Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arum Etikariena
Abstrak :
Masalah seksualitas di kalangan rem~a adalal: masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Di satu sisi perkembangan seksual itu muncul sebagai bagian dari perkembangan yang , harus mereka jalani. Namun, di sisi lain, penyaluran hasrat seksual yang belum semestinya mereka lakukan menimbulkan kecemasan dan akibat yang serius, seperti kehamilan atau tertular penyakit kelamilL Berdasarkan kecemasan-kecemasan itulah sejak tahun 1960-an, ketika mulai mlUlcul revolusi seks di daratan Eropa dan Amerika, penelitian mengenai keserbabolehan dalam perilaku seksual pada remaja mulai dilakukan. Ada indikasi yang menunjukan adanya peningkatan persentase remaja yang memiliki tingkat keserbabolehan yang tinggi stau yang melakukan hubungan seksual pranikah (Sarwono 1989). Tetapi, penelitian-penelitian yang dilakukan menemukan hasil yang tidak konsisten mengenai tingkat keserbabolehan remaja dalam perilaku seksual pranikah. Bahkan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 1990-an menunjukan kecenderwtgan adanya penurunan prosentase remaja, baik yang melakukan hubWlgan seks pranikah atau yang memiliki keserbabolehan tinggi terbadap perilaku seks pranikah (Ken Saraswati, 1993; Evy Syartika, 1998). Tinggi rendahnya keserbabolehan remaja dalam perilaku seksual ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya &dalah dari informasi yang didapatkan oleh remaja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah seksual. Krecth & Crutchfield (1958) menyatakan bahwa sikap bisa terbentuk melalui informasi yang diterima oleh individu. Informasi mengenai masalah seksual ini bisa diterima remaja melalui berbagai smnber. Biasanya, sumber dimana seseorang mendapatkan informasi adalah melalui lingktmgan yang terdekat dengan dirinya. Untuk remaja, lingkungan yang dekat dengan keseharian mereka adalah lingktmgan keluarga (dalam hal ini ayah dan ibu) Berta lingkungan teman sebaya (Hurlock, 1980). Demikian pula dalam masalah seksual, pengaruh keluarga dan teman sebaya amat menentukan keserbabolehan remaja (Reiss, dalam Reiss & Miller, 1979). Sebagai SUIllber informasi, kedua lingkungan yang menjadi acuan remaja sebut memiliki nilai-nilai yang berbeda. Keluarga (ayah & ibu) merupakan kelompok acuan yang negatit: sedang teman adalah kelompok acuan positif untuk keserbabolehan dalam perilaku seksual pranikah. Hanya saja ada kecendenmgan bahwa orang tua lebih tertutup untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan seks. Akibatnya, remaja mencoba mencari akses lain mrtuk mendapatkan pengetahuao tentaog seks. Remaja mendapatkan pengetahuannya dari ternan, buku porno, majalah, stan sumber lain yang tidak dapat dipastikan keakuratannya mengenai seks. Bahkan, ada gejala berkembangnya pengetahuao dan ,isu populer mengenai seks (mitos), di kalangan remaja. Mitos-mitos tersebut eendenmg mendorong perilaku seksual pranikah, yang disertai dengan alasan yang dibuat semasuk akal mungkin. Informasi yang benar, namun cendenmg mencegah, ditolak dengan bennacam pembenaran. Adalah suatu ironi, di saat remaja sedang mengalami perlcembangan seksual dan membutnhkan infonnasi yang tepat, mereka malsh dijauhkan dari informasi-infonnasi tersebut sehingga memilih mempereayai mitos-mitos yang dapat menjerumuskan mereka. Penelitian ini dilalrukan di kalangan remaja "ABG" yang rentang usianya sarna dengan remaja awal, yaitu 12-15 tahun. Dipilihnya ceABG' sebagai sampel karena adanya indikasi bahwa sikap pennisiftemadap seks pada remaja semakin lama cendenmg tetjadi semakin awal. Chwnlea (1982) berpendapat penyebab semakin awalnya masa pubertas di kalangan remaja adalah akibat semakin baiknya tingkat gizi dan peningkatan kesadaran akan perawatan kesehatan. Selain itu, akibat yang ditimbulkan perilaku seksual pranikah ini akan lebih mengkuatirkan jika dialami remaja yang masih muda usia (Faturoc~ 1992). Selain itu, karakteristik "ABO" yang mudah terpengaruh oleh lingkungan, terutama yang berkaitan dengan gaya hidup dan trend yang berlaku, menyebabkan mereka rentan dan mudah terpengaruh tennasuk dalam masalah perilaku seksual pranikah. Berdasarkan latar belakang itu, permasalahan yang muneul kemudian adalah bagaimana gambaran keseroabolehan remaja yang menjadi responden penelitian ini terhadap perilaku seksual pranikah. Kemudian, bagaimana tingkat keyakinan mereka terhadap mitos-mitos, baik yang mendorong ataupun mencegah perilaku seksual pranikah, serta sumber mitos mempengaruhi keserbabolehan terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Penelitian ini bersifat kuantitatit: Data yang diproleh diolah deng3n' teknik analisa Spearmo.n Rank Correlation, Chi Square dan Coefficient of Contigency. Sampel penelitian adalah 100 orang remaja "ABG" di Jakarta, yang berusia antara 12-15 tah~ dengan pendidikan SMP dan SMU.8ampel diperoleh dengan telmik Incidental Sampling. Basil penelitian ini men\Uljukan bahwa : : (1). Standar keserbabolehan yang berlaku adalahpermissiveness with affection. Hal ini ' berarti perilaku seksual apap\Ul (termasuk hubtmgan barlan sebelum menikah) boleh dilakukan, baik oleh pria dan wanita, apabila dilandasi adanya ikatan afeksi diantara ' keduanya Secara wnum, perilaku seksual pranikah tertinggi yang dapat diterima responden adalah bercwnbu dengan tunangan. ' (2). Terdapat hubungan yang signifikan dan positifantara tingkat keyakinan terhadap mitos yang mendorong dengan keserbabolehan terbadap perilaku seksual pranikah. " (3) Terdap~ hublUlgan yang signiftkan ':ian negatifantara tinekat keyakinan terhadap mitos yang meneegah dengan keserbabolehan terbadap perilaku seksual pranikah. (4). Terdapat perbedaan yang signifikan sumber acuan mitos pada mitos yang , mendorong perilaku seksual pranikah. mrtuk mitos yang mendorong ini, ternan merupakan sumber acuan yang paling banyak disebutkan oleh responden. ' (5) Terdapat perbedaan yang signifikan sumber acuan mitos pada mitoB yang meneegah perilaku seksual pranikah. untuk mitos yang mencegah ini, ibu merupakan swnber acuari yang paling banyak disebutkan oleh responden (6) Hasit tambahan yang menemukan bahwajenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pengalaman pacaran, jmnlah ternan dalam kelompo~ pengalaman pacaran ternan, . sering tida1mya ke mall, temyata tidak signifikan berpengaruh pada keserbabolehan pada perilaku seksual pranikah. Ada beberapa saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambahkan jwnlah sampel agar bisa dilakukan generalisasi, analisa faktor mrtuk mengetahui mitos-mitos yang mendorong atau menceg--cJI secara pasti juga disarankan. Selain itu, pembentukan rapport dengan para responden agar dapat dilakukan Wltuk memperkecil kemungkinan rnWlculnya respon "social desirability". Pengisian kuesioner secara berssma-sarna oleh responden juga sebaiknya dihindari untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Sedangkan Wltuk para orang tua, disanmkan untuk berkomunikasi secara terbuka melaJui teknik diskusi mengenai masaJah seks dan memberikan informasi yang benar mengenai seks sesuai dengan usia dan jenis kelamin anak. Dalam dislrusi pilih topik yang sedang diminati anak, agar anak tidak risih dan orang tua juga tidal< rnerasa tertekan. Pengetahuan orang tua tentang perkembangan anak akan sangat membantu daJam proses penyampaian informasi tentang seks pada anak.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nurkhotami
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pranikah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja kelas XI SMA Budhi Warman II Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer pada 146 remaja kelas XI di SMA Budhi Warman II Jakarta tahun 2013. Hasil menunjukkan bahwa proporsi perilaku seksual berisiko tinggi pada remaja kelas XI SMA Budhi Warman II Jakarta adalah 17,12%. Berdasarkan analisis bivariat, dapat diketahui dari faktor individu yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin laki-laki (PR= 3,39; 95% CI= 1,35-8,55), sikap permisif tinggi terhadap seksualitas (PR= 4,00; 95% CI= 1,59-10,08), pubertas dini (PR= 2,20; 95% CI= 1,08-4,50), merokok (PR= 4,17; 95% CI= 2,10-8,28), dan konsumsi alkohol (PR= 2,52; 95% CI= 1,25-5,12). Kemudian, dari faktor luar keluarga, yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja adalah mempunyai teman yang pernah melakukan HUS (PR= 7,50; 95% CI= 1,06-53,19) dan dorongan untuk melakukan HUS dari teman (PR= 4,81; 95% CI= 2,41-9,60). ...... This thesis aims - describe premarital sexual behavior and the factors that influence adolescent class XI SMA Budhi Warman II Jakarta in 2013. This study is a cross-sectional study, which using primary data on 146 adolescents in the high school class XI Budhi Warman II Jakarta in 2013. Results showed that the proportion of high-risk sexual behavior in adolescents class XI SMA Budhi Warman II Jakarta is 17.12%. Based on bivariate analysis, it has known, for the individual factors which have a significant relationship with adolescent sexual behavior are male gender (PR = 3.39, 95% CI = 1.35 - 8.55), high permissive attitude -ward sexuality (PR = 4.00, 95% CI = 1.59 - 10.08), early puberty (PR = 2.20, 95% CI = 1.08 - 4.50), smoking (PR = 4.17, 95% CI = 2.10 - 8.28), and alcohol consumption (PR = 2.52, 95% CI = 1.25 - 5.12). Then, for extra familial factors, which have a significant relationship with adolescent sexual behavior are having friends who've done sexual intercourse (PR = 7.50, 95% CI = 1.06 - 53.19), and the encourage to doing sexual intercourse from friends (PR = 4.81, 95% CI = 2.41 - 9.60).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryaning Wijoyo
Abstrak :
Hubungan seksual pranikah bagi umumnya masyarakat Indonesia masih dianggap sebagai sebuah hubungan yang melanggar nilai dan norma yang berkaitan dengan budaya timur dan agama. Hubungan seks pranikah merupakan hubungan yang terlarang dan tidak seharusnya dilakukan. Bila pelaku hubungan seksual pranikah ini sampai diketahui oleh masyarakat, maka hukuman berat akan dikenakan padanya, balk hukuman pidana kurungan maupun sanksi sosial dalam kehidupan sehariharinya. Selain itu, konsekuensi yang lain adalah kemungkinan terkenanya penyakit menular seksual atau bahkan yang lebih parah lagi adalak HIV dan AIDS. Namun hal ini tidak membuat perilaku seksual pranikah menjadi tidak ada atau paling tidak berkurang. Saat ini, perilaku seksual pranikah justru marak dan semakin terbuka dan masalah ini banyak terjadi di kalangan generasi muda kita. Untuk mengkaji fenomena ini, maka diperlukan pemahaman dari sudut pandang pelaku hubungan seksual pranikah itu sendiri. Mengapa mereka melakukan hal itu? Konsep sexual scrip/ digunakan untuk usaha menjelaskan fenomena seks pranikah tersebut, di mana ada kaftan antara nilai dan norma yang umum berlaku dalam masyarakat dan keputusan-keputusan yang dibuat individu dalam konteks hubungan seksual pranikah. Nilai dan norma yang umum berlaku ini justru dianggap bertentangan dengan nilai dan norma dari individu yang melakukan hubungan tersebut. Pada akhirnya is memakai nilai dan norma pribadinya sebagai acuan dalam perilakunya, juga dalam relasinya dengan pasangan dan dalam menghadapi masyarakat sekitarnya. Hasil dari penelitian ini ternyata mengungkapkan bahwa masalah seksual pranikah merupakan masalah yang kompleks. Ia tidak hanya menyangkut berbahaya atau tidaknya hubungan itu, tapi lebih pada arti seks itu sendiri bagi pelaku dan masyarakatnya. Gambaran ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai hubungan seksual pranikah yang sesungguhnya terutama di kalangan mahasiswa.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4303
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rina Sari S.
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dari data Survei Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2017. Sampel adalah remaja umur 15-24 tahun di Indonesia dengan total sampel 23.821 responden. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja 15-24 tahun di Indonesia dan faktor-faktor mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 3,7% responden mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah. Analisis Bivariat diperoleh semua faktor predisposisi berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah (yaitu umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pengetahuan kontrasepsi, pengetahuan KRR dan sikap penerimaan terhadap perilaku hubungan seksual pranikah), semua faktor pemungkin tidak ada yang menunjukkan hubungan dengan perilaku seksual pranikah, faktor penguat yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual yaitu pengalaman berpacaran. Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah adalah pengalaman berpacaran dengan OR sebesar 42,67 (95% CI = 34,91-52,15). ......This study is an analytical descriptive research using a quantitative approach with Cross Sectional design that analyzes secondary data of RPJMN Survey in 15-24 years old adolescents in Indonesia with a total sample of 23,821 respondents. The aims of this study were to determine premarital sexual behavior in adolescents 15-24 years in Indonesia and influencing factors based on the data of RPJMN Survey 2017. Findings that 3.7% of respondents claimed to have premarital sexual intercourse. Bivariate analysis results in all predisposing factors related to premarital sexual behavior (ie age, sex, shelter, contraceptive knowledge, adolescent reproductive health knowledge and attitudes of premarital sexual behavior), all enabling factors unrelated to premarital sexual behavior, reinforcing factors related to the behavior of sexual relations is the experience of dating. Multivariate analysis showed that the most dominant variable associated with premarital sexual behavior was the experience of dating with OR of 42.67 (95% CI = 34.91-52.15).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafida Kusuma Wardani
Abstrak :
Perilaku seksual pranikah pada remaja merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, khususnya terkait faktor yang mendukung untuk terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja dan melihat terdapat peningkatan persentase pada data SDKI 2017 dibandingkan SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik secara kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder yaitu Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 yang dapat diperoleh dari mengakses website Demographic and Health Surveys (DHS) dengan mengajukan perizinan pengambilan data sesuai prosedur yang berlaku. Data diolah dengan program SPSS dengan uji odds ratio dan uji regresi logistik ganda. Sebanyak 5,0% responden pernah melakukan perilaku seksual pranikah. Hasil uji multivariat pada responden yang pernah konsumsi alkohol mempunyai kecenderungan untuk berperilaku seksual 12,8 kali lebih tinggi, sedangkan responden yang pernah merokok mempunyai kecenderungan untuk berperilaku seksual 1,7 kali lebih tinggi setelah di kontrol faktor perilaku merokok, usia, tingkat pendidikan, dan tempat tinggal. Saran yang peneliti berikan adalah agar instansi terkait dapat mengembangkan program kesehatan reproduksi pada remaja khususnya terkait dampak negative alkohol dan rokok, dan bagi pemerintah juga dapat mengatur regulasi penjualan rokok dan alkohol agar tidak dengan mudah dapat diperoleh oleh remaja. ......Premarital sexual behavior in adolescents is a problem that needs attention, especially related to the factors that support the occurrence of premarital sexual behavior in adolescents and see an increase in the percentage in the 2017 IDHS data compared to the 2012 IDHS. This research uses descriptive analytic quantitative using a cross research design sectional by using secondary data, namely the 2017 Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) data which can be obtained from accessing the Demographic and Health Surveys (DHS) website by applying for permission to collect data according to applicable procedures. Data were processed using the SPSS program with the odds ratio test and multiple logistic regression tests. As much as 5.0% of the respondents had premarital sexual behavior. Multivariate test results on respondents who have consumed alcohol have a tendency to behave sexually 12.8 times higher, while respondents who have ever smoked have a tendency to behave sexually 1.7 times higher after controlling for smoking behavior factors, age, level of education, and residence. The suggestion that the researchers give is that relevant agencies can develop reproductive health programs for adolescents, especially related to the negative effects of alcohol and cigarettes, and for the government to also regulate regulations on the sale of cigarettes and alcohol so that they are not easily obtained by adolescents.

 

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primadona Melodiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviyanti Inaku
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26719
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdarni
Abstrak :
Perilaku seksual pranikah yang tinggi pada remaja disebabkan oleh faktor personal seperti pengetahuan kesehatan seksual, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV / AIDS, sikap terhadap seksualitas, harga diri dan efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor personal seperti pengetahuan tentang kesehatan seksual, IMS dan HIV / AIDS, sikap, harga diri dan efikasi diri terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja di Kota Kendari yang diukur melalui kuesioner dan wawancara mendalam. Desain penelitian adalah studi potong lintang dengan jumlah sampel 200 remaja yang berasal dari empat sekolah negeri di Kota Kendari mulai dari Agustus sampai dengan Oktober 2014. Analisis regresi logistik menunjukan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang kesehatan seksual, IMS dan HIV / AIDS berisiko sebesar 4,28 kali, sikap permisif terhadap seksualitas berisiko 5 kali, harga diri rendah berisiko sebesar 3,3 kali dan efikasi diri rendah sebesar 2,5 kali untuk melakukan perilaku seksual pranikah berisiko. Analisis kualitatif menunjukan variabel sikap sebagai faktor yang memberikan risiko terbesar di dalam berperilaku seksual pranikah yang berisiko pada remaja.

High premarital sexual behavior among teenagers are caused by personal factors, such as health sexual knowledge, Sexually Transmitted Infections (STIs) and HIV / AIDS, attitudes towards sexuality, self-esteem and self-efficacy. This study aimed to find out the influence of personal factor to premarital sexual behavior among teenagers in the Kendari City as assessed through questionnaires and in-depth interviews.The study design was cross-sectional study with a sample of 200 adolescents from four public schools in Kendari City from August to October 2015. Logistic regression analysis showed teenagers having lack of knowledge of sexual health, STIs and HIV / AIDS had 4.28 times risk having permissive attitude toward sexuality had 5 times risk, having low self-esteem had 3.3 times risk and having low self-efficacy had 2.5 times to perform premarital sexual behavior. Qualitative analysis showed that attitude variable was the factor giving the biggest risk in risky premarital sexual behavior among teenagers.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Fakultas Kedokteran, Magister Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan Reproduksi, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Setiadi
Abstrak :
[ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa, ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Semakin muda umur remaja melakukan hubungan seksual, semakin besar resiko terjadinya penularan penyakit-penyakit infeksi menular seksual, kehamilan tak diinginkan, dan aborsi. Data SDKI 2012 menyatakan umur remaja Indonesia yang telah melakukan hubungan seksual pranikah berkisar antara 9 – 24 tahun. Prevalensi remaja yang belum menikah yang telah melakukan hubungan seksual sebesar 8,3 % laki-laki dan remaja perempuan sebesar 1%. Suwarni (2009) menyatakan bahwa 14,7% remaja SMA di Pontianak telah melakukan intercourse (hubungan seks) pranikah dan proporsi remaja yang melakukan hubungan seksual di Semarang sebesar 12,1% (Azinar, 2013). Penelitian ini bertujuan mengetahui determinan ketahanan remaja untuk tidak melakukan hubungan seksual pranikah. Proporsi kumulatif ketahanan remaja sebesar 92,6% dengan rata-rata usia pertama kali melakukan hubungan seksual pranikah 15,8 tahun. Determinan ketahanan remaja meliputi perilaku rangsang seksual (AHR: 7,7; 95% CI: 5,2 – 11,3), perilaku mabuk karena alkohol (AHR: 1,5; 95% CI: 1,1 – 2) dan perilaku berciuman. Hubungan antara perilaku berciuman dengan ketahanan remaja berbeda tiap satuan waktu. Diperlukan upaya penyuluhan kesehatan reproduksi yang lebih dini bukan hanya di lingkungan sekolah, namun juga di lingkungan keluarga dan komunitas remaja agar perilaku hubungan seksual pranikah dapat dicegah.
ABSTRACT
Adolescent is a transition period from childhood to adulthood, signed by rapid development in physical, mental, emotional and social. Earlier sexual initiation by adolescent, increasing risk to get sexual transmitted diseases, unmeet need, teen’s pregnancies, and unsafe abortion. According to data DHS 2012, adolescent in Indonesia had have premarital sexual on 9 – 24 years old. Prevalence of unmarried boys who had have sex are 8,3 % and girls are 1%. Suwarni (2009) announced that 14,7% of high school students in Pontianak had have premarital sex. Meanwhile, based on Azinar (2013) study in Semarang, about 12,1% adolescents had it. This study aim to know determinants of adolescent’s survival not to have premarital sex. The results show that adolescent’s survival cumulative proportion is about 92,6% and age mean of sexual debut is 15,8 years old. Factors associated with adolescent’s survival not to have premarital sex are sexual arrousal behavior (AHR: 7,7; 95% CI: 5,2 – 11,3), ever drunk by alkohol (AHR: 1,5; 95% CI: 1,1 – 2) and kissing. The association between kissing and adolescent’s survival rate is difference in each time unit (year). Need enforcements to give earlier education about adolescent’s health reproduction, not just as formal education in high school, but also in the family and adolescent’s community to prevent premarital sex among adolescents., Adolescent is a transition period from childhood to adulthood, signed by rapid development in physical, mental, emotional and social. Earlier sexual initiation by adolescent, increasing risk to get sexual transmitted diseases, unmeet need, teen’s pregnancies, and unsafe abortion. According to data DHS 2012, adolescent in Indonesia had have premarital sexual on 9 – 24 years old. Prevalence of unmarried boys who had have sex are 8,3 % and girls are 1%. Suwarni (2009) announced that 14,7% of high school students in Pontianak had have premarital sex. Meanwhile, based on Azinar (2013) study in Semarang, about 12,1% adolescents had it. This study aim to know determinants of adolescent’s survival not to have premarital sex. The results show that adolescent’s survival cumulative proportion is about 92,6% and age mean of sexual debut is 15,8 years old. Factors associated with adolescent’s survival not to have premarital sex are sexual arrousal behavior (AHR: 7,7; 95% CI: 5,2 – 11,3), ever drunk by alkohol (AHR: 1,5; 95% CI: 1,1 – 2) and kissing. The association between kissing and adolescent’s survival rate is difference in each time unit (year). Need enforcements to give earlier education about adolescent’s health reproduction, not just as formal education in high school, but also in the family and adolescent’s community to prevent premarital sex among adolescents.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rina Sari S.
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakanpendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dari data Survei RencanaPembangunan Jangka Menengah 2017. Sampel adalah remaja umur 15-24 tahun diIndonesia dengan total sampel 23.821 responden. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui gambaran perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja 15-24 tahun diIndonesia dan faktor-faktor mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwasebanyak 3,7 responden mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah.Analisis Bivariat diperoleh semua faktor predisposisi berhubungan dengan perilakuhubungan seksual pranikah yaitu umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pengetahuankontrasepsi, pengetahuan KRR dan sikap penerimaan terhadap perilaku hubunganseksual pranikah , semua faktor pemungkin tidak ada yang menunjukkan hubungandengan perilaku seksual pranikah, faktor penguat yang berhubungan dengan perilakuhubungan seksual yaitu pengalaman berpacaran. Hasil analisis multivariat didapatkanbahwa variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksualpranikah adalah pengalaman berpacaran dengan OR sebesar 42,67 95 CI = 34,9152,15 .
This study is an analytical descriptive research using a quantitative approachwith Cross Sectional design that analyzes secondary data of RPJMN Survey in 15 24years old adolescents in Indonesia with a total sample of 23,821 respondents. The aimsof this study were to determine premarital sexual behavior in adolescents 15 24 years inIndonesia and influencing factors based on the data of RPJMN Survey 2017. Findingsthat 3.7 of respondents claimed to have premarital sexual intercourse. Bivariateanalysis results in all predisposing factors related to premarital sexual behavior ie age,sex, shelter, contraceptive knowledge, adolescent reproductive health knowledge andattitudes of premarital sexual behavior , all enabling factors unrelated to premaritalsexual behavior, reinforcing factors related to the behavior of sexual relations is theexperience of dating. Multivariate analysis showed that the most dominant variableassociated with premarital sexual behavior was the experience of dating with OR of42.67 95 CI 34.91 52.15 .
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>