Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prawita Hertika
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S6953
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayah Soimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan sosial dari keluarga, teman, dan orang penting lainnya (staf perawat) tentang kepuasan hidup penghuni lansia Panti jompo. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 44 lansia yang tinggal di panti asuhan Werdha. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Dukungan dikembangkan oleh Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) untuk mengukur dukungan sosial yang dirasakan dari keluarga, teman, dan orang lain serta kepuasan Dengan Skala Kehidupan yang dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985) untuk mengukur kepuasan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan hidup berhubungan sedang dan diprediksi oleh dukungan sosial yang dirasakan dari orang lain (petugas panti asuhan) dan keluarga. Tidak ada korelasi antara dukungan sosial yang dirasakan dari teman dan kepuasan hidup. Penelitian di masa depan harus memisahkan orang tua masih memiliki keluarga dengan mereka yang tidak.

This study aims to look at the relationship between perceptions of social support from family, friends, and other important people (nursing staff) regarding the life satisfaction of elderly residents. Nursing home. The number of participants in this study were 44 elderly who live in the Werdha orphanage. The measuring instrument used is the Multidimensional Scale of Perceived Social Support was developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) to measure the perceived social support from family, friends, and others as well as satisfaction with the Life Scale developed by Diener, Emmons, Larsen, and Griffin (1985) to measure satisfaction. life. The results showed that life satisfaction was moderate and predicted by the social support felt from other people (orphanage workers) and family. There is no correlation between perceived social support from friends and life satisfaction. Future research should separate parents who still have families from those who don't."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benita Aryani Widyawati
"Konformitas teman sebaya adalah upaya individu untuk beradaptasi terhadap tekanan kelompok teman sebaya dengan berperilaku sesuai dengan norma kelompok acuan. Konformitas teman sebaya merupakan hal yang sering dijumpai pada masa perkembangan remaja karena pada masa ini individu menganggap teman sebaya sebagai bagian penting dari hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran konformitas teman sebaya pada remaja. Sampel pada penelitian ini berjumlah 427 remaja yang memenuhi kriteria inklusi dan diperoleh melalui teknik probability sampling jenis stratified random sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada usia 15-17 tahun, berjenis kelamin perempuan, serta memiliki tingkat konformitas teman sebaya pada tingkat sedang. Rekomendasi dari penelitian ini adalah direncanakannya program bimbingan dan konseling untuk remaja terkait dampak konformitas dan bagaimana cara menyesuaikan diri secara baik dan sehat dengan teman sebaya. Selain itu, penting bagi orangtua untuk memberikan arahan dan memperhatikan lingkungan pertemanan remaja.

Peer conformity is an individual's effort to adapt to peer group pressure by behaving according to the norms of the reference group. Peer conformity is often found during adolescent development because at this time individuals consider peers as an important part of their lives. This study aims to see the phenomenon of peer conformity in adolescents. The sample in this study are 427 adolescents who met the inclusion criteria and were obtained through a stratified random sampling technique. This research is a quantitative with a descriptive research design. The results showed that the majority of respondents were aged 15-17 years, female, and had a moderate level of peer conformity. The recommendation from this study is to plan a guidance and counseling program for adolescents regarding the impact of conformity and how to adapt well and have a healthy relation with peers. In addition, parents need to provide direction and pay attention to the adolescent's friendship environment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Pornada
"Persentase siswa sekolah menengah di Amerika Serikat yang menggunakan rokok elektrik pada tahun 2023 sebanyak 4,6%. Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018 prevalensi perokok elektrik di Indonesia usia 10-18 tahun sebanyak 10,9%. Perilaku merokok remaja jika tidak dicegah dapat berdampak terganggunya konsentrasi belajar, menurunnya prestasi, dan gangguan kesehatan. Salah satu faktor penyebab remaja merokok elektrik adalah peran teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran teman sebaya dengan perilaku merokok elektrik pada remaja SMA di Jakarta Pusat. Sampel penelitian ini berjumlah 398 remaja SMA di Jakarta Pusat dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini menggunakan instrument dari Global Youth Tobacco Survey (r=0,730-1) untuk mengukur peran teman sebaya dan National Youth Tobacco Survei (r=0,365-0,942) untuk mengukur perilaku merokok elektrik. Analisis bivariat menggunakan Chi-square. Hasil analisis Odds Ratio (OR) menunjukkan nilai 0,192 (95% CI: 0,123-0,300), yang mengindikasikan bahwa individu yang memiliki teman sebaya yang lebih banyak merokok elektrik cenderung lebih berisiko untuk terlibat dalam perilaku merokok elektrik. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok dan efektivitas strategi pencegahan melibatkan teman sebaya dalam mengurangi prevalensi merokok elektrik pada remaja.

In the United States, 4.6% of high school students reported using e-cigarettes in 2023. According to the 2018 Riskesdas report, the prevalence of e-cigarette use among Indonesian adolescents aged 10-18 years was 10.9%. Adolescent smoking behavior, if not prevented, can affect concentration, academic performance, and health. One of the factors contributing to adolescent e-cigarette use is peer influence. This study aims to determine the relationship between peer influence and e-cigarette smoking behavior among high school students in Central Jakarta. The study involved 398 high school students in Central Jakarta, using simple random sampling. Instruments from the Global Youth Tobacco Survey (r=0.730-1) were used to measure peer influence, and the National Youth Tobacco Survey (r=0.365- 0.942) to assess e-cigarette smoking behavior. Bivariate analysis was conducted using Chi-square. The results showed a significant relationship between peer influence and e-cigarette smoking behavior, with adolescents who had less peer influence being 0.19 times less likely to smoke compared to those with more peer influence. Further research is needed to identify other factors affecting smoking behavior and the effectiveness of peer-based prevention strategies in reducing e- cigarette use among adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahla Savira Novelina
"Perilaku caring teman sebaya disinyalir mampu mengatasi kesulitan yang dialami mahasiswa keperawatan dan merupakan faktor pendukung dalam pembentukan perilaku caring setelah orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring teman sebaya dan perilaku caring mahasiswa perawat terhadap pasien. Sebanyak 94 mahasiswa profesi dari dua program studi perawat di Jakarta dan Depok dipilih dengan teknik simple random sampling sebagai sampel penelitian ini. Perilaku caring peer diukur dengan Peer-Group Caring Interaction Scale (PGCIS) dan perilaku caring pelajar terhadap pasien diukur dengan Caring Behaviors Inventory (CBI-24). Hasil uji pearson menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku caring teman sebaya dengan perilaku caring siswa (p <0,001) dengan nilai korelasi positif (r = 0,415). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik perilaku caring teman sebaya maka semakin baik pula perilaku caring mahasiswa perawat terhadap pasien. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa perilaku caring teman sebaya yang perlu ditingkatkan adalah modeling, sedangkan perilaku caring mahasiswa terhadap pasien yang perlu ditingkatkan adalah keterhubungan positif Lembaga pendidikan keperawatan perlu memberdayakan teman sebaya dalam mengembangkan budaya caring pada mahasiswa, baik terintegrasi dengan kurikulum dan kegiatan kemahasiswaan.

Peer caring behavior is allegedly able to overcome the difficulties experienced by nursing students and is a supporting factor in the formation of caring behavior after parents. This study aims to determine the relationship between peer caring behavior and student caring behavior towards patients. A total of 94 professional students from two nursing study programs in Jakarta and Depok were selected using simple random sampling technique as the sample of this study. Peer caring behavior was measured by the Peer-Group Caring Interaction Scale (PGCIS) and students' caring behavior towards patients was measured by the Caring Behaviors Inventory (CBI-24). The Pearson test results showed that there was a relationship between peer caring behavior and student caring behavior (p <0.001) with a positive correlation value (r = 0.415). This shows that the better the caring behavior of peers, the better the caring behavior of nurse students towards patients. In this study, it was also found that peer caring behavior that needs to be improved is modeling, while student caring behavior towards patients that needs to be improved is a positive relationship. Nursing education institutions need to empower peers in developing a caring culture in students, both integrated with curriculum and student activities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruly Karnadi
"Proses pemilihan teman hidup merupakan satu tahap yang berlangsung sebelum searang pria dan seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga. Dalam proses ini terdapat pertimbangan terhadap berbagai faktor, seperti pendidikan, sifat, keadaan fisik, agama, dimana seluruh faktor pertimbangan pada dasarnya tercakup dalam tiga kelompok ciri, yaitu ciri sosial-budaya, fisik dan ciri-ciri yang berkaitan dengan aspek mental. Adanya pertimbangan dalam memilih teman hidup ternyata menyebabkan seseorang cenderung menyukai teman lawan jenis yang memiliki beberapa faktor kesamaan dengan dirinya sendiri terjadi kecenderungan homogami pada karakteristik tertentu. atau Kecenderungan untuk mempersamakan karakteristik tidak terjadi pada seluruh faktor pertimbangan karena pada kenyataannya ada tingkat-tingkat kepentingan di dalam memilih teman hidup, dalam arti bahwa, ada faktor-faktor tertentu yang dianggap sangat penting sehingga merupakan syarat utama yang harus terpenuhi, tetapi di samping itu ada pula persyaratan ideal yang diharapkan dapat terpenuhi- Pada tingkat terakhir diperoleh pula faktor yang kurang mendapat perhatian karena dianggap kurang berperanan dalam kelangsungan hidup berkeluarga. Golongan etnis Tionghoa di Jakarta, khususnya peserta dari biro atau kontak - jodoh, tentunya memiliki urutan prioritas tertentu sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya, lagi, tingkat persyaratan terhadap ciri sosial-budaya, fisik dan mental ternyata memperlihatkan pula bahwa antara pria Tionghoa dengan wanita Tionghoa terdapat perbedaan urutan tingkat kepentingan walaupun keduanya menempatkan sifat sebagai faktor persyaratan yang paling utama."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Putri Erdianti
"Konsumsi fast food yang berlebihan dapat meningkatkan kejadian obesitas dan masalah kesehatan lainnya pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan frekuensi konsumsi fast food modern pada mahasiswa Universitas Gunadarma Depok tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan kepada 148 mahasiswa Universitas Gunadarma Depok yang dipilih dengan systematic random sampling. Data karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan diperoleh dari kuesioner, sedangkan data frekuensi konsumsi fast food diperoleh dari FFQ. Selain itu, digunakan pula perangkat lunak Google Maps Geo-Coding Javascript API versi 3.0 untuk mengukur jarak restoran fast food terhadap kampus.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 51,4 responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering ge;3x/minggu. Terdapat perbedaan proporsi pada pengaruh teman p=0,001, besar uang saku p=0,050, dan pengaruh media promosi p=0,005 dalam menentukan frekuensi konsumsi fast food. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, pengaruh teman merupakan faktor dominan dalam menentukan frekuensi konsumsi fast food. Mahasiswa dengan pengaruh teman yang kuat berpeluang 2,9 kali lebih sering mengonsumsi fast food dibandingkan mahasiswa dengan pengaruh teman lemah setelah dikontrol variabel uang saku, harga dan pengaruh media promosi. Diperlukan edukasi pada mahasiswa mengenai dampak mengonsumsi fast food berlebihan agar lebih bijaksana dalam mengikuti ajakan teman untuk mengonsumsi fast food. Walaupun pertemanan itu penting, tetapi kesehatan diri sendiri juga lebih penting.

Excessive consumption of fast food can increase the incidence of obesity and other health problems in adolescents. This study aims to determine the dominant factor of the frequency of modern fast food consumption among students Gunadarma University Depok in 2017. The research method used is quantitative with cross sectional study design conducted to 148 students Gunadarma University Depok selected by systematic random sampling. It used questionnaire about individual characteristics, food characteristics, and environmental characteristics, while data of frequency fast food consumption from FFQ. In addition, this study also used software Google Maps Geo Coding Javascript API versi 3.0 to determine the proximity between campus and fast food restaurants.
Result showed that 51,4 of respondents consumed fast food often ge 3x week. Furthermore, there is a difference proportion in the influence of friends p 0.001, amount of pocket money p 0.050, and the influence of promotional media p 0.005 in determining the frequency of fast food consumption. Based on the result of multiple logistic regression analysis, friend influence is the dominant factor in determining the frequency of fast food consumption. Students with strong friend influences are 2.9 times more likely to eat fast food often compared to poor friend influences after control by other factors such as amount of pocket money, price and influence of promotional media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Maharani Indira
"Latar Belakang: Depresi masih menjadi salah satu gangguan mental dengan prevalensi cukup tinggi pada remaja di Indonesia. Kehidupan remaja juga tidak lepas dari hubungan pertemanan. Beberapa penelitian telah meneliti adanya hubungan antara hubungan pertemanan dengan kondisi depresi. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang untuk menganalisis hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok. Tujuan: Mengetahui faktor risiko terjadinya depresi dalam aspek pertemanan pada siswa SMA di Depok. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang untuk menganalisis hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok dengan menggunakan kuesioner SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) untuk masalah pada teman sebaya dan CESD-R (Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised) untuk depresi. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa SMA Dian Didaktika. Dari 176 siswa yang mengisi kuesioiner, dengan menggunakan metode random sampling, terpilih 96 data siswa yang digunakan untuk penelitian ini. Data yang telah didapatkan dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil: Secara statistik didapatkan perbedaan bermakna dengan p=0,004 antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok. Selain itu, dapatkan odds ratio sebesar 4,143 dengan interval kepercayaan 95% (1,539 – 11,154) pada siswa yang memiliki masalah pada teman sebaya. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok.

Background: Depression remains a mental disorder with a high prevalence in adolescents in Indonesia. Teenage life is also closely related with of friendship. Several studies have examined the relationship between friendship and depression. This study uses a cross-sectional study design to analyze the association between peer problems and depression in high school students in Depok. Objective: This research was done to determine the association between peer problems and depression among high school students in Depok. Methods: This study uses a cross-sectional study design to analyze the association between peer problems and depression in high school students in Depok by using the SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) questionnaire for peer problems and CESD-R (Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised ) for depression. The research sample used was high school students Dian Didaktika. Of the 176 students who filled out the questionnaire, using the random sampling method, 146 student data were selected for this study. The data obtained were analyzed by Chi-square test. Results: Statistically found a significantly different (with p=0,004) between peer problems and depression among high school students in Depok. In addition, obtained odds ratio of students who have peer problems is 4.143 with 95% confidence intervals (1,539 – 11,154). Conclusion: There is an association between peer problems and depression among high school students in Depok.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Aisyah Wulandewi
"Remaja yang sehat merupakan remaja yang dapat membedakan mana perilaku yang menyimpang dan mana yang tidak. Namun kenyataannya, pada tahun 2017 di Indonesia terdapat 70% pria dan 58% wanita usia 15-24 tahun mulai minum alkohol pada umur 15-19 tahun. Faktor yang paling berpengaruh pada perilaku remaja mengonsumsi alkohol adalah faktor sosial. Remaja akan berusaha untuk diakui dan diterima oleh teman sebaya dengan mengikuti perilaku mereka termasuk perilaku yang menyimpang. Melalui penelitian ini diteliti hubungan penerimaan teman sebaya dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 111. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Peneliti menggunakan kuesioner karakteristik, PAS (Perceived Acceptance Scale), dan CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, Eye-opener). Hasil analisis bivariat menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara penerimaan teman sebaya dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja (p = 0,162; a = 0,1). Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, maka penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih berfokus pada aspek lain yang berakitan dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja.

Healthy adolescents are adolescents who can distinguish between deviant and non-deviant behavior. But in reality, in 2017 in Indonesia there were 70% of men and 58% of women aged 15-24 years starting to drink alcohol at the age of 15-19 years. The most influential factor on the behavior of adolescents consuming alcohol is social factors. Teenagers will try to be recognized and accepted by their peers by following their behavior, including deviant behavior. This study examined the relationship between peer acceptance and consumption behavior of alcoholic beverages in adolescents. The number of samples in this study was 111. The sampling technique used snowball sampling. Researchers used a characteristic, PAS (Perceived Acceptance Scale), and CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, Eye-opener) questionnaire. The results of the bivariate analysis showed that there was no significant relationship between peer acceptance and consumption behavior of alcoholic beverages in adolescents (p = 0.162; a = 0.1). By knowing the results of this study, further research can focus more on other aspects related to the behavior of consuming alcoholic beverages in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejalan dengan muatan kurikulum pendidikan kejuruan (SMK) yang lebih menekankan pada pemecahan masalah yang bersifat teori dan praktik kejuruan, pendekatan pembelajaran yang sifatnya individual perlu diimbangi dengan pendekatan yang berbasis kelompok, di mana salah satu di antaranya adalah pola pembelajaran kolaboratif...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>