Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jamilludin Ali
Abstrak :
Tesis ini membahas pemikiran Nurcholish Madjid yang berkaitan dengan gagasan Islam kultural, yaitu sekularisasi, slogan "Islam Yes, Partai Islam No", dan penolakan terhadap negara Islam. Gagasan Islam kultural yang dikembangkan oleh Nurcholish Madjid menekankan bahwa perjuangan kepentingan umat Islam tidak hanya dilakukan melalui jalur politik saja, tetapi dapat dilakukan melalui jalur lainnya, seperti pendidikan, dakwah, seni, dan lain sebagainya. Selain itu, gagasan ini mengutamakan terealisasinya nilai-nilai keislaman, seperti keadilan, persamaan hak, partisipasi, dan musyawarah, dalam masyarakat Indonesia, bukan pembentukan negara Islam secara formal.
The focus of this study is Nurcholish Madjid?s thought associated with the idea of cultural Islam, namely secularization, the slogan "Islam Yes, Islamic Party of No", and rejection of Islamic state. Cultural Islamic ideas developed by Nurcholish Madjid emphasized that the struggle for the interests of Muslims is not only done through political channels, but can be made through other channels, such as education, preaching, art, and others. Also, this idea gives priority to the realization of Islamic values in the Indonesian people, such as justice, equal rights, participation and deliberation, not the formal establishment of an Islamic state.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27807
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Widia Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji pemikiran salah seorang sastrawan Indonesia yaitu Taufiq Ismail. Taufiq Ismail adalah salah seorang sastrawan yang mengalami konteks kehidupan politik yang dominatif di atas sendi-sendi kehidupan masyarakat termasuk dalam kehidupan seni dan budaya pada masa Demokrasi Terpimpin, Taufiq Ismail, sebagai seorang sastrawan, mengalami pergulatan bat in dan pemikiran melihat kehidupan kesejahteraan rakyat yang menurun, tertutupnya ruang kebebasan individu untuk menuangkan gagasan-gagasan kreatif, sendi-sendi kehidupan masyarakat dipenuhi oleh doktrin-doktrin politik dan ideologis serta kemandulan kehidupan seni dan budaya. Kondisi itu tercipta karena pemerintah lebih mengutamakan kepentingan kekuasaan dan politik. Kondisi itu berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran Taufiq Ismail yang terlihat dari pergeseran orientasi pemikirannya dalam puisipuisinya. Puisi-puisi awalnya adalah puisi-puisi perjuangan pads masa revolusi fisik dan relijius mengenai perjalanan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 1963-1966, puisi-puisinya lebih bersifat sebagai protes sosial dan politik terhadap kekuasaan politik pada masa Demokrasi Terpimpin.

Kemudian pemikiran Taufiq Ismail yang bersifat protes sosial dan politik juga dituangkan dalam kolom Renungan Hari Ini (Harlan KAMI) dan kolom Seni dan Budaya (Sinar Harapan) dalam periode 1966-1970. Skripsi Ini mengkaj i pemikirannya dalam empat konsentrasi, yaitu pemikiran tentang moralitas pemimpin, tentang hubungan kreativitas dengan politik, perjuangan moral KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), sikap dan peran kecendekiawanan seperti yang dituangkan dalam kumpuian puisinya Tirani dan Benteng, kolom Seni dan Budaya (Sinar Harapan) dan kolom Renungan Hari Ini (Harlan KAM]) yang ditulis dalam periode 1963-1970.
2001
S12675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Agustinus
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas pemikiran Liem Koen Hian, salah satu pendiri Partai Tionghoa Indonesia (PTI), tentang kedudukan orang Tionghoa di Indonesia. Skripsi ini mengambil periodisasi tahun 1919 ? 1951. Tahun 1919 adalah tahun ketika Liem mulai aktif menunjukkan pemikiran-pemikiran politiknya, sedangkan 1951 merupakan tahun ketika Liem memutuskan untuk meninggalkan arena politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikirannya mengenai kedudukan orang Tionghoa dipengaruhi oleh kedudukan orang-orang Tionghoa sebagai minoritas perantara di Hindia Belanda dan perkembangan nasionalisme Indonesia. Dalam pemikiran Liem, kebangsaan Indonesia didasari oleh persamaan kepentingan, nasib, dan cita-cita sehingga tidak mustahil bagi peranakan Tionghoa untuk menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Penerlitian ini juga memperlihatkan bahwa Liem adalah salah satu peletak dasar bagi bergabungnya golongan peranakan Tionghoa dalam kebangsaan Indonesia.
ABSTRACT
This thesis is explain Liem Koen Hian‟s thoughts, one of the founders of Partai Tionghoa Indonesia (PTI), about the Chinese position in Indonesia. The period of this thesis is between 1919 ? 1951. On 1919 Liem started active show his political thoughts, therefore 1951 is the year when Liem decide to leave the arena of politic. The result from this study shows that his thoughts about the Chinese position was influenced by the Chinese‟s position as the middleman minority in Dutch Indische and the development of Indonesian nationalism. In Liem‟s thoughts, Indonesian nation was based by the similarity of interest, fate, and desire until it is possible for the peranakan Chinese to be a part of Indonesian. On this study also shows that Liem is one of the founders for the peranakan Chinese to gather into the Indonesian.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43684
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmita Hestirani
Abstrak :
Tulisan ini membahas tentang sejarah pemikiran Maria Ullfah Santoso dalam memperjuangkan hak pilih perempuan Indonesia pada masa kolonial Belanda. Hingga awal dekade 1930-an, perempuan Indonesia belum memiliki hak pilih serta masih menjauhkan diri dari partisipasi politik. Sebagai seorang ahli hukum yang memiliki keterlibatan aktif dalam pergerakan perempuan Indonesia, Maria Ullfah aktif mengampanyekan hak pilih perempuan Indonesia melalui tulisan dan pidato. Pokok permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana pemikiran Maria Ullfah tentang hak pilih perempuan diformulasikan serta pengaruhnya dalam perjuangan hak pilih perempuan Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan sejarah pemikiran, penulismenemukan bahwa Maria Ullfah berpendapat bahwa setiap golongan masyarakat, termasuk perempuan, harus memiliki hak pilih. Menurutnya, hak pilih pasif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat duduk di dewan-dewan perwakilan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan Indonesia. Adapun hak pilih aktif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat memilih wakil-wakilnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Pengaruh pemikiran Maria Ullfah terlihat dalam usaha kaum perempuan Indonesia untuk memiliki perwakilan di Dewan Rakyat (Volksraad), serta keberhasilan perempuan Indonesia dalam mendapatkan hak pilih aktif untuk pertama kalinya pada tahun 1941.
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2020
900 HAN 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Nakhrowi
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas pemikiran Emha Ainun Nadjib, salah seorang tokoh yang banyak dikenal sebagai budayawan, tentang kekuasaan dan demokrasi dalam esaiesainya. Skripsi ini mengambil periodisasi tahun 1983—1998. Tahun 1983adalah awal bagi Emha menerbitkan kumpulan esai-esainya, sedang 1998 adalah merupakan tahun dimana Presiden Soeharto dilengserkan. Skripsi ini menggunakan metode sejarah dengan melalui tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Emha dipengaruhi oleh kondisi rezim presiden Soeharto yang represif, namun ia tetap mendasarkannya pada kesadaran akal sehat dan hati nurani serta rasa kemanusiaan.
ABSTRACT
The focus of this study is Emha Ainun Nadjib’s thought, a person who well known as a budayawan,in the issues of power and democracy ini his essays. The period which it concern is between 1983—1998. In 1983 was the time when Emha published his first essays and 1998 was the time when president Soeharto overthrowned from his position. A Historical Method was using in this research, which it has heuristic, critics, interpretation and historiography. The results of this study shows that Emha’s thought in those issues was influenced by the repressiveness of President Soeharto era, but he still use common sense, conscious of conscience and the value of humanity as a basis of his action.
2014
S53547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadrik Aziz Firdausi
Abstrak :
[ABSTRAK
Skripsi ini berfokus pada telaah pemikiran Njoto, salah satu pimpinan utama PKI, dalam kapasitasnya sebagai seorang politikus, publisis, dan pekerja budaya. Pemikirannya berkelindan pada konteks Indonesia periode 1951?1965. Melalui kajian skripsi ini penulis mencoba keluar dari penilaian apriori terhadap pemikiran kalangan kiri Indonesia. Skripsi ini juga bertujuan untuk melengkapi khazanah historiografi pemikiran periode 1950-an yang nisbi terbatas. Oleh karena itu, dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak memanfaatkan karya-karya Njoto selama kurun tersebut yang dipublikasikan dalam koran komunis, Harian Rakjat. Hasil studi ini menunjukkan bahwa akar dari pemikiran Njoto adalah keberpihakan politik kepada masyarakat kelas bawah. Tema besar dari gagasannya adalah tentang pembebasan rakyat dari ketertindasan. Gagasannya dalam taraf tertentu tidak orisinal, tetapi gagasannya dalam tiga domain tersebut saling bertaut sehingga mampu mendukung gerakan yang sinergis dan masif. ABSTRACT
This study focuses on Njoto?s thought, one of the eminent leaders of Indonesian Communist Party, in his capacity as politician, publicist, and cultural commentator. His thinking is intertwined in the context of Indonesia period 1951?1965. Through this study, the author tries out a priori assessment on the thinking of the left movement in Indonesia. This study also aims to complete the historiography of thought in the 1950s which were relatively limited. Therefore, in the process of writing this study, the author utilizes Njoto?s works during that period were published in a communist newspaper, Harian Rakjat. The result of this study shows that the roots of his thought was his political alignments toward the lower class. The major consideration of his thoughts is about people liberation from oppression. The idea isn?t original to some extent, but in these three domains linked with and support the synergistic and massive movement. , This study focuses on Njoto’s thought, one of the eminent leaders of Indonesian Communist Party, in his capacity as politician, publicist, and cultural commentator. His thinking is intertwined in the context of Indonesia period 1951—1965. Through this study, the author tries out a priori assessment on the thinking of the left movement in Indonesia. This study also aims to complete the historiography of thought in the 1950s which were relatively limited. Therefore, in the process of writing this study, the author utilizes Njoto’s works during that period were published in a communist newspaper, Harian Rakjat. The result of this study shows that the roots of his thought was his political alignments toward the lower class. The major consideration of his thoughts is about people liberation from oppression. The idea isn’t original to some extent, but in these three domains linked with and support the synergistic and massive movement. ]
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Jolly Sucanta Cakranegara
Abstrak :
Makalah ini membahas pembangunan kesadaran sejarah yang kritis dan integratif untuk mendukung visi Indonesia Maju. Hal ini tidak terlepas dari apa yang terjadi belakangan ini, bahwa telah muncul sejumlah kerajaan fiktif dengan klaim historis yang tidak masuk akal dan dinilai mengancam integrasi bangsa. Berdasarkan fenomena tersebut dan telaah konsep melalui studi pustaka, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif seputar kesadaran sejarah yang perlu dibangun di tengah masyarakat, terlebih lagi di tengah era pasca-kebenaran saat ini. Kesadaran sejarah sangat penting karena baik pemikiran kritis maupun nasionalisme dapat berkembang. Fenomena terkini telah menjadi momentum bahwa membangun kesadaran sejarah seharusnya lebih didorong untuk mencegah dampak destruktif dari kemajuan teknologi informasi, seperti berita palsu yang mengarah pada kasus kriminal dan merugikan orang banyak. Jika ditelusuri ke belakang, persoalan ini bukanlah hal baru. Para sejarawan sudah sejak lama mengingatkan pentingnya membangun kesadaran sejarah. Peran setiap pihak sangat penting, mulai dari akademisi, dunia pendidikan, hingga masyarakat luas. Oleh sebab itu, membangun kesadaran sejarah bukan berarti ketinggalan zaman. Banyak inovasi dapat dilakukan sehingga kesadaran sejarah tetap memiliki relevansi dengan kekinian dan keakanan. Dengan demikian, kesadaran sejarah dapat menjadi semakin nyata dan sejarah dapat dirasakan menjadi milik semua.
Bogor: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2020
355 JDSD 10:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library