Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdur Rokhman Wachid
"Body image didefinisikan sebagai suatu gambaran mental seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya, serta bagaimana individu tersebut mempersepsikan dan memberikan suatu penilaian tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan dengan tingkat prevalensi cukup tinggi di Indonesia.  Adanya masalah obesitas pada remaja tentunya juga dapat dipicu oleh berbagai faktor salah satunya adalah terkait dengan bagaimana seorang remaja mempersepsikan gambaran tubuhnya sendiri (body image). Prevalensi obesitas pada mahasiswa S-1 Reguler  FKM UI angkatan 2019 bisa dikatakan masih cukup tinggi, yaitu sebesar 21 %. Sedangkan pada mahasiswa S-1 Reguler FKM UI angkatan 2022, besar prevalensi obesitas sudah mencapai di angka 18 %. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang memiliki tujuan untuk menggali informasi secara mendalam terkait faktor yang dapat berperan penting terhadap pembentukan persepsi body image pada mahasiswa S-1 Reguler FKM UI Tahun 2023. Informan pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif FKM UI, kerabat/sahabat terdekat mahasiswa FKM UI, ahli gizi, ahli psikologi, serta ahli antropologi. Pemilihan informan pada penelitian  adalah dengan menggunakan  metode purposive sampling yang sudah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor psikologis (sikap, motif, pengalaman) dan faktor sosial (dukungan sosial, paparan media sosial, pola asuh orang tua) berperan penting terhadap pembentukan persepsi body image pada mahasiswa. Dimana persepsi terhadap tubuh juga berkaitan dengan gaya hidup sehat dan kondisi kesehatan mental mahasiswa itu sendiri. Oleh karena itu, disarankan kepada Klinik Satelit Makara UI dan organisasi kesehatan di UI untuk mengoptimalkan dalam hal mensosialisasikan pentingnya mahasiswa untuk memiliki kesadaran terkait dengan bentuk tubuh ideal.

Body image is defined as a person's mental image of the shape and size of his body, as well as how the individual perceives and gives an assessment of what is thought and felt about the shape and size of his body. Obesity is a health problem with a high prevalence rate in Indonesia. The problem of obesity in adolescents, of course, can also be triggered by various factors, one of which is related to how a teenager perceives his own body image (body image). The prevalence of obesity in FKM UI Regular Undergraduate students class of 2019 can be said to be still quite high, namely 21%. Whereas in FKM UI Regular Undergraduate students class of 2022, the prevalence of obesity has reached 18%. This research is a qualitative research which aims to dig up in-depth information regarding factors that can play an important role in the formation of body image perceptions in FKM UI Regular Undergraduate students in 2023. Informants in this study are active FKM UI students, relatives/closest friends of students FKM UI, nutritionists, psychologists, and anthropologists. The selection of informants in the study was to use a predetermined purposive sampling method. The results showed that psychological factors (attitudes, motives, experiences) and social factors (social support, exposure to social media, parenting patterns) play an important role in the formation of body perceptions in college students. Where it is felt towards the body is also related to a healthy lifestyle and the mental health condition of the students themselves. Therefore, it is suggested to the Makara UI Satellite Clinic and health organizations at UI to optimize it in terms of socializing the importance of students to have awareness related to ideal body shape."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3542
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaken Azizi
"Iklan merupakan salah satu hal yang biasa dikonsumsi masyarakat pada media masa. Sosok perempuan kerap ditampilkan di dalam iklan selama ini. Representasi perempuan dalam iklan masih sering menggunakan stereotip-stereotip mengenai perempuan yang telah mengakar dalam masyarakat. Stereotip inilah yang menjadi isi dalam iklan, padahal stereotip tersebut berlawanan dengan realitas kehidupan perempuan yang sudah mengalami banyak perubahan positif. Hal tersebut menimbulkan adanya misrepresentasi perempuan pada masyarakat di kehidupan nyata.
Jurnal ini bermaksud untuk menemukan bagaimana representasi perempuan di dalam iklan tv dari suatu produk yang diposisikan untuk perempuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa masih ada beberapa iklan yang menggunakan stereotip-stereotip negatif terhadap perempuan. Hal tersebut bisa dibuktikan bahwa beberapa iklan masih menampilkan perempuan sebagai sosok yang tidak lebih penting dibandingkan dengan laki-laki, perempuan yang hanya mengurusi urusan rumah tangga, atau bahkan perempuan yang hanya berperan sebagai penghias dalam iklan. Ketimpangan gender masih sangat terlihat dalam beberapa iklan.

Advertisement is kind of thing that commonly consumed by people in the media. Female figures often appear in the ad as a talent. Representation of women in advertisements mostly still use stereotypes about women which deeply rooted in society. The stereotype become the content of the ad, whereas the stereotype is opposite with the reality of the woman lives who had a lot of positive changes. This mistakes made misrepresentation of women in real life.
This study intends to find out how the representation of women in the tv ad for a product that is positioned for women. Based on the research conducted, it is evident that there are still some ads that use negative stereotypes of women. It can be proved that some ads still show woman as someone who is not more important than men, women are just taking care of household affairs, or even women who only act as an ornamental in the ad. Gender misrepresentation is still very visible in some ads.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Zalikha
"Pola makan yang tidak baik pada remaja menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan dan perkembangan yang sedang berlangsung dengan pesat. Selain itu, remaja juga merupakan kelompok usia yang rentan memiliki pola makan tidak sehat. Pola makan pada seorang remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jenis kelamin, body image, pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, keterpaparan media sosial, dan pengaruh keluarga. Untuk melihat hubungan berbagai faktor tersebut dengan pola makan, dilakukan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dari pengisian kuesioner secara daring yang melibatkan 207 responden dari SMAN 99 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81.2% siswa SMAN 99 Jakarta memiliki pola makan yang kurang baik. Variabel yang berhubungan secara signifikan (p-value <0.05) antara lain adalah jenis kelamin, body image, dan pengaruh teman sebaya. Sementara itu variabel pengetahuan gizi, keterpaparan media sosial, dan pengaruh keluarga tidak berhubungan secara signifikan (p-value >0.05) dengan pola makan.

Poor eating pattern in adolescents cause disruption of the growth and development processes that are going rapidly. In addition, adolescents are also an age group that is prone to having unhealthy eating patterns. Eating patterns in an adolescents can be influences by various factors, such as gender, body image, nutritional knowledge, peer influence, social media exposure, and family influence. To see the relationship between these factors and eating pattern, a quantitative study was conducted using a cross-sectional study design. This study uses primary data obtained from filling out online questionnaires involving 207 respondents from SMAN 99 Jakarta. The results showed that 81.2% of SMAN 99 Jakarta students had a poor eating pattern. Variables that were significantly related (p-value <0.05) included gender, body image, and peer influence. Meanwhile, the variables of nutritional knowledge, social media exposure, and family influence were not significantly related (p-value >0.05) with eating patterns."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salwa Kiasatina
"Tubuh yang atletis dan dan berotot menjadi komponen yang penting bagi laki-laki gay. Laki-laki gay yang maskulin, menarik, dan berotot lebih disukai daripada laki-laki yang memilikiberat badan berlebih, lemah, dan tidak menarik. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana menjadi muscular atau berotot memainkan peran penting dalam kehidupan gay. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menjadi berotot memainkan peran penting dalam gagasan picking up atau mencari pasangan untuk laki-laki gay dengan tubuh yang serupa. Gay lebih menyukai laki-laki maskulin, dengan menggunakan istilah seperti manly, macho, dan maskulin. Adanya hegemoni maskulinitas melanggengkan dominasi laki-laki terhadap laki-laki dan juga menentukan bagaimana seharusnya menjadi laki-laki, sehingga muncul pandangan pada akhirnyalaki-laki seharusnya menjadi maskulin terlepas dari statusnya sebagai gay. Pada akhirnya dalam hubungan gay seharusnya terjadi antar laki-laki dengan sesama laki-laki. Sehingga menjadi “laki- laki” merupakan suatu kebutuhan dalam dunia gay. Mereka harus mempertahankan tubuh yang berotot, keras, dan hipermaskulin untuk mempertahankan rasa maskulinitas dan tidak dikaitkan dengan femininitas. Pengaturan laki-laki gay yang ideal tidak hanya terjadi di antara laki-laki gay, tetapi juga dalam masyarakat heteroseksual yang lebih luas. Terdapat anggapan masyarakat dapatlebih menoleransi laki-laki gay asalkan mereka tidak menantang tatanan gender antara maskulin dan feminin. Penelitian ini melihat bagaimana laki-laki gay kelas menengah merawat tubuhnya dalam bentuk pembentukan otot, yang mana beperan untuk memunculkan maskulinitasnya. Laki- laki gay dapat bertahan di tengah lingkungan yang berpegang pada nilai-nilai heteronormatif dan memelihara keberadaannya di dalam dunia gaynya melalui identitas maskulin yang dimilikinya. Laki-laki gayseperti mengejar gambaran “maskulin” dengan mewujudkan citra tubuh yang ideal untuk dapat diterima baik oleh lingkungan gaynya maupun masyarakat pada umumnya. Namun kemudian gayakan dihadapkan dengan kekhawatiran akan citra tubuh sebagai konsekuensi dari gambaran tubuhyang berotot dan atletis yang ada pada budaya gay

Athletic and muscular body is an important component for gay men. Masculine, attractive, and muscular gay men are more preferred over overweight, weak, and unattractive men. This studyaims to explain how being muscular plays an important role in gay life. The results of this study indicate that being muscular plays an important role in the idea of picking up or finding a partner for gay men with similar bodies. Gay men prefer masculine men, using terms such as manly, “macho”, and masculine. The existence of hegemony masculinity perpetuates the dominance of men over men and also determines how men should be, Therefore, men should be masculine regardless of their status as gay. In the end, gay relationships should occur between men and fellowmen. So being a “man” is a necessity in the gay world. They must maintain a muscular, hard, andhypermasculine body to maintain a sense of masculinity and not be associated with femininity. The ideal gay male arrangement does not only occur among gay men, but also in the wider heterosexual society. There is an assumption that society can be more tolerant of gay men as longas they do not against the gender order between masculine and feminine. This study looks at how middle class gay men take care of their bodies in the form of muscle building, which plays a role in bringing out their masculinity. Gay men can survive in an environment that adheres to heteronormative valuesand maintain their existence in the gay world through their masculine identity. Gay men seem to pursue a "masculine" image by creating an ideal body image to be accepted both by their gay environment and by society in general. But then, gay men will be faced with body image concernsas a consequence of the muscular and athletic body image that exists in gay culture"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.A. Boediarto
"Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang sudah dikenal sejak jaman purba. Berbagai nama seperti kusta ( Kushtha ), Lepra, Zaraath, Morbus Hansen diberikan pada penyakit ini dengan konsepsi serta interpretasi yang disesuaikan dengan perkembangan peradaban manusia.
Sebelum penyebab penyakit ditemukan oleh Gerhard Armauer Hansen, maka penyakit ini lebih banyak dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat supranatural. Bahkan di dalam Kitab Injil penyakit ini disebut dalam riwayat penyembuhan mukjizat yang dilakukan oleh Yesus Kristus.
Dengan ditemukannya Mycobacterium Leprae serta berkembangnya pengetatuan tentang sifat-sifat khususnya di bidang imunologi dari penyakit ini maka pemahaman terhadap penyakit kusta menjadi lebih rasional.
Karena sifat penyakit yang kronis dengan masa inkubasi yang panjang, serta prevalensi dan angka kematian yang rendah dapat dipahami kalau prioritas penanggulangan terhadap penyakit kusta di negara manapun termasuk Indonesia merupakan prioritas deretan belakang. Akibatnya hal tersebut hampir terlupakan di tengah-tengah hiruk pikuknya program Keluarga Berencana dan Imunisasi. Tetapi ironisnya akibat persepsi masyarakat yang dilatar belakangi konsepsi dam interpretasi yang tidak rasional selama berabad-abad, turun temurun, menyebabkan nasib penderita penyakit ini dikucilkan dari kehidupan masyarakat . Dengan demikian penanganan dini penyakit ini menjadi terhambat, yang berakibat timbulnya kecacatan menjadi lebih besar.
Adanya cacat tubuh yang mengganggu penampilan dan fungsi,ditambah peraepsi masyarakat yang negatif jelas akan menimbulkan dampak negatif dalam kesehatan jiwa penderita kusta khususnya dalam bentuk depresi. Penulisan-penulisan yang menyoroti aspek kejiwaan dari penyakit ini khususnya di Indonesia sangat kurang; sehingga mendorong penulis untuk mengungkap dampak penyakit kusta di bidang kejiwaan dengan penelitian ini. Mudah-mudahan rintisan ini merangsang peneliti berikut untuk melanjutkannya sehingga lebih melengkapi bahan-baban yang pen ting dalam upaya penanganan penyakit kusta baik di bidang prevensi terapi maupun rehabilitasi serta lambat laun merubah persepsi masyarakat menjadi lebih wajar dan rasional."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trestasya Kusumah
"Konstruk citra tubuh atau body image merupakan salah satu topik yang belum terlalu banyak diteliti di Indonesia. Biasanya diasumsikan bahwa hanya wanita yang mengkhawatirkan masalah ini sedangkan pria sama sekali tidak memperhatikan penampilan fisik mereka sehingga masalah yang terkait dengan hal ini seperti misalnya gangguan pola makan dianggap sebagai masalah wanita saja. Namun pada teori, penelitian ataupun studi terbaru, terdapat bukti bahwa citra tubuh bukan suatu masalah yang didominasi wanita saja. Pria gay ditemukan memiliki masalah serupa dan mereka memiliki reaksi yang sama dengan wanita mengenai penampilan fisik mereka. Sebagai kaum minoritas yang kerap mendapatkan diskriminasi dan juga ejekan dari masyarakat luas, terdapat beberapa faktor yang terkait serta berinteraksi dalam hidup mereka yang berkontribusi pada ketidakpuasan citra tubuh mereka. Faktor-faktor ini misalnya seperti keluarga, pelecehan seksual, tekanan untuk mendapatkan pasangan, diejek karena penampilan fisik, pernah mengalami kegemukan, tekanan dari komunitas atau teman sesama gay yang mementingkan penampilan fisik menarik dan usia yang muda, atau pernah mengalami gangguan pola makan dan juga diet yang tidak sehat. Studi kasus yang menggunakan subyek dari Indonesia dan membandingkannya dengan subyek dari Spanyol ini tidak menemukan perbedaan yang terkait dengan faktor budaya dari negara masing-masing.

Researchs about body image has not been fully explored or generate a wide interest in Indonesia. It is assumed that only women who worried or thinking about this problem, while men usually did not pay attention to their physical looks and problems related to it.Like for example eating disorders were considered to be women "problem". Nevertheless, recently there are many theories, researchs or studies that found evidence that body image is a problem that is not only dominated by women. Gay men has been found to have the same problem and they reacted in the same way women reacted to their physical looks. As a minority that often got discrimination, mocking or teasing from the heterosexual society because of their sexual orientation, there are few factors that entangled and contribute to their body image dissatisfaction. These factors such as family, sexual abuse, pressure to look good in order to have a partner, teasing regarding their physical looks, been overweight in the past, pressure from the community or gay friends about physical looks and their fear about getting old, or had eating disorder and unhealthy diet in the past. The case study with comparison between subjects from Indonesia and subjects from Spain has not found any differences related to cultural factors from each countries."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The prevalance of obesity is increasing globally, both in developed and developing countries including Indonesia. Obesity accurs due to imbalance between energy intake and energy release for a long time as indicated by body mass index (BMI)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Faridz Aditya Nugraha
"Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Itani, (2011) yang bertujuan untuk melihat hubungan antara body image, self-esteem dan prestasi akademik. Pada penelitian ini partisipan yang digunakan adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (N=99). Pengukuran body image menggunakan alat ukur Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire - Appearance Scale (MBSRQ-AS oleh Cash, dalam Itani, 2011), pengukuran self-esteem menggunakan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES oleh Rosenberg, dalam Itani, 2011) sedangkan pengukuran prestasi akademik menggunakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara body image dan self-esteem pada mahasiswi (r= .215, p <.05). Artinya, semakin tinggi body image para partisipan, maka semakin tinggi self-esteem yang mereka miliki. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara body image dengan prestasi akademik dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan prestasi akademik. Dari hasil penelitian ini dapat dikembangkan lebih jauh penelitian yang lebih terfokus pada partisipan dalam kelompok middle adolescent, berdasarkan pemikiran bahwa middle adolescent menaruh perhatian lebih besar pada penampilan fisik.

This study is a replication of a study conducted by Itani,(2011) which aims to find relationship between body image, self-esteem and academic achievement. Participants of this study are female students of the Faculty of Psychology, University of Indonesia (N=99) who are late adolescents. Body image was measured by Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire - Appearance Scale (MBSRQ-A by Cash, in Itani, 2011), self-esteem was measured by Rosenberg Self Esteem Scale (RSES by Rosenberg in Itani, 2011) while academic achievement was measured by using Grade Point Average (GPA).
The results of this study indicate that there is a significant positive relationship between body image and self-esteem in female student (r= .215, p <.05). It means that the higher the participant’s body image, the higher the self-esteem they have. Then, another result from this research indicate that there is no significant correlations between body image and academic achievement and there is no significant correlation between self-esteem with academic achievement. From the result of this research further research can be developed to focus on middle-adolescent participants, based on previous results that middle adolescents paid more attention to physical appearance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rizqia Sukmadhani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image terhadap distres psikologis pada masyarakat perkotaan Jabodetabek yang aktif beraktivitas fisik. Sebanyak 955 masyarakat perkotaan berpartisipasi dalam penelitian ini. Ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara body imagee terhadap distres psikologis pada individu yang aktif beraktivitas fisik dalam populasi normal di area perkotaan, secara spesifik pada lingkup Jabodetabek. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin positif body image yang dimiliki oleh individu, semakin rendah distres psikologis yang inidividu miliki.

ABSTRAK
This study aims to know the relationship between body image and psychological distress in Jabodetabek urban citizens who are actively conducting physical activities. There are 955 urban citizens participated in this study. It was found that there was a significant negative relationship between body image and psychological distress in individuals who actively conduct physical activities in normal population of urban areas, specifically in Jabodetabek areas. Therefore, it can be concluded that the more positive individual?s body image, the lower the psychological distress that the individual has.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>