Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djoko Sudibyo
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada 30 orang tenaga kerja PLTD Manggar sebagai kelompok studi dan 30 orang tenaga kerja BALAI KARYA LISTRIK Manggar, Belitung
sebagai kelompok pembanding dengan pendekatan Studi deskriptif yang bersifat Cross sectional. Data di kumpulkan melalui metode wawancara dan pengukuran.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa intensitas kebisingan yang lebih besar daripada nilai ambang batas diperkenankan (85 dB) pada lingkungan kerja PLTD Manggar, ternyata tidak terbukti secara statistik menimbulkan perubahan indikator stres yaitu meningkatkan tekanan darah, frekwensi denyut nadi dan kadar lipid plasma, meskipun nilai rata-rata perbedaan peningkatan indikator Stres tersebut sebelum dan sesudah mereka bekerja bila dibandingkan dengan kelompok tenaga kerja yang terpapar kebisingan kurang dari 85 dB berbeda secara statistik.
Pada analisa regresi dan korelasi antara variabel indikator stres yang diteliti dengan hasil pengisian kwesioner HRS-A (kwesioner untuk mengetahui derajat stres ) ternyata negatif.

"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Pramudya W.
"Pekerjaan sebagai perawat secara umum merupakan pekerjaan yang dapat menimbulkan stres. Perawat merupakan profesi tenaga medis yang paling sering berinteraksi dengan pasien, dan mereka mempunyai potensi yang lebih besar untuk terpapar dengan produk biologik yang bersifat infeksius. Rumah Sakit Ketergantungan obat merupakan rumah sakit pemerintah yang berbeda dengan rumah sakit milik pemerintah umumnya, dimana rumah sakit ketergantungan obat dikhususkan untuk menangani pasien dengan ketergantungan zat. Banyak dari pasien ketergantungan zat tersebut merupakan pengguna zat dengan menggunakan jarum suntik (intra venous drug user) dimana penggunaan zat menggunakan jarum suntik berpotensi menularkan penyakit infeksius yang sangat berbahaya seperti hepatitis, dan infeksi HIV yang sampai sekarang belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkannya. Selain itu, kebanyakan pasien di RSKO merupakan pasien dengan dual diagnosis yaitu selain mempunyai masalah dengan penyalahgunaan zat, juga terdapat gangguan mental lainnya, misalnya: gangguan kepribadian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran faktor-faktor pekerjaan yang berhubungan dengan stres pada perawat di RSKO. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional Non Experimental Descriptive Research. Pengukuran data menggunakan kuesioner berdasarkan life event scale. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian didapatkan 15 responden (20,8%) mengalami stres, dan 57 responden (79,2%) tidak mengalami stres. Dari hasil uji statistik yang telah dilakukan, maka didapatkan bahwa faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya stres adalah persepsi perawat terhadap faktor kondisi lingkungan, terutama persepsi terhadap bahaya biologi.

Job as a nurse basically is a stressful job. Nurse is a medical profession that spent most of the time interacting with the patient, and they have larger opportunity to have contact with infectious biological products. Rumah Sakit Ketergantungan Obat is a government owned hospital that different with the other hospitals, where the Rumah Sakit Ketergantungan Obat is specialized to caring patient with drug dependency. Most of the patients are intra venous drug user, whereas the using of needle stick has potency to transmitting infectious diseases like hepatitis, and HIV infection which there is no cure for. Besides, most of the patients in RSKO are patients with dual diagnosis, which instead of they have problem with drug abusing, they also have mentally disorder, i.e: personality disorder.
This research aimed to obtain the description of factors related with work stress in nurse. This research is cross sectional non-experimental descriptive research with analytic survey. Primary data collected with questionnaires based on life event scale. The analysis of this research applies the univariate and bivariate approach. The result of the research is 15 respondents (20,8%) are stress, and 57 respondents (79,2%) are not stress. Bivariate analysis using correlation test shown that the nurses perception of their environment conditions has significant correlation with the stress, especially their perceptions of biological hazards in their workplace."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T30817
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nathanael
"ABSTRAK
Penyelia dan manajer pada perusahaan farmasi memiliki beban untuk mencapai target produksi dan pemasaran secara bersamaan. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan penyelia dalam mengenali masalah kesehatan mental di tempat kerja akan meningkatkan efektivitas kerja suatu perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh intervensi psikoedukasi dan relaksasi terhadap penilaian stres kerja penyelia dan manajer. 42 penyelia dan manajer perusahaan farmasi ?X? mengikuti studi Randomized Controlled Trial. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik individu, stresor kerja (menggunakan kuisioner Survey Diagnostic Stress), stresor psikososial (menggunakan kuisioner Holmes-Rahe) dan stres kerja (menggunakan Symptom Check List 90). Intervensi dilakukan secara psikoedukasi menggunakan materi pada Buku Pedoman Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan dan 5 sesi relaksasi progresif. Sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat stresor kerja sedang-tinggi (59,5 - 90,4%) dan stresor psikososial minor (54,8%). Pada penilaian awal stres kerja didapati bahwa 71,4% subjek mengalami gejala psikopatologi dengan gejala terbanyak adalah obsesi-kompulsif (45,2%). Intervensi tunggal psikoedukasi menunjukkan penurunan stres kerja yang bermakna dibandingkan kontrol (beda rerata psikoedukasi=-17,93+20,84, beda rerata kontrol=0,21+24.07, p=0,043), sedangkan intervensi kombinasi psikoedukasi dan relaksasi hanya bermakna pada kategori masa kerja kurang atau sama dengan 6 tahun dan ketaksaan peran rendah.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah metode intervensi tunggal psikoedukasi lebih banyak menurunkan stres kerja penyelia dan manajer daripada intervensi kombinasi psikoedukasi dan relaksasi (beda rerata psikoedukasi-relaksasi = -12,5+38,52).

ABSTRACT
Production and marketing targets are work loads to be achieved for supervisors and managers in a pharmaceutical company. Work productivity will increase if workplace mental problem can be identify by improving knowledge and skill.
This research aim to identify differences in supervisors? and managers? work stress assessment between psychoeducation intervention, relaxation intervention, and the combination of both. A randomized controlled trial study was performed to 42 supervisors and managers in ?X? pharmaceutical company. Collected data include individual characteristic, cause of work stress (using Survey Diagnostic Stress Questionnaire), psychosocial stress (using Holmes-Rahe Questionnaire), and work stress (using Symptom Check List 90). Intervention was done by using materials from Indonesia?s Ministry of Health Buku Pedoman Kesehatan Jiwa for psyhoeducation and 5 session of progressive relaxation. Most of study subject have medium-high stress level (59,5-90,4%) and minor psychosocial stress (54,8%). In early work stress assessment, 71,4% subject show psychopatology symptoms and obsessive-compulsive is the most symptoms (45,2%). A single psychoeducation intervention show significant reduction in work stress level compare to control (Mdiff psychoeducation=-17,93+20,84, Mdiff control=0,21+24.07, p=0.043). Combination psychoeducation and relaxation intervention show significant effect in subjects with work length less or equal to 6 years and low role ambiguity.
This research concludes that a single psychoeducation intervention method reduce work stress level in supervisor an manager more than combination psychoeducation and relaxation intervention (Mdiff psychoeducation-relaxation=-12,5+38,52).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun Setia Putra
"Penelitian ini membahas faktor-faktor penyebab stres kerja pada perawat pelaksana Rumah Sakit Tugu Ibu Cimanggis tahun 2013. Faktor-faktor yang diteliti meliputi faktor intrinsik pekerjaan (beban kerja, shift kerja, rutinitas kerja), faktor ekstrinsik pekerjaan (peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan interpersonal perawat dengan rekan kerja, atasan kerja, pasien, dan keluarga) serta faktor karakteristik responden (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama masa kerja).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan metode kuisioner. Jumlah responden yang diperoleh sebanyak 99 responden dari bagian unit rawat inap, ICU, IGD, Perinatologi dan kamar bedah.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 35 responden (35,4%) mengalami tingkat stres sedang dan 64 responden (64,6%) mengalami tingkat stres ringan. Faktor-faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan stres kerja berdasarkan uji statistik yang dilakukan diantaranya beban kerja, shift kerja, rutinitas kerja, pengembangan karir, hubungan interpersonal dengan rekan kerja serta hubungan interpersonal dengan pasien.
......This research discusses the factors that causes work stress in executive nurses Tugu Ibu Hospital Cimanggis in 2013. Factors examined included intrinsic job factors (workload, shift work, work routines), extrinsic job factors (role in the organiation, career development, interpersonal relationships with co-workers, supervisors, patients, and families) and respondent characteristics factors (gender, age, education level, martial status, length of service). This research is quantitative study with cross-sectional approach. Technique of data collection used questionnaire. The number of respondents are 99 respondents from inpatient unit, intensive care unit, emergency unit, Perinatology and surgical room. The results showed that 35 respondents (35,4%) had moderate stress levels and 64 respondents (64,6%) had mild stress levels. The factors that had a significant association with work stress based on statistical tests are workload, shift work, work routines, career development, interpersonal relationships with co-workers and interpersonal relationships with patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadian Ardy Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi stres karyawan DPB Bank Indonesia, Mengetahui locus of control karyawan bank indonesia, dan mengetahui pengaruh locus of control terhadap stres kerja karyawan Departemen Pengawasan Bank, Bank Indonesia. peneliti menggunakan total sampling pada 225 karyawan Departemen Pengawasan Bank, Bank Indonesia. lalu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas lalu menganalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan regresi linear sederhana. Hasil dari penelitian ini adalah : Internal locus of control memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja, External locus of control memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap stres kerja, Karyawan Departemen Pengawasan Bank, Bank Indonesia memiliki kecondongan pada internal locus of control, Kondisi stres kerja karyawan Departemen Pengawasan Bank, Bank Indonesia rendah

The purpose of this research is to know what happened to workstress of Departement of Bank Monitoring Bank of Indonesia, knowing about Bank of Indonesia employee locus of control, and knowing the effect of locus of control for employee of Departement of Bank Monitoring workstress, Bank of Indonesia. researcher used total sampling to 252 employees Departement Bank Monitoring, Bank of Indonesia. and then researcher use validity and reliability test to analyze using descriptive statistic analyze. Simple linear regression. The results are : Internal locus of control have positive and significant effect toward workstress, External locus of control have negative and signifficant effect toward workstress, The employees of Departement of Bank Monitoring, have preference to internal locus of control, The employees of Departement of Bank Monitoring workstress condition were low"
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S53788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Luluil Maknun
"ABSTRAK
Stres adalah suatu istilah yang digunakan untuk menghubungkan kebutuhan lingkungan dan persepsi individu terhadap kebutuhan tersebut sebagai tantangan, ancaman atau pengrusakan. Salah satu jenis stres adalah stres di tempat kerja yang disebabkan karena adanya konflik peran, ketidakjelasan peran, ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, promosi yang kurang, ketidakpercayaan pada rekan kerja, pemberian support yang rendah serta minat yang kurang dalam pemecahan masalah dalam organisasi, serta struktur dan iklim organisasi. Stres kerja yang berat dan dalam waktu yang lama dapat mengganggu hemostatis tubuh yang dapat menyebabkan hipertensi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan kejadian hipertensi pada pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian (Setjen Kementan). Penelitian ini dilakukan kepada 102 responden di bulan Juni 2016. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional dengan analisis korelasi. Hasil penelitian menyatakan ada hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan kejadian hipertensi (p value= 0,001, CI 95%). Penelitian ini menyarankan upaya untuk menurunkan masalah stres yang dapat mengakibatkan hipertensi antara lain iklim positif dan pengembangan intervensi penurunan hipertensi.

ABSTRACT
Stress is a term to defined the needs in the environment and individual?s perception of these need as challenges, threaths or damage. One type of stress is work stress which caused by role conflict, role ambiguity, uncertainly of employment, promotion excessive, insufficient promotion, distrust colleagues, lack of support, and less interest in problem solving in the organization, as well as organization structure and its situation. Long time work stress and excessive work stress could disrupt hemostastic which can cause hypertention. This research aimed to analyze the correlation between work stress with hypertention in employes of General Secretariat of Ministry of Agriculture. This research was done in 102 respondens during June 2016. This research used cross sectional method with analysis correlation.This study showed that there is a relationship between work stress and hypertention (p value= 0,001, CI 95%). This study suggested to create positive work environment and develop the intervention which could reduce the number of hypertention among employee.;"
2016
S652731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhia Dewi Sarah
"Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Lingkungan kerja fisik, desain dan organisasi kerja yang tidak memadai seperti kecepatan dan beban kerja yang berlebih merupakan faktor yang menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja termasuk stress kerja. Pada tahun 2005 sebanyak 22% pekerja Eropa mengalami stress berupa sakit punggung bagian bawah, nyeri otot, dan kelelahan.
Penelitian dilakukan pada bulan November 2012 dengan desain studi cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah karyawan pada bagian pelayanan, operasional dan administrasi PT. X dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 31 orang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stress kerja pada karyawan PT. X.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami stress sedang yaitu 64,5 % dari total responden kemudian diikuti dengan responden yang mengalami stress ringan sebesar 35,5 % dari total responden. Variabel stressor yang berhubungan (memiliki p-value < 0,05) dengan tingkat stress kerja adalah ketidakjelasan tugas dengan nilai OR menunjukkan bahwa proporsi antara ketidakjelasan tugas dengan kejelasan tugas memiliki perbandingan 6 kali untuk mengalami stress ringan di perusahaan. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara jam kerja, kerja lembur, beban kerja berlebih, shift kerja, rutinitas pekerjaan, lingkungan fisik, dukungan atasan dan dukungan rekan terhadap tingkat stress kerja PT. X.
......Work is part an important role ini human life. Physical work environment, design and inadequate work organization such as speed and excessive workload are factors that cause health problems, including stress caused by work. In 2005 as many as 22 %of European workers experiencing stress in the form of lower back pain, muscle aches and fatigue.
The study was conducted in November 2012 with a cross sectional study design. The population in this study were employees at service, operational and administrative in PT. X with number of sample many as 31 people.
Purpose this study was to determine factors that affect job stress on employee at PT. X.
The result showed that most respondents experienced moderate stress was 64,5% of total respondents, followed by respondents who experienced mild stress by 35,3% of total respondent. Stressor variables related (having p-value < 0,05) with level of work stress is lack of clarity task with OR values indicates ratio lack of clarity task has 6 times to experience mild stress in the company. Not find any significant association between work hours, overtime, excessive workload, work shift, work routine, physical environment, supervisor support and peer support with level of work stress at PT. X."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrizah Andriani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan mengidentifikasi faktor-faktor dominan stres kerja pada karyawan non manajerial pada PT AstraZeneca Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner.
Hasil temuan menunjukkan bahwa tingkat stress kerja karyawan non manajerial pada PT AstraZeneca Indonesia berada di kategori sedang, artinya karyawan non manajerial pada PT AstraZeneca Indonesia cukup memiliki stres kerja namun masih bisa diatasi apabila ada stres manajemen yang baik. Faktor-faktor dominan yang menyebabkan stres kerja karyawan non manajerial pada PT AstraZeneca Indonesia adalah waktu kerja yang menekan untuk menyelesaikan pekerjaan, adanya jenjang karir yang sempit di perusahaan ini, tidak mendapat promosi kerja ke jabatan yang lebih tinggi dan tidak ikut berpartisipasinya karyawan non manajerial dalam pembuatan keputusan perusahaan.

Abstract
The purpose of this study to analyze the work stress levels and identify job stress dominant factors that causes stress non-managerial employees at PT AstraZeneca Indonesia. This research uses quantitative approach with descriptive design. Data were collected through questionnaires.
The result of this study is that the level of job stress non-managerial employees at PT AstraZeneca Indonesia is in medium category, meaning that non-managerial employees at PT AstraZeneca Indonesia have enough job stress but can still be overcome if there is a good stress management. Dominant factors that cause job stress non-managerial employees at PT AstraZeneca Indonesia are the pressure of work time to complete the work, the existence of a narrow career path in this company, do not get a job promotion to higher position in this company and do not take non-managerial employees participation in corporate decision making.
"
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaniaty
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26500
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Bida
"ABSTRAK
Masalah kualitas kehidupan kerja sangat erat kaitannya dengan masalah psikososial, dimana hal ini dapat dikatakan sebagai penyebab atau pencegah timbulnya penyakit serta kecelakaan ditempat kerja. Bukti-bukti yang didapat dari catatan bagian SHEA (Safety, Health and Environment Affairs) di lapangan block-B, kepulauan Natuna tahun 1993 dan 1994, menunjukkan terjadinya peningkatan frekuensi first aid case dari 35 kasus menjadi 55 kasus, lost work day case dari 0 kasus menjadi 1 kasus, fatality case dari 0 kasus menjadi 1 kasus dan penyakit dengan gejala tidak spesifik dari 981 kasus menjadi 1193 kasus. Hal ini merupakan indikasi adanya stres kerja.
Untuk mendapatkan gambaran tentang stres kerja pada karyawan dilepas pantai dilakukan studi "kros seksional" yang mencoba mengkaji hubungan faktor intrinsik pekerjaan, faktor ekstrinsik pekerjaan dan faktor rumah tangga dan mencoba melihat kedudukan masing-masing faktor tersebut. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan Conoco dan kontraktor di block-B. Cara pengumpulan data menggunakan teknik "self report measure" melalui kuesioner univariat, kai-kuadrat dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 116 responden (42.33%) dari populasi sebanyak 274 orang tergolong stres kerja. Terdapat 7 faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan stres kerja. Ke 7 faktor tersebut adalah berupa beban kerja yang tinggi (P = 0.010070), gaji yang tidak adil (0.03480), peraturan perusahaan yang dianggap buruk (0.00011), rasa keterpencilan (0.00035), hubungan dengan atasan (0.000810), rekreasi dan olah raga yang kurang (0.03429), dan faktor rumah tangga (0.002). Sedangkan faktor waktu kerja, pekerjaan monoton, task, promosi, rasa takut terhadap bahaya kecelakaan, serta hubungan sesama rekan sekerja tidak terbukti berhubungan dengan stres kerja. Kecenderungan mendapatkan stres kerja akan meningkat 2-3 kali pada responden yang mempunyai persepsi berupa hubungan rumah tangga buruk, hubungan dengan atasan yang buruk, rasa keterpencilan, dan beban kerja yang tinggi. Dilain pihak, faktor rasa keterpencilan mempunyai hubungan yang paling kuat dengan stres kerja (R = 2.3375), hubungan dengan atasan yang buruk (R = 1.8247) dan yang terakhir peraturan perusahaan yang buruk (R = 0.4081).
Saran adalah mengingat keterbatasan penelitian seperti kerangka konsep yang diajukan belum dilakukan analisa faktor, kuesioner belum diuji dengan baik dalam hal validitas dan reabilitas dan sebagainya, maka diusulkan untuk dilakukan penelitian lebih mendalam guna mendapatkan hasil yang lebih baik untuk program intervensi.

ABSTRACT
Psychosocial factors are recognized as determinant factor in quality of the working life and to be critical in the both the causation and the prevention of disease or accident in work place. Based on the 1993 and 1994 Safety, Health and Environment Affairs (SEA) base data indicated that some kind of accident and disease increased respectively, such as 35 of first aid case in 1993 compared to 55 cases in 1994, zero lost workday case in 1993 compared to 1 case in 1994, zero fatality case in 1993 compared to 1 case in 1994 and 981 cases of unspecific symptoms of disease compared to 1193 cases in 1994.Those indicated the occupational stress among employees.
In order to get the figure of occupational stress among offshore employees, a "cross- sectional" study has been conducted to evaluate the relationships of factors intrinsic to the job, factors extrinsic to the job, and home arena and the ranking of those factors. All block-B offshore national Chinook and contractor employees will be the population of study (274 person). Questioner is used for gathering the data through out "self report measure" based on "life event scale". Furthermore, the data will he analyzed by using of univariat, bivariat and logistic regression method.
There were 116 person suffered from occupational stress. And 7 from 13 independent variables indicated having significant relationship. Those mentioned factors are work over load (p=0, 010070), unfair salary (p=0,03480), unrealistic of company policy (p=0,00011), sense of remotely area (p=0,00035), bad relationship with supervisor (p=0,000810), unbalance of sport and recreation (p=0,03429) and home arena (p=0,002). On the contrary, some factors like over time, aspect of job monotone, task, promotion wise, accident risk, and individual relationship among the workers indicated no significant relationship to occupational stress. Beside, sense of remotely area showed the strongest relationship to occupational stress (R=2,3375), and then followed by bad relationship with supervisor (R=1,8247), and the last thing is an unrealistic of company policy (R=0,4081).
It's considered that some limitation was found in the study. Therefore, it's suggested that factor analysis should be applied to the frame concept and questioner in the next research.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>