya pencatatan kinerja constructability. Walaupun demikian pada pelaksanaan constructability secara informal ini, bahwa penerapan constructability pada tahap perencanaan dan perancangan terbukti meningkatkan kinerja proyek konstruksi, dengan variabel yang paling berpengaruh adalah penjadwalan berdasarkan construction sensitive dan fasilitas desain dalam mengefisienkan konstruksi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alimah Sekarningrum
Abstrak :
Indonesia diyakini memiliki potensi energi panas bumi sebesar 23.965 MW (Megawatt) atau setara dengan 20,28% dari potensi panas bumi dunia. Kondisi pemanfaatan panas bumi di Indonesia saat ini yaitu kapasitas terpasang sebesar 2.130,7 MW. Pengembangan panas bumi di Indonesia menemui banyak tantangan, dibuktikan salah satunya oleh pemanfaatannya yang rendah walaupun memiliki cadangan terbesar kedua di dunia. Pengembang panas bumi percaya bahwa salah satu faktor utama yang menghambat pengembangan panas bumi adalah tingginya risiko hulu. Salah satu faktor yang menghambat pengembangan panas bumi yaitu yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah keterbatasan akses pada data pengeboran panas bumi menjadi kendala utama bagi setiap engineer atau peneliti pengeboran di Indonesia yang berupaya mencari cara untuk mengoptimalkan biaya pengeboran panas bumi. Dahulu biaya sumur di Indonesia jarang dipublikasikan, sehingga sulit dan tidak cukup data untuk dapat mengevaluasi biaya sumur hingga keyakinan statistik yang masuk akal. Perusahaan pengembang panas bumi di Indonesia tidak termotivasi untuk berbagi lesson learned dan best practice dari proyek pengeboran panas bumi ke publik, mengakibatkan kurangnya pengembangan terhadap aset proses organisasi yang dijadikan benchmarking untuk mengoptimalkan biaya eksplorasi. Dengan melakukan penilaian terhadap tingkat kematangan aset proses organisasi manajemen biaya proyek eksplorasi panas bumi diharapkan dapat mengetahui sudah sampai di mana tingkat kematangan saat ini dan diharapkan dapat memberikan strategi untuk dapat mengembangkan aset proses organisasi dalam manajemen biaya agar meningkatkan kesuksesan proyek. Penelitian ini dilakukan sebagai wujud pengembangan aset proses organisasi terhadap perencanaan biaya yang dapat dijadikan sebagai lesson learned berupa prosedur untuk perencanaan biaya proyek pengeboran industri panas bumi di Indonesia dan selanjutnya untuk meningkatkan keberhasilan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia. ......Indonesia is believed to have geothermal energy potential of 23,965 MW (Megawatt) or equivalent to 20.28% of the world's geothermal potential. The current condition of geothermal utilization in Indonesia, in the form of installed capacity of geothermal power plants, is about 2,130.7 MW. Utilization of geothermal development in Indonesia faces many challenges, one of which is proven by its low utilization despite having the second largest reserves in the world. Geothermal developers believe that one of the main factors hindering geothermal development is the high upstream risk. One of the factors that hinder geothermal development, which will be discussed in this study, is the limited access to geothermal drilling data, which is a major obstacle for every drilling engineer or researcher in Indonesia who is trying to find ways to optimize geothermal drilling costs. In the past, well costs in Indonesia were rarely published, making it difficult and insufficient data to evaluate well costs to reasonable statistical confidence. Furthermore, geothermal development companies in Indonesia are not motivated to share lessons learned and best practices from geothermal drilling projects to the public, resulting in a lack of development of organizational process assets that are used as benchmarks to optimize exploration costs. By assessing the maturity level of project cost management's organizational process assets in geothermal exploration projects, it is expected to find out the current maturity level and provide a strategy to develop organizational process assets in project cost management in order to increase project success. This research was conducted as a form of developing organizational process assets towards cost planning that can be used as lessons learned in the form of procedures for cost planning for geothermal drilling projects in Indonesia and further to increase the success of geothermal power plant development in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library